• Tidak ada hasil yang ditemukan

jtptiain gdl ahmadsyams 4021 1 2304018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jtptiain gdl ahmadsyams 4021 1 2304018 "

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN AKAD IJARAH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN

DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Dalam Ilmu Perbankan Syari’ah

Oleh:

AHMAD SYAMSUL MA’ARIEF NIM: 042503018

PROGRAM DIPLOMA III PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH IAIN WALISONGO SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Tugas Akhir

An. Sdr. Ahmad Syamsul Ma’arief

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah Tugas Akhir saudara :

Nama : AHMAD SYAMSUL MA’ARIEF NIM : 042503018

Judul : PENERAPAN AKAD IJAROH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

Dengan ini saya mohon kiranya Tugas Akhir saudara tersebut dapat segera diujikan.

Demikian harap menjadikan maklum

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Pembimbing,

Dr. Imam Yahya, M.Ag.

(3)

iii

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARI’AH PROGRAM D.III PERBANKAN SYARI’AH

JL. Prof. Dr. Hamka Km 02 Semarang Tel/Fax. (024) 601291

PENGESAHAN

Tugas Akhir : Ahmad Syamsul Ma’arief

NIM : 042503018

Jurusan : Diploma III Perbankan Syari'ah

Judul : PENERAPAN AKAD IJAROH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

Telah diujikan oleh Dewan Penguji Program D III Perbankan Syari’ah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup pada tanggal: 29 Januari 2008

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya tahun akademik 2007/2008

Semarang, 29 Januari 2008

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. H. Muhyiddin, M.Ag Dr. Imam Yahya, M.Ag.

NIP 150 216 809 NIP 150 275 331

Penguji Pembimbing

Nur Fatoni, M.Ag Dr. Imam Yahya, M.Ag.

(4)

iv

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa Tugas

Akhir ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian juga Tugas Akhir ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Semarang,

Deklarator,

(5)

v

MOTTO

Cukuplah bagi kami Allah, menjadi Tuhan kami dan Dialah sebaik-baik wakil

(yang membereskan semua urusan) (QS. Al-Imron : 173)

Bersama Air Mata Ada Senyuman, Bersama Duka Ada Kegembiraan, Bersama

(6)

vi

o Bapa Tarmudi dan I bu Chomisah “kasih sayangmu membuatku merasa tak

sendiri di dunia yang ramai ini”... I ni adalah sebagian perjuangan dari cita-citaku.

Doa dan dukunganmu senantiasa terus kuharapkan agar langkahku esok terus

maju.

o Mas mip yang senantiasa memberi motivasi dan telah membimbing penulis untuk mengerti arti hidup ini.

o Sigit adik ku yang s”lalu menantikan kesuksesanku, jangan malas ingat perjuangan masih panjang.

o Kasihku yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayangnya dan selalu mendampingiku, semoga kebahagiaan selalu Bersamamu

o Teman – temanku angkatan 2004 dan seluruh keluarga besar D3 Perbankan

Syari’ah..

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. Tuhan seru semesta alam yang telah meridlhoi dan mengilhami selama masa penulisan. Tanpa rahmat dan ridlho–Nya penulis tidak akan mampu untuk mempersembahkan sebuah karya tulis ilmiah ( Tugas akhir) ini. Tidak lupa sholawat serta salam tidak henti-hentinya penulis haturkan kepada kekasih Allah, junjungan kita nabi agung Muhammad SAW yang selalu membimbing dan menunjukkan umatnya ke jalan yang benar.

Tugas akhir di susun untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program studi Diploma III di fakultas syari'ah IAIN Walisongo Semarang, sebagai penulis pemula tidak akan mudah untuk menulis sebuah tugas akhir yang bermutu tinggi maka dengan kerendahan hati penulis akan menyajikan sebuah karya tulis atau tugas akhir dengan judul " PENERAPAN AKAD IJAROH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI KJKS BMT WALISONGO SEMAANG”

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak sekali mendapatkan bantuan-bantuan dari beberapa pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang

2. Bapak Drs. Muhyidin M.Ag. selaku Dekan Fakulats Syari’ah.

3. Bapak Dr. Imam Yahya, M. Ag, selaku Ketua Program D III Perbankan

Syari’ah. Sekaligus dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga, pikiran, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta

motivasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Nur yanto, selaku Manager KJKS BMT Walisongo Semarang beserta

staf dan karyawan yang berkenan memberikan data dan informasi.

5. Bapak Ibuku yang senantiasa memberikan restu dan doa yang tak

(8)

viii

mampu menghaturkan sebuah ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas dari

hati sanubari yang paling dalam, serta iringan doa semoga Allah memberikan

rahmat dan keselamatan kepada kita semua. Amin.

Akhirnya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.

Semarang, Januari 2008 Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

DEKLARASI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan ... 4

1.4Manfaat ... 4

1.5Metode Penelitian ... 5

1.6Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KONDISI UMUM KJKS BMT WALISONGO 2.1 Sejarah Berdirinya KJKS BMT WALISONGO ... 9

2.2 Visi dan Misi KJKS BMT Walisongo ... 10

2.3 Produk-produk Layanan KJKS BMT WALISONGO ... 11

2.4 Struktur Organisasi ... 15

2.5 Sistem Pengelolaan Usaha KJKS BMT Walisongo... 16

(10)

x

3.3Prinsip Penilaian Pembiayaan ... 29 3.4Praktek Pemberian Akad Al Ijarah Untuk Biaya Pendidikan di

PT BMT Walisongo Semarang ... 33

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 42 4.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syari’ah. Operasionalisasi BMI

kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul

usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR

Syari’ah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi

BMI tersebut. Di samping itu di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang

hidup serba berkecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan

akidah. Pengikisan akidah ini bukan hanya dipengaruhi dari aspek syiar Islam

tetapi juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat, maka keberadaan

BMT diharapkan mampu mengatasi masalah ini lewat pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat.1

Baitul Maal Wat Tamwil atau lebih dikenal dengan BMT merupakan

salah satu bentuk lembaga keuangan Syari’ah non bank. Sebuah lembaga

keuangan Islam yang hadir di tengah-tengah carut marutnya perekonomian

kapitalis yang di terapkan di negeri ini, kini hadir dengan menawarkan sistem

baru sistem yang bebas dari riba.

Kendati demikian, implementasi prinsip-prinsip Syari’ah secara

teknis operasional masih dihadapkan pada sekian banyak permasalahan yang

1

(12)

perlu segera dipecahkan. Salah satu di antaranya menyangkut kemampuan

analisa fiqh sebagian besar pengelola BMT yang belum memadai, sehingga

tak jarang dijumpai kasus seorang petugas BMT bingung memilih model

akad Syari’ah yang sesuai dengan kebutuhan nasabah dan rencana alokasi

dana yang telah ditetapkan. Bahkan tak jarang petugas pembiayaan akhirnya

keliru menerapkan akad yang sebenarnya.

Atas dasar itulah, ketidakberdayaan petugas BMT dalam menentukan

akad yang benar sesuai Syari’ah, merupakan fenomena menarik sekaligus

permasalahan penting yang perlu dikaji secara mendalam oleh para ahli dan

praktisi BMT untuk dicarikan solusinya, dengan harapan kejadian seperti ini

tidak akan kembali terulang di masa mendatang pada saat eksistensi BMT

benar-benar diakui dan diterima publik sepenuh hati.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling berperan dalam

menunjang kemajuan suatu bangsa. Bagaimana jadinya kalau generasi masa

depan bangsa putus di tengah jalan dalam mengenyam pendidikan atau

bahkan mereka tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Pada saat

ini biaya pendidikan di Indonesia sangat tinggi dan kurang terjangkau oleh

masyarakat menengah ke bawah.

BMT yang pada dasarnya adalah mengemban misi sosial haruslah

ikut berperan serta dalam menangani masalah pendidikan ini. Salah satu

bentuknya ialah harus ada salah satu produk tertentu dari BMT, di mana

produk itu memberikan pembiayaan untuk menangani masalah pendidikan a/

(13)

3

KJKS BMT Walisongo Semarang adalah salah satu Koperasi jasa

keuangan syari’ah yang menyalurkan pembiayaan untuk biaya pendidikan, di

mana bentuk penyaluran pembiayaan tersebut menggunakan skim al ijarah

yaitu akad atas dasar sewa menyewa. Padahal di dalam akad ijarah pihak

bank harus menyediakan barang untuk diambil manfaatnya atau hak guna

barang tersebut oleh nasabah dan bentuk barang yang disediakan BMT dalam

hal ini adalah uang. Sedangkan fungsi uang dalam islam sendiri adalah

sebagai alat tukar bukan sebagai barang komoditas. Selain itu, pendidikan

juga tidak menghasilkan output berupa materi (uang) yang dihasilkan adalah

berupa ilmu pengetahuan (science).

Akad ijarah diberikan untuk biaya pendidikan, memang suatu

implementasi yang masih kontroversi atau cukup dilematis di dalam

prakteknya. Di dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat. Tetapi hal

ini sulit dihindarkan, permintaan pembiayaan untuk membiayai pendidikan

akan terus meningkat seiring pendidikan di Indonesia tergolong cukup mahal.

Masyarakat menengah ke bawah pasti akan lebih memilih menggunakan jasa

BMT sebagai alternatif untuk membantunya dalam menangani masalah biaya

pendidikan ini.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis ingin meneliti dan

mengangkatnya di dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul

“PENERAPAN AKAD IJARAH UNTUK BIAYA PENDIDIKAN DI BMT

(14)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengajuan pembiayaan dan prinsip penilaian pembiayaan

ijarah untuk biaya pendidikan di KJKS BMT Walisongo Semarang?

2. Bagaimana praktek akad ijarah untuk biaya pendidikan di KJKS BMT

Walisongo Semarang?

1.3.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran tentang prosedur pemberian

pembiayaan Ijarah di KJKS BMT Walisongo Semarang.

2. Untuk mengetahui penerapan akad-akad syari’ah di dalam KJKS

BMT Walisongo Semarang antara teori dan prakteknya.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Melatih bekerja dan berpikir kreatif dengan mencoba

mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama studi, serta

memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Ahli Madya pada

Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

(15)

5

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memperkenalkan eksistensi BMT di masyarakat

luas dan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tambahan

yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan usaha secara syari’ah.

1.5.Metode Penelitian

Untuk menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa

metode penelitian sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Metode ini merupakan pengumpulan-pengumpulan data

dengan cara mengamati langsung terhadap obyek tertentu yang

menjadi fokus penelitian dan mengetahui suasana kerja di KJKS BMT

Walisongo Semarang serta mencatat segala sesuatu yang berhubungan

dengan penerapan akad ijarah untuk biaya pendidikan.

b. Dokumentasi

Yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen

rapat, agenda dan sebagainya.2 Dengan metode ini penulis

mendapatkan data mengenai penerapan akad ijarah untuk biaya

pendidikan di KJKS BMT Walisongo Semarang.

2

(16)

c. Wawancara

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab

sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada

tujuan penelitian. Tanya jawab tersebut dihadiri oleh dua orang atau

lebih secara fisik dan masing-masing pihak dapat menggunakan

saluran-saluran komunikasi secara wajar dan lancar.3 Wawancara

dilakukan dengan cara tanya jawab kepada bagian-bagian yang terkait

dengan tema yang diangkat di KJKS BMT Walisongo Semarang, hal

ini dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atau salah pengertian

mengenai permasalahan yang diangkat.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber yang diteliti, dengan melakukan pengamatan dan pencatatan

secara sistematis terhadap masalah yang dihadapi.4 Dengan data ini

penulis mendapatkan gambaran umum tentang KJKS BMT Walisongo

Semarang dan data mengenai penerapan akad ijarah untuk biaya

pendidikan di KJKS BMT Walisongo Semarang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung pembahasan dan

diperoleh dari orang lain baik berupa laporan-laporan, buku-buku,

3

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Yogyakarta, Andi Offset, 2004, hlm. 218.

4

(17)

7

maupun surat kabar.5 Dengan metode ini penulis mendapatkan data

lampiran slip angsuran, modul gambaran umum tentang KJKS BMT

Walisongo Semarang, modul panduan tentang produk-produk KJKS

BMT Walisongo Semarang dan brosur-brosurnya.

3. Analisa data

Dari data-data yang terkumpul, penulis berusaha menganalisa data

tersebut. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik analisis

deskriptif, yaitu data-data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam

bentuk kata-kata maupun gambar, kemudian dideskripsikan sehingga

dapat memberikan kejelasan kenyataan yang realistis.

1.6.Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : KONDISI UMUM LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH

YANG DITELITI

Berisi tentang Sejarah berdirinya BMT Walisongo Semarang, Perkembangan BMT Walisongo Semarang, Sistem Pengelolaan, Visi dan Misi BMT Walisongo Semarang dan Produk-produk BMT Walisongo Semarang, struktur organisasi di KJKS BMT WALISONGO, analisa pembiayaan, serta analisis SWOT.

5

(18)

BAB III : PEMBAHASAN

Berisi tentang Pengertian, dasar hukum, rukun dan syarat ijarah.

Prosedur pengajuan pembiayaan, Prinsip penilaian, Praktek

pemberian akad ijarah untuk biaya pendidikan Data ijaroh yang

untuk biaya pendidikan di BMT Walisongo

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup tentang

(19)

9 BAB II

GAMBARAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARI’AH (KJKS)

BMT WALISONGO SEMARANG

2.1 Sejarah Berdirinya KJKS BMT WALISONGO1

KJKS BMT Walisongo merupakan lembaga keuangan syari’ah yang

berdiri atas perpaduan atau sinergi antara dua lembaga yang saling

mendukung yaitu: lembaga akademisi (Program D3 Perbankan Syari’ah

Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang) dengan lembaga praktisi

Koperasi Simpan Pinjam Syari’ah (KJKS Ben Taqwa Purwodadi) yang di

mana dari pihak IAIN secara akademik menyiapkan mahasiswanya untuk

bertindak lebih dalam mengembangkan wawasan tentang perbankan secara

riil. Sedangkan KJKS BMT Ben Taqwa merupakan salah satu koperasi

berbasis syari’ah yang menggeluti di bidang simpan pinjam sejak tahun

1997.

Secara manajemen, KJKS BMT Syari’ah Walisongo masih di bawah

kendali Team Communite Leader KJKS BMT Ben Taqwa. Namun secara

kelembagaan tanggung jawab dipegang penuh oleh pengurus BMT

Walisongo sendiri. Untuk mewujudkan lembaga keuangan syari’ah ini dapat

berkembang, maka diperlukan adanya Sumber Daya Insani (SDI) yang

memadai dan dapat memotivasi perkembangan ke depannya.

1

(20)

Perkembangan aset maupun jumlah nasabahnya pembiayaan,

khususnya nasabah ijarah di KJKS BMT Syari’ah Walisongo ini sudah

cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari mulai berdirinya usaha sampai sekarang.

Tambahnya pemberian aset dari pengurus yang semula aset awalnya sebesar

Rp 100.000.000,- per Mei ini menjadi Rp 1.018.985.428,87. Persentase

rata-rata kenaikan aset ini kurang lebihnya 36% per bulannya. Keadaan seperti

ini menjadi tolak ukur perkembangan usaha di BMT ini. Adapun jumlah

nasabah di BMT Walisongo per Januari sekarang ini sebanyak 552 nasabah.

Bagi permulaan suatu usaha dalam bidang keuangan, hal ini sudah termasuk

bagus, mengingat pendirian BMT ini masih tergolong baru.

Koperasi Simpan Pinjam Syari’ah (KJKS) BMT Walisongo yang

tepatnya didirikan pada tanggal 28 Nopember 2005 ini disahkan oleh Wakil

Gubernur Propinsi Jawa Tengah yaitu Bapak Ali Mufiz. Saat KJKS ini

sudah mendapatkan izin resmi sebagai badan hukum koperasi resmi yang

dicatat di Kepala Kantor Wilayah Departemen dan Pembinaan Pengusaha

Kecil Propinsi Jawa Tengah dengan Badan Hukum Nomor 14119/

BH/KDK.11/XI/ 2006

2.2 Visi dan Misi KJKS BMT Walisongo

A. Visi KSPS BMT BMT Walisongo

“ Solusi terbaik pemberdayaan umat“

B. Misi KJKS BMT WALISONGO

(21)

11

2. Mengutamakan pelayanan ummat denagan cepat, manah dan

berintegritas

3. Mengentaskan mustahiq menjadi muzaki.

4. Menjadikan Ban takwa sebagai pioner lembaga keuangan syariah pada

segmen kecil dan kecil bawah

2.3 Produk-produk Layanan KJKS BMT WALISONGO

Berikut ini jenis-jenis produk layanan KJKS BMT WALISONGO

yang ditawarkan kepada nasabah, berupa produk simpanan atau tabungan

dan produk pembiayaan.

A. Jenis-Jenis Produk Simpanan / Tabungan, sebagai berikut :

1. Simpanan Berjangka (SI JANGKA)

Produk simpanan ini di dasarkan pada prinsip syari’ah dengan Akad

Wadi’ah Yadhamanah dan Mudharabah. Simpanan yang istimewa

ini ditujukan kepada masyarakat (Anggota) yang ingin

menginvenstasikan dananya jangka waktu yang relatif lama.

Jangka Waktu dan nisbah / perhitungan bagi hasil :

• 1 bulan Nisbah 31 : 69.

• 3 bulan Nisbah 34 : 66.

• 6 bulan Nisbah 37 : 63.

• 12 bulan Nisabah 40 : 60.

(22)

Keuntungan :

• Tidak dibebani biaya Administrasi

• Dapat dipakai sebagai jaminan pembiayaan di BMT Walisongo

• Bisa ilayani dengan Antar-Jemput tabungan.

2. Simpanan Sukarela (SI RELA)

Simpanan yang hebat ini merupakan simpanan anggota yang

berdasarkan Akad Wadi’ah Yadhamanah dan Mudharabah. Atas seijin

penitip dana yang disimpan pada rekening. Si Rela dapat dimanfaatkan

oleh BMT.

Penarikan maupun penyetoran dari produk Si Rela dapat dilakukan

oleh pemegang rekening setiap saat / waktu-waku.

Setoran awal minimum Rp. 15.000,-

Setoran selanjutnya minimum Rp. 2.000,-

Perhitungan Bagi hasil dihitung per saldo rata-rata harian, dengan

Nisbah 20 : 80

Keuntungan :

• Tidak dibebani biaya Administrasi

• Dapat diambil sewaktu-waktu

• Bisa dilayani dengan Antar-Jemput tabungan.

3. Simpanan Amanah

Simpanan amanah adalah investasi dana yang diperuntukkan untuk

tabungan Qurban dan tabungan Idul Fitri.

(23)

13

Perhitungan Bagi hasil dihitung per saldo rata-rata harian, dengan

Nisbah 20 : 80

Dapat diambil pada waktu Idul Adha dan Idul Fitri

4. Simpanan Haji

Simpanan Haji adalah investasi dana yang diperuntukkan untuk

tabungan Haji. Dan apabila saldo telah mencukupi untuk pendaftaran

ongkos naik Haji bias langsung di daftarkan.

Setoran awal minimum Rp. 500.000,-

5. Simpanan Beasiswa :

Simpanan Beasiswa adalah investasi dana yang diperuntukkan untuk

tabungan bagi pelajar dan mahasiswa.

Setoran awal minimum Rp. 15.000,-

Setoran selanjutnya minimum Rp. 2.000,-

B. Produk Pembiayaan

KJKS BMT Walisongo memberikan pelayanan pembiayaan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat (anggota), akad pembiayaan antara lain :

1. Akad Mudharabah dan Musyarakah

Akad mudharabah dan musyarakah digunakan untuk modal usaha

dengan menggunakan perhitungan (Bagi hasil)

• Al Mudharabah

Yaitu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih, dimana

(24)

kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian

keuntungan.

• Al Musyarakah

Yaitu semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di

mana mereka secara bersama-sama mencampurkan dana atau

memadukan seluruh bentuk sumber daya, baik yang berwujud

maupun tidak berwujud dengan tujuan untuk pembagian

keuntungan.

2. Akad Murabahah dan Bai’ Bithaman Ajil

Akad murabahah dan bai’ bitaman ajil digunakan untuk investasi (Jual

Beli)

• Al Murabahah

Yaitu transaksi jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli, karakteristiknya adalah penjual harus memberitahu

harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat

keuntungan sebagai tambahannya.

• Al Ijarah Mumtahia Bit Tamlik

Yaitu suatu transaksi yang dilandasi adanya perpindahan manfaat

atau sewa beli yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan.

3. Akad Ijarah

Akad ijarah digunakan untuk Sewa Barang/Jasa Ijarah

(25)

15

4. Akad Rahn digunakan untuk Jasa Gadai

1. Al Rahn (Gadai)

Yaitu pemberian pinjaman dengan agunan barang gadai.

Persyaratan umum

1. Beragama Islam

2. Memiliki usaha dan pekerjaan tetap

3. Mengisi formulir pengajuan pembiayaan

4. Fotocopy KTP Suami-Istri 3 lembar

5. Fotocopoy KK 1 lembar

6. Fotocopy Jaminan :

• Sertifikat dan SPPT (pajak tanah)+PBB (Pajak Bumi dan STNK

1 bendel.

• Bersedia di survei

2.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada BMT Walisongo Semarang telah

menunjukkan garis wewenang dan garis tnaggung jawab secara sederhana,

fleksible dan tegas sehingga mencerminkan pemisahan fungsi dengan jelas.

Uraian kerja antar bagian pada Lembaga sehubungan dengan proses

pemberian pembiayaan adalah sebagai berikut: .

Kepungurusan dari struktur organisasi KJKS BMT Walisongo adalah

(26)

Pengawas : Drs. Nafis, M.A.

Anggota : Drs. H. Satriyan Abd. Rahman

Dr. Abu Hapsin, Ph.D.

Ketua : Prof. Dr. H. Muhibbin

Sekretaris : Dr. Imam Yahya, MA

Wakil Sekretaris : M. Saefullah, M.Ag

Bendahara : Dra. Hj. Mujibatun

Manager Walisongo : Nuryanto, SH

Pemasaran : Didik Setyo Hanggono

: Hafidhoh

Pembukuan : Hafidhoh

Teler : Siti Nur Amiin

2.5 Sistem Pengelolaan Usaha KJKS BMT Walisongo

KJKS BMT Walisongo merupakan suatu lembaga keuangan syari’ah

dengan sistem “ Bagi Hasil” sesuai dengan hukum Islam, baik pada kegiatan

Baitul Tamwil (kegiatan ekonomi produktif), lebih-lebih pada kegiatan Baitul

Maalnya. Dan kegiatan di bidang keuangan, yaitu menghimpun dana

masyarakat atau simpanan (tabungan) dan menyalurkan dana ke masyarakat

atau simpanan (tabungan) atau pembiayaan (kredit). Strategi pencapaian visi

dan misi KJKS BMT Walisongo dengan skala prioritas pada :

1. Penanaman doktrin kelembagaan.

(27)

17

3. Penanaman doktrin profesional.

Setiap karyawan atau karyawati harus menjadi pelayan nasabah dengan

mengedepankan

a. Kecepatan proses pelayanan.

b. Home banking.

c. Ingin menjadi malaikat.

2.6 Persoalan yang di hadapi

Dengan prinsip syari'ah yang menjadi dasar operasionalisasi, KJKS

BMT Walisongo juga mengalami banyak hambatan dan permasalahan yang

harus diselesaikan. Masalah tersebut meliputi :

1. Bidang Operasionalisasi

Sebagai koperasi jasa keuangan syari’ah yang

operasionalisasinya menggunakan prinsip – prinsip syari’ah ternyata

tidak mudah karena keterbatasan sumber daya insani yang menguasai

pengetahuan tentang syari’ah.

Masyarakat ternyata masih banyak yang tidak mengerti apakah

itu bank syari’ah dan masih menganggap bahwa bank islam dan

konvensional itu sama saja.

2. Bidang Sumber daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan elemen penting dalam

sebuah lembaga keuangan dengan adanya SDM yang handal maka

(28)

KJKS BMT Walisongo mempunyai 4 tenaga kerja yang semuanya

berpendidikan D3 dengan pendidikan yang ini di harapkan bisa

mengembangkan usahanya.

Tapi sebagian karyawan masih minim pengalaman dalam

menjalankan tugas – tugasnya serta kurangnya pelatihan yang diterima

mengakibatkan kendala tersendiri untuk bisa bersaing dalam

mengembangkan skilnya dalam dunia perbankan terutama perbankan

syari'ah yang mana SDM di wajibkan tahu sistem syari'ah itu bagaimana,

serta menerapkannya di dunia perbankan.

3. Bidang Pemasaran

Bidang pemasaran mempunyai tugas untuk menawarkan produk

yang di miliki oleh lembaga keuangan tersebut, demikian juga dengan

KJKS BMT Walisongo mempunyai bidang pemasaran tapi bidang ini

mempunyai beberapa kendala dalam mengembangkan strateginya yaitu

sulitnya masyarakat di ajak untuk mengetahui sistem syari'ah karena

sebagian besar masyarakat menyamakan dengan bank konvensional

Tapi dibalik semua kekurangan dan hambatan yang dihadapi oleh

KJKS BMT Walisongo tampak kegigihan dan perjuangannya dalam

mensosialisasikan perkembangan lembaga keuangan syari’ah Dan usaha

untuk membantu mensejahterakan rakyat untuk keluar dari lingkaran

(29)

19

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian, Dasar Hukum, rukun dan Syarat Ijarah

A. Pengertian Ijarah

Al Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri1.

Barang yang mempunyai banyak manfaat dan selama

menggunakannya barang tersebut tidak mengalami perubahan atau

musnah. Manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya melainkan

sifatnya dan di bayar sewa, misalnya, rumah yang dikontrakkan/disewa

mobil disewa untuk perjalanan2.

B. Dasar Hukum

1.Al Qur’an

⌧ ☺

1 M Syafi’I Antonio,

Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet. ke-1, 2001, hlm 117.

2

(30)

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(Al Baqoroh: 233)3

Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “apabila

kamu memberikan pembayaran yang patut “. Ungkapan tersebut

menunjukkan adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar

upah secara patut. Dalam hal ini termasuk di dalamnya jasa penyewaan

atau leasing4.

Al Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, hlm 57. 4

(31)

21

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (At-Tholak : 6)5

2. Al Hadits

Dari Anas Bin Malik sesunguhnya Rasulullah saw. Bersabda,” berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu”. (HR Ibnu Majah)6

3. Kaidah Fiqh; antara lain:

ْ د

ﱠلﺪ

ْنا

ﱠ ا

ﺔ ﺎ ْا

ت ﺎ ْا

ﻰﻓ

ْﺻ ا

ىﺮْ

"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya."7

4. Fatwa-fatwa

a. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000

Tentang Pembiayaan Ijarah

b. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 27/DSN-MUI/III/2002

Tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik

C. Rukun Ijarah

Adapun rukun Ijarah adalah sebagai berikut8:

5

Al Qur'an dan Terjemahannya...., hlm 946 6

Abi Abdillah Muhammad, Sunan Ibnu Majah, juz 2 , hal. 732 hadist ke-2164. 7

(32)

1. Penyewa (Musta’jir)

2. Pemilik manfaat (Mu’jir)

3. Obyek sewa (Ma’jur)

4. Harga sewa (Ujrah)

5. Ijab Qabul (shighot)

Berikut ini adalah Ketentuan Objek Ijarah dan kewajiban LKS

dan nasabah dalam pembiayaan Ijarah di dalam fatwa Dewan Syari'ah

Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, adalah

sebagai berikut:

D. Ketentuan Objek Ijarah

1. Obyek Ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

Syari’ah.

5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

8

(33)

23

6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi

fisik.

7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat

dijadikan harga (tsaman) dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa

atau upah dalam Ijarah.

8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari

jenis yang sama dengan obyek kontrak.

E. Kewajiban LKS dan Nasabah

1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak

penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab

(34)

F. Syarat Ijarah

Syarat Ijarah

1. Baik Mu'jar atau musta'jir harus balig dan berakal.

2. Musta'jir harus benar-benar memiliki barang yang disewakan itu atau

mendapatkan wilayah untuk menyewakan barang itu.

3. Kedua pihak harus sama-sama ridho menjalankan akad.

4. Manfaat yang disewakan harus jelas keadaannya maupun lama

penyewaannya sehingga tidak menimbulkan persengketaan

5. Manfaat atau imbalan sewa harus dapat dipenuhi secara nyata dan

secara syar'i. Misalnya tidak diperbolehkan menyewakan mobil yang

dicuri orang atau perempuan haid untuk menyapu masjid.

6. Manfaat yang dapat dinikmati dari sewa harus halal atau mubah

karena ada kaidah " menyewakan sesuatu untuk kemaksiatan adalah

haram hukumnya".

7. Pekerjaan yang diupahkan itu tidak merupakan suatu kewajiban yang

harus dilakukan oleh orang yang diupah sebelum terjadinya akad

seperti menyewa orang untuk sholat

8. Upah harus berupah harta yang secara syar'i bernilai.

9. Barang yang disewakan tidak cacat yang dapat merugikan pihak

penyewa..

(35)

25

1. Salah satu pihak meninggal dunia (Hanafi); jika barang yang

disewakan itu berupa hewan maka kematiannya mengakhiri akad

Ijarah (Jumhur).

2. Kedua pihak membatalkan akad dengan iqolah.

3. Barang yang disewakan hancur atau rusak.

4. Masa berlakunya akad telah selesai.

Aspek Teknis Ijarah

Implementasi Ijaroh9

Tujuan

1.Memberikan fasilitas kepada nasabah yang membutuhkan manfaat atas

barang atau jasa dengan pembayaran tangguh

2.Obyek sewa:

a.Properti

b.Alat transportasi

c.Alat-alat berat

d.Multi jasa (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan

kepariwisataan dan lain-lain)

e.Dan lain-lain

3.Spesifikasi obyek sewa

9

(36)

a.Jumlah, ukuran, dan jenis obyek sewa harus diketahui jelas serta

tercantum dalam akad

b.Obyek sewa dapat berupa barang yang dimiliki atau barang yang

diperoleh dengan menyewa dari pihak lain untuk kepentingan nasabah

c.Obyek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan di identifikasi

secara spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran

sewa dan jangka waktunya

4.Pemilik sewa (BMT)

a.BMT wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas

dan kuantitas barang sewa serta ketepatan waktu penyediaan barang

sewa sesuai kesepakatan

b.BMT dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang

yang akan disewa oleh nasabah

5.Penyewa (Nasabah)

a.Nasabah dilarang menyewakan kembali barang yang disewanya

b.Nasabah wajib menjaga keutuhan barang sewa

c.Nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang sewa yang

terjadi bukan karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah

6.Sewa (Ujrah)

a.Nasabah membayar sewa sesuai kesepakatan besarnya sewa (ujrah)

harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan

dalam bentuk prosentase

(37)

27

c.Apabila periode pembayaran nasabah kurang dari satu tahun, maka

sewa diakui sebagai pendapatan BMT setiap pembayaran sewa

d.Dalam hal periode pembayaran nasabah lebih dari satu tahun, maka

sewa diakui sebagai pendapatan secara proporsional secara jangka

waktu

e.Apabila obyek sewa bukan milik BMT , maka pendapatan BMT

merupakan selisih antara harga perolehan sewa dengan harga sewa

Gambar 3.1:

Skema Teknis Al Ijaroh

B. Milik

3. Sewa Beli

2. Beli Obyek Sewa A. Milik 1.ButuhObyek Sewa

3.2. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

a. Syarat-syarat Pengajuan Pembiayaan

1. mengisi formulir yang disediakan

2. melampirkan fotocopy KTP Suami istri/fotocopy orang tua bila

masih lajang

(38)

4. melampirkan fotocopy jaminan (BPKB milik sendiri, sertifikat Hak

milik dan SPPT PBB-nya, Ijasah (Hanya untuk biaya pendidikan).

5. persetujuan potong gaji dari bendahara, bila angsuran dengan cara

potong gaji

6. persyaratan lain bila dianggap perlu

7. bersedia disurvei dan BMT Walisongo berhak menolak permohonan

pembiayaan tanpa memberikan alasan

8.

b. Prosedur Pengajuan Pembiayaan

1. Nasabah melengkapi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) yang di

dapat dari costumer servis, melampirkan identitas diri dan Surat

Pernyataan Agunan (SPA). Agunan dapat berupa BPKB, Sertifikat

Tanah, atau dokumen lainnya yang disetujui oleh BMT.

2. Petugas Administrasi Pembiayaan mencatat dan memberi nomor

register pada SPP yang masuk. Setelah itu, SPP diajukan pada pejabat

berwenang untuk mendapatkan disposisi.

3. Kemudian bagian pembiayaan menyurvei ke lokasi rumah atau usaha

nasabah, melakukan wawancara dengan nasabah, mencocokkan data

pada Surat Permohonan Pembiayaan (SPP) dengan kondisi nasabah

yang sesungguhnya, kemudian memeriksa kelengkapan pembukuan

biaya sekolah, Surat Keputusan registrasi atau daftar ulang untuk

(39)

29

selanjutnya direkam dalam Laporan Hasil Pemeriksaan SPP untuk di

analisis dan diteruskan kepada Direksi.

4. Pihak Direksi selanjutnya mempertimbangkan hasil analisis

pembiayaan dan memutuskan apakah pembiayaan disetujui untuk

direalisasikan atau tidak.

5. Untuk pembiayaan yang disetujui, bagian pembiayaan kemudian

mempersiapkan Akad Pembiayaan (AP) Ijarah dan berbagai dokumen

yang dibutuhkan yaitu : Slip Setoran (SSt), Surat Pernyataan

Menerima Pembiayaan (SPMP), Kuitansi Realisasi Pembiayaan

(KRP), Kartu Pembayaran Angsuran (KPA) dan Kartu Pembiayaan

(KP). SPA diteruskan kepada notaris untuk diperiksa keabsahan dan

kebenarannya.

6. Apabila hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan tidak layak

sehingga tidak dapat di realisasi, maka bagian pembiayaan akan

melakukan survei ulang kepada nasabah. Dalam hal ini, nasabah

dapat mengganti agunan apabila agunan nasabah tidak disetujui.

7. Setelah semua dokumen yang diperlukan siap, pihak BMT

menandatangani akad bersama nasabah si hadapan notaris.

Selanjutnya AP, SSt, SPMP, KRP, dan KPA diarsipkan oleh bagian

pembiayaan.

8. Dokumen yang lain yaitu SPMP, SSt, dan KRP diteruskan ke bagian

(40)

9. Bagian Kassa menyerahkan uang tunai dan seluruh dokumen lembar

2 kepada nasabah.

10. SPMP, SSt, KRP kemudian diteruskan ke bagian akuntansi untuk

dicatat dan diarsipkan.

3.3. Prinsip Penilaian Pembiayaan

Ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak BMT akan

menilai terdahulu kepada pihak calon nasabah. Penilaian ini yang

nantinya akan menjadi dasar bagi BMT untuk memutuskan apakah

pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak Dan jaminan

yang diberikan kepada BMT hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila

pembiayaan yang diberikan macet. Adapun prinsip-prinsip penilaiannya

adalah sebagai berikut :

Syarat 5 C tersebut yaitu

1. Character

Adalah sifat atau watak calon nasabah untuk memberi keyakinan

bahwa calon nasabah benar-benar dapat dipercaya. Character

mengukur “Kemauan” calon nasabah mengembalikan pembiayaan.

2. Capasity

Menilai kemampuan mengelola bisnis dan kemampuan mencari laba

sehingga akan mencerminkan kemampuan calon nasabah

mengembalikan pembiayaan.

(41)

31

Bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang

dimiliki calon nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai BMT

4. Collateral

Adalah jaminan fisik atau non fisik yang diberikan calon nasabah

sebagai pelindung BMT dari risiko kerugian atau ketika nasabah

tidak mau mengembalikan pinjaman..

5. Condition

BMT juga perlu menilai kondisi ekonomi saat ini dan prediksi

prospek usaha di masa yang akan datang.

Syarat 7 P tersebut yaitu

1. Personality

Adalah menilai karakter, kepribadian atau tingkah laku calon

nasabah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan calon nasabah berdasarkan modal,

loyalitas serta karakter. Sehingga calon nasabah pada suatu

klasifikasi akan mendapatkan fasilitas pembiayaan yang berbeda

dengan calon nasabah klasifikasi lain.

3. Purpose

Untuk mengetahui tujuan calon nasabah mengambil pembiayaan.

(42)

Untuk menilai usaha calon nasabah di masa mendatang

menguntungkan atau tidak.

5. Payment

Adalah bagaimana cara atau dari sumber mana saja calon

nasabah akan mengambil pembiayaan.

6. Profitability

Untuk menganalisis kemampuan nasabah mencari laba atau

keuntungan.

7. Protection

Untuk menjaga pembiayaan melalui suatu perlindungan seperti

jaminan barang atau asuransi.

Syarat 3 R tersebut yaitu

1. Return

Yaitu hasil yang diperoleh oleh debitur, artinya Perolehan

tersebut mencukupi untuk membayar pembiayaan beserta bagi

hasil atau margin keuntungan.

2. Repayment

Yaitu kemampuan pihak debitur untuk membayar kembali.

3. Risk Bearing Ability

Yaitu kemampuan menanggung risiko. Misalnya jika terjadi

hal-hal yang di luar antisipasi kedua belah pihak (pembiayaan

macet), untuk itu harus diperhitungkan apakah jaminan sudah

(43)

33

Penilaian Pembiayaan dengan Studi Kelayakan, yaitu :

1. Aspek Hukum

Untuk menilai keabsahan dan keaslian berbagai dokumen milik

calon nasabah.

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Untuk menilai prospek usaha saat ini maupun usaha di masa

yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan

mengelola usaha melalui pertimbangan rasio-rasio keuangan.

4. Aspek Operasi atau Teknis

Untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas

produksi yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimiliki.

5. Aspek Manajemen

Untuk menilai kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang

dimiliki perusahaan calon nasabah.

6. Aspek Ekonomi dan Sosial

Untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari

usaha calon nasabah terhadap masyarakat.

7. Aspek AMDAL

Menilai dampak lingkungan yang akan timbul akibat adanya

(44)

3.4. Praktek Pemberian Akad Al Ijarah Untuk Biaya Pendidikan di BMT

Walisongo semarang

Al Ijarah Multi jasa adalah bentuk produk jasa yang ada di BMT

Walisongo Semarang. Produk ini membiayai berbagai jasa layanan. Di

antaranya adalah untuk biaya kesehatan dan untuk biaya pendidikan .

Layanan kesehatan digunakan untuk biaya seperti; biaya rawat inap

rumah sakit dan biaya dokter. Sedangkan untuk layanan pendidikan

digunakan untuk biaya sekolah seperti; Biaya Masuk, biaya SPP, uang

gedung, biaya seragam dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan

pendidikan.

Berikut ini adalah data nasabah pembiayaan Ijarah untuk biaya

pendidikan di KJKS Walisongo Semarang10;

Tahun Jumlah Nasabah Kisaran Plafon

2006 9 Rp 85.500.000,00

2007 7 Rp 7.500.000.,00

Berikut ini adalah contoh pemberian akad pembiayaan untuk

membiayai biaya pendidikan.

Contoh :

Seorang nasabah akan melakukan pembiayaan kepada BMT untuk

membiayai pendidikan anaknya untuk melanjutkan sekolah di perguruan

tinggi sebesar Rp 1.000.000,00. biaya ini digunakan untuk biaya masuk

10

(45)

35

perguruan, seperti; biaya SPP dalam satu semester, uang gedung, dan biaya

seragam. Dengan jangka waktu pengembalian 6 bulan.

Pada saat Pra pemberian akad, BMT melakukan analisis terdahulu

terhadap calon nasabah dengan melihat ; berapa kebutuhan dana yang

sangat diperlukan oleh nasabah untuk membiayai pendidikan, bagaimana

dan berapa kemampuan nasabah untuk mengangsur terhadap jumlah dana

yang diberikan untuk membiayai pendidikan. Dengan tetap melihat pada

prinsip penilaian calon nasabah. Ketika semua analisis tersebut terpenuhi

maka BMT bisa menyetujui pembiayaan yang diajukan nasabah sesuai

kebutuhan dengan memberikan akad Ijarah Multijasa karena untuk

membiayai pendidikan. Dan Nasabah di bebankan membayar Angsuran

pokok {AP}, cadangan resiko {CR} yaitu guna untuk mengantisipasi

apabila nasabah adalah membayar angsuran tiap bulan tidak sesuai dengan

jadwal pembayaran yang telah di berikan oleh lembaga keuangan syariah

kepada nasabah , tetapi apabila nasabah membayar sesuai pada waktunya

maka CR akan di kembalikan lagi kepada nasabah. Dan yang terakhir

adalah Ujrah. berikut ini adalah perhitungan ketika pengajuan sudah di

cairkan;

a. Angsuran pokok perbulan

AP= Plafon / Jangka waktu

Contoh. AP = 1.000.000 : 6 bln

= 166.667,

(46)

Contoh. CR = Plafon / jangka waktu x 10%

= 1.000.000 : 6 bln x 10%

= 16.666

c. Ujrah

Contoh. Ujrah = Jangka waktu + 1 : 2 x plafon x nisbah

Ujrah

=6 blb + 2 :1 x 1.000.000 x 3,5%

= 12.250

Jadi, pembiayaan untuk biaya pendidikan dengan akad Ijarah seperti

contoh di atas dengan plafon Rp 1.000.000,00 maka sewa yang harus di

bayar adalah sebesar Rp,00. Dengan demikian total angsuran perbulannya.

Berdasarkan contoh di atas, angsuran yang harus dikembalikan oleh nasabah

untuk akad Ijarah adalah pokok pembiayaan ditambah dengan ujrahnya.

Dengan kata lain, maka obyek sewa setiap bulannya akan berkurang sesuai

kesepakatan semula karena setiap bulan harus mengangsur pokoknya juga, di

samping membayar ujrahnya. Sehingga pada saat jatuh tempo akhir

angsuran objek sewa yang diberikan akan menjadi nol. Padahal perhitungan

ujrahnya adalah di awal akad diberikan atau pada saat pencairan obyek sewa.

Akan tetapi, harus mengembalikan obyek sewanya setiap bulan sedangkan

perhitungan ujrahnya di awal akad.

Ketika pengajuan untuk biaya pendidikan harus diberikan akad Ijarah

(47)

37

kelompok fuqoro (orang fakir) dan masakin (orang miskin) yang lebih

idealnya diberikan akad dari pos qardul hasan ataupun dana dari ZIS (zakat,

infak dan sodaqoh), padahal pendidikan tidak menghasilkan keuntungan

materi berupa uang akan tetapi memberikan materi. Selain itu juga yang

disediakan pihak BMT adalah berupa uang karena BMT tidak memiliki

barang atau jasa yang disewakan selain uang, padahal di dalam ketentuan

dari akad Al Ijarah haruslah ada barang atau jasa yang akan disewakan.

Akan tetapi dalam praktek pemberian akad Al Ijarah bentuk barang atau

jasa yang di sewakan adalah sewa tempat atas gedung atau BMT dikatakan

melakukan sewa tempat atas gedung yang ditempati untuk kegiatan

belajar11, gedung ini bukanlah kepemilikan BMT, di dalam ketentuannya

juga barang yang disewakan haruslah dalam kepemilikan sendiri/hak milik

sendiri12. maka hal ini akan menimbulkan problematika atas pemberian

akad Ijarah tersebut, di antaranya sebagai berikut:

1. Uang Bukan Sebagai Barang Komoditi

Di dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas

karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung,

melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu

barang menjadi barang yang lain.

Ibnu Tamiyah dalam kitabnya (Majmu Fatwa Syaikhul Islam)

menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai

komoditi, yakni :

11

Hasil wawancara dengan pihak Marketing KJKS BMT Walisongo Semarang. 12

(48)

1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;

2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan

mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang,

dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap

seperti pegawai/ karyawan;

3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran

stabilitas nilai uang;

4. Perdagangan internasional akan menurun;

5. Logam berharga (emas & perak) yang sebelumnya menjadi nilai

intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri.

Dalam sistem ekonomi konvensional dikenal adanya 3 fungsi uang, yaitu

1. Medium of Exchange

2. Unit of Account

3. Store of Value

Sedangkan dalam ekonomi Islam, hanya dikenal adanya 2 fungsi :

1. Medium of Exchange (for transaction)

2. Unit of Account

Dalam Islam, fungsi pertama ini jelas bahwa uang hanya berfungsi

sebagai medium of exchange. Uang menjadi media untuk merubah

barang dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain, sehingga uang tidak

bisa dijadikan komoditi. Fungsi kedua dari uang dalam Islam adalah

sebagai unit of account13.

13

(49)

39

Imam Ghazali mengatakan bahwa dalam ekonomi barter sekalipun

uang tetap diperlukan. Seandainya uang tersebut tidak diterima sebagai

medium of exchange, uang tetap diperlukan sebagai unit of account,

misalnya untuk mengetahui apakah 3 buah topi sama dengan 1 durian?.

Fungsi ketiga dari uang sebagai store of value. Ketika teori konvensional

memasukkan satu dari fungsi uang adalah sebagai store of value di mana

termasuk juga adanya motif money demand for speculation.

Hal ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Islam memperbolehkan uang

untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga, namun menolak uang untuk

spekulasi.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam Islam, uang hanya diakui

sebagai intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange

dan unit of account, tidak lebih dari ini. Artinya fungsi uang hanya

sekedar sebagai medium dari barang yang satu berubah menjadi barang

yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs. Jadi dalam

konsep Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility kita, karena

sebenarnya manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi

dari fungsi uang.

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW bisa kita lihat peran uang

sangat sentral sekali dalam teori ekonomi Islam. Salah satu contoh ketika

pada suatu hari sahabat Bilal bin Rabah ingin menukar 2 sak kurma yang

buruk dengan 1 sak kurma yang baik, maka Rasulullah mengatakan, ”

(50)

baik dengan hasil penjualan tersebut”. Menurut Rasulullah, tiap kurma

mempunyai harga masing-masing. Oleh karena itu sangatlah naif sekali

apabila dikatakan bahwa dalam teori ekonomi Islam tidak mengenal

konsep uang. Islam juga tidak mengenal konsep time value of money.

4.Pendidikan Tidak Menghasilkan Output Berupa Materi (Uang)

Ketika pembiayaan diberikan kepada nasabah dan tidak lain dana

itu digunakan untuk membiayai pendidikan dan akad yang diberikan

adalah akad Al Ijarah, maka nasabah harus mengembalikan pinjaman

yang lebih dari plafon yang di pinjamkan karena harus memberikan

kelebihan yang berbentuk biaya sewa .

Padahal bentuk output dari pendidikan tidak lain adalah berupa

ilmu pengetahuan atau Science, tidak berupa materi atau keuntungan

yang berbentuk uang. Pembiayaan untuk pendidikan bukanlah

pembiayaan bisnis yang akan selalu menghasilkan uang akan tetapi ini

adalah pembiayaan bersifat Sosial. Apakah layak nasabah harus

mengembalikan lebih padahal ia tidak menggunakan untuk transaksi

komersial.

Pada pendidikan formal yang diselenggarakan negara khilafah

memperoleh sumber pembiayaan sepenuhnya dari negara (Baitul Mal).

Dalam sejarah, pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, sumber

pembiayaan untuk kemaslahatan umum (termasuk pendidikan), berasal

dari jizyah, kharaj, dan usyur.Terdapat 2 (dua) sumber pendapatan Baitul

(51)

41

kharaj --yang merupakan kepemilikan negara-- seperti ghanimah,

khumus (seperlima harta rampasan perang), jizyah, dan dharibah (pajak);

(2) pos kepemilikan umum, seperti tambang minyak dan gas, hutan, laut,

dan hima (milik umum yang penggunaannya telah dikhususkan).

Sedangkan pendapatan dari pos zakat, tidak dapat digunakan untuk

pembiayaan pendidikan, karena zakat mempunyai peruntukannya sendiri,

yaitu delapan golongan mustahik zakat14.

Jika dua sumber pendapatan itu ternyata tidak mencukupi, dan

dikhawatirkan akan timbul efek negatif (dharar) jika terjadi penundaan

pembiayaannya, maka negara wajib mencukupinya dengan segera

dengan cara berhutang (qardh). Hutang ini kemudian dilunasi oleh

negara dengan dana dari dharibah (pajak) yang dipungut dari kaum

muslimin. Biaya pendidikan dari Baitul Mal itu secara garis besar

dibelanjakan untuk 2 (dua) kepentingan15. Pertama, untuk membayar gaji

segala pihak yang terkait dengan pelayanan pendidikan, seperti guru,

dosen, karyawan, dan lain-lain. Kedua, untuk membiayai segala macam

sarana dan prasana pendidikan, seperti bangunan sekolah, asrama,

perpustakaan, buku-buku pegangan, dan sebagainya.

Pendidikan dalam islam untuk seluruh tingkatan sepenuhnya

merupakan tanggung jawab negara. Seluruh pembiayaan pendidikan,

baik menyangkut gaji para guru/dosen, maupun menyangkut infrastruktur

serta sarana dan prasarana pendidikan, sepenuhnya menjadi kewajiban

14

(52)

tanggung jawab negara. Karena negara berkewajiban menjamin tiga

kebutuhan pokok masyarakat, yaitu pendidikan, kesehatan, dan

keamanan. Berbeda dengan kebutuhan pokok individu, yaitu sandang,

pangan, dan papan, di mana negara memberi jaminan tak langsung,

dalam hal pendidikan, kesehatan, dan keamanan, jaminan negara bersifat

langsung16.

16

(53)

42 BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dibahas, maka penerapan

akad ijarah untuk biaya pendidikan di BMT Walisongo Semarang dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembiayaan dengan akad Ijarah untuk biaya pendidikan di

BMT Walisongo sudah berjalan dengan baik, walaupun masyarakat lebih

memilih pembiayaan dengan akad murabahah, karena pembiayaan dengan

akad Ijarah hanya berjalan seiring dengan waktu diperlukannya saja,

karena hanya sebatas sewa tanpa diiringi dengan pemindahan atas obyek

itu sendiri.

2. Akad Ijarah untuk biaya pendidikan ini merupakan akad sewa menyewa

atau dalam istilah modern sering disebut “jual beli jasa”. Dalam fiqih

istilah jual beli hanya digunakan untuk jual beli barang, sedangkan untuk

jasa digunakan istilah yaitu Ijarah. Jika imbalan dalam jual beli barang

disebut harga, maka dalam Ijarah disebut ujrah. Jadi pada hakekatnya akad

ini sama saja dengan akad murabahah, hanya bedanya terdapat pada obyek

(54)

4.2. Saran

1. Perlu bantuan dan pengawasan yang lebih intensif agar pembiayaan

dengan akad Ijarah untuk biaya pendidikan dapat saling menguntungkan

dan sesuai dengan syari’ah Islam.

2. Untuk meningkatkan efisiensi pembiayaan dengan akad Ijarah, dapat

ditingkatkan menjadi akad Ijarah Muntahiya bit tamlik, karena dengan

akad Ijarah Muntahiya bit tamlik dapat diikuti dengan kepemilikan atas

barang itu sendiri sehingga nasabah tidak perlu memindah akadnya

menjadi murabahah.

3. Menambah jumlah nominal pembiayaan, agar masyarakat lebih tertarik

dengan produk pembiayaan di BMT Walisongo.

4. Mengganti agunan pembiayaan ijarah dengan agunan yang mempunyai

nilai jual agar lebih mudah untuk menutup pembiayaan apabila terjadi

wanprestasi. Karena selama ini yang terjadi di BMT Walisongo nasabah

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah Muhammad, Abi, Sunan Ibnu Majah, juz 2 , hal. 732 hadist ke-2164.

Antonio, M Syafi’i, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, Cet. ke-1, 2001.

Al Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI. 1985

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Yogyakarta, Rineka Cipta, 1993.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No.09 tahun 2000 tentang pembiayaan Ijarah

Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Yogyakarta, Andi Offset, 2004.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Ekonisia, Cet. Ke-1, 2003.

Tim Asbisindo, et al.. Standar Operasional Produk BPR Syari’ah (penghimpunan dana penyaluran dana),1999.

Tim Penulis DSN-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, edisi kedua, Jakarta: BI-MUI, 2003, hlm 12

Profil Company KJKS BMT Syari’ah Walisongo, 2007.

Wawancara dengan pihak Marketing KJKS BMT Walisongo Semarang.

http://www.halalguide.info/content/view/335/46/, Senin, 19 Juli 2006

http://khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=365&Ite

(56)

1. Nama : Ahmad Syamsul Ma'arief

2. NIM : 042503018

3. Tempat, Tanggal Lahir : Sambeng Rt6/2 Bantar Bolang Pemalang 4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Islam

6. Alamat Asal : Pemalang, 11 Agustus 1985 7. Pendidikan

SD : SD

SMP : SMP

SMA : MAN

S1 : IAIN Walisongo Semarang

Gambar

Gambar 3.1:

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh kelulusan Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Yang berjudul "Pembelajaran Tata Surya Siswa SD Kelas 6 Berbasis Macromedia Flash" ini kami susun untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Diploma

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh kelulusan Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu

Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun guna melengkapi tugas dan memenuhi syarat kelulusan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Universitas Muhammadiyah

Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui kemampuan Mahasiswa Tadris Fisika Angkatan 2009 IAIN Walisongo Semarang sebagai calon guru dapat membuat Perencanaan

Skripsi Muhammad Fikrul Khadiq, Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang dengan judul skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan Pengadilan Agama Slawi

Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah yang telah memberikan beasiswa Program Pascasarjana (S2) sehingga penulis dapat melanjutkan studi S2 di IAIN Walisongo

Konseling Islam ),( Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2007), hlm.. Kemampuan untuk memodifikasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang seharusnya dipegang. Tidak khawatir