BAB II KONDISI UMUM KJKS BMT WALISONGO
2.6 Persoalan yang di hadapi
Dengan prinsip syari'ah yang menjadi dasar operasionalisasi, KJKS BMT Walisongo juga mengalami banyak hambatan dan permasalahan yang harus diselesaikan. Masalah tersebut meliputi :
1. Bidang Operasionalisasi
Sebagai koperasi jasa keuangan syari’ah yang operasionalisasinya menggunakan prinsip – prinsip syari’ah ternyata tidak mudah karena keterbatasan sumber daya insani yang menguasai pengetahuan tentang syari’ah.
Masyarakat ternyata masih banyak yang tidak mengerti apakah itu bank syari’ah dan masih menganggap bahwa bank islam dan konvensional itu sama saja.
2. Bidang Sumber daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan elemen penting dalam sebuah lembaga keuangan dengan adanya SDM yang handal maka perkembangan lembaga keuangan akan terjamin demikian sebaliknya. Di
KJKS BMT Walisongo mempunyai 4 tenaga kerja yang semuanya berpendidikan D3 dengan pendidikan yang ini di harapkan bisa mengembangkan usahanya.
Tapi sebagian karyawan masih minim pengalaman dalam menjalankan tugas – tugasnya serta kurangnya pelatihan yang diterima mengakibatkan kendala tersendiri untuk bisa bersaing dalam mengembangkan skilnya dalam dunia perbankan terutama perbankan syari'ah yang mana SDM di wajibkan tahu sistem syari'ah itu bagaimana, serta menerapkannya di dunia perbankan.
3. Bidang Pemasaran
Bidang pemasaran mempunyai tugas untuk menawarkan produk yang di miliki oleh lembaga keuangan tersebut, demikian juga dengan KJKS BMT Walisongo mempunyai bidang pemasaran tapi bidang ini mempunyai beberapa kendala dalam mengembangkan strateginya yaitu sulitnya masyarakat di ajak untuk mengetahui sistem syari'ah karena sebagian besar masyarakat menyamakan dengan bank konvensional
Tapi dibalik semua kekurangan dan hambatan yang dihadapi oleh KJKS BMT Walisongo tampak kegigihan dan perjuangannya dalam mensosialisasikan perkembangan lembaga keuangan syari’ah Dan usaha untuk membantu mensejahterakan rakyat untuk keluar dari lingkaran kemiskinan
19
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pengertian, Dasar Hukum, rukun dan Syarat Ijarah A. Pengertian Ijarah
Al Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri1.
Barang yang mempunyai banyak manfaat dan selama
menggunakannya barang tersebut tidak mengalami perubahan atau
musnah. Manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya melainkan
sifatnya dan di bayar sewa, misalnya, rumah yang dikontrakkan/disewa
mobil disewa untuk perjalanan2.
B. Dasar Hukum
1.Al Qur’an
⌧ ☺
1 M Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet. ke-1, 2001, hlm 117.
2
Tim Asbisindo, et al.. Standar Operasional Produk BPR Syari’ah (penghimpunan dana penyaluran dana),1999,Penyaluran dana III hlm 48.
⌧ ☺ ⌧ ☺ ☺
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(Al Baqoroh: 233)3
Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila
kamu memberikan pembayaran yang patut “. Ungkapan tersebut
menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar
upah secara patut. Dalam hal ini termasuk di dalamnya jasa penyewaan
atau leasing4. ⌧ ⌧ ☺ 3
Al Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, hlm 57. 4
M Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet. ke-1, 2001, hlm. 118.
21
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (At-Tholak : 6)5
2. Al Hadits
ْا ا
ْﻚ ﺎ
ﺮْ امﺎﱠ ا ﻰﻄْ او ْ ا و ﷲا اﻰ ﺻ ﱠ ﱠ ا ﱠنا
)
ﺎ ا اور
(
Dari Anas Bin Malik sesunguhnya Rasulullah saw. Bersabda,” berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”. (HR Ibnu Majah)6
3. Kaidah Fiqh; antara lain:
ْ دﱠلﺪ ْناﱠ ا ﺔ ﺎ ْا ت ﺎ ْاﻰﻓ ْﺻ ا
ﻰ
ىﺮْ
"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya."7
4. Fatwa-fatwa
a. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Pembiayaan Ijarah
b. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 27/DSN-MUI/III/2002
Tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik
C. Rukun Ijarah
Adapun rukun Ijarah adalah sebagai berikut8:
5
Al Qur'an dan Terjemahannya...., hlm 946 6
Abi Abdillah Muhammad, Sunan Ibnu Majah, juz 2 , hal. 732 hadist ke-2164. 7
Tim Penulis DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, edisi kedua, Jakarta: BI-MUI, 2003, hlm 12
1. Penyewa (Musta’jir)
2. Pemilik manfaat (Mu’jir)
3. Obyek sewa (Ma’jur)
4. Harga sewa (Ujrah)
5. Ijab Qabul (shighot)
Berikut ini adalah Ketentuan Objek Ijarah dan kewajiban LKS
dan nasabah dalam pembiayaan Ijarah di dalam fatwa Dewan Syari'ah
Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, adalah
sebagai berikut:
D. Ketentuan Objek Ijarah
1. Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.
3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
Syari’ah.
5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan
sengketa.
8
Tim Asbisindo, et al.. Standar Operasional Produk BPR Syari’ah (penghimpunan dana penyaluran dana),1999,Penyaluran dana III hlm 51.
23
6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka
waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi
fisik.
7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat
dijadikan harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa
atau upah dalam Ijarah.
8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak.
E. Kewajiban LKS dan Nasabah
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak materiil).
c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab
F. Syarat Ijarah
Syarat Ijarah
1. Baik Mu'jar atau musta'jir harus balig dan berakal.
2. Musta'jir harus benar-benar memiliki barang yang disewakan itu atau
mendapatkan wilayah untuk menyewakan barang itu.
3. Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan akad.
4. Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lama
penyewaannya sehingga tidak menimbulkan persengketaan
5. Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi secara nyata dan
secara syar'i. Misalnya tidak diperbolehkan menyewakan mobil yang
dicuri orang atau perempuan haid untuk menyapu masjid.
6. Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal atau mubah
karena ada kaidah " menyewakan sesuatu untuk kemaksiatan adalah
haram hukumnya".
7. Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh orang yang diupah sebelum terjadinya akad
seperti menyewa orang untuk sholat
8. Upah harus berupah harta yang secara syar'i bernilai.
9. Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat merugikan pihak
penyewa..
25
1. Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang
disewakan itu berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad
Ijarah (Jumhur).
2. Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.
3. Barang yang disewakan hancur atau rusak.
4. Masa berlakunya akad telah selesai.
Aspek Teknis Ijarah
Implementasi Ijaroh9
Tujuan
1.Memberikan fasilitas kepada nasabah yang membutuhkan manfaat atas
barang atau jasa dengan pembayaran tangguh
2.Obyek sewa:
a.Properti
b.Alat transportasi
c.Alat-alat berat
d.Multi jasa (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan
kepariwisataan dan lain-lain)
e.Dan lain-lain
3.Spesifikasi obyek sewa
9
a.Jumlah, ukuran, dan jenis obyek sewa harus diketahui jelas serta
tercantum dalam akad
b.Obyek sewa dapat berupa barang yang dimiliki atau barang yang
diperoleh dengan menyewa dari pihak lain untuk kepentingan nasabah
c.Obyek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan di identifikasi
secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran
sewa dan jangka waktunya
4.Pemilik sewa (BMT)
a.BMT wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas
dan kuantitas barang sewa serta ketepatan waktu penyediaan barang
sewa sesuai kesepakatan
b.BMT dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang
yang akan disewa oleh nasabah
5.Penyewa (Nasabah)
a.Nasabah dilarang menyewakan kembali barang yang disewanya
b.Nasabah wajib menjaga keutuhan barang sewa
c.Nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang sewa yang
terjadi bukan karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah
6.Sewa (Ujrah)
a.Nasabah membayar sewa sesuai kesepakatan besarnya sewa (ujrah)
harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan
dalam bentuk prosentase
27
c.Apabila periode pembayaran nasabah kurang dari satu tahun, maka
sewa diakui sebagai pendapatan BMT setiap pembayaran sewa
d.Dalam hal periode pembayaran nasabah lebih dari satu tahun, maka
sewa diakui sebagai pendapatan secara proporsional secara jangka
waktu
e.Apabila obyek sewa bukan milik BMT , maka pendapatan BMT
merupakan selisih antara harga perolehan sewa dengan harga sewa
Gambar 3.1: Skema Teknis Al Ijaroh
B. Milik
3. Sewa Beli
2. Beli Obyek Sewa A. Milik 1.ButuhObyek Sewa
3.2. Prosedur Pengajuan Pembiayaan
a. Syarat-syarat Pengajuan Pembiayaan
1. mengisi formulir yang disediakan
2. melampirkan fotocopy KTP Suami istri/fotocopy orang tua bila
masih lajang
3. melampirkan fotocopy Kartu Keluarga (KK) OBYEK SEWA BMT NASABAH PENJUAL SUPLIER
4. melampirkan fotocopy jaminan (BPKB milik sendiri, sertifikat Hak
milik dan SPPT PBB-nya, Ijasah (Hanya untuk biaya pendidikan).
5. persetujuan potong gaji dari bendahara, bila angsuran dengan cara
potong gaji
6. persyaratan lain bila dianggap perlu
7. bersedia disurvei dan BMT Walisongo berhak menolak permohonan
pembiayaan tanpa memberikan alasan
8.
b. Prosedur Pengajuan Pembiayaan
1. Nasabah melengkapi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) yang di
dapat dari costumer servis, melampirkan identitas diri dan Surat
Pernyataan Agunan (SPA). Agunan dapat berupa BPKB, Sertifikat
Tanah, atau dokumen lainnya yang disetujui oleh BMT.
2. Petugas Administrasi Pembiayaan mencatat dan memberi nomor
register pada SPP yang masuk. Setelah itu, SPP diajukan pada pejabat
berwenang untuk mendapatkan disposisi.
3. Kemudian bagian pembiayaan menyurvei ke lokasi rumah atau usaha
nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah, mencocokkan data
pada Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) dengan kondisi nasabah
yang sesungguhnya, kemudian memeriksa kelengkapan pembukuan
biaya sekolah, Surat Keputusan registrasi atau daftar ulang untuk
29
selanjutnya direkam dalam Laporan Hasil Pemeriksaan SPP untuk di
analisis dan diteruskan kepada Direksi.
4. Pihak Direksi selanjutnya mempertimbangkan hasil analisis
pembiayaan dan memutuskan apakah pembiayaan disetujui untuk
direalisasikan atau tidak.
5. Untuk pembiayaan yang disetujui, bagian pembiayaan kemudian
mempersiapkan Akad Pembiayaan (AP) Ijarah dan berbagai dokumen
yang dibutuhkan yaitu : Slip Setoran (SSt), Surat Pernyataan
Menerima Pembiayaan (SPMP), Kuitansi Realisasi Pembiayaan
(KRP), Kartu Pembayaran Angsuran (KPA) dan Kartu Pembiayaan
(KP). SPA diteruskan kepada notaris untuk diperiksa keabsahan dan
kebenarannya.
6. Apabila hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan tidak layak
sehingga tidak dapat di realisasi, maka bagian pembiayaan akan
melakukan survei ulang kepada nasabah. Dalam hal ini, nasabah
dapat mengganti agunan apabila agunan nasabah tidak disetujui.
7. Setelah semua dokumen yang diperlukan siap, pihak BMT
menandatangani akad bersama nasabah si hadapan notaris.
Selanjutnya AP, SSt, SPMP, KRP, dan KPA diarsipkan oleh bagian
pembiayaan.
8. Dokumen yang lain yaitu SPMP, SSt, dan KRP diteruskan ke bagian
9. Bagian Kassa menyerahkan uang tunai dan seluruh dokumen lembar
2 kepada nasabah.
10. SPMP, SSt, KRP kemudian diteruskan ke bagian akuntansi untuk
dicatat dan diarsipkan.
3.3. Prinsip Penilaian Pembiayaan
Ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak BMT akan
menilai terdahulu kepada pihak calon nasabah. Penilaian ini yang
nantinya akan menjadi dasar bagi BMT untuk memutuskan apakah
pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak Dan jaminan
yang diberikan kepada BMT hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila
pembiayaan yang diberikan macet. Adapun prinsip-prinsip penilaiannya
adalah sebagai berikut :
Syarat 5 C tersebut yaitu 1. Character
Adalah sifat atau watak calon nasabah untuk memberi keyakinan
bahwa calon nasabah benar-benar dapat dipercaya. Character
mengukur “Kemauan” calon nasabah mengembalikan pembiayaan.
2. Capasity
Menilai kemampuan mengelola bisnis dan kemampuan mencari laba
sehingga akan mencerminkan kemampuan calon nasabah
mengembalikan pembiayaan.
31
Bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki calon nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai BMT
4. Collateral
Adalah jaminan fisik atau non fisik yang diberikan calon nasabah
sebagai pelindung BMT dari risiko kerugian atau ketika nasabah
tidak mau mengembalikan pinjaman..
5. Condition
BMT juga perlu menilai kondisi ekonomi saat ini dan prediksi
prospek usaha di masa yang akan datang.
Syarat 7 P tersebut yaitu
1. Personality
Adalah menilai karakter, kepribadian atau tingkah laku calon
nasabah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan calon nasabah berdasarkan modal,
loyalitas serta karakter. Sehingga calon nasabah pada suatu
klasifikasi akan mendapatkan fasilitas pembiayaan yang berbeda
dengan calon nasabah klasifikasi lain.
3. Purpose
Untuk mengetahui tujuan calon nasabah mengambil pembiayaan.
Untuk menilai usaha calon nasabah di masa mendatang
menguntungkan atau tidak.
5. Payment
Adalah bagaimana cara atau dari sumber mana saja calon
nasabah akan mengambil pembiayaan.
6. Profitability
Untuk menganalisis kemampuan nasabah mencari laba atau
keuntungan.
7. Protection
Untuk menjaga pembiayaan melalui suatu perlindungan seperti
jaminan barang atau asuransi.
Syarat 3 R tersebut yaitu
1. Return
Yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur, artinya Perolehan
tersebut mencukupi untuk membayar pembiayaan beserta bagi
hasil atau margin keuntungan.
2. Repayment
Yaitu kemampuan pihak debitur untuk membayar kembali.
3. Risk Bearing Ability
Yaitu kemampuan menanggung risiko. Misalnya jika terjadi
hal-hal yang di luar antisipasi kedua belah pihak (pembiayaan
macet), untuk itu harus diperhitungkan apakah jaminan sudah
33
Penilaian Pembiayaan dengan Studi Kelayakan, yaitu :
1. Aspek Hukum
Untuk menilai keabsahan dan keaslian berbagai dokumen milik
calon nasabah.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Untuk menilai prospek usaha saat ini maupun usaha di masa
yang akan datang.
3. Aspek Keuangan
Untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan
mengelola usaha melalui pertimbangan rasio-rasio keuangan.
4. Aspek Operasi atau Teknis
Untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas
produksi yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimiliki.
5. Aspek Manajemen
Untuk menilai kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
dimiliki perusahaan calon nasabah.
6. Aspek Ekonomi dan Sosial
Untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari
usaha calon nasabah terhadap masyarakat.
7. Aspek AMDAL
Menilai dampak lingkungan yang akan timbul akibat adanya
3.4. Praktek Pemberian Akad Al Ijarah Untuk Biaya Pendidikan di BMT Walisongo semarang
Al Ijarah Multi jasa adalah bentuk produk jasa yang ada di BMT
Walisongo Semarang. Produk ini membiayai berbagai jasa layanan. Di
antaranya adalah untuk biaya kesehatan dan untuk biaya pendidikan .
Layanan kesehatan digunakan untuk biaya seperti; biaya rawat inap
rumah sakit dan biaya dokter. Sedangkan untuk layanan pendidikan
digunakan untuk biaya sekolah seperti; Biaya Masuk, biaya SPP, uang
gedung, biaya seragam dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan
pendidikan.
Berikut ini adalah data nasabah pembiayaan Ijarah untuk biaya
pendidikan di KJKS Walisongo Semarang10;
Tahun Jumlah Nasabah Kisaran Plafon
2006 9 Rp 85.500.000,00
2007 7 Rp 7.500.000.,00
Berikut ini adalah contoh pemberian akad pembiayaan untuk
membiayai biaya pendidikan.
Contoh :
Seorang nasabah akan melakukan pembiayaan kepada BMT untuk
membiayai pendidikan anaknya untuk melanjutkan sekolah di perguruan
tinggi sebesar Rp 1.000.000,00. biaya ini digunakan untuk biaya masuk
10
35
perguruan, seperti; biaya SPP dalam satu semester, uang gedung, dan biaya
seragam. Dengan jangka waktu pengembalian 6 bulan.
Pada saat Pra pemberian akad, BMT melakukan analisis terdahulu
terhadap calon nasabah dengan melihat ; berapa kebutuhan dana yang
sangat diperlukan oleh nasabah untuk membiayai pendidikan, bagaimana
dan berapa kemampuan nasabah untuk mengangsur terhadap jumlah dana
yang diberikan untuk membiayai pendidikan. Dengan tetap melihat pada
prinsip penilaian calon nasabah. Ketika semua analisis tersebut terpenuhi
maka BMT bisa menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah sesuai
kebutuhan dengan memberikan akad Ijarah Multijasa karena untuk
membiayai pendidikan. Dan Nasabah di bebankan membayar Angsuran
pokok {AP}, cadangan resiko {CR} yaitu guna untuk mengantisipasi
apabila nasabah adalah membayar angsuran tiap bulan tidak sesuai dengan
jadwal pembayaran yang telah di berikan oleh lembaga keuangan syariah
kepada nasabah , tetapi apabila nasabah membayar sesuai pada waktunya
maka CR akan di kembalikan lagi kepada nasabah. Dan yang terakhir
adalah Ujrah. berikut ini adalah perhitungan ketika pengajuan sudah di
cairkan;
a. Angsuran pokok perbulan
AP= Plafon / Jangka waktu
Contoh. AP = 1.000.000 : 6 bln
= 166.667,
Contoh. CR = Plafon / jangka waktu x 10%
= 1.000.000 : 6 bln x 10%
= 16.666
c. Ujrah
Contoh. Ujrah = Jangka waktu + 1 : 2 x plafon x nisbah
Ujrah
=6 blb + 2 :1 x 1.000.000 x 3,5%
= 12.250
Jadi, pembiayaan untuk biaya pendidikan dengan akad Ijarah seperti
contoh di atas dengan plafon Rp 1.000.000,00 maka sewa yang harus di
bayar adalah sebesar Rp,00. Dengan demikian total angsuran perbulannya.
Berdasarkan contoh di atas, angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah
untuk akad Ijarah adalah pokok pembiayaan ditambah dengan ujrahnya.
Dengan kata lain, maka obyek sewa setiap bulannya akan berkurang sesuai
kesepakatan semula karena setiap bulan harus mengangsur pokoknya juga, di
samping membayar ujrahnya. Sehingga pada saat jatuh tempo akhir
angsuran objek sewa yang diberikan akan menjadi nol. Padahal perhitungan
ujrahnya adalah di awal akad diberikan atau pada saat pencairan obyek sewa.
Akan tetapi, harus mengembalikan obyek sewanya setiap bulan sedangkan
perhitungan ujrahnya di awal akad.
Ketika pengajuan untuk biaya pendidikan harus diberikan akad Ijarah
37
kelompok fuqoro (orang fakir) dan masakin (orang miskin) yang lebih
idealnya diberikan akad dari pos qardul hasan ataupun dana dari ZIS (zakat,
infak dan sodaqoh), padahal pendidikan tidak menghasilkan keuntungan
materi berupa uang akan tetapi memberikan materi. Selain itu juga yang
disediakan pihak BMT adalah berupa uang karena BMT tidak memiliki
barang atau jasa yang disewakan selain uang, padahal di dalam ketentuan
dari akad Al Ijarah haruslah ada barang atau jasa yang akan disewakan.
Akan tetapi dalam praktek pemberian akad Al Ijarah bentuk barang atau
jasa yang di sewakan adalah sewa tempat atas gedung atau BMT dikatakan
melakukan sewa tempat atas gedung yang ditempati untuk kegiatan
belajar11, gedung ini bukanlah kepemilikan BMT, di dalam ketentuannya
juga barang yang disewakan haruslah dalam kepemilikan sendiri/hak milik
sendiri12. maka hal ini akan menimbulkan problematika atas pemberian
akad Ijarah tersebut, di antaranya sebagai berikut:
1. Uang Bukan Sebagai Barang Komoditi
Di dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas
karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,
melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu
barang menjadi barang yang lain.
Ibnu Tamiyah dalam kitabnya (Majmu Fatwa Syaikhul Islam)
menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai
komoditi, yakni :
11
Hasil wawancara dengan pihak Marketing KJKS BMT Walisongo Semarang. 12
1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;
2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan
mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang,
dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap
seperti pegawai/ karyawan;
3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran
stabilitas nilai uang;
4. Perdagangan internasional akan menurun;
5. Logam berharga (emas & perak) yang sebelumnya menjadi nilai
intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri.
Dalam sistem ekonomi konvensional dikenal adanya 3 fungsi uang, yaitu
1. Medium of Exchange
2. Unit of Account
3. Store of Value
Sedangkan dalam ekonomi Islam, hanya dikenal adanya 2 fungsi :
1. Medium of Exchange (for transaction)
2. Unit of Account
Dalam Islam, fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi
sebagai medium of exchange. Uang menjadi media untuk merubah
barang dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak
bisa dijadikan komoditi. Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah