Minyak jelantah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah minyak bekas penggorengan dengan masa penggorengan sebanyak tiga kali. Minyak jelantah yang akan diolah dilakukan pembersihan terlebih dahulu dengan menyaringnya dengan kain blancu yang telah disiapkan.
Bagian dari pandan yang akan digunakan ialah pada bagian daun. Bagian daun yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci, kemudian dipotong-potong dan dihaluskan dengan cara di blender dengan ditambahkan air sedikit untuk menghaluskannya.Setelah itu peras dan saring airnya.Masukkan ke dalam plastik segitiga.Biarkan selama 1 hari di kulkas.
Bagian dari serai wangi yang akan digunakan dalam pengolahan ialah pada bagian batang. Untuk mengambil batang serai, terlebih dahulu potong dibagian akarnya, kemudian dipisahkan dari daun-daunnya.Setelah itu, dibersihkan batang serai kemudian direbus dengan menambahkan sedikt air.
Bagian dari jeruk nipis yang akan digunakan dalam pengolahan ialah buah dan kulit jeruk nipis. Buah jeruk nipis terlebih dahulu dipisahkan biji yang masih
melekat dengan daging buah.Lalu daging buah diblender dengan pnembahan air sedikit.Buah jeruk nipis yang telah halus, siap digunakan untuk campuran sabun. 3. Prosedur Penelitian
Disiapkan minyak jelantah yang telah disaring pada wadah logam atau kaca.
Ditimbang KOH sebanyak 36 gram, lalu dilarutkan dengan air dengan volume 100 mL.
Diukur minyak jelantah sebanyak 100 mL (untuk satu ulangan) dan ditempatkan pada wadah logam.
Diukur larutan KOH sebanyak 50 mL lalu dicampur dengan minyak jelantah yang telah disiapkan.
Diaduk campuran dengan pengaduk selama kurang lebih 45 menit. Didiamkan selama 1 hari.
Dimasukkan ekstrak yang telah disiapkan sebanyak 10 mLper 100 gram minyak kedalam campuran dan diaduk.
Dilakukan pengulangan langkah 1 sampai dengan 9 pada tiap komoditi sebanyak tiga kali.
Dilakukan analisa parameter. 4. Parameter Penelitian
4.1.Analisa Kadar air dan zat menguap pada 1050C.
Pada analisa kadar air dan zat menguap pada 1050C yang pertama kali dilakukan ialah menimbang berat sampel berupa sabun cair yang telah mengeras masing-masing seberat 4g dan ditempatkan di cawan yang telah terlebih dahulu ditimbang beratnya. Lalu cawan yang telah diisi dengan
sampel, dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Setelah 24 jam, cawan dikeluarkan dan didinginkan selama beberapa saat lalu ditimbang kembali. Lalu penentuan kadar air dan zat menguap dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
%Ka = �� � ℎ � − �� � ℎ ℎ��
�� � ℎ � X 100 % ... …….(2) 4.2.Analisa asam lemak bebas.
Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator pengujian terhadap kualitas sabun cair yang dihasilkan. Jadi semakin rendah nilai asam lemak bebas, maka kualitas sabun juga akan semakin bagus. Jadi pertama-tama sebanyak 5g sampel sabun ditimbang dan dimasukkan dalam elemeyer 250 ml dan ditambahkan 50 mL alkohol netral 95% dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah ditambahkan tiga tetes indikator phenolptalein, larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tidak hilang selam beberapa detik. Penentuan kadar asam lemak bebas dapat dihitung dari persamaan berikut :
% FFA = L H x H x e
e X X 100% ... …….(3) 4.3.Analisa bagian tidak larut dalam alkohol.
Pada pengujian ini, hal yang pertama kali dilakukan ialah penimbangan sampel sebanyak 2g lalu dibungkus dengan aluminium foil. Kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke elemeyer250 mL. Lalu dituang dengan larutan H2SO4 100 ml agar sampel larut dan masuk kedalam elemeyer. Setelah larut, elemeyer di tutup dengan aluminium foil lalu dilapisi dengan plastik. Setelah itu, diletakkan elemeyer ke autoklaf kemudian
selama 15 menit. Kemudian autoklaf dimatikan dan ditunggu hingga suhu turun mendekati suhu kamar. Dibuka penutup dari elemeyer kemudian dituang larutan NaOH sebanyak 50 mL dan dilakukan perlakuan sama di autoklaf pada larutan kedua ini. Disiapkan kertas saring whatman pada corong dan dituang larutan yang berada pada elemeyer dimana pada bagian bawah corong telah disambung dengan alat pompa hisap. Lalu didapatlah bagian yang tidak larut pada permukaan kertas whatman dan disiram dengan aquades yang mendidih dilanjutkan dengan larutan H2SO4 sebanyak 25 mL. Lalu disiram lagi dengan aquades yang telah mendidih dan dilanjutkan dengan penyiraman larutan alkohol 95% sebanyak 25 mL dan dilakukan penyiraman lagi dengan aquades yang mendidih. Diangkat kertas saring whatman dengan penjepit lalu diletakkan diatas cawan kaca kemudian loyang dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 700C selama 30 menit, kemudian suhu 1050C selama 30 menit. Lalu loyang dikeluarkan dan didinginkan di desikator selama 15 menit, kemudian kertas whatman ditimbang. Diulangi langkah pengeringan dalam oven dengan suhu 1050C dan pendinginan di desikator selama 30 menit hingga kertas whatman memiliki perbandingan sejauh 0.01 dengan kertas whatman yang baru.
Setelah stabil, langkah diatas dihentikan dan dilakukan perhitungan dengan persamaan:
% Tidak Larut = ��� � ��� �
��� � � �� X 100%... …….(4)
Aroma, merupakan pengujian yang dilakukan dengan indra penciuman langsung melalui hidung oleh seorang penguji dengan pembobotan sebagai berikut :
Tabel 1. Pembobotan Karakteristik Aroma
Nilai Pembobotan Keterangan
1 Sangat Harum
2 Harum
3 Cukup Harum
4 Kurang Harum
5 Tidak Harum
Warna, merupakan pengujian yang dilakukan dengan indra penglihatan secara lamgsung dengan mata oleh seorang penguji dengan pembobotan sebagai berikut:
Tabel 2. Pembobotan Karateristik Warna
Nilai Pembobotan Keterangan
1 Sangat Menarik
2 Menarik
3 Cukup Menarik
4 Kurang Menarik
5 Tidak Menarik
Bentuk, merupakan pengujian yang dilakukan dengan indra penglihatan secara lamgsung dengan mata oleh seorang penguji dengan pembobotan sebagai berikut:
Tabel 3. Pembobotan Karateristik Bentuk
Nilai Pembobotan Keterangan
1 Sangat Bagus
2 Bagus
3 Cukup Bagus
4 Kurang Bagus
Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum dapat diketahui bahwa nilai Kadar Air, FFA, dan bagian tidak larut alkohol pada masing-masing ulangan relatif sama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Karakteristik sabun
Kode Kadar Air (%) FFA (%) Bagian Tidak Larut
Alkohol (%)
Jeruk Nipis (K1) 30,67 0,74 0,024
Pandan (K2) 30,6 0,62 0,019
Serai Wangi (K3) 30,26 0,62 0,013
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai kadar air tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 30,67% dan nilai kadar air terendah yaitu pada perlakuan K3 sebesar 30,26%. Sedangkan pada analisis asam lemak bebas nilai tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,74% dan nilai terendah yaitu pada perlakuan K2 dan K3 sebesar 0,62%. Lalu pada parameter bagian tidak larut alkohol, nilai tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,024% dan nilai terendah yaitu pada perlakuan K3 sebesar 0,013%.
Kadar Air
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 7, menunjukkan hasil bahwa Fhitung lebih kecil daripada F0,05dan F0,01. Dimana hal ini dapat menyatakan bahwa antara tiap-tiap perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan tidak nyata.Sehingga pengujian DMRT tidak dilanjutkan. Menurut Hanafiah (1995) hasil perlakuan tidak nyata memiliki makna bahwa tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibanding perlakuan lain. Hal ini
terjadi karena air yang digunakan saat proses pemurnian serta proses pencampuran dengan air pada bahan kimia hampir sama banyaknya.
Pada penelitian ini, nilai kadar air yang didapatkan dari penelitian tidak sesuai dengan syarat mutu yang telah ada. Dimana, nilai kadar air yang dihasilkan lebih tinggi atau melewati batas syarat mutu dari sabun cair yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan air dalam proses pembuatan sabun cair ini. Dimana dalam pembuatan sabun cair dengan komposisi minyak jelantah sebanyak 100 ml, membutuhkan larutan KOH sebanyak 50 ml yang sebelumnya KOH terlebih dahulu dilarutkan pada air sebanyak 100 ml. Sehingga hal ini menyebabkan kadar air lebih tinggi pada sabun cair yang telah dihasilkan. Selain itu, tingginya kadar air juga disebabkan oleh pencampuran air dengan adonan sabun dengan perbandingan 1:2, dan juga disebabkan penambahan ekstrak yang juga menggunakan air. Hal ini sesuai dengan literatur Spitz (1996) yang menyatakan bahwa Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut atau habis pada saat digunakan.
Pada Lampiran 7, dapat ditentukan bahwa kadar air tertinggi ialah pada perlakuan jeruk nipis, dengan nilai rataan sebesar 30,67% dan nilai kadar air terendah ialah pada perlakuan serai wangi dengan nilai rataan sebesar 30,26%. Hasil dari data ini didapatkan setelah dilakukan analisis pada laboratorium, dimana masing-masing bahan ditimbang sebanyak 4 gram dan dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050C. Kemudian sampel yang telah
dioven ditimbang kembali dan dihitung persen kadar air yang terkandung pada tiap-tiap sabun batang tersebut.
Asam Lemak Bebas (FFA)
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8, menunjukkan hasil bahwa Fhitung lebih kecil daripada F0,05dan F0,01. Dimana hal ini dapat menyatakan bahwa antara tiap-tiap perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan tidak nyata.Sehingga pengujian DMRT tidak dilanjutkan. Menurut Hanafiah (1995) hasil perlakuan tidak nyata memiliki makna bahwa tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibanding perlakuan lain. Hal ini terjadi jika H0 (hipotesis percobaan) diterima pada taraf uji 5 %.
Pada proses analisa asam lemak bebas (FFA) yang dilakukan, nilai asam lemak bebas yang didapatkan menunjukkan nilai yang hampir sama. Yaitu berkisar antara 0,62 sampai dengan 0,74. Hal ini dikarenakan bahan baku berupa minyak jelantah yang digunakan ialah sama. Lalu nilai rataan pada asam lemak bebas (FFA) pada penelitian ini adalah sebesar 0,66 dimana menurut Wijana,dkk (2005), salah satu syarat mutu sabun cair adalah maksimal 2,5%. Sehingga sabun cair yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dinyatakan sebagai sabun cair yang layak untuk digunakan sesuai syarat mutu asam lemak bebas.
Kadar asam lemak bebas sabun dapat dipengaruhi oleh kadar asam lemak minyak yang digunakan dan jumlah basa yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh Ketaren (2008), bahwa pemakaian larutan kaustik soda (NaOH) pada konsentrasi tinggi akan bereaksi dengan minyak sehingga mengurangi minyak dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Wijana dkk., (2005) menambahkan bahwa penambahan NaOH harus tepat karena apabila terlalu banyak dapat memberikan
pengaruh negatif yaitu iritasi kulit dan apabila terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran.
Pada Lampiran 9, dapat diketahui bahwa nilai asam lemak bebas tertinggi yaitu pada perlakuan Jeruk nipis dengan nilai 0,74%. Sedangkan nilai asam lemak bebas terendah ialah pada perlakuan pandan dan serai wangi dengan nilai 0,62%. Pada analisis asam lemak bebas yang dilakukan di laboratorium, hal pertama yang dilakukan ialah menimbang masing-masing sampel sebanyak 4 gram lalu dimasukkan ke dalam labu elemeyer dan dicampur dengan larutan alkohol 95% sebanyak 50 mL. Kemudian dididihkan hingga sampel larut dengan alkohol.Setelah itu larutan didinginkan dan ditetesi dengan tiga tetes indikator phenolptalein lalu ditritrasi dengan KOH 0,1N sampai larutan berwarna merah jambu.Berikutnya catat berapa banyak larutan KOH yang diperlukan dan dihitung berapa nilai asam lemak bebas pada masing-masing sampel.
Bagian Tidak Larut Alkohol
Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8, menunjukkan hasil bahwa Fhitung lebih kecil daripada F0,05dan F0,01. Dimana hal ini dapat menyatakan bahwa antara tiap-tiap perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan tidak nyata.Sehingga pengujian DMRT tidak dilanjutkan. Menurut Hanafiah (1995) hasil perlakuan tidak nyata memiliki makna bahwa tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibanding perlakuan lain. Hal ini terjadi jika H0 (hipotesis percobaan) diterima pada taraf uji 5 %.
Bagian tidak larut alkohol merupakan salah satu parameter yang diperlukan dalam menentukan suatu kualitas dari sabun cair yang dihasilkan. Pada
parameter ini hal yang penting ialah untuk menentukan banyak tidaknya serat atau kotoran yang terdapat pada sabun yang akan mempengaruhi kualitas sabun itu sendiri. Pada penelitian ini, nilai tertinggi didapatkan pada jeruk nipis yaitu sebesar 0,024%.Hal ini dikarenakan penggunaan aquades yang kurang bersih pada perlakuan ini, sehingga kotoran-kotoran pada aquades ikut menempel pada kertas saring dan mempengaruhi nilai dari perlakuan itu sendiri.Kemudian nilai terendah ialah pada ekstrak serai wangi yaitu sebesar 0,013% yang otomatis menunjukkan pada perlakuan ini, sabun cair memiliki kualitas sabun yang paling bagus. Menurut Wijana,dkk (2005), salah satu syarat mutu sabun cair adalah bagian tidak larut dalam alkohol tidak boleh melebihi 2,5%, sehingga ekstrak serai wangi merupakan sabun cair dengan kualitas yang paling bagus pada penelitian ini dari karateristik bagian tidak larut alkohol.Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan pati dan protein yang terdapat pada salah satu ekstrak. Menurut ASTM (2001), bagian tak larut dalam alkohol meliputi garam alkali, seperti karbonat, silikat, fosfat, dan sulfat, serta pati dan apabila protein ditambahkan alkohol maka protein akan menggumpal.
Pada analisis yang dilakukan di laboratorium, bahan yang paling penting ialah kertas saring whattman.Dimana kertas saring ini berguna untuk menyaring larutan sampel sabun batang yang telah dicampur dengan larutan H2SO4 dan larutan NaOH yang sebelumnya telah di autoklaf. Akan tetapi masing-masing kertas saring juga terlebih dahulu ditimbang berat awal dan larutan akan dilewatkan/ disaring dengan kertas saring yang telah dipasang dengan alat pompa hisap untuk menghisap larutan sampel yang disaring. Setelah itu, kertas saring kemudian dioven dalam suhu 750C selama 30 menit dan dioven lagi dalam suhu
1050C selama 30 menit dan kemudian kertas saring ditimbang kembali. Berikutnya dicari nilai bagian tidak larut alkohol pada tiap-tiap sampel dengan perhitungan yang telah ada.
Aroma
Aroma merupakan salah satu karakterisktik yang terdapat dalam uji organoleptik pada penelitian ini. Pada pengujian aroma, dilakukan dengan cara penciuman langsung terhadap sabun cair lalu diberikan penilaian yang telah ditentukan pada Tabel 2. Pada hasil pengujian aroma (Lampiran 10), nilai tertinggi diperoleh pada sabun cair dengan ekstrak pandan sebesar 2,73 dan nilai terendah diperoleh pada sabun cair dengan ekstrak serai wangi sebesar 3,93. Dapat disimpulkan bahwa aroma pada sabun cair dengan ekstrak pandan lebih harum dibandingkan dengan sabun cair dengan ekstrak dari jeruk nipis dan serai wangi.
Nilai rataan aroma pada ketiga ekstrak yang digunakan pada penelitian ini lebih mengarah pada nilai 3 (Cukup Harum).Hal ini dikarenakan pada pembuatan sabun cair diberikan penambahan berupa parfum untuk menutup aroma asli dari minyak jelantah. Sebab minyak jelantah merupakan minyak nabati yang mudah mengalami kerusakan aroma dimana menurut Mahmudatussa (2006), minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali akan menyebabkan kerusakan-kerusakan yang mempengaruhi kualitas minyak goreng. Dimana salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan lemak atau minyak adalah oksidasi yang dapat menimbulkan ketengikan (rancidity). Hal ini disebabkan oleh proses autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak.
Warna
Warna merupakan salah satu karateristik pengujian organoleptik pada penelitian ini, dimana pada pengujiannya digunakan indra penglihatan dalam penilaiannya. Pada hasil pengujian organoleptik warna (Lampiran 10), nilai tertinggi didapat pada sabun cair dengan ekstrak pandan sebesar 2,33 dan nilai terendah didapat pada sabun cair dengan ekstrak jeruk nipis sebesar 3,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sabun cair dengan ekstrak pandan memiliki warna yang lebih disukai dibandingkan sabun cair dengan ekstrak jeruk nipis dan serai wangi.Hal ini dikarenakan pada sabun cair ekstrak pandan memiliki warna hijau yang membuat warna dari sabun cair dengan ekstrak pandan menjadi lebih menarik.
Nilai rataan warna pada ketiga ekstrak yang digunakan pada penelitian ini lebih mengarah pada penilaian 3 (cukup menarik).Hal ini dikarenakan warna dari minyak jelantah yang digunakan memiliki warna yang telah jauh dari warna aslinya yaitu berwarna coklat. Menurut Wijana,dkk (2005), semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna cokelat serta flavour yang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng. Oleh karena itu, sabun batang yang dihasilkan memiliki warna yang coklat dan tidak seperti warna sabun pada umumnya.
Bentuk
Bentuk merupakan salah satu karateristik pengujian organoleptik pada penelitian ini, dimana pada pengujianya digunakan indra penglihatan dalam penilaiannya. Pada hasil pengujian organoleptik bentuk (Lampiran 10), nilai
tertinggi didapat pada sabun cair dengan ekstrak pandan sebesar 2,27 dan nilai terendah didapat pada sabun cair dengan ekstrak serai wangi sebesar 3,07. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sabun cair dengan ekstrak pandan memiliki bentuk yang lebih disukai dibandingkan sabun cair denganekstrak jeruk nipis dan serai wangi.
Adapun sabun cair pada penelitian ini dapat berbentuk cair dikarenakan bantuan dari basa kuat yaitu KOH. Menurut Ketaren (1986), Pembuat kondisibasa yang biasa dalam pembuatan sabun adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksiberupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH makaproduk reaksi berupa sabun cair.
Minyak jelantah, merupakan minyak goreng yang telah tidak layak pakai atau telah melewati batas penggunaan minyak goreng. Minyak goreng yang penggunaannya melewati batas pemakaian sebanyak 3-4 kali dipercaya akan menurunkan mutu dan membahayakan bagi kesehatan apabila minyak goreng tersebut tetap digunakan untuk konsumsi (Rosita dan Widasari, 2009). Oleh karena banyaknya limbah minyak jelantah yang dapat menganggu kesehatan dan merusak lingkungan hidup, maka hal inilah yang menjadikan alasan penulis untuk mengolahnya kembali menjadi suatu yang dapat dimanfaatkan, salah satunya ialah sabun cair.
Sabun cair yang dihasilkan pada penelitian ini memang memiliki beberapa kelemahan-kelemahan yang menjadikan kurang disukai untuk digunakan sebagai sabun cair cuci piring.Antara lain ialah pada aroma yang terdapat pada sabun cair itu sendiri.Sabun cair yang telah dihasilkan ini bisa digunakan untuk keperluan
mencuci piring dalam kehidupan sehari-hari dan juga menjadikan sabun cair yang lebih ramah lingkungan tanpa membuat masyarakat untuk membuang ataupun mengkonsumsi kembali minyak jelantah yang tidak baik untuk ekosistem dan tidak baik untuk kesehatan.
Kesimpulan
1. Kadar air tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 30,67% dan kadar air terendah pada perlakuan K3 sebesar 30,26%.
2. Asam lemak bebas nilai tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,74% dan terendah pada perlakuan K2 dan K3 sebesar 0,62%.
3. Bagian tidak larut alkohol tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,024% dan terendah pada perlakuan K3 sebesar 0,013%.
4. Pada uji organoleptik, aroma sabun yang paling disukai ialah pada sabun cair dengan ekstrak pandan, lalu pada karateristik warna, sabun yang paling disukai ialah pada sabun cair dengan ekstrak pandan dan pada karakteristik bentuk, sabun yang paling disukai ialah pada sabun cair dengan ekstrak pandan.
Saran
1. Aroma dan warna dari minyak jelantah perlu dilakukan suatu perlakuan, agar aroma dan warna dari minyak jelantah sebelum digunakan tidak seperti kondisi awal minyak jelantah tersebut.
AAK, 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta.
Amang, B. Pantjar .S., dan Anas. R. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. IPB Press, Bogor.
Annual Book of ASTM Standards., 2001.Volume 15.04.West Consokhen, PA. United States.
Dewi, E,W,A., 2009. Pandan Wangi. http://eprints.undip.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].
Fessenden, R. J dan Fessenden, J.1994. Kimia Organik. Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Hanafiah, A. 1991. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit UI Press. Jakarta.
Kristiani, B,R., 2013. Serai Wangi. http://e-journal.uajy.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].
Lestari, P. P. 2010. “Pemanfaatan Minyak Goreng Jelantah Pada Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair” Pasca sarjana teknik kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Luciana, 2005. “Minyak Gorengpun Bisa Melawan Koleserol”. Jakarta.
Mahmudatussa, A. 2006. Modul Minyak.Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Nurkalimah, C., 2012. Jeruk Nipis. http://repository.usu.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].
Purnamawati, D., 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa. IPB, Bogor.
Purwanto, S., 2014. Mesin Pengaduk Sabun Cair. http://adevnatural.com [Diakses pada tanggal 16 Juni 2015].
Rosita, A. F., Wenti. A. W. 2009. Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas Dari KFC Dengan Menggunakan Adsorbsen Karbon Aktif. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sofalina, D,A., 2013. Pandan Wangi.http://adln.lib.unair.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].
Spitz, L., 1996.Soap and Detergent a Theoritical and Practical Review.AOCS Press.Champaign-Illinois.
Sukamto, M,D., 2011. Serai Wanngi. http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].
Wijana, S., Nur.H., dan Arif. H. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Trubus Agrisarana, Surabaya.
Lampiran 1. Flow Chart Penelitian.
Mulai
Dilakukan Penyaringan/ Pemisahan Minyak Jelantah dengan Residu
Dicampur / Diaduk Bahan (45 menit) sampai kental
Dicampur/ DiadukBahan
Didiamkan selama ± 24 jam
Larutan KOH
Penambahan Ekstrak (A), (B), (C)
Dikemas
Dilakukan Pengamatan dan Pengujian Parameter
Lampiran 2. Flow Chart Pembuatan Ekstrak Jeruk Nipis
Mulai
Dilakukan Pembersihan Buah Jeruk
Dibersihkan dari biji
Pencucian ulang
Daging Buah Jeruk Nipis
Diblender
Ekstrak Jeruk Nipis (C)
Lampiran 3. Flow Chart Pembuatan Ekstrak Pandan
Mulai
Dilakukan Pembersihan daun pandan dari kotoran
Dipotong kecil-kecil
Diblender
Diendapkan
Pemisahan Air dengan Endapan
Ekstrak Pandan (A)
Pencampuran dengan Air
Lampiran 4. Flow Chart Pembuatan Ekstrak Serai
Mulai
Dilakukan Pembersihan serai dari kotoran tanah Dipotong kecil-kecil Diblender Ekstrak Serai (B) Selesai Pencampuran dengan Air
Lampiran 5.Syarat Mutu Sabun Cair
Syarat mutu sabun cuci piring yang ditetapkan SNI 06-3532 dapat diliha tpada Tabel 1.1