• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.3 Persiapan Alat dan Bahan

Untuk penelitian ini, alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut.

a). Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

 Kompor

 Panci/Wajan

 Sendok kayu

 Cetakan kue dengan dimensi 30 x 30 x 5 cm

 Martil b). Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

 Semen

Semen yang digunakan adalah Semen Padang Tipe I (OPC)

 Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan adalah pasir alam dari daerah jamin ginting.

 Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan berasal dari olahan limbah plastik PET dan HDPE yang didapat dari tempat pengolahan dan setempat sudah dalam bentuk serpihan plastik kecil, sehingga dapat mempercepat proses pelelehan plastik dibandingkan dengan plastik yang dipotong secara manual.

Adapun proses pengolahan limbah plastik PET dan HDPE menjadi agregat kasar adalah sebagai berikut.

1. Persiapan alat dan bahan

2. Pelelehan plastik dengan cara dipanaskan di dalam wajan sampai mencair kira kira lebih kurang setengah jam (PET meleleh pada suhu wajan 180 derajat Celcius dan mencair sempurna pada 200 derajat Celcius , sedangkan HDPE meleleh pada suhu 250 derajat Celcius dan mencair sempurna pada 300 derajat Celcius).

3. Pencetakan lelehan plastik ke dalam cetakan

4. Pendinginan cetakan plastik selama kurang lebih 30 menit

5. Penghancuran plastik yang telah dicetak menjadi potongan-potongan kecil kemudian di ayak dan diambil sampel plastik yg tertahan di diameter ayakan (mm) 19,1 ; 9,52 ; 4,76 .

3.5. Pemeriksaan Material

3.5.1. Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI 03-1968-1990)

 Tujuan Percobaan

Memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus dan agregat kasar.

 Peralatan

1. Timbangan

2. Shieve Shaker Machine 3. Sample Splitter

4. 1 set ayakan 5. Oven

 Bahan

Pasir kering oven dan agregat plastik PET dan HDPE .

 Prosedur Percobaan

1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5) oC sampai berat tetap.

2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang (shieve shaker machine) selama 15 menit.

3.5.2. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Kasar (SNI 03-1969-1990)

 Tujuan Percobaan

Menentukan berat jenis kering, semu dan SSD agregat kasar.

 Peralatan

1. Timbangan

2. Saringan ukuran 4,76 dan 19,1 beserta pan 3. Kain lap

4. Oven

5. Dunagan Test Set

 Bahan

1. Agregat kasar olahan plastik PET dan HDPE 2. Air

 Prosedur Percobaan

1. Agregat kasar diayak dengan ayakan 19,1 dan 4,76, kemudian diambil material yang tertahan di ayakan 4,76 2. Rendam agregat tersebut dalam air selama 24 jam.

3. Agregat tersebut kemudian dikeringkan menggunakan kain lap untuk mendapat kondisi kering permukaan (SSD)

4. Siapkan agregat.

5. Atur keseimbangan air dan keranjang pada Dunagan Test Set sampai jarum menunjukkan seimbang pada saat air dalam kondisi tenang.

6. Masukkan agregat dalam kondisi SSD ke dalam keranjang.

7. Timbang berat air + keranjang + agregat.

8. Keluarkan kerikil lalu keringkan di dalam oven selama 24 jam.

9. Timbang berat kerikil yang telah dikeringkan dalam oven.

10. Ulangi prosedur untuk sampel kedua.

 Rumus

Dimana A = Berat agregat dalam keadaan kering B = Berat agregat dalam keadaan SSD C = Berat agregat dalam air

3.5.3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus (SNI 03-1970-1990)

 Tujuan Percobaan

Menentukan berat jenis kering, semu dan SSD agregat halus.

 Peralatan 1. Mould

2. Batang perojok

1. Sediakan pasir secukupnya

2. Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam

3. Keringkan pasir hingga mencapai kondisi kering permukaan (SSD)

4. Ambil pasir dalam kondisi SSD

5. Sampel pertama dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan selama 24 jam

6. Sampel kedua dimasukkan ke dalam piknometer, kemudian diisi air, lalu diguncang-guncangkan sehingga udara dalam pasir keluar yagn ditandai dengan keluarnya buih. Buih tersebut kemudian dibuang dengan cara mengisi piknometer tersebut dengan air hingga melimpah.

7. Timbang piknometer + air + pasir

8. Buang isi piknometer tersebut, lalu isi dengan air hingga batas maksimum, kemudian timbang piknometer + air 9. Timbang berat pasir yang telah dikeringkan dalam oven.

10. Ulangi prosedur untuk sampel kedua.

 Rumus Dimana A = Berat pasir dalam keadaan kering

B = Berat piknometer dengan air C = Berat piknometer, air dan pasir 3.5.4. Berat Isi Agregat (SNI 03-4803-1998)

 Tujuan Percobaan

Menentukan berat isi agregat

 Peralatan

1. Bejana baja berbentuk silinder

2. Batang perojok diameter 15 mm panjang 60 cm dan berujung bulat

3. Timbangan 4. Sekop kecil

5. Alat kalibrasi

 Bahan

1. Agregat kasar dan pasir kering oven 2. Air di seluruh permukaan agregat dan diratakan setinggi permukaan bejana besi.

2. Timbang bejana + agregat

3. Keluarkan agregat dan bersihkan bejana, kemudian isi bejana dengan air sampai penuh, lalu timbang bejana + air serta suhu air.

2. Timbang bejana + agregat

3. Keluarkan agregat dan bersihkan bejana, lalu isi bejana dengan air hingga penuh, kemudian timbang bejana + air dan ukur suhunya

 Rumus

Dimana ρ = Berat isi (kg/m3) M = Berat (kg) V = Volume (m3)

3.5.5. Pemeriksaan Kadar Lumpur Pasir (SNI 03-4142-1996)

 Tujuan Percobaan

Mengetahui kadar lumpur dari pasir

 Peralatan

1. Ayakan no. 200 2. Oven

3. Timbangan 4. Pan

 Bahan

1. Pasir kering oven 1000 gr 2. Air

 Prosedur Percobaan

1. Sediakan dua sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gr 2. Tuang pasir ke dalam ayakan no. 200 dan disiram dengan

air melalui kran sambil dogoyang-goyang

3. Saat pencucian, pasir diremas-remas sehingga air yang melewati ayakan no. 200 terlihat jernih dan bersih

4. Air yang masih berada di pan bersama pasir disedot dengan alat penghisap air

5. Usahakan pasir di dalam pan tidak tumpah keluar

6. Sampel di dalam pan dikeringkan dalam oven selama 24 jam

7. Setelah 24 jam, sampel yagn ada dalam pan diangkat kemudian ditimbang. Persentase selisih berat mula-mula dengan berat kering setelah pencucian adalah kadar lumpur yang terkandung dalam material.

 Rumus

Dimana KL = Kadar lumpur (%)

BM = Berat Mula-mula

BK = Berat sampel setelah dikeringkan

Pasir yang memenuhi syarat baik adalah pasir dengan kadar lumpur

< 5%

3.6. Perencanaan Pencampuran (Mix Design)

Mix design untuk beton ringan pada penelitian ini mengacu pada SNI

03-3449-2002. Adapun langkah-langkah perencanaannya secara umum adalah sebagai berikut.

1. Menentukan kuat tekan rencana 2. Menentukan jenis agregat kasar

3. Menghitung kebutuhan agregat kasar dari berat jenis Dimana BIB = berat isi beton ringan

ρA = berat jenis agregat ringan BIM = berat isi mortar

Nf = fraksi volume agregat kasar ringan 4. Menentukan jumlah fraksi volume agregat kasar

5. Menentukan campuran adukan untuk semen, air dan pasir

6. Menentukan perbandingan semen pasir air dan agregat kasar untuk mix design

3.7. Pencampuran (Mixing)

Setelah didapatkan perencanaan campuran yang benar, maka langkah selanjutnya adalah pencampuran (pengecoran) sampel. Semua material disiapkan sesuai kebutuhan, kemudian masukkan bahan agregat halus dan kasar (pasir dan agregat plastik PET dan HDPE), kemudian disusul dengan semen. Setelah menyatu, masukkan air secara bertahap (sedikit demi sedikit) sampai campuran

menjadi homogen kemudian dituang ke wadah sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.

3.8. Pencetakan Benda Uji

Untuk cetakan benda uji sebelumnya dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa penggunaan beton sebelumnya agar bentuk sampel benda uji tidak terganggu.

Pada dinding bagian dalam cetakan diberikan solar atau vaseline agar beton tidak menempel pada dinding cetakan.

Setelah beton segar terbentuk, maka beton tersebut dimasukkan ke dalam cetakan setinggi 1/3 bagian, kemudian diaduk menggunakan alat vibrator agar campuran semakin homogen dan tidak terjadi segresi. Kemudian dimasukkan lagi 1/3 bagian dan diaduk kembali dengan vibrator, hingga akhirnya cetakan penuh terisi dan bagian permukaan atas beton segar tersebut diratakan.

3.9. Perawatan Benda Uji

Setelah beton dicetak, maka cetakan dibuka dan sampel didiamkan di ruang terbuka selama 24 jam agar cukup mengeras. Kemudian, penomoran sampel dilakukan untuk identitas sampel saat pengujian. Kemudian sampel direndam di dalam air selama 28 hari.

Setelah 28 hari direndam, sampel diangkat, ditimbang dan kemudian dikeringkan selama 24 jam sebelum dilakukan pengujian.

3.10. Pengujian Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah dan Absorbsi

Untuk pengujian absorbsi, maka setelah dikeringkan, benda uji ditimbang kembali sehingga didapat berat sampel kering. Untuk pengujian kuat tarik belah, digunakan “split cylinder test” dengan persamaan :

Dimana : T = kuat tarik beton (MPa) P = beban hancur (N) l = panjang spesimen (mm)

d = diameter spesimen (mm)

Sedangkan untuk kuat tekan beton, digunakan persamaan :

Dimana : f’c = Gaya tekan (kg/cm2) P = Beban tekan (kg)

A = luas bidang permukaan (cm2)

BAB IV

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembentukan Agregat Kasar Plastik PET dan HDPE

Plastik PET yang digunakan adalah limbah bekas penggunaan kemasan botol minuman yang telah digiling/dicacah sehingga berbentuk serpihan-serpihan pipih. Plastik tersebut dimasukkan sedikit demi sedikit agar cepat panas dan meleleh. Plastik PET dan HDPE yang didapat dalam bentuk serpihan memudahkan peneliti dalam proses pelelehan karena luas permukaan yang lebih kecil membuat plastik lebih cepat leleh. Untuk membentuk agregat dengan ukuran yang sesuai, plastik PET dan HDPE yang telah dilelehkan kemudian dituang ke dalam cetakan. Setelah mendingin plastik tampak retak dikarenakan menyusutnya kadar air di dalam plastik tersebut. Agregat yang telah dihancurkan menjadi bentuk yang lebih kecil kemudian diayak melalui ayakan dengan diameter 38mm – 4,75mm untuk mendapatkan gradasi yang sesuai dengan perencanaan. Gradasi modulus kehalusan untuk agregat kasar memiliki syarat FM dengan rentang 6,00-7,1. Plastik yang tidak memenuhi ukuran gradasi yang direncanakan (terlalu besar), dihancurkan kembali menjadi butiran yang lebih kecil. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan gradasi ukuran yang memeuhi persyaratan.

4.2. Hasil Pengujian Agregat

Pengujian agregat meliputi pengujian berat isi agregat kasar, berat isi agregat halusm berat jenis dan absorbsi agregat kasar, berat jenis dan absorbsi agregat halus, kadar lumpur agregat halus, analisa ayakan pasir dan analisa ayakan kerikil. Berikut diuraikan dalam tabel hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus.

Tabel 4.1. Hasil pengujian agregat kasar

No. Pengujian

Tabel 4.2. Hasil pengujian agregat halus

4.3. Berat Isi dan Absorbsi Beton dengan Agregat Kasar Plastik PET dan HDPE

Berat isi merupakan salah satu sifat yang sangat penting untuk diketahui pada struktur beton ringan selain kekuatannya. Berat isi yang ringan mengindikasikan bahwa beton ringan sudah mencapai berat yang diinginkan.

Peraturan mengenai pengujian berat isi beton ringan diatur dalam SNI 03-3402-1994.

Berat isi beton ringan dapat diukur dalam dua keadaan, yaitu saat beton dalam keadaan kering oven pada suhu 110 ⁰C selama 24 jam, serta beton ringan dalam keadaan seimbang, dengan pengeringan menggunakan suhu ruangan sampai beton mencapai berat yang konstan.

Berdasarkan pembagian penggunaan beton ringan untuk struktural, berat isi yang disyaratkan adalah 1400 kg/m3 sampai 1800 kg/m3 dan kuat tekan 17 MPa (Tjokrodimuljo,1996).

Absorbsi adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap air. Nilai absorbsi sangat berkaitan dengan berat jenis maupun porositas suatu bahan, karena nilai absorbsi yang besar mengindikasikan banyaknya rongga-rongga yang terdapat dalam material tersebut. Besarnya absorbsi juga dapat menyebabkan menurunnya kekuatan beton, karena pori-pori yang ada menyebabkan ikatan antar partikel pada suatu material berkurang.

Absorbsi pada beton kertas cenderung lebih besar dari beton normal, hal ini terjadi karena daya serap kertas yang sangat besar, sehingga beton kertas juga memiliki daya serap yang besar.

No. Pengujian PET HDPE

3 15% 2015,154 2056,900

4 20% 1936,452 1974,449

Tabel 4.5. Hasil berat isi rata-rata Beton PET dan Beton HDPE

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan nilai Berat isi Rata Beton Campuran PET dan HDPE

Dari Gambar 4.1 di dapat bahwa ada perbedaan antara PET dan HDPE , yaitu HDPE cenderung memiliki perbandingan berat dan volume yang lebih tinggi di bandingkan dengan PET. Dari Tabel 4.3 dapat di lihat dari beton dengan variasi 0% - 5 % PET terjadi penurunan berat sebesar 6,54% sedangkan dari 5%-20%

terjadi penurunan rata-rata sekitar 4,22% . Sedangkan secara berat dari kasar 5% , HDPE 0,82% lebih berat dari PET.

Gambar 4.2 Grafik perbandingna nilai absorbsi pada Beton Campuran PET dan HDPE

Dari Gambar 4.2 dapat di lihat PET memiliki nilai absorbsi lebih tinggi 3,07%

dari HDPE pada variasi 5% dan menurun pada variasi 10%-20%.ini membuktikan bahwa semakin bertambahnya kadar PET dan HDPE yang menggantikan agregat kasar menyebabkan nilai absorbsi semakin besar. Yang berarti pori udara yang terkandung dalam beton semakin banyak .

4.4 Analisa dan Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Benda uji yang digunakan untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah adalah silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari. Hasil

1 0% 21,725

2 5% 15,707

3 10% 14,331

4 15% 12,942

5 20% 11,521

Tabel 4.5. Hasil Kuat tekan rata-rata plastik PET

No. Benda Uji

HDPE

Rata – rata Kuat Tekan (MPa)

1 0% 21,725

2 5% 15,707

3 10% 14,331

4 15% 12,942

5 20% 11,521

Tabel 4.6. Hasil Kuat tekan rata-rata plastik HDPE

Gambar 4.3 Grafik perbandingan kekuatan tekan

Dari Gambar 4.3 di dapat bahwa nilai kuat tekan beton PET yang terbaik di dapatkan pada kadar 5% . Semakin besar kadar agregat plastik PET maka kuat tekannya semakin rendah. Dapat di lihat juga bahwa kuat tekan 0%-5%

mengalami penurunan yang ckup drastis sebesar 27,70% persen , tetapi dari 5%-20% terjadi penurunan yang berbeda yaitu sekitar 9,80%. Kuat Tekan beton PET dan HDPE dari variasi yang ada belom dapat di kategorikan sebagai beton ringan struktural (Kuat tekan minimum 17,24 dan maksimum 41,36).

4.5 Analisa dan Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Benda uji yang digunakan untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah adalah silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari. Hasil pengujian disajikan sebagai berikut.

0 5 10 15 20 25

0% 5% 10% 15% 20%

Kuat Tekan Rata rata PET Kuat Tekan rata rata HDPE

No. Benda Uji PET

Rata – rata Kuat Tarik Belah (MPa)

1 0% 1,887

2 5% 1,934

3 10% 2,075

4 15% 1,886

5 20% 1,839

Tabel 4.7. Hasil kuat tarik belah rata-rata plastik PET

No. Benda Uji

HDPE

Rata – rata Kuat Tarik Belah (MPa)

1 0% 1,887

2 5% 1,934

3 10% 2,075

4 15% 1,886

5 20% 1,839

Tabel 4.8. Hasil Kuat tarik belah rata-rata plastik HDPE

Gambar 4.6 Grafik perbandingan Kuat tarik belah Beton

Dari Tabel 4.5 Tabel 4,6 dan Gambar 4.6 di dapat kuat tarik belah terjadi kenaikan kekuatan sebesar 2,4% untuk variasi 0%-5% dan 5%-10% juga mengalami kenaikan sebesar 6,79% sedangkan pada variasi 10%-15% dan 15%-20% terjadi penurunan rata-rata berturut sebesar 9,10% dan 2,49% .

.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0% 5% 10% 15% 20%

Kuat Tarik Belah PET Kuat Tarik Belah HDPE

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut.

1. Beton dengan agregat plastik PET memiliki berat isi rata-rata 2181,191 kg/m3 untuk Variasi 5% , 2087,807 kg/m3 untuk Variasi 10 % dan 2015,154 kg/m3 untuk variasi 15 % dan , 1936,452 kg/m3 untuk variasi 20% .

2. Beton dengan agregat plastik HDPE memiliki berat isi rata-rata 2211,531 kg/m3 untuk Variasi 5% , 2143,321 kg/m3 untuk Variasi 10 % dan 2056,900 kg/m3 untuk variasi 15 % dan , 1974,449 kg/m3 untuk variasi 20% .

3. Absorbsi beton pada substitusi cacahan PET dan HDPE terhadap agregat kasar mengalami peningkatan seiring penambahan persentase cacahan dibandingkan beton normal sehingga dapat disimpulkan bahwa cacahan-cacahan PET maupun HDPE dapat menimbulkan pori-pori udara yang lebih akibat reaksi ikatan yang tidak sempurna terhadap matriks beton.

4. Kuat tarik belah pada sampel beton beragregat plastik PET didapatkan rata-rata 1,934 MPa untuk variasi 5% , 2,075 MPa untuk variasi 10%

dan 1,886 MPa untuk variasi 15% dan 1,839 MPa untuk variasi 20%.

5. Kuat tarik belah pada sampel beton beragregat plastik HDPE didapatkan rata-rata 2,217 MPa untuk variasi 5% , 2,358 MPa untuk variasi 10%

dan 2,123 MPa untuk variasi 15% dan 2,028 MPa untuk variasi 20%.

6. Pada Variasi 5% dan 10% beton campuran PET dan beton campuran HDPE kuat tarik belahnya mengalami kenaikan , diketahui dari ikut terbelahnya agregat kasar plastik pada garis belah.

7. Kuat Tekan pada sampel beton beragregat plastik PET didapatkan rata-rata 15,707 MPa untuk variasi 5% , 14,331 MPa untuk variasi 10% dan 12,942 MPa untuk variasi 15% dan 11,521 MPa untuk variasi 20%.

8. Kuat Tekan pada sampel beton beragregat plastik HDPE didapatkan rata-rata 17,356 MPa untuk variasi 5% , 16,105 MPa untuk variasi 10%

dan 14,837 MPa untuk variasi 15% dan 13,535 MPa untuk variasi 20%.

9. Nilai kuat tekan beton campuran PET dan HDPE mengalami penurunan, ini disebabkan oleh pori-pori udara yang meningkat yang menyebabkan nilai absorbi beton yang tinggi.

10. Kuat tekan maksimum dicapai pada sampel beton PET dengan Variasi 5% sebesar 16,028 MPa .Kuat tekan maksimum dicapai pada sampel beton HDPE dengan Variasi 5% sebesar 17,760 MPa .Kuat tarik maksimum dicapai pada sampel beton PET dengan Variasi 10% sebesar 2,123 MPa .Kuat tarik maksimum dicapai pada sampel beton HDPE dengan Variasi 10% sebesar 2,406 MPa .

11. Dari kuat tekan maksimum yang dihasilkan maka berdasarkan tabel 3.1 (SNI 03-3449-2002), beton tersebut belum bisa dikategorikan sebagai beton ringan struktural,.

12. Pemakaian limbah plastik pada campuran beton memiliki peluang besar dalam membantu menangani permasalahan limbah plastik yang terus meningkat terhadap lingkungan akhir akhir ini

5.2. Saran

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan mengkombinasikan dengan bahan tambahan lain untuk mendapatkan beton ringan yang dapat di gunakan pada elemen struktural .

2. Penggunaan plastik PET dan HDPE dengan campuran plastik lain dapat dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap kekuatan beton .

3. Untuk penelitian selanjutnya diperlukan ketelitian yang maksimum dalam pengerjaan pembuatan agregat kasar ringan dari limbah plasatik dan pada pengecoran agar mendapatkan hasil yang maksimal dan tingkat penyimpangan yang rendah.

4. Dapat dilakukan juga penelitian dengan penggunaan jenis plastik yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Saikia, N., de Brito, J., 2012. Use of plastic waste as aggregate in cement mortar andconcrete preparation: a review. Elsevier Publ.: Constr. Build.

Mater. 34, 385–401

Putri, Gloria. 2019. Jenis Sampah yang Paling Banyak Jumlahnya di Bumi, Mulai dari Puntung Rokok Hingga Sedotan Plastik. http://aceh.tribunnews.com/2019/02/24/jenis- sampah-yang-paling-banyak-jumlahnya-di-bumi-mulai-dari-puntung-rokok-hingga-sedotan-plastik. (24 Februari 2018)

Yang, Shutong, dkk,. 2015. Properties of self-compacting lightweight concrete containing recycled plastic particles. . Elsevier Publ.:Constr. Build. Mater.84 (2015) 444–453

Choi. Y.W. , Y.J. Kim, H.C. Shin, dan H.Y. Moon.. 2009. Characteristics of Mortar and Concrete Containing Fine Aggregate Manufactured from Recycled Waste Polyethylene Terephthalate Bottles. . Elsevier Publ. : Constr Build Mater 23:2829-2835.

Akçaözog ˘lu, Semiha, Cengiz Duran Atis dan Kubilay Akçaözog ˘lu. 2009.

An

investigation on the use of shredded waste PET bottles as aggregate in lightweight concrete. Elsevier Publ.:Waste Management 30 285–290.

Pratikto. 2010. Beton Ringan Beragregat Limbah Botol Plastik Jenis PET (Polyethylene Terephtalate), Seminar Nasional Teknik Sipil 2010 Politeknik Negeri Jakarta

Casanova-del-Angel, Francisco. 2012. Manufacturing Light Concrete with PET Aggregate. International Scholarly Research ISRN Civil Engineering vol. 2012 10 pages

Soebandono, Bagus dkk. 2013. Perilaku Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Campuran Limbah Plastik HDPE. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol. 16, No.

1. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Rommel, Erwin. 2013. Pembuatan Beton Ringan dari Agregat Buatan Berbahan Plastik. Jurnal Gamma vol. 9 no.1 September 2013

Riyadi, Mohtarom dkk. 2015. Pemanfaatan Limbah Plastik Simpul Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Beton. Jurnal Politeknologi Vol. 14 No. 1.

Jakarta: Politeknik Negeri Jakarta.

Dipohusodo, Istimawan. 1993. Struktur Beton Bertulang, Departemen Pekerjaan Umum : Jakarta

Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton, Yogyakarta: Andi.

Murdock, L.J. dan Brook, K.M. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta:

Erlangga.

Nugraha, Paul dan Antoni. 2007. Teknologi Beton dari Material, Pembuatan ke Beton Kinerja Tinggi. Penerbit Andi : Yogyakarta

Wight, James K. and MacGregor, James G. 2009. Reinforced Concrete : Mechanics and Design Fifth Edition. Pearson Education, Inc.:New Jersey

LAMPIRAN 1

MIX DESIGN (SNI 03-3449-2002)

Berikut adalah perencanaan secara umum untuk beton ringan dengan agregat plastik PET dan HDPE

1. Kuat tekan rencana f’c = 17 MPa

2. Jenis semen yang digunakan adalah semen Portland tipe 1 3. Jenis agregat yang digunakan

a. Agregat kasar = Plastik PET dan HDPE b. Agregat halus = Pasir biasa

4. Maka untuk 1m3 Beton di perlukan

Semen = 311,5 kg/m3

AIR = 190 kg/m3

Pasir =1057,2 kg/m3

LAMPIRAN 2

DATA PEMERIKSAAN MATERIAL

BERAT JENIS DAN ABSORBSI AGREGAT HALUS

Berat piknometer + agregat + air yang dikalibrasi, g (C) 980 982 980

Berat kering oven agregat di udara, g (A) 489 488 488,5

BERAT JENIS DAN ABSORBSI AGREGAT KASAR

Berat agregat dalam keadaan SSD di udara, g (B) 1250 1250 1250

Berat agregat dalam air, g (C ) 781,5 781,2 781,4 Berat kering oven agregat di udara, g (A) 1239,8 1240 1239,9

Berat Jenis Kering = A 2,65 2,65 2,64

BERAT ISI (BULK DENSITY) AGREGAT HALUS

1. Calibration Of Measure

Suhu Ruangan oC 28

Suhu Air oC 26

Berat Bejana kg 0,46

Berat Air kg 1,93

Berat Isi Air kg/m3 996,77

Faktor Koreksi, C=(B/A) 516,73

Diameter Agregat Maksimum mm 5

2. Hasil Pemeriksaan

Berat

Cara Merojok Cara Longgar

Sampel 1 3,68 3,49

Sampel 2 3,67 3,48

Total 7,35 6,97

Rata-rata 3,67 3,49

Net Weight (G) 3,21 3,02

Berat Isi (G*K), kg/m3 1659,22 1562,08

BERAT ISI (BULK DENSITY) AGREGAT KASAR

1. Calibration Of Measure

Suhu Ruangan oC 28

Suhu Air oC 26

Berat Bejana kg 5,1

Berat Air (A) kg 9,2

Berat Isi Air (B) kg/m3 996,77 Faktor Koreksi, C=(B/A) 108,345 Diameter Maksimum Agregat mm 25

2. Hasil Pemeriksaan

Berat

Cara Merojok Cara Longgar

Sampel 1 18,72 17,63

Sampel 2 18,70 17,61

Total 37,42 35,24

Rata-rata 18,71 17,62

Net Weight (G) 13,61 12,52

Berat Isi (G*K), kg/m3 1474,57 1356,48

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS

Berat kering agregat setelah dicuci, g 489 487 488 Berat lumpur yang telah dicuci dengan ayakan

No.200, g 11 13 12

Kadar lumpur pada agregat yang telah dicuci

dengan ayakan No.200, % 2,2 2,6 2,4

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR

Berat agregat mula-mula, g 1000 1000 1000

Berat kering agregat setelah dicuci, g 995,45 996,80 996,1 Berat lumpur yang telah dicuci dengan ayakan

No.200, g 4,55 3,2 3,9

Kadar lumpur pada agregat yang telah dicuci

dengan ayakan No.200, % 0,5 0,32 0,4

ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS

Berat Fraksi Tertahan Kumulatif

Berat

9.52 mm 995,0 1081,0 2076,0 51,90 51,90 48,10

4.76 mm 927,0 839,0 1766,0 44,15 96,05 3,95

2.38 mm 0,0 0,0 0,0 0,00 96,05 3,95

1.19 mm 0,0 0,0 0,0 0,00 96,05 3,95

0.60 mm 0,0 0,0 0,0 0,00 96,05 3,95

0.30 mm 0,0 0,0 0,0 0,00 96,05 3,95

0.15 mm 0,0 0,0 0,0 0,00 96,05 3,95

Pan 78,0 80,0 158,0 3,95 100,00 0,00

Total 2000 2000 4000 100

Fineness Modulus = 6,28

LAMPIRAN 3

PENGUJIAN SAMPEL

BERAT ISI SAMPEL PET

21 P3-20% 10,181 0,00529 1924,574

14 H2-15% 10,774 0,00529 2036,673

Nilai absorbsi beton dengan substitusi PET

No. Benda Uji Berat Kering

8. P2-10% 11,045 1,564

Nilai absorbsi beton dengan substitusi HDPE

No. Benda Uji Berat Kering

12 H3-20% 10,542 1,526

Nilai Kuat Tekan beton dengan substitusi PET

No. Nama Kuat Tekan

Nilai Kuat Tekan beton dengan substitusi HDPE

No. Nama Kuat Tekan

(kN)

Kuat Tekan (MPa)

Rata – rata (MPa)

1 N1-0% 388,2 21,978 21,725

2 N2-0% 383,7 21,723

3 N3-0% 379,3 21,474

4 H1-5% 305,3 17,285 17,356

5 H2-5% 300,7 17,024

6 H3-5% 313,7 17,760

7 H1-10% 283,3 16,039 16,105

8 H2-10% 278,6 15,773

9 H3-10% 291,5 16,503

10 H1-15% 269,2 15,241 14,837

11 H2-15% 256,2 14,505

12 H3-15% 260,8 14,765

13 H1-20% 233,2 13,203 13,535

14 H2-20% 246,2 13,939

15 H3-20% 237,8 13,463

Nilai Kuat Tarik Belah beton dengan substitusi PET

Nilai Kuat Tarik Belah beton dengan substitusi PET

Dokumen terkait