• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persyaratan Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT

LUAS PANEN (Ha)

PRODUKSI JAGUNG

C. Persyaratan Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT

1. Kelompok tani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

39

3. Kelompok tani penerima bantuan GP-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selaku KPA.

4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi kelompok tani yang belum memiliki, terlebih dahulu harus membuka rekening di bank. 5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompok tani

namun dapat pula rekening gabungan kelompok tani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan GP-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat dalam Lampiran 9. Adapun mekanisme pengembaliannya, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung lainnya, bilamana bantuan Pemerintah Pusat tersebut tidak mencukupi/kurang.

8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT.

9. Petani/kelompok tani penerima Bansos GP-PTT tidak diperkenankan menerima bansos dari kegiatan yang sama pada tahun anggaran berjalan.

40 D. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatannya

Guna mendukung pelaksanaan PTT jagung berbasis kawasan dan GP-PTT jagung non kawasan, seluruh areal yang ditetapkan dalam CP/CL akan mendapatkan fasilitasi berupa bantuan. Konsep ini berbeda dengan model SL-PTT Tahun 2014, seperti pada Gambar 2 berikut;

Gambar 2. Perbandingan SL-PTT Tahun 2014 dengan GP-PTT Tahun 2015

Areal GP-PTT jagung berbasis kawasan maupun non kawasan sebagai stimulan direncanakan mendapatkan sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, dan pertemuan kelompok tani), sedangkan insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan atau aparat/disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan), papan nama dan ubinan diberikan pada setiap 25 ha.

41

Bantuan saprodi yang diberikan dalam pelaksanaan GP-PTT Jagung, digunakan untuk:

1. Pembelian benih varietas unggul bersertifikat, dengan harga non subsidi. Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan benih bersubsidi yang disediakan pemerintah. Jumlah dan varietas yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi setempat (spesifik lokasi), serta disetujui dan atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Sumber benih dapat berasal dari kios benih, penangkar benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari sumber lain yang jelas, dan lain - lain. Kemasan dan label benih agar disimpan dengan baik.

2. Pembelian pupuk bersubsidi (urea, NPK, organik) dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Untuk itu pastikan petani pelaksana telah tergabung dalam kelompok tani dan telah menyusun RDK dan RDKK. Adapun jenis pupuk dan dosis yang akan digunakan di lapangan, dapat disesuaikan dengan rekomendasi dan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) serta disetujui dan atau diketahui oleh petugas lapangan/penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Digunakan pula untuk pembelian pestisida yang jumlah dan dosis, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Apabila rekomendasi di suatu lokasi memerlukan pupuk/pestisida jenis lainnya, maka apabila dana masih memungkinkan dapat dibiayai dari dana yang tersedia tersebut. Pupuk yang belum digunakan agar disimpan dan dijaga dengan baik agar mutunya tetap terjaga saat digunakan. Kemasan pupuk disimpan dengan baik.

42

3. Membiayai pertemuan kelompok, yang jumlahnya minimal 4 kali dan atau disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Pertemuan dilakukan oleh kelompok tani peserta GP-PTT dan bertempat di areal yang ditunjuk dan disepakati bersama (musyawarah mufakat). Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Petugas Lapangan (Penyuluh, POPT, PBT, Peneliti, Aparat dan petugas). Materi pertemuan, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan dalam mendukung pelaksanaan GP-PTT tersebut. Apabila dibutuhkan, anggaran yang tersedia dapat pula digunakan untuk pelaksanaan Temu Lapangan Petani (FFD) dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat, dengan mengundang petani sekitarnya, pemuda/i tani, tokoh masyarakat, petugas lapangan, aparat, stakeholder, dan lain - lain.

Semua jenis pengeluaran saprodi, dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha Kelompok), masing-masing Kelompok tani pelaksana GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan/rintisan/regular.

Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak difasilitasi Pemerintah Pusat maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan secara swadaya oleh anggota kelompok tani atau dari sumber lainnya. Hal ini dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut memiliki sehingga mempunyai tanggung jawab moral untuk mensukseskan GP-PTT jagung dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015.

Teknologi yang akan diterapkan pada GP-PTT (kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler), dikomunikasikan dan atau dikonsultasikan lebih dahulu dengan BPTP setempat dan sesuai dengan kondisi di lapangan

43

(spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat menjadi pengungkit peningkatan produktivitas dan produksi.

Bantuan sarana produksi merupakan Belanja Bantuan Sosial (BANSOS) pada akun 573111 dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping itu, guna mendukung pelaksanaan GP-PTT Jagung, pemerintah memberikan pula stimulan berupa anggaran untuk penyediaan papan nama, pendampingan dan ubinan, dengan rincian penggunaan seperti berikut: 1. Digunakan untuk penyediaan papan nama. Papan nama merupakan

identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha). Bahan dan ukuran disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak harus dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks, plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi. Apabila dipandang perlu menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat diupayakan dari swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber lain yang sah dan diketahui petugas lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 2. Digunakan untuk membiayai pendampingan dan pengawalan, kegiatan

GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan di lapangan. Pendampingan dan atau pengawalan, dilakukan oleh petugas dinas kabupaten/kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa, Camat, Kades atau lainnya). Khusus pendampingan dan atau pengawalan oleh aparat,

44

keterlibatannya (pemanfaatan dan kebutuhan) disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Jumlah kunjungan/pendampingan dan atau pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dengan Bapeluh, Kodim, Korem, Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai desa.

3. Digunakan untuk membiayai pelaksanaan ubinan bersama. Ubinan dilaksanakan pada kawasan maupun non kawasan/rintisan/regula GP-PTT Jagung. Setiap 25 ha, difasilitasi 1 unit ubinan dengan anggaran yang disediakan sebesar Rp 180.000,-/unit, yang diperuntukkan untuk honor petugas ubinan (masing-masing 1 orang Mantri Tani dan 1 orang KSK) serta fasilitasi untuk pencatatan hasil ubinan dan pengirimannya ke pusat. Untuk itu, koordinasi dan sinergitas antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPS Kabupaten sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan GP-PTT baik pada kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler. Format ubinan seperti pada Lampiran 16.

Bantuan anggaran untuk pelaksanaan pengadaan papan nama, bantuan transport untuk pendampingan dan pengawalan petugas dan aparat serta ubinan dialokasikan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan sesuai dengan pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan, disediakan pula anggaran untuk melaksanakan pembinaan dalam

45

arti luas yang mencakup perencanaan, pembinaan dan monitoring serta evaluasi, baik daerah yang mendapatkan alokasi GP-PTT Jagung maupun yang tidak. Untuk jelasnya rincian kegiatan dapat dilihat pada POK Pengelolaan Produksi Tanaman Serealia Tahun 2015.

Selanjutnya agar kegiatan GP-PTT berbasis kawasan tersebut berkontribusi pada produksi tahun 2015, maka diharapkan pelaksanaan GP-PTT Jagung diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2015 (Akhir MH 2014/2015 sampai MK II 2015), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak memungkinkan dilaksanakan. Untuk itu, penyaluran dana bansos diharapkan terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2015.

Di samping itu agar segera mengambil langkah-langkah dan mempersiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan tepat sasaran.

Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas GP-PTT Jagung di lapangan, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan pada tahun 2013 perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders.

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD

46

beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas pusat. Pengawalan GP-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Selanjutnya Posko P2BN pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan.

Hal-hal yang lebih teknis dan operasional di lapangan agar dapat diatur dan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) GP-PTT yang disusun/dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih rinci dan jelas guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda oleh petugas lapangan sedangkan Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan Pedoman Teknis dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) GP-PTT.

47 VII. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL GP-PTT

Dokumen terkait