• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis (Effendi, 2003). Air yang digunakan untuk berenang harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 416/MENKES/PER/IX/1990 agar tidak menggangu dan membahayakan kesehatan manusia.

34

Tabel 2.1 Peraturan Menteri Kesehatan RI

No:416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal: 3 September 1990 Daftar Persyaratan Air Kolam Renang

2.6.1. Syarat Fisik Air Kolam Renang 2.6.1.1. Bau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air oleh desinfektan. Kolam renang harus bebas dari bau yang mengganggu, jernih dan tidak ada benda asing yang terapung (Bernard dkk., 2003)

No. PARAMETER Satuan

Kadar yang diperbolehkan Keterangan Minimum Maksimum 1 2 3 4 5 6 A. 1. 2. 3. FISIKA Bau Benda terapung Kejernihan - - - - - - - - -

Bebas dari bau yang menggangu. Bebas dari benda terapung.

Piringan sechi yang diletakkan pada dasar kolam yang terdalam dapat dilihat dari tepi

kolam pada jarak lurus 9 meter B. 1. 2. 3. 4. 5. 6 KIMIA Alumunium Kesadahan (CaCO3) Oksigen terabsorbsi (O2) pH Sisa Chlor Tembaga mg/L mg/L mg/L - mg/L mg/L - 50 - 6,5 0,2 - 0,2 500 1,0 8,5 0,5 1,5 C. 1. 2. MIKROBIOLOGI Koliform total Jumlah kuman Jumlah per 100 ml Jumlah per 100 ml - - 0 200

35

2.6.1.2. Kejernihan

Air kolam renang harus jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin keruh. Air kolam renang dikatakan jernih apabila piringan berlatarbelakang putih diletakkan pada kolam yang terdapat dapat terlihat jelas dari tepi kolam pada jarak pandang 7 meter. Kejernihan sangat penting untuk menjaga keselamatan pengguna kolam renang. Kolam renang yang keruh akan menyulitkan orang untuk melihat jika ada perenang yang tenggelam di dasar kolam (Perkins, 2000).

2.6.1.3. Benda Terapung

Air kolam renang harus bebas dari benda terapung yang tidak diinginkan. Contoh benda terapung adalah daun-daun, kertas, plastik. Keberadaan benda terapung di kolam renang akan mengurangi estetika (Department Of Health Environmental Unit Melbourne, 2008).

2.6.2. Syarat Kimia Air Kolam Renang 2.6.2.1. Alumunium

Unsur ini biasanya terkandung pada senyawa-senyawa yang digunakan sebagai bahan koagulan dalam proses pengolahan air kolam, misalnya tawas (Al2(SO4)3). Jika pembubuhan tawas dalam proses koagulasi terlalu banyak atau proses pengolahan air tidak sempurna, maka kandungan alumunium di dalam air kolam renang akan melebihi standar yang telah ditentukan (Chandra, 2005).

36

2.6.2.2. Kesadahan

Kesadahan air dapat terjadi karena air mengandung senyawa kalsium dan magnesium dengan bikarbonat; senyawa kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida; serta garam - garam besi, zink, dan silika. Kesadahan air kolam renang yang rendah akan meningkatkan korosi, sedangkan jika kesadahan terlalu tinggi akan membuat air kolam renang keruh dan timbul kerak. Jika kesadahan terlalu rendah bisa ditambahkan

calcium chloride untuk menaikkan kesadahan dan untuk menurunkan kesadahan bisa melakukkan dilusi (McKeown, 2009).

2.6.2.3. Oksigen Terabsorbsi

Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 1,0 mg/L dalam waktu 4 jam pada suhu 27ºC. Oksigen terabsorbsi menunjukkan besarnya oksigen yang digunakan sebagai proses biologi kehidupan mikroba air. Jika oksigen terabsorbsi melebihi batas yang telah ditentukan, menandakan air telah tercemar dan memungkinkan adanya kehidupan mikroorganisme yang tinggi, karena mikroorganisme memerlukan oksigen untuk melangsungkan hidupnya di dalam air ( Edzwald, 2011).

2.6.2.4. Sisa Klor

Sisa klor adalah kadar klor yang tersisa setelah proses desinfeksi (Siswanto, 2002). Tujuan klorinasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/L di dalam air. Nilai tersebut merupakan

margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh patogen yang mengontaminasi air kolam (Chandra, 2005). Sisa klor sangat

37

dipengaruhi oleh pH, waktu kontak klor (EPA, 1990; Chanlett dan Gotaas, 1942; Gordon, 1976; Zarzoso dkk., 2010).

2.6.2.5. Waktu Kontak Klor

Waktu kontak klor atau waktu klorinasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses reaksi, adsorpsi dan desinfeksi. Waktu kontak 10 – 15 menit memungkinkan proses difusi air dengan sisa klor dan pH dalam penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik, memungkinkan reaksi kimia dan klor akan sangat reaktif jika kontak dengan manusia, penelitian dilakukan pada mata kelinci, dengan asumsi mata kelinci merupakan mata yang mempunyai ukuran dan sifat yang hampir mirip dengan manusia. Konsentrasi zat - zat organik akan turun setelah desinfeksi apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 15 menit, diperkirakan akan lebih berisiko jika lebih dari 15 menit. Semakin sering frekuensi kontak serta semakin lama durasi (waktu) setiap kali kontak dengan potensi bahaya penyakit menyebabkan peluang terjadinya gangguan kesehatan (iritasi mata) semakin besar (Rylander, Victorin dan Sorensen, 1973; Reynolds, 1982).

2.6.2.6. pH

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH merupakan salah satu indikator yang sangat penting karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam air (Chandra, 2005). Bila pH terlalu rendah, air akan menjadi korosif terhadap peralatan kolam renang dan permukaan benda. pH cairan mata

38

sekitar 7,4, jadi jika pH terlalu basa atau asam akan menyebabkan iritasi mata. Pentingnya menjaga pH yang benar karena pH air kolam renang sebagai faktor penting sebagai kontrol yang tepat dari klorinasi (Gordon, 1976). Seiring dengan peningkatan pH, klorin bebas akan kehilangan aktivitas oksidatif. Pada pH 8,0 hanya 20% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous yang dapat membunuh kuman. Semakin tinggi pH maka efektivitas klorin menurun. Pada pH 7,5, 50% klorin bebas yang tersedia sebagai asam hypochlorous (HOCl) dan 50% dalam bentuk ion hypochlorite

(OCl) yang dapat membunuh kuman, pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat membuat iritasi mata (McKeown, 2009).

2.6.2.7. Tembaga

Tembaga umumnya digunakan untuk menghambat pertumbuhan alga atau lumut dan tumbuhan air lainnya. Tembaga yang terdapat dalam air setelah pengolahan air dengan CuSO4. Adanya kandungan tembaga yang melebihi standar yang telah ditentukan dapat menyebabkan warna biru yang melekat pada bak - bak porselin (Chandra, 2005).

2.6.3. Syarat Biologi Air Kolam renang 2.6.3.1. Total Coliform

Bakteri total coliform merupakan anggota dari keluarga

Enterobacteraceae. Total coliform terdiri dari dua yaitu yang berasal dari fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, Serratia, Lecrercia, Yersinia, dll (Edzwald, 2011). Habitat bakteri total coliform antara lain saluran pencernaan manusia dan hewan

39

berdarah panas, tanah, tanaman dan air (Nollet, 2007). Keberadaan total

coliform pada air kolam renang menandakan adanya kontaminasi feses dan higiene perenang yang buruk (contohnya: kontaminasi yang dibawa dari luar dan menempel di alas kaki, debu dan daun yang berasal dari luar kolam renang. Total coliform juga dijadikan indikator keberadaan bakteri patogenik lain karena total coliform sensitif terhadap desinfeksi dan harus 0 pada 100 ml sampel air kolam renang. Keberadaan total coliform juga menandakan bahwa pengolahan air kolam renang telah gagal (Wyner, 2007).

Meskipun penggunaan indikator total coliform mempunyai banyak keuntungan, ada beberapa batasan yaitu: total coliform bakteri dengan cepat menggandakan diri sehingga memungkinkan terjadinya salah perkiraan tentang kapan polusi air sebenarnya terjadi, total coliform akan negatif jika

pseudomonas hadir, karena total coliform mudah dihancurkan dan di non-aktifkan oleh klorin, tes tidak akan cocok untuk mengetahui bakteri yang resisten terhadap klorin. Untuk mengurangi keterbatasan ini, dianjurkan untuk menambahkan tes indikator lain agar penilaian kualitas mikrobiologi dalam air kolam renang lebih akurat (Capello, 2011).

2.6.3.2. Escherichia coli

Escherichia coli (E. Coli) merupakan fecal coliform yang hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Beberapa strain

E.Coli (contohnya: E. Coli O15:H7) memproduksi toksin yang bisa menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia, terutama pada lansia dan anak-anak (Nollet, 2007). E.Coli lebih reliabel digunakan sebagai

40

indikator pencemaran feses dan keberadaan patogen pada air. Penelitian menunjukkan secara statistik adanya hubungan antara E.Coli dan enterococci

pada air dengan penyakit yang berhubungan dengan renang. Jumlah E.Coli

pada air kolam renang harus 0 per 1 ml. Keberadaan E.Coli di air kolam renang menunjukkan fecal material telah masuk ke dalam kolam renang dan pengolahan air kolam renang telah gagal menghilangkan kontaminasi feses tersebut (Capello, 2011; Nollet, 2007).

2.7. Pengolahan Air Kolam Renang

Dokumen terkait