• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persoalan yang di hadapi

Dalam dokumen jtptiain gdl ahmadsyams 4021 1 2304018 (Halaman 27-56)

BAB II KONDISI UMUM KJKS BMT WALISONGO

2.6 Persoalan yang di hadapi

Dengan prinsip syari'ah yang menjadi dasar operasionalisasi, KJKS BMT Walisongo juga mengalami banyak hambatan dan permasalahan yang harus diselesaikan. Masalah tersebut meliputi :

1. Bidang Operasionalisasi

Sebagai koperasi jasa keuangan syari’ah yang operasionalisasinya menggunakan prinsip – prinsip syari’ah ternyata tidak mudah karena keterbatasan sumber daya insani yang menguasai pengetahuan tentang syari’ah.

Masyarakat ternyata masih banyak yang tidak mengerti apakah itu bank syari’ah dan masih menganggap bahwa bank islam dan konvensional itu sama saja.

2. Bidang Sumber daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan elemen penting dalam sebuah lembaga keuangan dengan adanya SDM yang handal maka perkembangan lembaga keuangan akan terjamin demikian sebaliknya. Di

KJKS BMT Walisongo mempunyai 4 tenaga kerja yang semuanya berpendidikan D3 dengan pendidikan yang ini di harapkan bisa mengembangkan usahanya.

Tapi sebagian karyawan masih minim pengalaman dalam menjalankan tugas – tugasnya serta kurangnya pelatihan yang diterima mengakibatkan kendala tersendiri untuk bisa bersaing dalam mengembangkan skilnya dalam dunia perbankan terutama perbankan syari'ah yang mana SDM di wajibkan tahu sistem syari'ah itu bagaimana, serta menerapkannya di dunia perbankan.

3. Bidang Pemasaran

Bidang pemasaran mempunyai tugas untuk menawarkan produk yang di miliki oleh lembaga keuangan tersebut, demikian juga dengan KJKS BMT Walisongo mempunyai bidang pemasaran tapi bidang ini mempunyai beberapa kendala dalam mengembangkan strateginya yaitu sulitnya masyarakat di ajak untuk mengetahui sistem syari'ah karena sebagian besar masyarakat menyamakan dengan bank konvensional

Tapi dibalik semua kekurangan dan hambatan yang dihadapi oleh KJKS BMT Walisongo tampak kegigihan dan perjuangannya dalam mensosialisasikan perkembangan lembaga keuangan syari’ah Dan usaha untuk membantu mensejahterakan rakyat untuk keluar dari lingkaran kemiskinan

19

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pengertian, Dasar Hukum, rukun dan Syarat Ijarah A. Pengertian Ijarah

Al Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri1.

Barang yang mempunyai banyak manfaat dan selama

menggunakannya barang tersebut tidak mengalami perubahan atau

musnah. Manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya melainkan

sifatnya dan di bayar sewa, misalnya, rumah yang dikontrakkan/disewa

mobil disewa untuk perjalanan2.

B. Dasar Hukum

1.Al Qur’an

⌧ ☺

1 M Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet. ke-1, 2001, hlm 117.

2

Tim Asbisindo, et al.. Standar Operasional Produk BPR Syari’ah (penghimpunan dana penyaluran dana),1999,Penyaluran dana III hlm 48.

⌧ ☺ ⌧ ☺ ☺

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(Al Baqoroh: 233)3

Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila

kamu memberikan pembayaran yang patut “. Ungkapan tersebut

menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar

upah secara patut. Dalam hal ini termasuk di dalamnya jasa penyewaan

atau leasing4. ⌧ ⌧ ☺ 3

Al Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, hlm 57. 4

M Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet. ke-1, 2001, hlm. 118.

21

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (At-Tholak : 6)5

2. Al Hadits

ْا ا

ْﻚ ﺎ

ﺮْ امﺎﱠ ا ﻰﻄْ او ْ ا و ﷲا اﻰ ﺻ ﱠ ﱠ ا ﱠنا

)

ﺎ ا اور

(

Dari Anas Bin Malik sesunguhnya Rasulullah saw. Bersabda,” berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”. (HR Ibnu Majah)6

3. Kaidah Fiqh; antara lain:

ْ دﱠلﺪ ْناﱠ ا ﺔ ﺎ ْا ت ﺎ ْاﻰﻓ ْﺻ ا

ىﺮْ

"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya."7

4. Fatwa-fatwa

a. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Pembiayaan Ijarah

b. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 27/DSN-MUI/III/2002

Tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik

C. Rukun Ijarah

Adapun rukun Ijarah adalah sebagai berikut8:

5

Al Qur'an dan Terjemahannya...., hlm 946 6

Abi Abdillah Muhammad, Sunan Ibnu Majah, juz 2 , hal. 732 hadist ke-2164. 7

Tim Penulis DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, edisi kedua, Jakarta: BI-MUI, 2003, hlm 12

1. Penyewa (Musta’jir)

2. Pemilik manfaat (Mu’jir)

3. Obyek sewa (Ma’jur)

4. Harga sewa (Ujrah)

5. Ijab Qabul (shighot)

Berikut ini adalah Ketentuan Objek Ijarah dan kewajiban LKS

dan nasabah dalam pembiayaan Ijarah di dalam fatwa Dewan Syari'ah

Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, adalah

sebagai berikut:

D. Ketentuan Objek Ijarah

1. Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

Syari’ah.

5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

8

Tim Asbisindo, et al.. Standar Operasional Produk BPR Syari’ah (penghimpunan dana penyaluran dana),1999,Penyaluran dana III hlm 51.

23

6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi

fisik.

7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat

dijadikan harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa

atau upah dalam Ijarah.

8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari

jenis yang sama dengan obyek kontrak.

E. Kewajiban LKS dan Nasabah

1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak

penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab

F. Syarat Ijarah

Syarat Ijarah

1. Baik Mu'jar atau musta'jir harus balig dan berakal.

2. Musta'jir harus benar-benar memiliki barang yang disewakan itu atau

mendapatkan wilayah untuk menyewakan barang itu.

3. Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan akad.

4. Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lama

penyewaannya sehingga tidak menimbulkan persengketaan

5. Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi secara nyata dan

secara syar'i. Misalnya tidak diperbolehkan menyewakan mobil yang

dicuri orang atau perempuan haid untuk menyapu masjid.

6. Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal atau mubah

karena ada kaidah " menyewakan sesuatu untuk kemaksiatan adalah

haram hukumnya".

7. Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu kewajiban yang

harus dilakukan oleh orang yang diupah sebelum terjadinya akad

seperti menyewa orang untuk sholat

8. Upah harus berupah harta yang secara syar'i bernilai.

9. Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat merugikan pihak

penyewa..

25

1. Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang

disewakan itu berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad

Ijarah (Jumhur).

2. Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.

3. Barang yang disewakan hancur atau rusak.

4. Masa berlakunya akad telah selesai.

Aspek Teknis Ijarah

Implementasi Ijaroh9

Tujuan

1.Memberikan fasilitas kepada nasabah yang membutuhkan manfaat atas

barang atau jasa dengan pembayaran tangguh

2.Obyek sewa:

a.Properti

b.Alat transportasi

c.Alat-alat berat

d.Multi jasa (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan

kepariwisataan dan lain-lain)

e.Dan lain-lain

3.Spesifikasi obyek sewa

9

a.Jumlah, ukuran, dan jenis obyek sewa harus diketahui jelas serta

tercantum dalam akad

b.Obyek sewa dapat berupa barang yang dimiliki atau barang yang

diperoleh dengan menyewa dari pihak lain untuk kepentingan nasabah

c.Obyek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan di identifikasi

secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran

sewa dan jangka waktunya

4.Pemilik sewa (BMT)

a.BMT wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas

dan kuantitas barang sewa serta ketepatan waktu penyediaan barang

sewa sesuai kesepakatan

b.BMT dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang

yang akan disewa oleh nasabah

5.Penyewa (Nasabah)

a.Nasabah dilarang menyewakan kembali barang yang disewanya

b.Nasabah wajib menjaga keutuhan barang sewa

c.Nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang sewa yang

terjadi bukan karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah

6.Sewa (Ujrah)

a.Nasabah membayar sewa sesuai kesepakatan besarnya sewa (ujrah)

harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan

dalam bentuk prosentase

27

c.Apabila periode pembayaran nasabah kurang dari satu tahun, maka

sewa diakui sebagai pendapatan BMT setiap pembayaran sewa

d.Dalam hal periode pembayaran nasabah lebih dari satu tahun, maka

sewa diakui sebagai pendapatan secara proporsional secara jangka

waktu

e.Apabila obyek sewa bukan milik BMT , maka pendapatan BMT

merupakan selisih antara harga perolehan sewa dengan harga sewa

Gambar 3.1: Skema Teknis Al Ijaroh

B. Milik

3. Sewa Beli

2. Beli Obyek Sewa A. Milik 1.ButuhObyek Sewa

3.2. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

a. Syarat-syarat Pengajuan Pembiayaan

1. mengisi formulir yang disediakan

2. melampirkan fotocopy KTP Suami istri/fotocopy orang tua bila

masih lajang

3. melampirkan fotocopy Kartu Keluarga (KK) OBYEK SEWA BMT NASABAH PENJUAL SUPLIER

4. melampirkan fotocopy jaminan (BPKB milik sendiri, sertifikat Hak

milik dan SPPT PBB-nya, Ijasah (Hanya untuk biaya pendidikan).

5. persetujuan potong gaji dari bendahara, bila angsuran dengan cara

potong gaji

6. persyaratan lain bila dianggap perlu

7. bersedia disurvei dan BMT Walisongo berhak menolak permohonan

pembiayaan tanpa memberikan alasan

8.

b. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

1. Nasabah melengkapi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) yang di

dapat dari costumer servis, melampirkan identitas diri dan Surat

Pernyataan Agunan (SPA). Agunan dapat berupa BPKB, Sertifikat

Tanah, atau dokumen lainnya yang disetujui oleh BMT.

2. Petugas Administrasi Pembiayaan mencatat dan memberi nomor

register pada SPP yang masuk. Setelah itu, SPP diajukan pada pejabat

berwenang untuk mendapatkan disposisi.

3. Kemudian bagian pembiayaan menyurvei ke lokasi rumah atau usaha

nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah, mencocokkan data

pada Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) dengan kondisi nasabah

yang sesungguhnya, kemudian memeriksa kelengkapan pembukuan

biaya sekolah, Surat Keputusan registrasi atau daftar ulang untuk

29

selanjutnya direkam dalam Laporan Hasil Pemeriksaan SPP untuk di

analisis dan diteruskan kepada Direksi.

4. Pihak Direksi selanjutnya mempertimbangkan hasil analisis

pembiayaan dan memutuskan apakah pembiayaan disetujui untuk

direalisasikan atau tidak.

5. Untuk pembiayaan yang disetujui, bagian pembiayaan kemudian

mempersiapkan Akad Pembiayaan (AP) Ijarah dan berbagai dokumen

yang dibutuhkan yaitu : Slip Setoran (SSt), Surat Pernyataan

Menerima Pembiayaan (SPMP), Kuitansi Realisasi Pembiayaan

(KRP), Kartu Pembayaran Angsuran (KPA) dan Kartu Pembiayaan

(KP). SPA diteruskan kepada notaris untuk diperiksa keabsahan dan

kebenarannya.

6. Apabila hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan tidak layak

sehingga tidak dapat di realisasi, maka bagian pembiayaan akan

melakukan survei ulang kepada nasabah. Dalam hal ini, nasabah

dapat mengganti agunan apabila agunan nasabah tidak disetujui.

7. Setelah semua dokumen yang diperlukan siap, pihak BMT

menandatangani akad bersama nasabah si hadapan notaris.

Selanjutnya AP, SSt, SPMP, KRP, dan KPA diarsipkan oleh bagian

pembiayaan.

8. Dokumen yang lain yaitu SPMP, SSt, dan KRP diteruskan ke bagian

9. Bagian Kassa menyerahkan uang tunai dan seluruh dokumen lembar

2 kepada nasabah.

10. SPMP, SSt, KRP kemudian diteruskan ke bagian akuntansi untuk

dicatat dan diarsipkan.

3.3. Prinsip Penilaian Pembiayaan

Ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak BMT akan

menilai terdahulu kepada pihak calon nasabah. Penilaian ini yang

nantinya akan menjadi dasar bagi BMT untuk memutuskan apakah

pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak Dan jaminan

yang diberikan kepada BMT hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila

pembiayaan yang diberikan macet. Adapun prinsip-prinsip penilaiannya

adalah sebagai berikut :

Syarat 5 C tersebut yaitu 1. Character

Adalah sifat atau watak calon nasabah untuk memberi keyakinan

bahwa calon nasabah benar-benar dapat dipercaya. Character

mengukur “Kemauan” calon nasabah mengembalikan pembiayaan.

2. Capasity

Menilai kemampuan mengelola bisnis dan kemampuan mencari laba

sehingga akan mencerminkan kemampuan calon nasabah

mengembalikan pembiayaan.

31

Bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang

dimiliki calon nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai BMT

4. Collateral

Adalah jaminan fisik atau non fisik yang diberikan calon nasabah

sebagai pelindung BMT dari risiko kerugian atau ketika nasabah

tidak mau mengembalikan pinjaman..

5. Condition

BMT juga perlu menilai kondisi ekonomi saat ini dan prediksi

prospek usaha di masa yang akan datang.

Syarat 7 P tersebut yaitu

1. Personality

Adalah menilai karakter, kepribadian atau tingkah laku calon

nasabah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan calon nasabah berdasarkan modal,

loyalitas serta karakter. Sehingga calon nasabah pada suatu

klasifikasi akan mendapatkan fasilitas pembiayaan yang berbeda

dengan calon nasabah klasifikasi lain.

3. Purpose

Untuk mengetahui tujuan calon nasabah mengambil pembiayaan.

Untuk menilai usaha calon nasabah di masa mendatang

menguntungkan atau tidak.

5. Payment

Adalah bagaimana cara atau dari sumber mana saja calon

nasabah akan mengambil pembiayaan.

6. Profitability

Untuk menganalisis kemampuan nasabah mencari laba atau

keuntungan.

7. Protection

Untuk menjaga pembiayaan melalui suatu perlindungan seperti

jaminan barang atau asuransi.

Syarat 3 R tersebut yaitu

1. Return

Yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur, artinya Perolehan

tersebut mencukupi untuk membayar pembiayaan beserta bagi

hasil atau margin keuntungan.

2. Repayment

Yaitu kemampuan pihak debitur untuk membayar kembali.

3. Risk Bearing Ability

Yaitu kemampuan menanggung risiko. Misalnya jika terjadi

hal-hal yang di luar antisipasi kedua belah pihak (pembiayaan

macet), untuk itu harus diperhitungkan apakah jaminan sudah

33

Penilaian Pembiayaan dengan Studi Kelayakan, yaitu :

1. Aspek Hukum

Untuk menilai keabsahan dan keaslian berbagai dokumen milik

calon nasabah.

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Untuk menilai prospek usaha saat ini maupun usaha di masa

yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan

mengelola usaha melalui pertimbangan rasio-rasio keuangan.

4. Aspek Operasi atau Teknis

Untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas

produksi yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimiliki.

5. Aspek Manajemen

Untuk menilai kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang

dimiliki perusahaan calon nasabah.

6. Aspek Ekonomi dan Sosial

Untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari

usaha calon nasabah terhadap masyarakat.

7. Aspek AMDAL

Menilai dampak lingkungan yang akan timbul akibat adanya

3.4. Praktek Pemberian Akad Al Ijarah Untuk Biaya Pendidikan di BMT Walisongo semarang

Al Ijarah Multi jasa adalah bentuk produk jasa yang ada di BMT

Walisongo Semarang. Produk ini membiayai berbagai jasa layanan. Di

antaranya adalah untuk biaya kesehatan dan untuk biaya pendidikan .

Layanan kesehatan digunakan untuk biaya seperti; biaya rawat inap

rumah sakit dan biaya dokter. Sedangkan untuk layanan pendidikan

digunakan untuk biaya sekolah seperti; Biaya Masuk, biaya SPP, uang

gedung, biaya seragam dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan

pendidikan.

Berikut ini adalah data nasabah pembiayaan Ijarah untuk biaya

pendidikan di KJKS Walisongo Semarang10;

Tahun Jumlah Nasabah Kisaran Plafon

2006 9 Rp 85.500.000,00

2007 7 Rp 7.500.000.,00

Berikut ini adalah contoh pemberian akad pembiayaan untuk

membiayai biaya pendidikan.

Contoh :

Seorang nasabah akan melakukan pembiayaan kepada BMT untuk

membiayai pendidikan anaknya untuk melanjutkan sekolah di perguruan

tinggi sebesar Rp 1.000.000,00. biaya ini digunakan untuk biaya masuk

10

35

perguruan, seperti; biaya SPP dalam satu semester, uang gedung, dan biaya

seragam. Dengan jangka waktu pengembalian 6 bulan.

Pada saat Pra pemberian akad, BMT melakukan analisis terdahulu

terhadap calon nasabah dengan melihat ; berapa kebutuhan dana yang

sangat diperlukan oleh nasabah untuk membiayai pendidikan, bagaimana

dan berapa kemampuan nasabah untuk mengangsur terhadap jumlah dana

yang diberikan untuk membiayai pendidikan. Dengan tetap melihat pada

prinsip penilaian calon nasabah. Ketika semua analisis tersebut terpenuhi

maka BMT bisa menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah sesuai

kebutuhan dengan memberikan akad Ijarah Multijasa karena untuk

membiayai pendidikan. Dan Nasabah di bebankan membayar Angsuran

pokok {AP}, cadangan resiko {CR} yaitu guna untuk mengantisipasi

apabila nasabah adalah membayar angsuran tiap bulan tidak sesuai dengan

jadwal pembayaran yang telah di berikan oleh lembaga keuangan syariah

kepada nasabah , tetapi apabila nasabah membayar sesuai pada waktunya

maka CR akan di kembalikan lagi kepada nasabah. Dan yang terakhir

adalah Ujrah. berikut ini adalah perhitungan ketika pengajuan sudah di

cairkan;

a. Angsuran pokok perbulan

AP= Plafon / Jangka waktu

Contoh. AP = 1.000.000 : 6 bln

= 166.667,

Contoh. CR = Plafon / jangka waktu x 10%

= 1.000.000 : 6 bln x 10%

= 16.666

c. Ujrah

Contoh. Ujrah = Jangka waktu + 1 : 2 x plafon x nisbah

Ujrah

=6 blb + 2 :1 x 1.000.000 x 3,5%

= 12.250

Jadi, pembiayaan untuk biaya pendidikan dengan akad Ijarah seperti

contoh di atas dengan plafon Rp 1.000.000,00 maka sewa yang harus di

bayar adalah sebesar Rp,00. Dengan demikian total angsuran perbulannya.

Berdasarkan contoh di atas, angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah

untuk akad Ijarah adalah pokok pembiayaan ditambah dengan ujrahnya.

Dengan kata lain, maka obyek sewa setiap bulannya akan berkurang sesuai

kesepakatan semula karena setiap bulan harus mengangsur pokoknya juga, di

samping membayar ujrahnya. Sehingga pada saat jatuh tempo akhir

angsuran objek sewa yang diberikan akan menjadi nol. Padahal perhitungan

ujrahnya adalah di awal akad diberikan atau pada saat pencairan obyek sewa.

Akan tetapi, harus mengembalikan obyek sewanya setiap bulan sedangkan

perhitungan ujrahnya di awal akad.

Ketika pengajuan untuk biaya pendidikan harus diberikan akad Ijarah

37

kelompok fuqoro (orang fakir) dan masakin (orang miskin) yang lebih

idealnya diberikan akad dari pos qardul hasan ataupun dana dari ZIS (zakat,

infak dan sodaqoh), padahal pendidikan tidak menghasilkan keuntungan

materi berupa uang akan tetapi memberikan materi. Selain itu juga yang

disediakan pihak BMT adalah berupa uang karena BMT tidak memiliki

barang atau jasa yang disewakan selain uang, padahal di dalam ketentuan

dari akad Al Ijarah haruslah ada barang atau jasa yang akan disewakan.

Akan tetapi dalam praktek pemberian akad Al Ijarah bentuk barang atau

jasa yang di sewakan adalah sewa tempat atas gedung atau BMT dikatakan

melakukan sewa tempat atas gedung yang ditempati untuk kegiatan

belajar11, gedung ini bukanlah kepemilikan BMT, di dalam ketentuannya

juga barang yang disewakan haruslah dalam kepemilikan sendiri/hak milik

sendiri12. maka hal ini akan menimbulkan problematika atas pemberian

akad Ijarah tersebut, di antaranya sebagai berikut:

1. Uang Bukan Sebagai Barang Komoditi

Di dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas

karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,

melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu

barang menjadi barang yang lain.

Ibnu Tamiyah dalam kitabnya (Majmu Fatwa Syaikhul Islam)

menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai

komoditi, yakni :

11

Hasil wawancara dengan pihak Marketing KJKS BMT Walisongo Semarang. 12

1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;

2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan

mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang,

dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap

seperti pegawai/ karyawan;

3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran

stabilitas nilai uang;

4. Perdagangan internasional akan menurun;

5. Logam berharga (emas & perak) yang sebelumnya menjadi nilai

intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri.

Dalam sistem ekonomi konvensional dikenal adanya 3 fungsi uang, yaitu

1. Medium of Exchange

2. Unit of Account

3. Store of Value

Sedangkan dalam ekonomi Islam, hanya dikenal adanya 2 fungsi :

1. Medium of Exchange (for transaction)

2. Unit of Account

Dalam Islam, fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi

sebagai medium of exchange. Uang menjadi media untuk merubah

barang dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak

bisa dijadikan komoditi. Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah

Dalam dokumen jtptiain gdl ahmadsyams 4021 1 2304018 (Halaman 27-56)

Dokumen terkait