• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA "

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PELESTARIAN KOLEKSI NASKAH KUNO PERPUSTAKAAN BAYT ALQUR’AN DAN MUSEUM ISTIQLAL JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

WAHYUDIN NIM: 1110025100049

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439 H/2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Wahyudin. (1111025100049). Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Skripsi. Di bawah bimbingan Pungki Purnomo, MLIS. Jakarta: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pelestarian, kendala dan cara mengatasi kendala pelestarian koleksi Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Jenis Penelitian yang digunakan adalah kualitatif menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Teknik pengolahan data dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian diketahui bahwa proses pelestarian yang dilakukan ada 2 yaitu pemeliharaan fisik naskah kuno dan pemeliharaan non fisik (teks dalam naskah).

Ada lima (5) kendala yang menghambat proses pelestarian koleksi naskah kuno di perpustakaan BQMI antara lain belum memiliki kebijakan tertulis, kompetensi SDM yang tidak sesuai, fasilitas kurang memadai, anggaran yang minim, dan faktor-faktor yang merusak naskah kuno. Cara mengatasi kendala tersebut adalah melakukan kerjasama pelestarian dengan Perpustakaan Nasional RI dan konservator dari Balai Konservasi. Untuk menunjang kualitas kompetensi SDMnya dilakukan diklat setiap tahun. Pemeliharaan rutin dilakukan perawatan sederhana oleh staff yang ada dengan pembersihan naskah secara berkala, pemberian silica gel pada tempat penyimpanan naskah, pengaturan suhu ruang dan pendigitalisasian naskah. Terkait anggaran yang minim maka dalam hal pelestarian menyesuaikan dengan kebutuhan yang sangat diprioritaskan.

Kata kunci: naskah kuno, perpustakaan khusus, proses pelestarian naskah kuno, kendala pelestarian naskah kuno, cara mengatasi kendala, Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan kekuatan iman dan Islam, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Sayyidina Nabi besar Muhammad Saw, yang telah memimpin, membimbing dan memberikan fatwa kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan, bimbingan, serta dorongan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penulisan skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Prof.Dr.Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing skripsi yang begitu baik dan sabar mencurahkan ilmunya dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Mukmin Suprayogi, MSi, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Syaifuddin, MA.Hum selaku Kepala Seksi Koleksi dan Pameran yang telah bersedia menjadi informan dan meluangkan waktunya untuk memeberikan informasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini 5. Ida Fitriani, M.Hum, selaku Staf Pengembang Koleksi Museum yang telah

bersedia memberikan waktu luang untuk menjadi informan sekaligus pembimbing penulis dalam penelitian dilapangan hingga terselesaikannya skripsi ini

6. Segenap staff Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Jakarta khususnya Bidang III: Bayt Al-Qur'an dan Dokumentasi yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Jakarta khususnya di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

7. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, terlebih kepada dosen Jurusan Ilmpu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segala ilmunya kepada penulis

(7)

8. Kepada orangtuaku, Bapak Naji dan Ibu Rimi yang selalu melimpahkan kasih sayangnya dan tidak pernah bosan memberikan nasehat, dukungan moril dan materiilnya demi keberhasilan penulis.

9. Sahabat-Sahabat terbaikku, Al-Maliki, Aulia Urrohman, M.Rizki Arif, Eko Raharjo, Bintang Bella A, Sobri, Wildan, Syarif. Sasmita Anggraini terimakasih atas motivasi,semangat dan waktu luangnya yang dengan ikhlas mengantarkan penulis mulai dari bimbingan, penelitian, hingga sampai terselesaikannya skripsi ini

10. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2011, terlebih IPI B dan KKN Pena UIN Syarif Hidayatullah terimakasih atas canda tawa kalian

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 13 Juli 2018 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Definisi Istilah ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Khusus ... 12

1. Definisi Perpustakaan Khusus ... 12

2. Tujuan, Fungsi, dan Tugas Perpustakaan Khusus ... 14

B. Naskah Kuno ... 15

1. Pengertian Naskah Kuno ... 15

C. Pelestarian Koleksi Naskah Kuno (Manuskrip) ... 17

1. Tujuan dan Fungsi Pelestarian Naskah Kuno ... 19

2. Unsur-Unsur Pelestarian Naskah Kuno ... 20

3. Faktor-Faktor Kerusakan Naskah Kuno ... 22

4. Upaya Penyimpanan dan Pencegahan Faktor-Faktor Perusak Koleksi Naskah Kuno ... 27

5. Pemeliharaan Naskah-Naskah Kuno ... 38

6. Kendala-Kendala Dalam Pelestarian Koleksi Naskah Kuno atau Manuskrip ... 47

D. Penelitian Relevan ... 48

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Pendekatan Penelitian ... 51

2. Sumber Data ... 52

3. Informan ... 52

4. Teknik Pengumpulan Data ... 54

5. Teknik Analisis Data ... 55

6. Jadwal Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) ... 57

1. Sejarah Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI) ... 57

2. Dasar dan Tujuan ... 62

3. Visi dan Misi... 63

4. Personalia ... 63

5. Struktur Organisasi ... 65

6. Koleksi ... 66

7. Jam Layanan ... 67

8. Fasilitas Pendukung Pelestarian Koleksi Naskah Kuno BQMI ... 67

9. Fasilitas Pendukung Layanan ... 67

B. Hasil Penelitian 1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al- Qur’an ... 68

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al- Qur’an ... 73

3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ... 77

C. Pembahasan 1. Proses Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al- Qur’an ... 83

(10)

2. Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al- Qur’an dan Museum Istiqlal ... 87 3. Cara Mengatasi Kendala Pelestarian Koleksi Naskah Kuno

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal ... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Informan ... 53

Tabel 2 Jadwal Penelitian ... 56

Tabel 3 Nama-Nama Kepala Lajnah Dari Masa Ke Masa ... 59

Tabel 4 Jumlah SDM/Staff Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi ... 64

Tabel 5 Jam Layanan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal... 67

Tabel 6 Daftar Deskripsi Mushaf Kuno ... 71

Tabel 7 Pola Penyusunan Katalog ... 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Matriks Kerangka Konseptual Pelestarian Naskah Kuno. ... 57

Gambar 2 Struktur Organisasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ... 66

Gambar 3 Deskripsi Mushaf Kuno ... 72

Gambar 4 Katalog Naskah Kuno ... 73

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Naskah kuno atau manuskrip Nusantara merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang belum banyak mendapat perhatian dari masyarakat pada umumnya.1 Sedikit sekali saat ini masyarakat yang peduli dengan arti pentingnya peninggalan sejarah seperti naskah kuno, mungkin hanya sebagian kalangan intelektual yang sadar dan peduli akan hal ini, sehingga tidak diherankan bahwa semakin lama keberadaan naskah kuno dapat punah ditelan masa dan usia.

Bersumber dari permasalahan tersebut dibutuhkan peran perseorangan, lembaga, atau komunitas yang mau peduli dan ikut melestarikan naskah kuno atau manuskrip tersebut. Salah satu contohnya misal peran museum atau perpustakaan yang mana peran perpustakaan sebagai sarana informasi dengan bertugas untuk mengadakan, mengelola, menyediakan, dan melestarikan koleksi agar dapat di manfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien.

Koleksi yang dimaksud adalah bermacam-macam koleksi semisal jurnal,majalah, ataupun naskah kuno. Dalam hal ini, pembahasan yang perlu diperhatikan adalah peran perpustakaan dalam ikut serta melestarikan naskah kuno.

1 Nasrullah Nurdin, “ Merawat Naskah Kuno”, Majalah Ilitbangdiklat, Edisi No.3, 2015, hal.56

(14)

Pelestarian merupakan upaya untuk menyimpan suatu kandungan informasi dari koleksi di perpustakaan dalam bentuk aslinya dan mengusahakan agar koleksi yang sedang dikerjakan tidak cepat mengalami kerusakan yang cukup fatal.2 Sama halnya dengan naskah kuno, naskah kuno yang merupakan semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak ,yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi kebudayaan nasional,sejarah, dan ilmu pengetahauan3, haruslah mendapat perhatian khusus dalam segi pelestarian karena ditinjau dari pengertian diatas naskah kuno juga merupakan salah satu dari beberapa peninggalan cagar budaya yang sangat rentan sehingga rawan dengan kerusakan dan kemungkinan hanya satu-satunya naskah yang asli dan tidak bisa di publikasikan atau di duplikat supaya tidak bisa di komersilkan, sedangkan institusi atau lembaga (perpustakaan) tugasnya merawat dan melestarikan bentuk dan isi kandungan informasinya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelestarian koleksi naskah kuno maupun koleksi lainnya, yaitu melestarikan bentuk fisik suatu dokumen dan melestarikan isi kandungan informasi dengan mengalih mediakan ke dalam bentuk digital. Menyimpan dan memelihara harus dilakukan dalam kondisi yang sangat baik, dikarenakan hal ini merupakan syarat terpenting untuk melakukan pencegahan kerusakan koleksi.4

2 Karmidi Martoadmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 10

3 Adin Bondar.”Kontekstual Pelestarian Naskah Kuno/Manuskrip dalam Menggali Kearifan Lokal Sebagai Social Capital Membangun Bangsa:Sebuah Tinjauan UU No.43/2007 Tentang Perpustakaan”. Media Pustakawan, Vol.15, No.3, Desember (2008), h.20

4 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 1.

(15)

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan koleksi baik naskah kuno maupun lainnya diantaranya adalah tempat penyimpanan, bahan dasar koleksi itu sendiri, serta faktor lainnya misalnya jamur, hewan, serta manusia.

Kerusakan juga bisa disebabkan dengan sekala besar bila terjadi bencana alam misalnya banjir, gempa bumi dan lain-lain.

Dengan demikian pelestarian sangat penting di setiap perpustakaan dikarenakan pelestarian sangat berpengaruh untuk memperpanjang usia koleksi agar bisa digunakan lebih lama bagi para pemustaka. Terkait hal ini naskah kuno merupakan koleksi dengan nilai yang sangat tinggi karena sangat sulit di peroleh sehingga perpustakaan diharapkan dapat menjaga agar koleksi naskah kuno lebih awet dan terjaga keasliannya sehingga masih bisa diperlihatkan,di perkenalkan dan di pergunakan bagi pemustaka dalam jangka waktu yang panjang.

Tugas pemeliharaan, perawatan dan pelestarian koleksi naskah kuno bukanlah perkara mudah karena diperlukan keahlian dan keterampilan khusus untuk melestarikan koleksi naskah tersebut. Mengenai pelestarian naskah kuno ini, ada dua undang-undang yang dapat dijadikan sebagai payung hukum, yakni UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, khususnya pada bagian naskah kuno. Dan juga satu kebijakan yang dapat dirujuk yaitu Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Agama RI Tahun 2010-2014.5

Terkait dengan pelestarian naskah kuno, diketahui bahwa Indonesia telah dikenal oleh bangsa-bangsa di dunia sebagai salah satu bangsa yang besar,

5 Nasrullah Nurdin, “ Merawat Naskah Kuno”, h..57

(16)

dengan memiliki banyak kekayaan warisan dari sebuah budaya kehidupan masyarakat masa lalu. Kekayaan tersebut dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan seperti masalah sosial, politik, ekonomi, agama, dan kebudayaan. Ditinjau dari agama dan kebudayaan, Indonesia merupakan negara dengan pemeluk agama Islam terbesar. Islam yang telah hadir berabad- abad lamanya merupakan ajaran yang telah membentuk karakter bangsa serta menyebar ke seluruh penjuru tanah air dan mewarnai berbagai kebudayaan yang telah ada selama ini. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwasanya banyak ditemukan peninggalan bersejarah terkait kajian-kajian keislaman dalam bentuk naskah kuno seperti Al-qur’an yang sudah berumur ratusan tahun lamanya tersimpan di berbagai museum dan perpustakaan. Artinya upaya penyimpanan atau pengumpulan tersebut pasti ada makna tertentu untuk penambahan pengetahuan dan perkembangan kajian keislaman kedepannya.

Oleh karena itu dirasa perlu adanya perpustakaan atau museum yang khusus mengoleksi koleksi-koleksi naskah kuno tentang kajian Islam dan manuskrip Al-qur’an ini.

Salah satu jenis perpustakaan yang memiliki koleksi naskah kuno berupa Al-qur’an dan kajian keislaman adalah Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Perpustakaan ini tergolong jenis perpustakaan khusus dikarenakan koleksinya hanya koleksi-koleksi manuskrip Al-Qur’an dan kebudayaan. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal adalah perpustakaan yang dinaungi oleh sebuah lembaga dari Kementerian Agama Republik Indonesia yakni Lembaga Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.

(17)

Koleksinya mencakup buku kebudayaan, naskah kuno atau manuskrip Al- Qur’an dan lain-lainnya.

Dalam memenuhi kebutuhan informasi, maka Perpustakaan Bayt Al- Qur’an dan Museum Istiqlal sangat penting keberadaannya untuk hadir ditengah-tengah masyarakat sekitar. yang mana diharapkan mampu mengadakan, memilih, mengelola, merawat, melestarikan, dan memberikan layanan koleksi terhadap pemustaka yang membutuhkan. Khususnya dalam hal pelestarian naskah kuno, Hal ini dilakukan agar pemustaka dapat dengan mudah mengakses informasi tentang naskah-naskah kuno (manuskrip).

Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk lebih memperdalam mengenai pelestarian koleksi naskah kuno, sehingga peneliti menuangkan segala pengetahuan yang dimiliki tentang pelestarian koleksi naskah ini dalam sebuah judul “Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal”. Hal tentang pelestarian perlu dibahas lebih lanjut karena peneliti menyadari bahwa segala sesuatu tidak dapat dipertahankan selama-lamanya begitu juga dengan koleksi naskah kuno yang usianya sudah berpuluh-puluh tahun dan merupakan peninggalan bersejarah serta rentan dengan kerusakan, oleh karena itu pelestarian koleksi naskah kuno sangat perlu dilakukan agar informasi yang terkandung dapat senantiasa dijaga kelestariannya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti memfokuskan penelitian ini dalam dua hal yaitu:

(18)

a. Proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

b. Kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

c. Cara mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

b. Apa saja kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

c. Bagaimana cara mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini ialah :

a. Untuk mengetahui Bagaimana Proses pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

b. Untuk mengetahui Apa saja kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

c. Untuk mengetahui Bagaimana cara mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

(19)

2. Selain tujuan di atas adapun manfaat penelitian ini dilakukan yaitu untuk :

a. Diharapkan dapat memberikan suatu wawasan dalam hal pemeliharaan naskah-naskah kuno (manuskrip) yang dilakukan di perpustakaan khusus, sehingga dapat dipraktekan di dunia kerja terutama bagian pelestarian koleksi naskah-naskah kuno.

b. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi masukan kepada Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal khususnya dalam hal pelestarian naskah-naskah kuno (manuskrip) agar mengetahui betapa pentingnya pelestarian dilakukan, sehingga koleksi yang sudah ada di Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal agar lebih terawat dan berkembang kedepannya.

D. Definisi Istilah

Dilihat dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya terlihat bahwa judul yang akan dikaji oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Pelestarian Koleksi Naskah Kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal. Dari judul tersebut maka yang menjadi variabel penelitian adalah :

a. Pelestarian

Pelestarian atau preservasi merupakan upaya mempertahankan daya kultural dan intelektual agar dapat digunakan sampai batas waktu yang selama mungkin.6 Menurut kata atau istilah,pelestarian atau preservasi mempunyai arti yang lebih luas yaitu mencangkup unsur-unsur

6 Dina Isyanti,Aditia Gunawan,Agung Kriswanto, Pedoman Pengelolaan Naskah Nusantara, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,2013), h.19

(20)

pengelolaan, keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metode untuk melestarikan informasi dan bentuk fisik suatu koleksi.7

b. Koleksi Naskah Kuno

Koleksi merupakan semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan guna untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi seluruh khalayak pada umumnya. Khalayak yang dimaksud disini adalah seperti pelajar, mahasiswa, para pengajar, peneliti dan masyarakat pada umumnya. Koleksi merupakan salah satu komponen perpustakaan, koleksi disediakan untuk menunjang pelaksanaan program lembaga induknya.8

Naskah adalah karangan dengan tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.9 Kata naskah diambil dari bahasa Arab, yakni kata al- naskhah yang memiliki padanan bahasa Indonesia berupa kata- manuskrip10. Istilah lain yang dapat digunakan di samping istilah naskah adalah manuskrip dalam bahasa Inggris (manuscript). Kata manuscript diambil dari ungkapan Latin codicesmanu scripti, artinya buku-buku yang ditulis dengan tangan. Kata manu berasal dari kata manus, artinya tangan, dan scriptus berasal dari kata scribere, artinya menulis.11 Secara

7 Damaji Ratmono.” Preservasi Majalah Terjilid Pada Sub Bidang Teknis Penjilidan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI”,Visi Pustaka,Vol.16,No.1,april 2014,hal.71 merujuk pada buku karangan Dureau & Clement. Principles For The Preservation and Conservation of Library Materials. (The Haque: IFLA,1998)

8 Sulistyo Basuki .Pengantar Ilmu Perpustakaan”. (Jakarta:Bumi Aksara,2008) hal.23

9 Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 1994), h.55

10 Oman Fathurahman. Filologi dan Islam Indonesia. (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010), h.4-5

11 Mulyadi, Sri Wulan Rujiati. Kodikologi Melayu di Indonesia, (Depok: Fakultas Sastra UI,1994), h.1-3

(21)

harfiah kata manuskrip berarti tulisan tangan (written by hand atau al- makhtuth bi al-yad).

Dengan demikian, istilahmanuskrip - yang biasa disingkat MS untuk naskah tunggal dan MSS untuk naskah jamak - adalah dokumen yang ditulis tangan secara manual di atas sebuah media seperti kertas, papirus, daun lontar, daluang, kulit binatang, dan lainnya.12 Secara umum istilah naskah atau manuskrip ini juga bisa digunakan untuk menyebut informasi yang dibuat secara manual pada benda keras, seperti inskripsi.13

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi naskah kuno merupakan bahan pustaka atau dokumen yang ditulis tangan secara manual di atas sebuah media seperti kertas, papirus, daun lontar, daluang, kulit binatang, dan lainnya dengan menggunakan bahasa kuno seperti arab pegon, sansekerta,arab melayu dan lainnya, bahan pustaka atau dokumen tersebut dikumpulkan,diolah, dan disimpan dalam perpustakaan guna untuk memenuhi kebutuhan informasi khalayak pengguna dan merawat serta menjaga khasanah budaya dan ilmu pengetahuan warisan orang-orang terdahulu.

c. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal adalah perpustakaan khusus karena mengkhususkan koleksi mengenai Al- Qur’an dan kebudayaan sekitarnya. Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal merupakan bagian dari lembaga Lajnah Pentashihan

12 Uka Tjandrasasmita. Kajian Naskah-naskah Klasik dan Penerapannya bagi Kajian Sejarah Islam di Indonesia. (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departeman Agama RI, 2006), h.3-5

13 Oman Fathurahman. Filologi dan Islam Indonesia., h. 4-5

(22)

Mushaf Al-Qur’an yang menempati gedung Bayt al-Qur’an & Museum Istiqlal yang diresmikan pada tanggal 20 april 1997 oleh Presiden RI pada saat itu, H.M. Soeharto. Gedung ini di bangun di atas tanah seluas 20.103 m2 denga luas bangunan ± 20.402 m2.

Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal berfungsi untuk mendukung tugas dan fungsinya yaitu menyelenggarakan pentashihan, pengkajian dan penerbitan Al-Qur’an, serta pengembangan seni budaya Islam.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bab sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tetang pokok-pokok pikiran yang tertuang pada pembahasan skripsi ini, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan peneltian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini memberikan gambaran tentang pengertian perpustakaan khusus, definisi perpustakaan khusus, fungsi, tujuan dan tugas perpustakaan khusus, serta pengertian naskah kuno sedangkan ruang lingkup pelestarian koleksi naskah kuno yaitu pelestarian koleksi naskah kuno (manuskrip) yang meliputi tujuan dan fungsi pelestarian naskah kuno, unsur-unsur pelestarian naskah kuno,

(23)

faktor-faktor penyebab kerusakan naskah kuno (manuskrip), upaya penyimpanan dan pencegahan faktor-faktor perusak koleksi naskah kuno, pemeliharaan naskah-naskah kuno, kendala-kendala dalam pelestarian koleksi naskah kuno dan penelitian relevan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini ini akan menjelaskan tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, informan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan penulis dalam menyelesaikan proses penelitian pada Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas inti persoalan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan proses pelestarian koleksi naskah kuno, kendala pelestarian koleksi naskah kuno, dan cara mengatasi kendala pelestarian koleksi naskah kuno Perpustakaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari penelitian. Di dalamnya memuat beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab terdahulu yang kemudian diakhiri oleh daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.

(24)

BAB II

TIJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Khusus

1. Definisi perpustakaan khusus

Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang di dalamnya ada kelompok atau organisasi. Sebab tanpa organisasi di dalamnya perpustakaan tidak bedanya dengan individu. Yang artinya perpustakaan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan dari satu orang ke orang lain dan saling bekerja sama yang terorganisasi secara terstuktur.14 perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang berdiri dari suatu lembaga atau institusi pemerintahan yang koleksinya hanya sesuai dengan kebutuhan pemustakanya atau karyawan yang bekerja di dalamnya.

Menurut Sulistyo Basuki Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang didirikan oleh lembaga atau institusi pemerintah / swasta. Akan tetapi pada umumnya perpustakaan khusus diartikan perpustakaan yang bernaung pada departemen, lembaga negara, lembaga penulisan, organisasi massa, militer, industri maupun perusahaan swasta.15

Sutarno N.S mengatakan bahwa perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang berada pada suatu instasi atau lembaga tertentu, baik

14 Wiji Suwarno, Perpustakaan & Buku : wacana penulisan & penerbitan (Jogjakarta : Ar-Ruzz media, 2011), h. 13

15 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 49

(25)

pemerintahan maupun swasta, dan sekaligus berperan sebagai pengelola dan penanggung jawabnya.16

Sedangkan Karmidi Martoatmodjo mengartikan suatu perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang bernaung dalam departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, perusahaan swasta, BUMN, pusat informasi, bahkan perpustakaan pribadi.17

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang berdiri dari suatu lembaga atau instasi pemerintah dan swasta yang koleksinya hanya di fokuskan dengan bidang ilmu tertentu sesuai dengan misi perpustakan tersebut.

Ada beberapa ciri-ciri lain yang dapat dijadikan sebagai definisi perpustakaan khusus adalah skala mini yaitu sebagian besar perpustakaan khusus biasanya hanya memiliki sedikit koleksi dan staf yang terbatas. Koleksi yang sedikit ini sudah jelas dikarenakan pada perpustakaan khusus membatasi jasa dan koleksinya pada satu atau dua subjek saja, hanya saja kadang-kadang diperluas dengan subjek yang berkaitan.

Yang termasuk kelompok perpustakaan khusus untuk Indonesia antara lain:

a. Perpustakaan departemen beserta organ bawahannya b. Perpustakaan lembaga negara non departemen c. Perpustakaan rumah sakit

16 Sutarni, Manajemen Perpustakaan : suatu pendekatan praktik (Jakarta: Samitra Media Utama, 2004), h. 30

17 Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 13

(26)

d. Perpustakaan perbankan e. Perpustakaan industri

f. Perpustakaan organisasi bisnis g. Perpustakaan lembaga penelitian h. Perpustakaan lembaga keagamaan

2. Fungsi, Tujuan dan Tugas Perpustakaan Khusus

Fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai pusat referensi maupun penelitian serta memperlancar pelaksanaan tugas instansi atau lembaga yang bersangkutan. Serta turut membangun dan melaksanakan pembinaan di dalam perpustakaan tersebut. Fungsi perpustakaan khusus adalah sebagai pusat layanan referal maupun penelitian serta untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam suatu instasi atau lembaga yang bersangkutan.18

Adapun fungsi dasar di dalam perpustakaan khusus tersebut meliputi : 19 a. Memilih bahan pustaka dan mengembangkan koleksi.

b. Memesan dan mengadakan bahan pustaka yang di perlukan oleh perpustakaan lembaga tersebut.

c. Mengupayakan agar informasi tersedia melalui penghantar dokumen, maupun penghantar informasi elektronik serta penyediaan mekanisme akses informasinya.

d. Melestarikan dan merawat bahan pustaka agar terjaga dengan baik.

e. Pembuatan program yang meliputi pendidikan pemakai melalui intruksi bibliografi serta berbagai pelatihan penulisan menyangkut akses dalam informasi di dalamnya.

18 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan, cet 1, (Yogyakarta:

Karnisius, 1992), h. 28

19 Sulistyo Basuki, “Upaya Peningkatan Peran Pustakawan dalam Mendukung Kinerja Perpustakaan”, Media Pustakawan, vol. 12, no.3-4

(27)

Tujuan dari lembaga perpustakaan khusus adalah untuk mensejahterakan dan mendukung di dalam organisasinya tersebut.20 Selain itu tujuan perpustakaan khusus intinya sama yaitu untuk membantu tugas badan induk tempat perpustakaan itu bernaung. Sedangkan tugas perpustakaan khusus adalah melayani suatu kelompok masyarakat khususnya yang memiliki kesamaan dalam kebutuhan, dengan minat terhadap bahan pustaka dan informasi yang terkandung di dalamnya.

Pada hakekatnya pengadaan bahan pustaka di setiap perpustakaan merupakan salah satu bagian dari pekerjaan perpustakaan yang mempunyai tugas mengadakan dan mengembangkan koleksi-koleksi yang menghimpun informasi berbagai macam bentuk, seperti buku, majalah, brosur, tukar menukar maupun pembelian.

B. Naskah Kuno

1. Pengertian Naskah Kuno

Naskah kuno merupakan khasanah suatu kebudayaan baik penting secara akademik maupun sosial. Naskah juga merupakan suatu warisan budaya yang berisikan teks karya masyarakat lama yang dapat digunakan untuk penelitian.21 Berdasarkan Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 5 Tahun 1992 disebutkan bahwa naskah kuno adalah dokumen dalam bentuk apapun yang ditulis dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak yang berumur 50 tahun lebih. 22

20 Rachman Hermawan, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h.41

21 Nindya. 2008. “Pernah Melihat Naskah Kuno?”.Akses pada 10 Juli 2015, h.1 di (http://www.Infoperpus.8m.com/news/230120001.htm)

22 Undang-Undang Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2. Akses pada 8 Juli 2015 di http://bppi.kemenperin.go.id/extension/panduan_iso/doc/uu/C00-1992-00005.pdf

(28)

Dalam Kamus Bahasa Indonesia II Manuskrip merupakan naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi naskah baik tulisan tangan (dengan pena, pensil maupun ketikan bukan cetakan) berbagai masih tersimpan di museum dan belum pernah diselidiki.23

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manuskrip (manuscript) atau naskah kuno merupakan hasil pemikiran masyarakat masa lampau pada suatu wilayah, baik berupa nilai sejarah, kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, maupun kebudayaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan berusia kurang lebih 50 tahun dan harus dilestarikan keberadaannya.

Naskah-naskah kuno dari berbagai daerah di Indonesia penting untuk diteliti, karena sebuah karya ataupun karya sastra tidak lepas dari konteks sosial yang ada di masyarakat. Isi suatu naskah akan selalu dipengaruhi oleh keadaan jaman baik berupa bahasa maupun kebudayaan. Agar naskah-naskah ini tidak hilang, penelitian terhadap naskah harus dilakukan. Isi dan makna dari naskah- naskah tersebut akan berguna baik dalam kehidupan, untuk kita dan juga untuk keturunan kita nanti.

Jenis-jenis naskah kuno menurut bahannya:

a. Naskah yang terbuat dari karas, semacam papan atau batu tulis yang dipakai banyak dalam karya Jawa Kuna

b. Naskah yang terbuat dari (ron tal ‘daun tal’ atau ‘daun siwalan’), dipakai untuk naskah Jawa, Bali, dan Lombok.

c. Naskah yang terbuat dari dluwang, yaitu kertas Jawa dari kulit kayu

23 Hermanu Maulana, dkk, Kamus Bahasa Indonesia II,( Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1993) h.1337

(29)

d. Naskah yang terbuat dari (ron tal ‘daun tal’ atau ‘daun siwalan’), dipakai untuk naskah Jawa, Bali, dan Lombok

e. Naskah yang terbuat dari Kertas Eropa yang diimpor pada abad ke-18 dan ke-19, menggantikan dluwang karena kualitasnya lebih baik untuk naskah di Indonesia.24

C. Pelestarian Koleksi Naskah Kuno (Manuskrip)

Era modern seperti saat ini, masih banyak masyarakat yang menganggap naskah kuno/manuskrip adalah sebuah masa lalu yang tidak memiliki arti apa-apa.

Bahkan petuah/nasehat nenek moyang pada zaman dahulu sering dianggap sebagai ketinggalan zaman atau tidak relevan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Mengapa fenomena pemikiran seperti ini bisa terjadi? Jawabannya adalah pemerintah dalam perspektif kelembagaan preservasi budaya tidaklah bersungguh-sungguh dalam mengembangkan nilai-nilai moral yang sudah tertanam sebagai modal sosial masyarakat tempo dulu sehingga terjadi kegagalan dalam transformasi nilai budaya tersebut sebagai karakter bangsa.

Pentingnya melestarikan dan menggali kembali naskah kuno/manuskrip sebagai peninggalan budaya leluhur adalah hal yang seharusnya wajib disadari oleh semua masyarakat,agar budaya masyarakat dalam konteks yang luas dapat diketahui oleh orang lain,serta bentuk dan pesan yang tertulis dalam media dapat dilestarikan dan diinformasikan kepada masyarakat sebagai sejarah perjalanan peradaban bangsa.

24 Baroroh, Siti Baried, Sulastin Sutrisno, Siti Chamamah Soeratno, Sawu, dan Kun Zachrun Istanti. 1994. Pengantar teori filologi. Yogyakarta : Badan Penelitian dan Publikasi Seksi Filologi (BPPF) Fakultas Sastra UGM. hal . 1-7

(30)

Menurut Dureau dan Clement sebagaimana dikutip oleh Adin Bondar, konsepsi pelestarian adalah mencangkup unsur pengelolaan dan keuangan,termasuk cara penyampaian dan alat bantunya, termasuk SDM, kebijaksanaan,teknik, dan metode yang diterapkan untuk informasi koleksi yang dikandungnya. Hal ini berarti bahwa pelestarian mencangkup usaha yang bersifat preventif dan kuratif, dengan artian bahwa upaya pelestarian isi atau informasi dapat mengangkat nuansa roh dari pesan yang ditulis dalam naskah tersebut.

Jadi, konteks pelestarian dapat dikembangkan menjadi tiga pendekatan, yaitu pertama, pelestarian fisik yaitu upaya penyimpanan, perlindungan terhadap kerusakan naskah kuno/manuskrip melalui kegiatan penjilidan, dokumentasi, fumigasi dan enkapsulasi, digitalisasi, dan lainnya. Kedua, pelestarian isi yaitu melalui alih aksara dan bahasa, penelitian serta interpretasi tentang makna yang tertulis dalam naskah. Ketiga, pengungkapan isi yaitu internalisasi ruh yang terdapat dalam naskah kuno yang disebut dengan kearifan lokal yang perlu dijadikan landasan karakter bangsa.

Adapun untuk memahami pelaksanaan pelestarian naskah kuno/manuskrip diperlukan kerangka konseptual pelestarian, agar unsur-unsur dan upaya pelestarian dapat diketahui dengan jelas.Kerangka konseptual tersebut adalah sebagai berikut:

(31)

Matriks: Kerangka Konseptual Pelestarian Naskah Kuno. Manuskrip Gambar: 1

Tidak jauh berbeda dengan pelestarian bahan pustaka,dalam melakukan pelestarian naskah kuno/manuskrip, perlu diketahui pula kita tahapan-tahapan yang harus dilakukan dan diperhatikan,antara lain adalah :

1. Tujuan dan Fungsi Pelestarian Naskah Kuno

Adapun tujuan dari pelestarian naskah kuno adalah sebagai berikut : a. Menyelamatkan nilai informasi dokumen

b. Menyelamatkan fisik dokumen c. Mengatasi kendala kekurangan ruang d. Mempercepat perolehan informasi

(32)

Selain bertujuan sebagaimana tersebut diatas, pelestarian naskah kuno juga memiliki fungsi sebagai berikut melindungi, pengawetan, kesehatan, pendidikan, kesabaran, sosial, ekonomi, dan estetika.25

2. Unsur-Unsur Pelestarian Naskah Kuno

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian naskah kuno adalah :

a. Manajemen

Menurut istilah manajemen dapat diartikan juga sebagai sistem atau aturan yang harus diterapkan dalam suatu kegiatan, agar visi dan misi dari suatu kegiatan tersebut dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Sama halnya dengan kegiatan pelestarian baik bahan pustaka maupun naskah kuno, maka perlu juga menerapkan manajemen agar tujuan dari pelestarian tersebut dapat terarah dengan baik. Penerapan manajemen dalam pelestarian tidak secara serta merta dibuat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan disepakati bersama diantaranya adalah mempertimbangkan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan pelestarian tersebut, koleksi naskah kuno seperti apa yang harus diperbaiki juga perlu dicatat dengan baik, bagaimana prosedur pelestarian yang perlu diikuti dan diterapkan, kemudian kerusakan serta alat dan bahan kimia apa saja yang diperlukan juga perlu dicatat dan disiapkan dengan baik.

b. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan pelaksana yang melaksanakan tugas pokok di Instansi Pemerintah seperti Arsip, Perpustakaan, Museum, Sejarah, dan Purbakala maupun pusat-pusat informasi lainnya. Terkait dalam hal pelestarian ini

25 Dina Isyanti, Aditia Gunawan, Agung Kriswanto. Pedoman Pengelolaan Naskah Nusantara, (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2013)hal. 19

(33)

maka yang dimaksud dengan sumber daya manusia yang melaksanakan tugas pelestarian adalah tenaga SDM yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam merawat dan mengerjakan pelestarian naskah kuno. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti pendidikan atau pelatihan dalam bidang pelestarian koleksi naskah kuno.

Dalam bidang pelestarian naskah kuno ini ada sebutan tertentu bagi tenaga (SDM) yang melakukan pelestarian diantaranya adalah konservator dan restorator.

Konservator merupakan sumber daya manusia yang bertugas melaksanakan konservasi naskah sedangkan restorator merupakan sumber daya manusia yang bertugas melaksanakan restorasi suatu naskah,

c. Bengkel Kerja

Bengkel kerja atau disebut juga dengan laboratorium yaitu ruang kerja khusus yang digunakan untuk kegiatan pelestarian naskah-naskahyang perlu dirawat atau diperbaiki dengan berbagai peralatan yang diperlukan misalnya alat untuk fumigasi, lem, berbagai sikat untuk membersihkan debu (Vacuum Cleaner) dan sebagainya.

d. Anggaran

Anggaran merupakan dana yang dibutuhkan untuk keperluan kegiatan pelestarian. Dana atau anggaran ini adalah hal yang wajib atau harus diusahakan, diatur dan dikontrol penggunaannya dengan sebaik mungkin.26

Untuk anggaran atau pendanaan program pelestarian ini,perpustakaann perlu mencari terobosan baru, tidak hanya mengandalkan pendanaan melalui APBN atau dana dari lembaga sendiri tetapi juga harus mencari sumber lain

26 Indah Purwani “Selintas Peran Restorator Dalam Konservasi Koleksi Perpustakaan”, Majalah Perpustakaan:Visipustaka,vol.15,no.1,April 2013

(34)

melalui sistem cost sharing dengan berbagai instansi, lembaga swasta, maupun pemerintah disamping sponsor lain yang peduli (concern) terhadap pelestarian naskah kuno di dalam dan luar negeri.27

3. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Naskah Kuno (Manuskrip)

Membahas faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi naskah kuno tidak jauh berbeda dengan faktor penyebab kerusakan bahan pustaka, bahwasanya kerusakan koleksi naskah kuno atau manuskrip dapat disebabkan oleh beberapa faktor dari luar dan faktor dari dalam koleksi manuskrip tersebut. antara lain : a. Temperatur dan kelembaban udara

Dilihat dari segi iklim seperti suhu dan kelembaban udara juga merupakan salah satu hal penyebab kerusakan koleksi baik naskah kuno maupun bahan pustaka lainnya.

Suhu udara yang lembab disertai dengan suhu udara yang cukup tinggi akan menyebabkan asam yang ada dikertas tersebut, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia pada polimer selulosa. Oleh sebab itu perubahan suhu pada saat kertas tersebut mengandung banyak air dapat menyebabkan perubahan struktur kertas menjadi lemah. Apabila suhu udara naik maka kelembaban udara akan turun dan air yang ada dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi lebih kering dan volume uap air menyusut.28

Sehingga hal ini dapat menyebabkan koleksi seperti bahan pustaka maupun naskah akan menjadi cepat busuk, berbau apek, dan mudah di serang jamur,

27Adin Bondar “Kontekstual Pelestarian Naskah Kuno/Manuskrip Dalam Menggali Kearifan Lokal Sebagai Social Capital dalam Membangun Bangsa: Sebuah Tinjauan UU No.43/2007 Tentang Perpustakaan” Majalah Media Pustakawan:Vol.15 No.3 Desember 2008

28 Kris Adri Styarto, “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media Pustakawan, no. 1 (2001), h. 24.

(35)

rayap, kutu, kecoa, dan ikan perak sehingga mengakibatkan buku menjadi rapuh dan mudah rusak atau robek. Adapun kelembaban suhu yang ideal bagi ruangan perpustakaan antara lain yaitu kelembaban 45-60% RH dan suhu 20- 24º C.

b. Cahaya

Cahaya atau energi radiasi juga sangat berefek buruk pada koleksi terlebih pada naskah kuno yang merupakan koleksi dengan tingkat pemeliharaan yang sangat serius. Cahaya tersebut akan mempercepat oksidasi dari molekul selulosa sehingga rantai ikatan kimia pada molekul tersebut akan terputus. Cahaya juga berpengaruh dapat menyebabkan kertas menjadi lebih pucat dan tinta akan memudar. Oleh karena itu pengaruh cahaya ini, lignin pada kertas akan bereaksi dengan komponen lainnya sehingga kertas akan menjadi kecokelatan.

Sinar ultra violet yang tampak dari dalam cahaya dapat juga merusak koleksi baik naskah maupun bahan pustaka akan tetapi tidak terlalu buruk, lain halnya jika yang koleksi terkena cahaya sinar ultra violet yang tidak tampak maka tingkat kerusakannya lebih relatif. Sedangkan radiasi ultra violet dengan panjang geombang antara 300-400 nanometer dapat menyebabkan reaksi fotokimia. Radiasi ultra violet ini berasal dari cahaya matahari hingga 25% dan lampu TL 3%-7%. Maka kerusakan tersebut tergantung dari panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan kertas maka semakin cepat rusak dan rapuh.29

c. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruangan perpustakaan melalui pentilasi udara maupun pintu perpustakaan. Sehingga debu akan melekat pada

29 Andi Ibrahim. “Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka”. http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/khizanah-al-hikmah/article/view/30/11 (diakses pada tanggal 5 April jam 14.22 WIB).

(36)

kertas dengan hal tersebut akan terjadi reaksi kimia yang akan meninggikan tingkat keasaman pada kertas tersebut. Akan mengakibatkan kertas semakin rapuh dan cepat rusak. Lain hal itu, apabila keadaan ruangan yang lembab, debu yang bercampur dengan air lembab akan mengakibatkan timbulnya jamur pada rak buku. Sedangkan jenis debu yang menyebabkan tingkat kerusakan lebih tinggi bisa ditimbulkan oleh debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu knalpot kendaraan.

d. Faktor Biotis (termasuk jamur dan serangga)

 Jamur

Koleksi naskah kuno maupun bahan pustaka yang sudah terinfeksi jamur biasanya warna kertas akan berubah bentuk menjadi warna kekuningan, hal ini di sebabkan oleh jamur yang merubah kertas tersebut menjadi kuning. Di samping itu jamur juga bisa menyebabkan kertas menjadi lengket seperti lem sehingga halaman dari koleksi tersebut tidak bisa dibuka semestinya dan jika di paksa halaman tersebut akan robek dan rusak.

Jamur bisa tumbuh subur karena kelembaban suhu udara disekitar yang cukup tinggi dan lain hal jamur akan berhenti berkembang biak jika kelembaban suhu udara tidak sesuai. Hal ini dapat ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat pada koleksi baik naskah kuno maupun bahan pusataka.

 Serangga

Ada banyak jenis macam serangga yang dapat menyebabkan koleksi rusak, serangga sangat berbahaya bagi koleksi bahan pustaka maupun naskah kuno.

Contoh halnya yang pertama adalah rayap, akan memakan buku jika kayu sekitarnya sudah habis dimakan rayap tersebut. Beruntung sekarang ini banyak rak yang terbuat dari logam sehingga rayap tidak bisa memakannya.

(37)

Kedua kecoa, sangat merusak lapisan buku dengan cara meninggalkan noda atau kotoran pada kertas. Di samping itu kotorannya berupa cairan yang dapat merusak keutuhan buku. Biasanya penyebab banyak kecoa yang terdapat di perpustakaan adalah berupa sisa-sisa makanan yang tercecer. Itulah sebabnya mengapa di ruang baca perpustakaan dilarang makan atau membawa makanan agar terhindar serangga salah satunya kecoa. Tangan yang akan memegang bahan makanan juga harus bersih dari noda apapun misalnya noda minyak karena jika buku ternoda dengan minyak maka akan mengundang bahanyan serangga- serangga kecil datang kembali.

Ketiga, serangga yang sangat berbahaya adalah serangga ngengat. Binatang ini memiliki tubuh yang sangat tipis berwana kecoklatan dan sangat gemar hidup serta berkembang biak di tempat yang gelap misalnya di dalam koleksi itu sendiri, rak buku, lemari, dan tempat sejenisnya. Sasaran dari serangga ngengat adalah perekat buku yang terletak pada bagian punggung buku dan sampul buku.

Serangga lain yang sangat berbahaya adalah kutu buku, sebetulnya binatang ini adalah sangat kecil berwarna putih ke abu-abuan. Badanya juga lemah sedangkan kepalanya relatif lebih besar dengan gigi yang kuat binatang ini menyerang permukaan kertas sehingga mengakibatkan huruf-huruf banyak yang hilang atau pudar dan dampaknya koleksi tersebut sangat sulit untuk dibaca.30

e. Faktor Kimia

Kertas yang tersusun dari senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai, dan akhirnya kertas menjadi rusak dan rapuh. Peruraian tersebut di sebabkan oleh

30 Sokhibal Ansor. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”.Jurnal perpustakaan sekolah, edisi tahun 1, nomor 1, oktober 2007. http://library.um.ac.id.php/Artikel-jurnal- Perpustakaan-Sekolah-ISSN/perawatan-bahan-pustaka-perpustakaan-sekolah.html/(diakses pada tanggal 5 April 2015 jam 08.12 WIB).

(38)

reaksi-reaksi oksidasi dan hidrolisis, yang dipengaruhi oleh suhu dan cahaya.31 Terjadinya oksidasi kertas karena adanya kandungan oksigen dari udara yang akan menyebabkan jumlah gugusan karbonal dan korboksil semakin bertambah, kemudian diikuti dengan memudarnya warna kertas tersebut. Hidrolis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air, reaksi hidrolis terjadi pada kertas dapat mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya kekuatan kertas semakin berkurang dan kertas akan menjadi cepat rapuh.

Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kandungan kertas sehingga akan mempercepat proses kerusakan karena kandungan asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampur asam tanat dan garam besi serta di tambah dengan asam sulfat agar tetesan dapat melekat dengan baik. Dalam hal ini zat berbahaya ini harus di hilangkan di dalam kertas tersebut.

f. Faktor Manusia

Bukan hanya serangga saja yang merupakan musuh besar koleksi, melainkan manusia itu sendiri. Manusia dapat tergolong sebagai perusak koleksi, hal ini dapat diperhatikan dari cara pemakaian koleksi yang belebihan dalam memegangnya. Selain itu keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung (misalnya: pencurian, pengrusakan, penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak langsung misalnya memproduksi kertas dengan kualitas

31 Muhammad Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17.

(39)

rendah, mutu jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan pengguna museum.32

g. Faktor Bencana Alam

Faktor bencana seperti kebakaran atau banjir kapanpun bisa terjadi.

Kewaspadaan dan kesiapan begitu penting, agar bisa diambil tindakan yang cepat dan tepat untuk bisa mengurangi resiko kerusakan apabila benar-benar terjadi.

Misalnya menyiapkan alat pemadam kebakaran di setiap ruangan. Upaya mencegah kerusakan buku memang harus dilakukan sedini mungkin. Agar hal tersebut jauh lebih baik dan mudah di bandingkan dengan perbaikan buku yang terlanjur rusak.33

4. Upaya Penyimpanan dan Pencegahan Faktor-Faktor Perusak Koleksi Naskah Kuno.

Dalam masyarakat tradisional, terdapat kegiatan dan penyimpanan naskah secara tradisional. Upaya yang dilakukan masyarakat tradisional dalam melakukan penyimpanan dan pencegahan kerusakan naskah dapat memberikn keuntungan bagi kondisi naskah. Upaya yang dilakukan masyarakat tradisional diantaranya dengan menyimpan naskah pada kotak kayu, menyimpan naskah diatas tempat yang agak tinggi, membungkus naskah dengan kain dengan disertaka pula beberapa batang cerutu, biji cengkeh, bunga melati dan sebagainya. Terdengar aneh mungkin untuk kalangan masyarakat modern saat ini, akan tetapi cerutu,biji cengkeh, dan bunga melati yang disimpan dalam kotak kayu ataupun pembungkus naskah dapat menghindarkan serangan rayap, kutu buku, semut, ataupun serangga lain yang dapat mengakibatkan kerusakan naskah.

32 Asmawati, “Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan”, Majalah Berita Perpustakaan Universitas Sriwijaya, Vol.XII, no.2 (Juli-Desember 1996): 42-43.

33 Sokhibal Ansor. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”.

(40)

Adapun cara pencegahan lain agar koleksi naskah tidak segera mengalami kerusakan, terdapat pada tempat-tempat lain yang membuat kebijakan pada akses naskah dan koleksi benda-benda kuno lainnya hanya boleh dilihat satu tahun sekali. Terdapat sisi negatif dan positif apabila suatu perpustakaan menerapkan kebijakan tersebut. Sisi negatifnya adalah kandungan informasi naskah tidak bisa diketahui oleh masyarakat banyak sehingga terjadi penurunan kualitas kondisi naskah, maka tingkat kerusakannya pun tidak cepat diketahui dan kerusakan pada naskah tidak dapat segera dicegah. Selain itu sisi negatif lainnya, kemungkinan besar menimbulkan persepsi masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat bahwa koleksi naskah kuno tersebut dianggap keramat. Akan tetapi jika dilihat dari segi positifnya adalah bahwa dengan diberlakukan kebijakan tersebut maka dapat memberikan ketahanan bagi naskah itu sendiri, sehingga naskah tidak sembarang waktu dijamah tangan dan dibuka tutup.34

Di dalam upaya penanganan dan pencegahan kerusakan koleksi harus terlebih dahulu di perhatikan dari sejak awal maupun dini bahwasannya jika koleksi naskah kuno sudah rusak total, maka yang akan terjadi koleksi tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, dengan demikian perpustakaan akan mengeluarkan biaya lebih besar untuk bisa mendapatkan naskah kuno tersebut kembali. Terlebih jika naskah kuno tersebut sangat sulit di cari dan hanya satu-satunya maka hal ini akan lebih manyulitkan dan sangat memboroskan dalam segi anggaran perpustakaan.

34 Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar Budaya Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji Sampel di Laboratorium”, Jumantara, Vol.3,No.1, 2012, h. 144-146

(41)

Adapun cara yang lebih efektif dalam upaya penanganan dan pencegahan kerusakan koleksi naskah kuno yang rusak agar terhindar dari permasalahan tersebut diatas adalah dengan cara menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan koleksi naskah kuno dengan disediakan petugasnya sekaligus, sehingga jika sewaktu- waktu diperlukan perbaikan koleksi naskah kuno, maka dapat segera dikerjakan dengan cepat sehingga tidak menunggu kerusakan koleksi naskah lebih berat kembali. 35

Adapun beberapa tujuan dari kegiatan pencegahan dari kerusakan koleksi ini yaitu:

a. Menghindari dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh serangga atau dirusak binatang pengerat.

b. Memperbaiki kerusakan dan mengobati koleksi yang terkena penyakit misalnya terkena jamur.

c. Menjaga kelestarian fisik

d. Menjaga kelestarian kandungan informasi dalam naskah tersebut.

e. Menghindari koleksi dari penyakit maupun kerusakan.

f. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan bahwa koleksi bersifat rawan kerusakan.

g. Memberi pendidikan kepada pemusataka untuk berhati-hati dalam mempergunakan koleksi, serta menjaga keselamatannya.

35 Massofa, “Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka, dan Latar Belakang Sejarahnya”, http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&nid=9&option=detail ,(diakses pada tanggal 6 April 2015 Jam 15.02 WIB)

(42)

h. Menghimbau semua pihak baik petugas maupun pemustaka untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.36

Dalam hal ini melakukan upaya pencegahan kerusakan koleksi naskah kuno, maka secara tidak langsung juga dapat menghemat anggaran seefektif mungkin.

Dalam dunia perpustakaan upaya untuk penanganan maupun pencegahan kerusakan koleksi dapat dilakukan dengan dua cara tindakan yaitu prevektif maupun kuratif.

Hal yang dimaksud tindakan prevektif ialah tindakan untuk mencegah suatu bahan pustaka sebelum koleksi perpustakaan maupun segala fasilitas seperti parabot dan perlengkapan lainnya mengalami kerusakan yang cukup parah. Beda dengan tindakan kuratif ialah lebih mencangkup memperbaiki atau mengobati akan sesuatu yang sudah terlajur rusak parah.37

Tindakan-tindakan yang sudah diperjelaskan diatas dimaksudkan agar semua pustakawan dapat mengetahui teknik-teknik yang telah ada untuk melakukan kegiatan upaya pencegahan maupun perbaikan kerusakan bahan pustaka. Adapun ada beberapa faktor dalam upaya pencegahan maupun penanganan yang dilakukan dengan usaha sebagai berikut :

a. Upaya Pencegahan yang Disebabkan Oleh Faktor Fisika 1) Suhu dan kelembaban

Mengenai suhu ruangan untuk penyimpanan naskah, suhu ideal berkisar antara 55ºF (13ºC) sampai dengan 65ºF (18ºC) dengan kondisi udara yang mengalir, sedangkan kelembaban berkisar 50%. Alat untuk mengukur suhu

36 Karmidi Martoatmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka, h. 68.

37 Pawit M.Yusuf, Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana 2001), h. 119-120.

(43)

ruangan dikenal sebagai air conditioning (AC) dan alat untuk mengukur kelembaban dikenal sebagai higrometer. 38

Adapun hal yang harus diperhatikan oleh setiap perpustakaan dalam memfungsikan AC diharuska selama 24 jam nonstop setiap harinya. Apabila AC hanya dihidupkan pada siang tetapi malam hari dimatikan, maka dapat mengakibatkan kelembaban dalam ruangan. Sehingga suhu yang berada dalam ruangan akan berubah-ubah atau tidak beraturan. Kondisi tersebut akan mempercepat kerusakan lapisan kertas tersebut.39

Apabila kelembaban dan suhu udara cukup tinggi, dianjurkan untuk menggunakan dehumidifer dan silical gel. Silical gel sendiri berfungsi untuk menurunkan kelembaban udara yang berada di dalam rak maupun lemari sedangkan dehumidifer sendiri berfungsi untuk menurunkan udara diruangan yang tertutup.

Dengan memperhatikan hal-tersebut diatas, laju kerusakan bahan naskah dapat diperlambat dan kondisi fisiknya dapat dipertahankan sehingga suatu naskah dapat bertahan lebih lama.

2) Cahaya

Pada hakikatnya cahaya matahari sangat baik untuk tubuh manusia beda hal dengan koleksi baik bahan pustaka maupun manuskrip. Apabila koleksi tersebut langsung terkena matahari akan mengakibatkan kerusakan yang lebih serius. Ada

38 Tedi Permadi, “Identifikasi Bahan Naskah (Daluang) Gulungan Koleksi Cagar Budaya Candi Cangkuang Dengan Metode Pengamatan Langsung Dan Uji Sampel di Laboratorium”. h.

142

39 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 99

(44)

dua hal jenis cahaya diantaranya cahaya matahari dan cahaya lampu pijar maupun neon. Cahaya sendiri mengandung sinar ultra violet yang dapat merusak bahan pustaka maupun manuskrip itu sendiri. Cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan baik secara langsung maupun pantulan sebaiknya dihalangi dengan gordeng atau disaring lagi dengan menggunakan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet dan koleksi yang ada diruangan perpustakaan tidak boleh diletakan didekat dengan jendela.40

Selain cahaya matahari, cahaya lampu neon pun juga sangat berpengaruh terhadap kondisi koleksi yang berada dalam ruangan perpustakaan. Penerangan yang merata di semua ruangan koleksi, dapat menyebabkan kerusakan koleksi akan tetapi jika dicegah dengan memasang filter pada lampu neon maupun pijar maka dapat mengurangi kerusakan koleksi yang terkena sinar ultra violet pada lampu neon tersebut.41

3) Debu

Debu sendiri dapat mengandung maupun mengundang banyak jamur pada koleksi, selain itu debu juga dapat meningkatkan keasaman pada kertas dan memperpendek usia kertas. Oleh karena itu adanya pencegahan agar debu jangan sampai masuk keruangan perpustakaan sangat perlu diperhatikan terutama ruangan koleksi naskah kuno, karena koleksi naskah kuno merupakan koleksi yang sangat rawan dengan kerusakan. Untuk mencegah agar debu tidak masuk dalam ruangan perpustakaan, maka hal ini dapat dicegah dengan menggunakan

40 Muhammdin Razak, “Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip: Pengendalian Kondisi Lingkungan.” Laporan Pelaksanaan Lokakarya Pelestarian Bahan Pustaka, Arsip dan Lontar, tanggal 6-8 Juli 1992 (Ujung Pandang: Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan, 1992), h. 5

41 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, h.99

(45)

alat penghisap debu atau vaccum cleaner, menggunakan kuas, spon, kemoceng dan penghapus karet. Selain hal tersebut, hal lain yang harus diperhatikan adalah fasilitas yang terdapat pada ruang perpustakaan juga harus dibersihkan dari kotoran debu terutama lingkungan perpustakaan itu sendiri agar tetap terawat dan terpelihara dengan baik dari segi kebersihannya.

b. Upaya Pencegahan yang Disebabkan Oleh Faktor Biotis

Faktor biotis yang dimaksud diantaranya serangga, jamur maupun binatang pengerat dan lain sebagainya yang dapat meyebabkan kerusakan koleksi baik bahan pustaka maupun manuskrip. Cara mengatasi masalah tersebut adalah perlu dilakukan pencegahan serta pembasmian unsur dari biotis tersebut dengan menggunakan berbagai bahan kimia. Dalam hal menggunakan bahan kimia ini harus dijaga dengan baik dan benar agar bahan kimia tersebut tidak menyebabkan kerusakan pada koleksi itu sendiri.

Sebuah lingkungan yang lembab dan kurang sirkulasi udara merupakan tempat ideal untuk serangga. Oleh karena itu suhu dan kelembaban udara harus benar-benar terjaga dan dimonitorin. Upaya dalam melakukan pencegahan faktor biotis yaitu mengatasi masalah tersebut dengan cara memilih rak penyimpanan yang terbuat dari besi ataupun logam. Sedangkan untuk mencegah jamur perlu menjaga kebersihan tempat penyimpanan dan menjaga suhu maupun kelembaban tersebut. Upaya apabila koleksi sudah teridentifikasi terkena jamur adalah dengan cara membuka sirkulasi udara selebar-lebarnya dan memasang kipas angin untuk mengeluarkan udara dari dalam ruangan keluar tujuannya untuk membuang spora sebelum mereka berkesempatan menetap dan memulai pertumbuhan baru.

(46)

Selain langkah tersebut adapun langkah lain yang dapt dilakukan untuk pencegahan yang disebabkan oleh jamur yaitu membuat pola sebaran wabah dan mendapatkan perkiraan koleksi yang terinfeksi. Kehadiran jamur dapat terdeteksi dengan baunya, koleksi yang terinfeksi jamur dapat segera di berdirikan dan diletakkan pada tempat yang bercahaya serta terdapat sirkulasi udara. Idealnya koleksi yang terinfeksi dijemur dibawah matahari, jika tidak koleksi bisa diletakkan dalam ruangan yang berventilasi dan jumlah cahaya yang banyak.adapun waktu penjemuran dibawah matahari tidak boleh lebih dari 6 jam.

Vacuum seluruh ruangan untuk menghilangkan debu termasuk belakang rak buku dan sela-sela lantai serta furniture. Suci hamakan area tersebut dengan menggunakan lap basah dan disenfektekan yang kuat.42 Jika dilakukan fumigasi alangkah baiknya buku-buku yang di dalam rak tidak terlalu rapat, agar proses fumigasi berjalan dengan lancar.

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya disebabkan oleh jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah kerusakan yang disebabkan pada jamur, ada beberapa hal utama yang perlu diperhatikan dalam upaya pencegahan kehadiran jamur, yaitu melakukan pemeriksaan kelembaban ruangan atau tempat penyimpanan bahan pustaka, pemberian obat anti jamur pada sampul buku, menjaga kebersihan buku dari kotoran, menjaga bahan pustaka dari kehadiran debu, tidak menggunakan perekat yang mengandung omlyum untuk menjilid, sebaiknya menggunakan bahan sintesis seperti polyvinyl acetat.43

42 Indah Purwani, “Fakta Tentang Jamur dan debu Buku di Perpustakaan: bahaya yang mengancam koleksi dan kesehatan pustakawan”,Visi Pustaka Vol.16,No.1, 2014. h.93

43 Lasa, HS, Manajemen Perpustakaan Sekolah (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), h. 161

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena di atas menunjukkan bahwa sebagian besar komunitas ikan yang berada pada ekosistem padang lamun tidak secara langsung menjadikan lamun sebagai makanannya

Diharapkan kepada petani padi sawah di Kecamatan Peureulak Timur untuk dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang dikelolanya dengan cara pengelolaan yang baik

Secara genealogis, menurut Keegan (2000: 9) pendidikan dan pelatihan jarak jauh lahir dari perkembangan teknologi yang terkait dengan Revolusi Industri di Eropa Utara dan

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta PENGARUH TAHFIDZ AL-QUR’AN TERHADAP

Kemungkinan ditolaknya hipotesis kedua yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa Social Cognitive Theory dapat menjawab keinginan untuk berbagi pengetahuan ketika hubungan

Tesis yang berjudul “ANALISIS PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA BERDASARKAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI GAYA BERPIKIR (Penelitian pada Siswa Kelas X SMA

Jadi harapan penulis semoga dalam pelaksanaannya yang terlibat bisnis Multi Level Marketing hendaklah bermuamalah sesuai dengan maqashid (tujuan) syariat Islam

Pohon filogenik yang dikontruksikan menggunakan MEGA 5.0 didasarkan oleh jarak genetik dengan bootsrapp 1000 kali, menunjukkan hasil ingroup antar spesies yaitu