• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persyaratan impor produk kertas di Jepang akan bergantung pada jenis

produk kertas yang diimpor. Secara umum dapat dikatakan bahwa Industri kertas

Exporters Private/Public Offices, Factories, Publishing Companies, etc. Office/Factory Suppliers Consumers Foreign Manufacturers Wholesalers

Retailers, Mass Merchandisers Japanese Manufacturers

Beberapa hal yang dapat menghambat peningkatan ekspor produk kertas

ke Jepang adalah sebagai berikut.

(a) Pemasaran dan promosi. Pengusaha-pengusaha produk kertas perlu terus

aktif untuk ikut dalam pameran dagang di Jepang sehingga keberadaan

mereka dapat lebih dikenal oleh pengusaha-pengusaha Jepang.

(b) Jarak. Secara umum dapat dikatakan bahwa proses pengiriman dari

Indonesia lebih memakan waktu dan biaya bila dibandingkan dengan

pengiriman dari negara pesaing seperti China, Korea Selatan, dan

sebagainya.

(c) Melemahnya mata uang Yen terhadap USD. Kurs mata uang pada bulan Juni

2015 adalah 123,75 JPY/USD, sementara pada bulan yang sama tahun

sebelumnya adalah 102,05 JPY/USD. Melemahnya mata uang Yen terhadap

USD akan menaikkan harga produk kertas tersebut ketika dijual di pasar

Jepang.

(d) Naiknya pajak konsumsi. Kenaikan pajak konsumsi di Jepang pada bulan

April 2014 yang lalu dari 5% menjadi 8% memberikan dampak negatif

terhadap daya beli masyarakat Jepang.

(e) Penggunaan kertas bekas. Sistem daur ulang kertas bekas di Jepang berjalan

cukup baik. Pada tahun 2014, total kertas bekas yang dikumpulkan untuk

didaur ulang tercatat sebesar 17 juta ton. Hal ini sedikit banyak memberikan

dampak negatif terhadap pertumbuhan market impor produk kertas di

(f) Berkembangnya teknologi digital. Berkembangnya teknologi digital telah

mengakibatkan berkurangnya pencetakan surat kabar dan majalah, karena

media-media ini juga sudah dapat dibaca melalui media internet. Hal ini

menyebabkan penyusutan konsumsi kertas di dalam negeri Jepang.

(g) Menyusutnya market impor produk kertas di Jepang. Dari Tabel 2.1 sampai

dengan Tabel 2.13, hanya produk HS 4808 Paper and paperboard,

corrugated, creped, crinkled, embossed, perforated, dan produk HS 4818 Toilet paper, handkerchiefs, tissues, napkins, table cloths, diapers, yang tidak

mengalami penyusutan nilai impor pada tahun 2014 dibanding tahun

sebelumnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa market impor produk

kertas mengalami penyusutan.

(h) Reputasi pesaing. Reputasi China sebagai pemegang 39,8% market share

untuk produk kertas ini, sangat sulit untuk ditandingi oleh negara lain.

(i) Peningkatan upah buruh. Peningkatan upah buruh di Indonesia akan

menaikkan nilai harga produk kertas buatan Indonesia yang mengakibatkan

turunnya daya saing harga dengan negara pesaing lainnya.

(j) Meningkatnya demand dalam negeri. Semakin besarnya demand lokal di

Indonesia terhadap produk kertas ini tentunya akan menjadi penghambat

peningkatan ekspor ke luar negeri bila tidak diiringi dengan peningkatan

kapasitas produksi secara keseluruhan.

(k) Kendala bahasa/komunikasi. Kendala bahasa/komunikasi antara

3.1 Peluang

a. Bentuk Kerjasama

Dengan hubungan bilateral yang terbina baik antara Indonesia dan Jepang,

Indonesia memiliki keuntungan untuk mengundang lebih banyak investor dari

Jepang untuk mengembangkan produk kertas di Indonesia.

b. Reputasi produk Indonesia

Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2, Indonesia memiliki pangsa pasar

sebesar 13,3% dan merupakan negara pengekspor urutan ke-3 ke Jepang untuk

produk kertas ini. Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar ke Jepang

untuk produk HS 4802 Uncoated paper for writing, printing, etc., dan produk HS

4807 Composite paper & paperboard, not surface coated or impregnated. Dari

Gambar 2.1 dapat terlihat bahwa nilai impor produk Indonesia di Jepang jauh

lebih tinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Hal ini mengindikasikan

bahwa produk dari Indonesia dapat diterima di market Jepang.

c. Hubungan bilateral Jepang dengan negara pesaing

Hubungan bilateral Jepang dengan China tidaklah stabil. Kondisi ini

mendorong perusahaan-perusahaan Jepang yang saat ini bertransaksi dengan

China untuk mencari supplier di luar China. Kondisi ini merupakan momentum

3.2 Strategi

Dengan melihat fenomena secara umum dan mempertimbangkan

peluang-peluang yang tertera di atas, hal-hal berikut direkomendasikan bagi

dunia usaha Indonesia untuk dapat meningkatkan pangsa pasar untuk produk

kertas di Jepang.

a. Berpartisipasi dalam pameran dagang di Jepang. Pameran-pameran yang

terkait produk kertas dilaksanakan setiap tahunnya di Jepang. Para

pengusaha produk kertas di Indonesia kiranya dapat proaktif untuk

berpartisipasi mengikuti pameran sehingga keberadaan perusahaan mereka

dapat dikenal di Jepang.

b. Proaktif dengan Perwakilan Dagang di Jepang. Para pengusaha produk

kertas di Indonesia diharapkan dapat secara proaktif menghubungi

perwakilan dagang luar negeri Indonesia di Jepang (Tokyo dan Osaka) untuk

meminta informasi pameran dan perkembangan terkait produk kertas ini,

maupun untuk bantuan prasarana kerjasama dengan pihak Jepang.

c. Membina terus hubungan baik dengan pembeli dari Jepang. Bila telah

berhasil bertransaksi dengan importir Jepang, pengusaha produk kertas di

Indonesia harus berusaha untuk terus menjaga kualitas produk sehingga

tetap terjalin hubungan saling percaya yang baik dengan importir Jepang

tersebut.

Tabel 2.14, untuk produk HS 4810 Paper & paperboard, coated with kaolin or

other inorganic substances, dan produk HS 4819 Packing containers, of paper, paperboard, cellulose wadding, webs, Indonesia memiliki potensi

perdagangan lebih dari US$100 juta pada tahun 2014, sementara share yang

dimiliki produk Indonesia di Jepang untuk kedua produk tersebut masih

sangat kecil, yaitu hanya 0,4% untuk produk HS 4810, dan 2% untuk produk

HS 4819. Untuk kedua produk ini, perlu diupayakan peningkatan kualitas

produk agar dapat lebih diterima di pasar Jepang, serta pelaksanaan promosi

yang lebih gencar di pasar Jepang. Pengembangan produk HS 4810 dan

produk HS 4819 ini sebaiknya juga melibatkan perusahaan-perusahaan

Jepang, sehingga produk-produk tersebut dapat dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan dalam negeri Jepang. Selain produk HS 4810 dan produk

HS 4819, produk HS 4818 Toilet paper, handkerchiefs, tissues, napkins, table

cloths, diapers, juga perlu mendapat prioritas khusus, karena sebagaimana

terlihat pada Tabel 2.10, demand untuk produk HS 4818 ini di pasar Jepang

terlihat mengalami peningkatan. Nilai impor Indonesia untuk produk HS 4818

ini pada tahun 2014 terlihat mengalami peningkatan sebesar 13,7%

dibanding tahun sebelumnya. Gambar 3.1 menunjukkan contoh produk HS

4818 yang diproduksi di Indonesia yang dijual di pasar Jepang. Sebagaimana

terlihat pada Tabel 2.14, potensi perdagangan Indonesia pada tahun 2014

untuk produk HS 4818 ini cukup besar, yaitu sebesar US$ 65 juta. Promosi

yang gencar, serta pengembangan produk HS 4818 yang diiringi dengan

pendekatan dengan pihak Jepang perlu diupayakan untuk dapat merebut

Gambar 3.1 Produk Toilet Paper Buatan Indonesia

Dokumen terkait