• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Alat Pengaduk Sabun Cair Berbahan Baku Limbah Minyak Jelantah Dengan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Alat Pengaduk Sabun Cair Berbahan Baku Limbah Minyak Jelantah Dengan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

UJI ALAT PENGADUK SABUN CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH

MINYAK JELANTAH DENGAN EKSTRAK SERAI WANGI

(Cymbopogon nardus L.), PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.), DAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia)

SKRIPSI

FARIZ FAISAL RAHMAN

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI ALAT PENGADUK SABUN CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH

MINYAK JELANTAH DENGAN EKSTRAK SERAI WANGI

(Cymbopogon nardus L.), PANDAN (Pandanus amaryllifolius Roxb.), DAN JERUK NIPIS(Citrus aurantifolia)

SKRIPSI

Oleh:

FARIZ FAISAL RAHMAN

110308009/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ainun Rohanah, STP, M.Si) (Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

FARIZ FAISAL RAHMAN: Uji Alat Pengaduk Sabun Cair Berbahan Baku Limbah Minyak Jelantah dengan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Minyak Jelantah merupakan minyak sisa-sisa penggorengan yang tidak bias digunakan kembali. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan selanjutnya, salah satunya ialah menjadi sabun cair. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan minyak jelantah menjadi sabun cair dengan tambahan ekstrak dari serai wangi, pandan dan jeruk nipis. Penelitian dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian dan pengujian parameter di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian USU pada bulan April 2015 hingga Mei 2015 dengan menggunakan model rancangan acak lengkap non faktorial. Parameter yang diamati adalah kadar air, asam lemak bebas (FFA), bagian tidak larut dalam alkohol dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak serai wangi, pandan dan jeruk nipis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, asam lemak bebas (FFA) dan bagian tidak larut alkohol. Kata Kunci : minyak jelantah, sabun cair, ekstrak dari serai wangi, pandan, jeruk

nipis

ABSTRACT

FARIZ FAISAL RAHMAN: Test of Liquid soap stirrer of soap made from used cooking oil With Extract of Lemongrass (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb), and Lemon (Citrus aurantifolia), Supervised by AINUN ROHANAH and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Use cooking Oil is the remains of frying oil that can not be reused. Therefore a further processing is needed, one of them is to be come liquid soap. The aim of this study was to process used cooking oil into liquid soap using the extract of lemongrass, pandan and lemon. The study was conducted at the Laboratory of Agricultural Engineering and parameters tested at the Food Chemical Analysis Laboratorium Faculty of Agricultural in April 2015 to Mei 2015 by using a non-factorial completely randomized design. Parameters measured were water content, free fatty acid (FFA), alcohol insoluble part, and organoleptic test. The result showed that extract of lemongrass, pandan and lemon extract had no significant effect on water content, free fatty acid (FFA) and alcohol insoluble part.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Fariz Faisal Rahman dilahirkan di Sisumut, pada tanggal 03 Januari 1994 dari ayah Zulkarnain dan ibu Neny Syafrida. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kotapinang dan tahun 2011 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Undangan. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Laboratorium Perbengkelan dan Asisten Laboratorium Sistem Informasi pada tahun 2014-2015.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Uji Alat Pengaduk Sabun Cair Berbahan Baku Limbah Minyak Jelantah dengan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015

(6)

DAFTAR ISI

Bahaya Pengkonsumsian Minyak Jelantah ... 6

Sabun Cair... 8 Tempat dan Waktu Penelitian... 13

Bahan dan Alat ... 13

Bagian Tidak Larut Alkohol ... 23

(7)

DAFTAR TABEL

No.

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Flow chart penelitian ... 32

2. Flow chart pembuatan ekstrak jeruk nipis ... 33

3. Flow chart pembuatan ekstrak pandan ... 34

4. Flow chart pembuatan ekstrakserai wangi ... 35

5. Syarat Mutu Sabun Cair ... 36

6. Wawancara ... 37

7. Analisis kadar air (%) ... 38

8. Asam Lemak Bebas (%FFA) ... 39

9. Bagian Tidak Larut Dalam Alkohol (%) ... 40

10.Data uji organoleptik ... 41

11.Bahan Penelitian ... 43

12.Hasil penelitian... 46

13.Analisis parameter kadar air ... 48

14.Asam lemak bebas dan analisis bagian tidak larut dalam alkohol ... 49

(9)

ABSTRAK

FARIZ FAISAL RAHMAN: Uji Alat Pengaduk Sabun Cair Berbahan Baku Limbah Minyak Jelantah dengan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.), dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dibimbing oleh AINUN ROHANAH dan SAIPUL BAHRI DAULAY.

Minyak Jelantah merupakan minyak sisa-sisa penggorengan yang tidak bias digunakan kembali. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan selanjutnya, salah satunya ialah menjadi sabun cair. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan minyak jelantah menjadi sabun cair dengan tambahan ekstrak dari serai wangi, pandan dan jeruk nipis. Penelitian dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian dan pengujian parameter di Laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan Fakultas Pertanian USU pada bulan April 2015 hingga Mei 2015 dengan menggunakan model rancangan acak lengkap non faktorial. Parameter yang diamati adalah kadar air, asam lemak bebas (FFA), bagian tidak larut dalam alkohol dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak serai wangi, pandan dan jeruk nipis tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, asam lemak bebas (FFA) dan bagian tidak larut alkohol. Kata Kunci : minyak jelantah, sabun cair, ekstrak dari serai wangi, pandan, jeruk

nipis

ABSTRACT

FARIZ FAISAL RAHMAN: Test of Liquid soap stirrer of soap made from used cooking oil With Extract of Lemongrass (Cymbopogon nardus L.), Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb), and Lemon (Citrus aurantifolia), Supervised by AINUN ROHANAH and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Use cooking Oil is the remains of frying oil that can not be reused. Therefore a further processing is needed, one of them is to be come liquid soap. The aim of this study was to process used cooking oil into liquid soap using the extract of lemongrass, pandan and lemon. The study was conducted at the Laboratory of Agricultural Engineering and parameters tested at the Food Chemical Analysis Laboratorium Faculty of Agricultural in April 2015 to Mei 2015 by using a non-factorial completely randomized design. Parameters measured were water content, free fatty acid (FFA), alcohol insoluble part, and organoleptic test. The result showed that extract of lemongrass, pandan and lemon extract had no significant effect on water content, free fatty acid (FFA) and alcohol insoluble part.

(10)

Latar Belakang

Salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat ialah minyak goreng.Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhanatau hewanyang dimurnikan, berbentuk cairdalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagungdankedelai(Ketaren, 1986).

Minyak goreng dapat digunakan hingga 3-4 kali penggorengan. Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna. Zat warna dalam minyak terdiri dari dua golongan, yaitu zat warna alamiah dan warna dari hasil degradasi zat warna alamiah.Zat warna tersebut terdiri dari αdan β karotein, xanthofil, klorofildan anthosyanin.Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan dan kemerah–merahan (Ketaren, 1986).

(11)

digoreng menjadi menjadi berbahaya bagi kesehatan, seperti deposit lemak yang tidak normal, kanker, kontrol tidak sempurna padapusat syaraf (Ketaren, 1986).

Pertumbuhan jumlah penduduk, serta perkembangan industri, restoran, dan usaha fastfoodakan menyebabkan dihasilkannya minyak goreng bekas dalam jumlah yang cukup banyak. Minyak goreng bekas ini apabila dikonsumsi dapat menimbulkan penyakit yang membuat tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun.Namun apabila minyak goreng bekas tersebut dibuang sangatlah tidak efisien dan mencemari lingkungan.Karena itu minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi produk berbasis minyak seperti sabun cair.

Sabun merupakan senyawa natrium ataukalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisibasa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksiberupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH makaproduk reaksi berupa sabun cair (Ketaren,1986).

(12)

penghilangan bau tidak sedap, dan juga dikarenakan mudahnya pemenuhan ketiga komoditi ini yang hampir bisa didapat dimana saja.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan minyak jelantah menjadi sabuncair dengan ekstrak dari serai, pandan, dan jeruk nipis, serta menguji karakteristik mutu antara lain kadar air, asam lemak bebas (FFA), bagian tidak larut alkohol, bau, warna, dan bentuk.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi sabun cair dengan ekstrak serai, pandan dan jeruk nipis.

(13)

Minyak Goreng

Berdasarkan sumber bahan baku untuk memproduksi minyak goreng, Amang.dkk(1996) menyatakan bahwa minyak goreng dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok agregat. Kelompok pertama adalah minyak yang dihasilkan dari hewan yang secara awam sering diistilahkan sebagai lemak (fat). Penggunaan minyak hewani untuk konsumsi langsung rumah tangga sebagai bahan pangan relatif terbatas. Biasanya, minyak hewani sebagai bahan pangan lebih bersifat tidak langsung yakni ikutan dari konsumsi daging.

Kelompok kedua adalah minyak nabati, yakni minyak yang dihasilkan dari ekstrak kandungan asam lemak dari tumbuh-tumbuhan. Minyak nabati yang populer dikonsumsi manusia adalah hasil olahan dari ekstrak minyak yang berasal dari sawit, kelapa, kacang tanah, kedelai, jagung, bunga matahari dan lobak. Di Indonesia, lebih dari 95 persen minyak goreng yang berasal dari minyak nabati adalah berasal dari kelapa sawit.

Minyak Jelantah

(14)

(FFA), perubahan indeks refraksi, angka perioksida, angka karbonil, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa dan adanya kotoran dari bumbu yang digunakan dan dari bahan yang digoreng. Semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna coklat serta flavour yang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng (Wijana,dkk., 2005).

Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah digunakan berkali-kali, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan yang mempengaruhi kualitas minyak itu sendiri. Faktor pertama yang dapat menyebabkan kerusakan lemak atau minyak adalah penyerapan bau.Lemak dan minyak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang menyebabkan seluruh lemak menjadi rusak.

Faktor yang ke dua yang dapat menyebabkan kerusakan lemak atau minyak adalah hidrolisis.Dengan adanya air, lemak dan minyak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak.Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam, dan enzim-enzim.Dalam teknologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10%.

(15)

Kerusakan lemak dan minyak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh proses autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam minyak. Autooksidasi dimulai dengan pembentukan faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat, dan enzim-enzim lipoksidase (Mahmudatussa, 2006).

Bahaya Pengkonsumsian Minyak Jelantah

Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu tinggi 1700–1800C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa–senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang merugikan kesehatan manusia. Proses–proses tersebut menyebabkan minyak mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan iodin, timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa, hanya kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren, 1986).

(16)

Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi akanmenghasilkan bahan dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak. Oksidasi minyak akan menghasilkansenyawa aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir. Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi, adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum (gelembung) yang mengendap di dasar tempat penggoregan (Ketaren, 1986).

Selama penggorengan sebagian minyak akan teradsorbsi dan masuk ke bagian luar bahan yang digoreng dan mengisi ruangan kosong yang semula diisi oleh air. Hasil penggorengan biasanya mengandung 5% - 40% minyak.Konsumsi minyak yang rusak dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pengendapan lemak dalam pembuluh darah (Artherosclerosis)dan penurunan nilai cerna lemak (Luciana, 2005).

Berdasarkan penelitian sebelumnyadisebutkan kemungkinan adanya senyawa carcinogenicdalam minyak yang dipanaskan, dibuktikan dari bahan pangan berlemak teroksidasi yang dapat mengakibatkan pertumbuhan kanker hati. Selan itu selama penggorengan juga akanterbentuk senyawa Acrolein yang bersifat racun dan menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan (Luciana, 2005).

(17)

memanfaatkan minyak goreng bekas tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak goreng bekas ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat digunakan kembali sebagai media penggorengan atau digunakan sebagai bahan baku produk berbasis minyak seperti sabun (Wijana,dkk., 2005). Sabun Cair

Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik.Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.Sabun merupakan garam lokal alkali (biasanya garam Kalium) dari asam lemak, terutama mengandung garam C16(asam palmitat) dan C18(asam stearat) namun juga dapat mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah (Ketaren, 1986).

Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hirolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam KOH (minyak dipanaskan dengan KOH) sampai terhidrolisis sempurna. Asam lemak yang berikatan dengan Kalium ini dinamakan sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol, selain C12dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat (Ketaren, 1986).

(18)

berasal dari hewani (lemak babi dan lemak sapi) maupun dari nabati (tumbuhan kelapa, palem dan minyak zaitun).Alkali yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan KOH yang dapat membuat sabun menjadi cair, sedangkan alkali yang digunakan untuk membuat sabun padat digunakan larutan NaOH (Ketaren, 1986).

Sabun cuci piring cair bisa ditambah dengan parfum, dan berbagai jenis filler yang lain tergantung tujuan. Sabun untuk mencuci merupakan sabun yang sedikit larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak, seperti gasoline, eter dan benzena (Fessenden dan Fessenden, 1994).

Uji Organoleptik

Menurut Soekarto (1981), penilaian dengan indra disebut penilaian organoleptik atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif. Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti mutu komoditi hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indra bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.

Serai

(19)

berbeda.Minyak sereh yang selama ini dikenal di Indonesia merupakan minyak sereh wangi (citronella oil) yang biasanya terdapat dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura (Sukamto, 2011).

Taksonomi Serai

Sistematika tanaman serai adalah sebagai berikut : Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Subdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle (Kristiani, 2013). Pandan

(20)

Taksonomi Pandan

Sistematika tanaman pandan adalah sebagai berikut : Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Subdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb (Dewi, 2009). Jeruk Nipis

(21)

Taksonomi Jeruk Nipis

Sistematika tanaman jeruk nipis adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Gereniales Suku : Rutaceae Marga : Citrus

Jenis : Citrus aurantifolia (Nurkalimah,2012). Alat Pengaduk Sabun Cair

Mesin pengaduk untuk membuat sabun transparan, sabun cair dan sabun colek pada dasarnya adalah sama fungsinya. Mesin tersebut digunakan untuk mencampur bahan-bahan pembuat sabun sehingga didapatkan adonan sabun yang homogen dan merata.Dengan demikian, mesin pengaduk sabun yang baik adalah mesin yang dapat mengaduk adonan secara merata dan homogen.

(22)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian inidilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sedangkan pengujian parameter dilakukan di Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini adalah NaOH, Minyak Jelantah, Daun Pandan, Batang Serai Wangi, Buah Jeruk Nipis, air, H2SO4, KOH, aquades dan kertas whatman.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, sendok makan, timbangan digital, wadah logam atau kaca, pengaduk, termometer, alat pengaduk sabun cair, blender, kain blancu, cawan, elemeyer, aluminium foil, loyang, plastik wrap, oven, pompa hisap, dan corong.

Metode Penelitian

1. Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap ( RAL ) non-faktorial dengan 3 kali ulangan di setiap perlakuan.

Perlakuan komoditi (K) terdiri dari 3 taraf yaitu : K1 =Jeruk Nipis

(23)

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL ) non-faktorial dengan perlakuan komoditi (K) dengan kode rancangan :

Yij = µ + αi + ɛij………... (1) Dimana:

Yij = hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-1 pada ulangan ke-j. µ = nilai tengah sebenarnya.

αi = efek faktor K pada taraf ke-i. ɛij = pengaruh galat ( pengacakan ).

2. Persiapan Bahan Baku

Minyak jelantah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah minyak bekas penggorengan dengan masa penggorengan sebanyak tiga kali. Minyak jelantah yang akan diolah dilakukan pembersihan terlebih dahulu dengan menyaringnya dengan kain blancu yang telah disiapkan.

Bagian dari pandan yang akan digunakan ialah pada bagian daun. Bagian daun yang akan digunakan terlebih dahulu dicuci, kemudian dipotong-potong dan dihaluskan dengan cara di blender dengan ditambahkan air sedikit untuk menghaluskannya.Setelah itu peras dan saring airnya.Masukkan ke dalam plastik segitiga.Biarkan selama 1 hari di kulkas.

Bagian dari serai wangi yang akan digunakan dalam pengolahan ialah pada bagian batang. Untuk mengambil batang serai, terlebih dahulu potong dibagian akarnya, kemudian dipisahkan dari daun-daunnya.Setelah itu, dibersihkan batang serai kemudian direbus dengan menambahkan sedikt air.

(24)

melekat dengan daging buah.Lalu daging buah diblender dengan pnembahan air sedikit.Buah jeruk nipis yang telah halus, siap digunakan untuk campuran sabun. 3. Prosedur Penelitian

 Diaduk campuran dengan pengaduk selama kurang lebih 45 menit.  Didiamkan selama 1 hari.

4.1.Analisa Kadar air dan zat menguap pada 1050C.

(25)

sampel, dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Setelah

Asam lemak bebas merupakan salah satu indikator pengujian terhadap kualitas sabun cair yang dihasilkan. Jadi semakin rendah nilai asam lemak bebas, maka kualitas sabun juga akan semakin bagus. Jadi pertama-tama sebanyak 5g sampel sabun ditimbang dan dimasukkan dalam elemeyer 250 ml dan ditambahkan 50 mL alkohol netral 95% dan dipanaskan sampai mendidih. Setelah ditambahkan tiga tetes indikator phenolptalein, larutan dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu yang tidak hilang selam beberapa detik. Penentuan kadar asam lemak bebas dapat dihitung dari persamaan berikut :

% FFA = L H x H x e

e X X 100% ... …….(3)

4.3.Analisa bagian tidak larut dalam alkohol.

(26)

selama 15 menit. Kemudian autoklaf dimatikan dan ditunggu hingga suhu turun mendekati suhu kamar. Dibuka penutup dari elemeyer kemudian dituang larutan NaOH sebanyak 50 mL dan dilakukan perlakuan sama di autoklaf pada larutan kedua ini. Disiapkan kertas saring whatman pada corong dan dituang larutan yang berada pada elemeyer dimana pada bagian bawah corong telah disambung dengan alat pompa hisap. Lalu didapatlah bagian yang tidak larut pada permukaan kertas whatman dan disiram dengan aquades yang mendidih dilanjutkan dengan larutan H2SO4 sebanyak 25 mL. Lalu disiram lagi dengan aquades yang telah mendidih dan dilanjutkan dengan penyiraman larutan alkohol 95% sebanyak 25 mL dan dilakukan penyiraman lagi dengan aquades yang mendidih. Diangkat kertas saring whatman dengan penjepit lalu diletakkan diatas cawan kaca kemudian loyang dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 700C selama 30 menit, kemudian suhu 1050C selama 30 menit. Lalu loyang dikeluarkan dan didinginkan di desikator selama 15 menit, kemudian kertas whatman ditimbang. Diulangi langkah pengeringan dalam oven dengan suhu 1050C dan pendinginan di desikator selama 30 menit hingga kertas whatman memiliki perbandingan sejauh 0.01 dengan kertas whatman yang baru.

Setelah stabil, langkah diatas dihentikan dan dilakukan perhitungan dengan persamaan:

% Tidak Larut = ��� � ��� �

��� � � �� X 100%... …….(4)

(27)

 Aroma, merupakan pengujian yang dilakukan dengan indra penciuman langsung melalui hidung oleh seorang penguji dengan pembobotan sebagai berikut :

 Warna, merupakan pengujian yang dilakukan dengan indra penglihatan secara lamgsung dengan mata oleh seorang penguji dengan pembobotan sebagai berikut:

(28)

Tabel 3. Pembobotan Karateristik Bentuk

Nilai Pembobotan Keterangan

1 Sangat Bagus

2 Bagus

3 Cukup Bagus

4 Kurang Bagus

(29)

Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum dapat diketahui bahwa nilai Kadar Air, FFA, dan bagian tidak larut alkohol pada masing-masing ulangan relatif sama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Karakteristik sabun K2 dan K3 sebesar 0,62%. Lalu pada parameter bagian tidak larut alkohol, nilai tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,024% dan nilai terendah yaitu pada perlakuan K3 sebesar 0,013%.

Kadar Air

(30)

terjadi karena air yang digunakan saat proses pemurnian serta proses pencampuran dengan air pada bahan kimia hampir sama banyaknya.

Pada penelitian ini, nilai kadar air yang didapatkan dari penelitian tidak sesuai dengan syarat mutu yang telah ada. Dimana, nilai kadar air yang dihasilkan lebih tinggi atau melewati batas syarat mutu dari sabun cair yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan air dalam proses pembuatan sabun cair ini. Dimana dalam pembuatan sabun cair dengan komposisi minyak jelantah sebanyak 100 ml, membutuhkan larutan KOH sebanyak 50 ml yang sebelumnya KOH terlebih dahulu dilarutkan pada air sebanyak 100 ml. Sehingga hal ini menyebabkan kadar air lebih tinggi pada sabun cair yang telah dihasilkan. Selain itu, tingginya kadar air juga disebabkan oleh pencampuran air dengan adonan sabun dengan perbandingan 1:2, dan juga disebabkan penambahan ekstrak yang juga menggunakan air. Hal ini sesuai dengan literatur Spitz (1996) yang menyatakan bahwa Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan. Semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut atau habis pada saat digunakan.

(31)

dioven ditimbang kembali dan dihitung persen kadar air yang terkandung pada tiap-tiap sabun batang tersebut.

Asam Lemak Bebas (FFA)

Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8, menunjukkan hasil bahwa Fhitung lebih kecil daripada F0,05dan F0,01. Dimana hal ini dapat menyatakan bahwa antara tiap-tiap perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan tidak nyata.Sehingga pengujian DMRT tidak dilanjutkan. Menurut Hanafiah (1995) hasil perlakuan tidak nyata memiliki makna bahwa tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibanding perlakuan lain. Hal ini terjadi jika H0 (hipotesis percobaan) diterima pada taraf uji 5 %.

Pada proses analisa asam lemak bebas (FFA) yang dilakukan, nilai asam lemak bebas yang didapatkan menunjukkan nilai yang hampir sama. Yaitu berkisar antara 0,62 sampai dengan 0,74. Hal ini dikarenakan bahan baku berupa minyak jelantah yang digunakan ialah sama. Lalu nilai rataan pada asam lemak bebas (FFA) pada penelitian ini adalah sebesar 0,66 dimana menurut Wijana,dkk (2005), salah satu syarat mutu sabun cair adalah maksimal 2,5%. Sehingga sabun cair yang dihasilkan pada penelitian ini dapat dinyatakan sebagai sabun cair yang layak untuk digunakan sesuai syarat mutu asam lemak bebas.

(32)

pengaruh negatif yaitu iritasi kulit dan apabila terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran.

Pada Lampiran 9, dapat diketahui bahwa nilai asam lemak bebas tertinggi yaitu pada perlakuan Jeruk nipis dengan nilai 0,74%. Sedangkan nilai asam lemak bebas terendah ialah pada perlakuan pandan dan serai wangi dengan nilai 0,62%. Pada analisis asam lemak bebas yang dilakukan di laboratorium, hal pertama yang dilakukan ialah menimbang masing-masing sampel sebanyak 4 gram lalu dimasukkan ke dalam labu elemeyer dan dicampur dengan larutan alkohol 95% sebanyak 50 mL. Kemudian dididihkan hingga sampel larut dengan alkohol.Setelah itu larutan didinginkan dan ditetesi dengan tiga tetes indikator phenolptalein lalu ditritrasi dengan KOH 0,1N sampai larutan berwarna merah jambu.Berikutnya catat berapa banyak larutan KOH yang diperlukan dan dihitung berapa nilai asam lemak bebas pada masing-masing sampel.

Bagian Tidak Larut Alkohol

Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 8, menunjukkan hasil bahwa Fhitung lebih kecil daripada F0,05dan F0,01. Dimana hal ini dapat menyatakan bahwa antara tiap-tiap perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan tidak nyata.Sehingga pengujian DMRT tidak dilanjutkan. Menurut Hanafiah (1995) hasil perlakuan tidak nyata memiliki makna bahwa tidak ada perlakuan yang pengaruhnya menonjol dibanding perlakuan lain. Hal ini terjadi jika H0 (hipotesis percobaan) diterima pada taraf uji 5 %.

(33)

parameter ini hal yang penting ialah untuk menentukan banyak tidaknya serat atau kotoran yang terdapat pada sabun yang akan mempengaruhi kualitas sabun itu sendiri. Pada penelitian ini, nilai tertinggi didapatkan pada jeruk nipis yaitu sebesar 0,024%.Hal ini dikarenakan penggunaan aquades yang kurang bersih pada perlakuan ini, sehingga kotoran-kotoran pada aquades ikut menempel pada kertas saring dan mempengaruhi nilai dari perlakuan itu sendiri.Kemudian nilai terendah ialah pada ekstrak serai wangi yaitu sebesar 0,013% yang otomatis menunjukkan pada perlakuan ini, sabun cair memiliki kualitas sabun yang paling bagus. Menurut Wijana,dkk (2005), salah satu syarat mutu sabun cair adalah bagian tidak larut dalam alkohol tidak boleh melebihi 2,5%, sehingga ekstrak serai wangi merupakan sabun cair dengan kualitas yang paling bagus pada penelitian ini dari karateristik bagian tidak larut alkohol.Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan pati dan protein yang terdapat pada salah satu ekstrak. Menurut ASTM (2001), bagian tak larut dalam alkohol meliputi garam alkali, seperti karbonat, silikat, fosfat, dan sulfat, serta pati dan apabila protein ditambahkan alkohol maka protein akan menggumpal.

(34)

1050C selama 30 menit dan kemudian kertas saring ditimbang kembali. Berikutnya dicari nilai bagian tidak larut alkohol pada tiap-tiap sampel dengan perhitungan yang telah ada.

Aroma

Aroma merupakan salah satu karakterisktik yang terdapat dalam uji organoleptik pada penelitian ini. Pada pengujian aroma, dilakukan dengan cara penciuman langsung terhadap sabun cair lalu diberikan penilaian yang telah ditentukan pada Tabel 2. Pada hasil pengujian aroma (Lampiran 10), nilai tertinggi diperoleh pada sabun cair dengan ekstrak pandan sebesar 2,73 dan nilai terendah diperoleh pada sabun cair dengan ekstrak serai wangi sebesar 3,93. Dapat disimpulkan bahwa aroma pada sabun cair dengan ekstrak pandan lebih harum dibandingkan dengan sabun cair dengan ekstrak dari jeruk nipis dan serai wangi.

(35)

Warna

Warna merupakan salah satu karateristik pengujian organoleptik pada penelitian ini, dimana pada pengujiannya digunakan indra penglihatan dalam penilaiannya. Pada hasil pengujian organoleptik warna (Lampiran 10), nilai tertinggi didapat pada sabun cair dengan ekstrak pandan sebesar 2,33 dan nilai terendah didapat pada sabun cair dengan ekstrak jeruk nipis sebesar 3,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sabun cair dengan ekstrak pandan memiliki warna yang lebih disukai dibandingkan sabun cair dengan ekstrak jeruk nipis dan serai wangi.Hal ini dikarenakan pada sabun cair ekstrak pandan memiliki warna hijau yang membuat warna dari sabun cair dengan ekstrak pandan menjadi lebih menarik.

Nilai rataan warna pada ketiga ekstrak yang digunakan pada penelitian ini lebih mengarah pada penilaian 3 (cukup menarik).Hal ini dikarenakan warna dari minyak jelantah yang digunakan memiliki warna yang telah jauh dari warna aslinya yaitu berwarna coklat. Menurut Wijana,dkk (2005), semakin sering digunakan tingkat kerusakan minyak akan semakin tinggi. Penggunaan minyak berkali-kali akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa dan meningkatkan warna cokelat serta flavour yang tidak disukai pada bahan makanan yang digoreng. Oleh karena itu, sabun batang yang dihasilkan memiliki warna yang coklat dan tidak seperti warna sabun pada umumnya.

Bentuk

(36)

tertinggi didapat pada sabun cair dengan ekstrak pandan sebesar 2,27 dan nilai terendah didapat pada sabun cair dengan ekstrak serai wangi sebesar 3,07. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sabun cair dengan ekstrak pandan memiliki bentuk yang lebih disukai dibandingkan sabun cair denganekstrak jeruk nipis dan serai wangi.

Adapun sabun cair pada penelitian ini dapat berbentuk cair dikarenakan bantuan dari basa kuat yaitu KOH. Menurut Ketaren (1986), Pembuat kondisibasa yang biasa dalam pembuatan sabun adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksiberupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH makaproduk reaksi berupa sabun cair.

Minyak jelantah, merupakan minyak goreng yang telah tidak layak pakai atau telah melewati batas penggunaan minyak goreng. Minyak goreng yang penggunaannya melewati batas pemakaian sebanyak 3-4 kali dipercaya akan menurunkan mutu dan membahayakan bagi kesehatan apabila minyak goreng tersebut tetap digunakan untuk konsumsi (Rosita dan Widasari, 2009). Oleh karena banyaknya limbah minyak jelantah yang dapat menganggu kesehatan dan merusak lingkungan hidup, maka hal inilah yang menjadikan alasan penulis untuk mengolahnya kembali menjadi suatu yang dapat dimanfaatkan, salah satunya ialah sabun cair.

(37)
(38)

Kesimpulan

1. Kadar air tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 30,67% dan kadar air terendah pada perlakuan K3 sebesar 30,26%.

2. Asam lemak bebas nilai tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,74% dan terendah pada perlakuan K2 dan K3 sebesar 0,62%.

3. Bagian tidak larut alkohol tertinggi yaitu pada perlakuan K1 sebesar 0,024% dan terendah pada perlakuan K3 sebesar 0,013%.

4. Pada uji organoleptik, aroma sabun yang paling disukai ialah pada sabun cair dengan ekstrak pandan, lalu pada karateristik warna, sabun yang paling disukai ialah pada sabun cair dengan ekstrak pandan dan pada karakteristik bentuk, sabun yang paling disukai ialah pada sabun cair dengan ekstrak pandan.

Saran

(39)

AAK, 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta.

Amang, B. Pantjar .S., dan Anas. R. 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. IPB Press, Bogor.

Annual Book of ASTM Standards., 2001.Volume 15.04.West Consokhen, PA. United States.

Dewi, E,W,A., 2009. Pandan Wangi. http://eprints.undip.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].

Fessenden, R. J dan Fessenden, J.1994. Kimia Organik. Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hanafiah, A. 1991. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit UI Press. Jakarta.

Kristiani, B,R., 2013. Serai Wangi. http://e-journal.uajy.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].

Lestari, P. P. 2010. “Pemanfaatan Minyak Goreng Jelantah Pada Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair” Pasca sarjana teknik kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Luciana, 2005. “Minyak Gorengpun Bisa Melawan Koleserol”. Jakarta.

Mahmudatussa, A. 2006. Modul Minyak.Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurkalimah, C., 2012. Jeruk Nipis. http://repository.usu.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].

Purnamawati, D., 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa. IPB, Bogor.

Purwanto, S., 2014. Mesin Pengaduk Sabun Cair. http://adevnatural.com [Diakses pada tanggal 16 Juni 2015].

Rosita, A. F., Wenti. A. W. 2009. Peningkatan Kualitas Minyak Goreng Bekas Dari KFC Dengan Menggunakan Adsorbsen Karbon Aktif. Universitas Diponegoro, Semarang.

(40)

Sofalina, D,A., 2013. Pandan Wangi.http://adln.lib.unair.ac.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].

Spitz, L., 1996.Soap and Detergent a Theoritical and Practical Review.AOCS Press.Champaign-Illinois.

Sukamto, M,D., 2011. Serai Wanngi. http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id [Diakses pada tanggal 28 Desember 2014].

(41)

Lampiran 1. Flow Chart Penelitian.

Mulai

Dilakukan Penyaringan/ Pemisahan Minyak Jelantah dengan Residu

Dicampur / Diaduk Bahan (45 menit) sampai kental

Dicampur/ DiadukBahan

Didiamkan selama ± 24 jam

Larutan KOH

Penambahan Ekstrak (A), (B), (C)

Dikemas

Dilakukan Pengamatan dan Pengujian Parameter

(42)

Lampiran 2. Flow Chart Pembuatan Ekstrak Jeruk Nipis

Mulai

Dilakukan Pembersihan Buah Jeruk

Dibersihkan dari biji

Pencucian ulang

Daging Buah Jeruk Nipis

Diblender

Ekstrak Jeruk Nipis (C)

(43)

Lampiran 3. Flow Chart Pembuatan Ekstrak Pandan

Mulai

Dilakukan Pembersihan daun pandan dari kotoran

Dipotong kecil-kecil

Diblender

Diendapkan

Pemisahan Air dengan Endapan

Ekstrak Pandan (A)

Pencampuran dengan Air

(44)

Lampiran 4. Flow Chart Pembuatan Ekstrak Serai

Mulai

Dilakukan Pembersihan serai dari kotoran tanah

Dipotong kecil-kecil

Diblender

Ekstrak Serai (B)

Selesai

(45)

Lampiran 5.Syarat Mutu Sabun Cair

Syarat mutu sabun cuci piring yang ditetapkan SNI 06-3532 dapat diliha tpada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Syarat Mutu Sabun Cuci piring cair No. Uraian

1. Kadar Air (%) maks 15

(46)

Lampiran 6. Wawancara

1. Bagaimana pendapat saudara pertama kali melihat sabun cair ini?

Jawab : Lumayan meyakinkan, karena bentuknya seperti sabun cair yang sering digunakan.

2. Setelah saudara mencoba sabun cair ini, apakah ada bedanya dengan sabun cair yang sering digunakan? Jika ada, apa bedanya?

Jawab : Jelas ada, bedanya di aromanya. Kalau sabun cuci piring biasa yang saya pakai tidak bau seperti aroma minyak jelantah. Tapi daya cuci bersihnya lumayan dan ada busanya juga.

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari sabun cair yang telah saudara coba ini? Jawab: Kelebihannya dari segi kekentalan, busa, tidak berminyak ketika di

cuci ke piring kaca / plastik. Sedangkan kekurangannya masih ada bau minyak jelantah di sabun tersebut.

4. Apakah ada efek negatif terhadap kulit saudara setelah mencoba sabun cair ini? Jawab : Tidak ada.

5. Menurut saudara, layak atau tidak sabun cair ini di pasarkan? Berikan alasannya ?

Jawab : Untuk saat ini saya rasa belum layak untuk dipasarkan, karena masih ada bau minyak jelentahnya.

6. Apakah ada saran saudara tentang sabun cair ini?

(47)

Lampiran 7. Analisis Kadar Air (%)

Data Analisis Kadar Air di Laboratorium Keteknikan Pertanian

Data Kadar Air

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(48)

Lampiran 8. Asam Lemak Bebas (%FFA)

Data Analisis Asam Lemak Bebas di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan

Data Asam Lemak Bebas

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Analisis Sidik Ragam Asam Lemak Bebas

(49)

Lampiran 9. BagianTidakLarutDalamAlkohol (%)

Data Analisis Bagian Tidak Larut Dalam Alkohol di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan

Data Bagian Tidak Larut Dalam Alkohol

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Analisis Sidik Ragam Bagian Tidak Larut Alkohol

(50)

Lampiran 10. Data Uji Organoleptik

Uji organoleptik sabun cair dengan ekstrak Jeruk Nipis

No. Nama Penguji Aroma Warna Bentuk

Uji organoleptik sabun cair dengan ekstrak Pandan

(51)

Uji organoleptik sabun cair dengan ekstrak serai wangi

No. Nama Penguji Aroma Warna Bentuk

1 Muhammad Rasyid Lubis 5 3 3

2 Lili Arianto 3 3 4

3 Poppy Hanora 4 3 2

4 Erika 4 2 2

5 Chairun Rifay 4 2 4

6 Yogi Firhodika 5 2 3

7 Dewi Sibarani 4 3 3

8 Rinal Arnando 3 3 3

9 Kiki Fadli 4 3 3

10 Triny 3 3 2

11 Amanda 5 3 4

12 Fanni 3 3 3

13 Areka 5 4 3

14 Rizgont 4 3 3

15 Safriani 3 3 4

Total 59 43 46

(52)

Lampiran 11. Bahan Penelitian

Jeruk Nipis

Pandan

(53)

Ekstrak jeruk nipis, pandan dan serai wangi

(54)

CMC Surfaktan

(55)

Lampiran 12. Hasil Penelitian : Sabun cair ekstrak jeruk nipis, pandan dan serai wangi

I II III Sabun cair dengan ekstrak jeruk nipis

(56)

I II III

(57)

Lampiran 13. Analisis Parameter Kadar Air

Ditimbang sampel

(58)

Lampiran 14. Analisis Parameter Asam Lemak Bebas & Bagian Tidak Larut Alkohol

Larutan sabun dengan alkohol di didihkan Analisa Asam Lemak Bebas

(59)

Lampiran 15. Gambar Alat

Gambar

Tabel 1. Pembobotan Karakteristik Aroma
Tabel 3. Pembobotan Karateristik Bentuk
Tabel 4. Karakteristik sabun
Tabel 1.1 Syarat Mutu Sabun Cuci piring cair

Referensi

Dokumen terkait

Keragaman tinggi pada karakter produksi tersebut, memungkinkan dilakukan seleksi populasi kelapa Genjah kopyor asal Pati, untuk mendapatkan tanaman dengan persentase

Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam dan kehidupan secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta- fakta,

kurang dari 5 (lima) untuk seleksi umum atau kurang dari 3 (tiga) untuk seleksi sederhana”. Berdasrkan hasil evalusi tesebut di atas maka Panitia Pengadaan Barang dan Jasa

Pengambilan data arus lalu lintas kendaraan dilakukan dengan cara merekam pergerakan kendaraan, geometri simpang dilakukan dengan cara mengukur langsung menggunakan roda

[r]

Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit yang meliputi (Supartini, 2009). 1) Kecemasan, ini

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran atau tindakan. Tujuan diadakannya pengamatan untuk mengenali, merekam, mendokumentasikan semua indikator baik

Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan metode inquiry pada pembelajaran sifat-sifat cahaya dapat menigkatkan hasil belajar siswa