• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI)

Dalam usaha perawatan koleksi baik itu naskah kuno ataupun bahan pustaka lainnya, ada istilah-istilah baku yang biasa digunakan pada lingkungan perpustakaan yaitu pelestarian (preservasi), pengawetan(konservasi), dan perbaikan (restorasi).82

Dalam penerapan proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) lebih memprioritaskan naskah-naskah terkait Manuskrip Al-Qur’an dikarenakan kondisi naskah kuno yang sudah parah dan banyak yang mengalami kerusakan. Untuk proses pelestarian terhadap naskah kuno ada dua tahapan yang dilaksanakan yakni pelestarian terhadap fisik koleksi naskah kuno dan pelestarian non fisik (pelestarian teks dalam naskah). Pertama, akan peneliti bahas terkait dengan pelestarian terhadap fisik koleksi.

a. Proses Pelestarian Fisik Koleksi Naskah Kuno

Untuk proses pelestarian terhadap fisik naskah ada dua kegiatan yang dilakukan yakni konservasi dan restorasi. Konservasi merupakan tindakan langsung atau tidak dalam mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk memperpanjang umur koleksi agar tetap awet, tidak hilang dan tidak mudah hancur.83 Proses konservasi yang dilakukan oleh pihak perpustakaan BQMI yakni dengan pembuatan portaple. Portaple disini digunakan untuk menyimpan naskah kuno yang benar-benar rapuh agar terlindungi dan jika disimpan dapat

82 Almah, H. (2012). Pemilihan & Pengembangan Koleksi Perpustakaan (Makassar: Alauddin University Press). hlm.163

83 Asep Yudha Wirajaya. “ Preservasi dan Konservasi Naskah-Naskah Nusantara di Surakarta Sebagai Upaya Penyelamatan Aset Bangsa”. Jurnal Etnografi Vol. XVI / No. 2 / 2016/

59-123. Hlm.65

terhindar dari gesekan antara naskah lainnya.Namun untuk pembuatan portaple tersebut perpustakaan BQMI masih meminta bantuan dari pihak ketiga yakni Perpustakaan Nasional RI dikarenakan terkendala fasilitas dan dana yang terbatas, karena untuk pembuatan portaple itu sendiri dibutuhkan bahan yang harus di import dari luar negeri. Sedangkan untuk proses kegiatan restorasi yakni perbaikan untuk memperpanjang umur koleksi dengan memperbaiki penampilan koleksi mendekati keadaan semula sesuai dengan aturan dan etikanya. Teknik yang digunakan oleh perpustakaan BQMI adalah dengan proses laminasi dan fumigasi. Laminasi biasanya dilakukan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki, proses yang dilakukan dengan cara ini adalah menjilid atau menambal. Sedangkan proses fumigasi yakni dengan cara menyemprotkan bahan kimia terhadap bahan naskah yang mudah lapuk atau hancur tujuannya agar lebih awet dan terhindar dari faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi. Perpustakaan BQMI melakukan fumigasi satu tahun sekali. Untuk proses konservasi dan restorasi perpustakaan BQMI tidak melakukan kegiatan tersebut sendiri akan tetapi melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Pada tahun 2016 pernah dilakukan kerjasama dengan meminta bantuan tenaga ahli konservator dari Balai Konservasi dan tahun 2017 hingga sekarang bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI.

b. Proses Pelestarian Non Fisik (pelestarian teks dalam naskah).

Seiring perkembangan teknologi, untuk melestarikan agar isi suatu teks dalam naskah kuno tetap bisa terbaca dan diketahui kandungan makna di dalamnya maka perpustakaan BQMI melakukan alihmedia ke dalam bentuk digital. Adapun manfaat kegiatan pelestarian dengan cara digital antara lain untuk

melindungi naskah kuno dari kerusakan yang disebabkan oleh peneliti pemula atau pembaca awam, sebab masih banyak peneliti yang belum mengerti etika dan tatacara bagaimana memperlakukan sebuah naskah kuno maupun arsip yang mereka baca. Untuk itu, alih media juga memudahkan pemustaka dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Setidaknya, melalui proses digitalisasi yang dilakukan terhadap isi teks dalam naskah, perpustakaan BQMI telah melakukan antisipasi awal dalam sebuah pelestarian koleksi naskah kuno apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap naskah aslinya. Proses digitalisasi oleh perpustakaan BQMI dilakukan dengan cara memfoto menggunakan kamera digital SLR merk Canon 7D dan alat bantu berupa tripod guna menopang body kamera serta laptop sebagai alat untuk melakukan pengeditan gambar yang diubah menjadi format digital. Kegiatan ini dilakukan pada saat peneliti melakukan pengumpulan naskah dilapangan maupun pada saat naskah sudah berada di gedung Bayt Al-Qur’an.

Namun demikian, perlu diperhatikan tahapan-tahapan sebelum melakukan pendigitalisasian maka langkah awal yang harus dilakukan dengan melacak atau menginventarisir terlebih dahulu naskah-naskah kuno yang didapatkan dan pendeskripsian yang dilakukan harus sesuai dengan model penelitian kodikologi (proses katalogisasi) dan pembuatan digitalisasi naskah. Tujuan pendeskripsian ini untuk memberikan informasi segala keterangan yang terkait dengan seluk-beluk naskah yang akan dideskripsikan. Hal ini berarti bahwa data tentang kodikologi dalam naskah-naskah kuno yang ditemukan, sebelum dibuat web design-nya akan disistematiskan terlebih dahulu sehingga menghasilkan sebuah pemahaman yang baik dan lengkap. Dengan demikian, hasil deskripsi naskah yang baik dan benar

inilah yang nantinya akan dijadikan bahan bagi pembuatan katalogisasi dan digitalisasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.84 Berikut ini adalah tahapan pendeskripsian naskah yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI sebelum dibuatkan hasil digitalisasi dan katalogisasi.

1. Nomor/Kode naskah 2. Asal usul naskah 3. Penyalinan 4. Tahun penyalinan 5. Kertas

6. Cap Kertas

7. Sampul dan Penjilidan 8. Jumlah halaman

9. Jumlah halaman kosong 10. Jumlah baris/halaman 11. Ukuran mushaf 12. Ukuran bidang teks 13. Penomoran halaman

14. Jenis dan warna tinta 15. Kondisi fisik

16. Rasm 17. Tanda baca 18. Tanda Tajwid 19. Qiraat

20. Tanda pembagian teks 21. Teks ayat awal mushaf

(ayat dan surat)

22. Teks ayat akhir mushaf (ayat dan surat)

23. Teks tambahan lainnya 24. Kaligrafi

25. Iluminasi

26. Keterangan tambahan

Setelah melalui pendiskripsian langkah selanjutnya adalah penyusunan katalog. Pola penyusunan katalog pada perpustakaan BQMI adalah dengan format sebagai berikut:

84 Ibid, Asep Yudha Wirajaya. “ Preservasi dan Konservasi Naskah-Naskah Nusantara di Surakarta Sebagai Upaya Penyelamatan Aset Bangsa. Hlm.67

a. Nomer Katalog b. Judul

c. Ukuran naskah

d. Aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah e. Jumlah halaman/lampiran

f. Umur

g. Pengarang/penyalin/sumber naskah h. Ikhtisar isi

Pada katalogisasi naskah ini pendeskripsian isi naskah dibuat dalam bentuk abstrak atau penjelasan singkat mengenai isi naskah. Tujuannya adalah agar para peneliti, mahasiswa, atau siapapun yang ingin mengkaji suatu naskah yang dibutuhkan dapat dengan mudah melakukan penilaian sebelum membaca naskah asli.

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan BQMI

Kendala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah halangan atau rintangan. Kendala memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu kendala yang mengganggu. Kendala merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan suatu kegiatan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Kendala cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu hal yang dikerjakan oleh seseorang baik dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya. 85

Dari hasil penelitian yang didapatkan dapat kita simpulkan dalam pembahasan ini, bahwa ada 5 kendala pelestarian koleksi naskah kuno yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI antara lain:

85 Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Edisi Ketiga Bahasa Depdiknas. (Jakarta: Balai Pustaka). Hlm. 385

a. Kendala terkait manajemen pelestarian (kebijakan)

Manajemen atau aturan terkait erat hubungannya dengan kebijakan yang mana merupakan suatu rangkaian konsep dan asas menjadi suatu garis pelaksanaan dalam suatu pekerjaan, kepemimpinan ataupun cara bertindak. Kebijakan harus selalu ada dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Jika dalam suatu pelaksanaan kegiatan tidak memiliki kebijakan, maka peraturan yang ada dalam kegiatan tersebut tidak dapat berjalan secara teratur, karena kebijakan juga merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan yang penting untuk proses pelaksanaan suatu kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perpustakaan BQMI dalam melaksanakan pelestarian koleksi naskah kuno belum memiliki suatu aturan atau kebijakan mengikat dan secara tertulis. Adapun kebijakan yang ada sejak tahun 2016 hanya sebatas kebijakan dalam pengalokasian anggaran untuk kegiatan pelestarian yang dilakukan, itupun tidak dinyatakan dalam bentuk tertulis.

Sehingga proses pelestarian koleksi naskah kuno yang dilakukan masih dalam kategori mengalir apa adanya, tidak terstruktur dengan baik. Bahkan dalam perawatan rutin hanya dilakukan oleh staff yang dimiliki, yang tidak sesuai dengan potensi keahlian sebagai tenaga ahli konservator.

b. Kendala terkait sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh perpustakaan BQMI hanya terdiri dari 10 orang, yang mana telah memegang tugas masing-masing. Untuk pembagian tugas sumber daya manusianya pun, perpustakaan BQMI tidak menyesuaikan dengan bidang keahlian yang dimiliki dan jumlah personalia yang ada tidak seimbang dengan beban kerja yang ada di perpustakaan BQMI. Bahkan

tidak memiliki tenaga ahli bidang pelestarian atau sebagai konservator. Sehingga untuk kegiatan yang sangat fundamental terkait pelestarian koleksi naskah kuno, perpustakaan BQMI melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

Sumber daya manusia merupakan unsur penting yang perlu diperhatikan dalam suatu proses kegiatan. Karena tanpa adanya SDM yang mumpuni dan ahli dalam bidangnya, suatu kegiatan yang dilaksanakan tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

c. Kendala terkait bengkel kerja (laboratorium)

Berdasarkan hasil penelitian, perpustakaan BQMI belum memiliki laboratorium khusus untuk melakukan kegiatan pelestarian koleksi naskah kuno.

Sehingga seringkali untuk proses pelestarian koleksi naskah kuno, masih menggunakan ruang kosong seadanya yang ada di gedung tersebut.

d. Kendala terkait anggaran

Pendanaan kegiatan pelestarian naskah kuno diperoleh dari APBN, dana yang didapat dari APBN setiap tahunnya berkisar 150 – 300 juta, akan tetapi dari keseluruhan dana APBN tidak semuanya digunakan untuk pelestarian koleksi, melainkan harus dibagi untuk tiap bidang yang ada di bawah naungan lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Sehingga karena keterbatasan anggaran yang ada perpustakaan BQMI lebih memprioritaskan kebutuhan pelestarian yang sifatnya sangat urgent. Dari keterbatasan anggaran ini pula, sangat berpengaruh terhadap tidak adanya SDM ahli yang menangani pelestarian koleksi dan fasilitas yang belum memadahi untuk kebutuhan pelestarian koleksi naskah kuno.

e. Kendala terkait faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno.

Faktor kerusakan yang dihadapi oleh Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal diantanya adalah faktor lingkungan, faktor biotis, faktor kimia, faktor manusia dan faktor bencana alam. Penjelasannya yakni sebagai berikut:

 Faktor Biotis biasanya disebabkan oleh serangga seperti rayap, kecoa, kutu, dan ngengat yang bisa mengakibatkan kerusakan pada permukaan kertas dan sampul dari naskah kuno. Selain itu tumbuh jamur pada kertas naskah kuno.

 Faktor Lingkungan, berdasarkan hasil pengamatan penulis, faktor lingkungan lainnya yang dapat merusak naskah kuno yakni cuaca, suhu penyimpanan, cahaya dan pencemaran udara. Ada dua hal jenis cahaya diantaranya cahaya matahari dan cahaya lampu pijar maupun neon.

Cahaya sendiri mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak bahan pustaka maupun manuskrip itu sendiri.86 Selain iti suhu ruangan untuk penyimpanan naskah kuno tentunya memiliki suhu dan kelembaban ideal, guna terjaganya keutuhan fisik naskah kuno.

 Faktor Kimia, penyebab kerusakan pada naskah kuno dari faktor kimia biasanya disebabkan oleh bahan tinta pada naskah kuno itu sendiri yang bisa mengakibatkan kerusakan pada tulisan dari naskah kuno semakin tidak dapat terlihat / terbaca dengan jelas. Koleksi naskah kuno pada perpustakaan BQMI rata-rata menggunakan bahan tinta iron gel dan kertas eropa yang mana tingkat keasamannya sangat tinggi

 Faktor Manusia, berdasarkan hasil pengamatan penulis di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, penyebab kerusakan pada naskah

86 Muhammdin Razak, “Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip: Pengendalian Kondisi Lingkungan.” Laporan Pelaksanaan Lokakarya Pelestarian Bahan Pustaka, Arsip dan Lontar, tanggal 6-8 Juli 1992 (Ujung Pandang: Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan, 1992), h. 5

kuno dari faktor manusia biasanya disebabkan karena kurangnya pengawasan dari pihak pengelola, tidak adanya bimbingan pemakai dalam pemanfaatan naskah kuno dan tidak terteranya tata tertib yang jelas yang bisa mengakibatkan kerusakan pada tulisan dari naskah kuno semakin mengalami kerusakan fisik yang lebih memprihatinkan.

3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan BQMI

Terkait pentingnya pelestarian terhadap naskah kuno, Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal sebagai lembaga yang berada dibawah naungan lembaga pemerintah dan keagamaan yakni lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia, dituntut harus ikut hadir dalam melestarikan dan merawat benda-benda bersejarah warisan budaya negara, yang mana disesuaikan dengan tupoksinya agar fokus dalam penyelamatan dan pemeliharaan benda-benda warisan budaya Indonesia. Kesadaran akan hal tersebut maka perpustakaan BQMI harus tetap menjalankan tupoksinya untuk tetap senantiasa melakukan pelestarian koleksi naskah yang dimilikinya., meskipun banyak kendala yang bisa menjadi penghambat, namun perpustaan BQMI tetap mencari solusi untuk mengatasi kendala yang terjadi. Cara mengatasi kendala terkait pelestarian koleksi naskah kuno perpustakaan BQMI antara lain:

a. Menerapkan kebijakan pengalokasian anggaran yang di dapat dari APBN untuk menggunakan jasa pihak ketiga sebagai pelaksana pemeliharaan yang sifatnya fundamental. Sedangkan kebijakan untuk perawatan rutin, hanya melakukan perawatan sederhana saja.

b. Menyediakan pelatihan untuk pengembangan kualifikasi SDM nya, melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pelestarian yang

sifatnya pokok seperti fumigasi, restorasi, dan laminasi. Untuk saat ini kerjasama yang sudah pernah dilakukan yakni pada tahun 2016 dengan orang-orang dari Balai Konservasi dan dimulai pada 2017 hingga sekarang melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI.

c. Menggunakan ruang kosong yang tersedia di kantor, sedangkan untuk pendigitalisasian sering kegiatan tersebut dilakukan pada saat pengumpulan naskah di lapangan. Hal ini untuk meminimalisir tidak adanya tempat khusus untuk pelestarian di gedung Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Solusi terkait tidak adanya bengkel kerja ini sudah pernah dibahas dalam agenda rapat dan masuk sebagai solusi jangka panjang yang mana nantinya akan disiapkan perihal laboratorium khusus.

d. Menyiapkan alokasi anggaran dari APBN untuk biaya pelestarian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kerusakan koleksi yang ada.

e. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk kegiatan pelestarian yang sifatnya fundamental seperti fumigasi, restorasi, dan laminasi, karena ketiga kegiatan ini membutuhkan fasilitas, keahlian dan pengetahuan khusus yang mana perpustakaan BQMI belum memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ahlinya tersebut.

f. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno maka kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah sebagai berikut:

 Cara mengatasi kendala akibat faktor lingkungan, yakni perpustakaan BQMI melakukan perawatan rutin dengan alat yang

seadanya seperti kemoceng ,vacuum cleaner, spon, dan kuas untuk membersihkan naskah akibat debu. Pengaturan suhu dan kelembaban udara menggunakan pengaturan suhu ruang dari AC ± 16ºC dan peletakan silica gel pada tiap-tiap lemari penyimpanan naskah kuno. Selain itu mengurangi intensitas cahaya dengan memasang alat penyaring cahaya dan memasang gordeng pada tiap-tiap jendela yang ada. Hal tersebut selaras seperti yang dinyatakan oleh Tedi Permadi, suhu pada ruang penyimpanan naskah kuno, memiliki suhu ideal berkisar antara 55ºF (13ºC) sampai dengan 65ºF (18ºC) dengan kondisi udara yang mengalir, sedangkan kelembaban berkisar 50%. Alat untuk mengukur suhu ruangan dikenal sebagai air conditioning (AC) dan alat untuk mengukur kelembaban dikenal sebagai higrometer. Apabila kelembaban dan suhu udara cukup tinggi, dianjurkan untuk menggunakan dehumidifer dan silical gel. Silical gel sendiri berfungsi untuk menurunkan kelembaban udara yang berada di dalam rak maupun lemari sedangkan dehumidifer sendiri berfungsi untuk menurunkan udara diruangan yang tertutup.87

 Cara mengatasi kendala akibat faktor biotis seperti serangga atau jamur dan faktor kimia seperti tingkat keasaman tinggi dari bahan tinta atau kertas yang digunakan sebagai bahan naskah maka perpustakaan BQMI melakukan kegiatan fumigasi dan penyemprotan menggunakan insektisidan satu tahun sekali dengan

87 Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar Budaya Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji Sampel di Laboratorium”. h.

142

waktu penyemprotan 2 X 24 jam. Akan tetapi kegiatan ini bukan dilakukan oleh pihak perpustakaan BQMI itu sendiri melainkan menggunakan jasa pihak ketiga atau vendor. Sehingga tidak diketahui apa saja bahan kimia yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut, karena perpustakaan BQMI menyerahkan sepenuhnya kegiatan seperti fumigasi dan laminasi tersebut kepada pihak ketiga yang ahli dibidangnya. Padahal jika ditinjau dari teori yang ada kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah kerusakan yang disebabkan pada jamur, ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan kehadiran jamur, yaitu melakukan pemeriksaan kelembaban ruangan atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya menggunakan bahan sintesis seperti polyvinyl acetat.88

 Cara mengatasi kendala akibat faktor manusia, mengantisipasi agar koleksi tidak terjadi kontak langsung dengan pemustaka yang berkunjung, menempatkan naskah pada penutup kaca yang hanya bisa dilihat oleh pengunjung. Selain itu antisipasi untuk peneliti yang akan menelusur isi dari naskah kuno yang ada maka

88 Lasa, HS, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), h. 161

perpustakaan BQMI telah menyediakan koleksi dalam bentuk digital.

Berdasarkan teori, hal tersebut seperti apa yang dinyatakan oleh Muhammadin Razak yakni manusia dapat juga menjadi sebagai penyebab utama kerusakan pada koleksi itu sendiri, bahwasannya manusia tidak sadar apa yang ia perbuat, seperti memegang buku berlebihan dan lain sebagainya. Dalam mengatasi hal tersebut hendaknya dalam mengambil koleksi di rak haruslah berhati-hati, pustakawan harus memberi peringatan tegas terhadap pemustaka yang membawa makanan serta minuman ke dalam ruangan perpustakaan, dilarang untuk mecorat-coret maupun melipat koleksi secara sembarangan, memberikan saksi berupa teguran dan denda kepada pemustaka apabila meminjam akan tetapi menyebabkan kerusakan koleksi, serta perlu diadakan dalam pemeriksaan keutuhan koleksi secara berkala.89

 Cara mengatasi kendala akibat faktor bencana alam, antisipasi yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah menyediakan alat pemadam kebakaran (hydrant), setiap ruangan terdapat fasilitas sprinkle dan smoke detector, serta memasang peraturan larangan merokok. Hal ini selaras seperti yang diungkapkan oleh Martoadmodjo Karmidi bahwasanya untuk mencegah terjadinya kebakaran akibat faktor bencana alam maka dapat dilakukan tindakan seperti memerikksa secara berkala jaringan kabel listrik,

89 Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 30

menyiapkan alat pemadam kebakaran, dan adanya aturan larangan merokok dalam ruangan, serta menyiapkan sirine dan smoke detector pada setiap ruangan.90

90 Martoadmodjo Karmidi, Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka,1999), hl. 78-79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan tentang Pelestarian Nasklah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlala diantaranya :

1. Proses pelestarian koleksi naskah kuno yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah proses pelestarian terhadap fisik naskah kuno yakni konservasi dengan cara pembuatan alat penyimpan naskah berupa portaple.

Pembuatan portaple tidak dikerjakan sendiri oleh pihak perpustakaan BQMI, melainkan oleh Perpustakaan Nasional RI dan restorasi terhadap naskah kuno yang mengalami kerusakan dengan cara laminasi dan fumigasi.

Laminasi dilakukan dengan cara menjilid atau menambal. Sedangkan proses fumigasi yakni dengan cara menyemprotkan bahan kimia terhadap bahan naskah yang mudah lapuk atau hancur tujuannya agar lebih awet dan terhindar dari faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi. Untuk proses restorasi pun perpustakaan BQMI tidak melakukan kegiatan tersebut sendiri akan tetapi meminta bantuan jasa dari pihak ketiga. Kerjasama yang dilakukan untuk melakukan restorasi ini sudah pernah dilakukan pihak perpustakaan BQMI dengan tenaga ahli dari Balai Konservasi pada tahun 2016 dan Perpustakaan Nasional RI dimulai pada tahun 2017 hingga sekarang. Selain proses pelestarian terhadap fisik naskah, proses pelestarian non fisik ( terhadap isi teks dalam naskah) juga dilakukan oleh perpustakaan BQMI yakni dengan cara digitalisasi dan katalogisasi.

2. Ada 5 Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan BQMI antara lain kendala terkait tidak adanya kebijakan tertulis yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelestarian koleksi naskah kuno, tidak memiliki sumber daya manusia atau staff ahli dalam bidang konservasi, belum memiliki laboratorium khusus untuk pelaksanaan kegiatan pelestarian koleksi naskah kuno, anggaran yang sangat minim, dan faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi naskah kuno.

3. Cara mengatasi dari 5 kendala yang telah disebutkan diawal, maka langkah yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah sebagai berikut:

a. Menerapkan kebijakan pengalokasian anggaran yang di dapat dari APBN untuk menggunakan jasa pihak ketiga sebagai pelaksana pemeliharaan yang sifatnya fundamental. Sedangkan kebijakan untuk perawatan rutin, hanya melakukan perawatan sederhana saja.

b. Menyediakan pelatihan untuk pengembangan kualifikasi SDM nya, melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal pelestarian yang sifatnya pokok seperti fumigasi, restorasi, dan laminasi, karena ketiga kegiatan ini membutuhkan fasilitas, keahlian dan pengetahuan khusus yang mana perpustakaan BQMI belum memiliki sumber daya manusia yang sesuai dengan bidang ahlinya tersebut.

c. Menggunakan ruang kosong yang tersedia di kantor, sedangkan untuk pendigitalisasian sering kegiatan tersebut dilakukan pada saat pengumpulan naskah di lapangan. Hal ini untuk meminimalisir tidak

adanya tempat khusus untuk pelestarian di gedung Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

d. Menyiapkan alokasi anggaran dari APBN untuk biaya pelestarian yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kerusakan koleksi yang ada.

e. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno maka kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan BQMI adalah sebagai berikut melakukan perawatan rutin dengan alat yang seadanya, pengaturan suhu dan kelembaban udara menggunakan pengaturan suhu ruang dari AC, peletakan silica gel, mengurangi intensitas cahaya, mengantisipasi agar koleksi tidak terjadi kontak langsung dengan pemustaka yang berkunjung, menempatkan naskah pada penutup kaca yang hanya bisa dilihat oleh pengunjung, penyediaan koleksi dalam bentuk digital dan menyediakan alat pemadam kebakaran (hydrant), setiap ruangan terdapat fasilitas sprinkle dan smoke detector, serta memasang peraturan larangan merokok.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal dalam upayanya untuk melestarikan baik secara fisik maupun kandungan informasi dari suatu bahan pustaka terutama naskah kuno adalah sebagai berikut :

Dokumen terkait