F. Rincian Temuan Pemeriksaan
2. Pertamina Menanggung Kerugian atas Bisnis LPG 12 dan 50 Kg selama
pendistribusian LPG jangka panjang akan terganggu, kemampuan finansial Pertamina dalam jangka penjang akan menurun, Pertamina berpotensi tidak akan mampu melakukan kegiatan perawatan baik atas sarana dan fasilitas pendistribusian LPG
yang dimiliki sehingga dalam jangka panjang kualitas LPG maupun sarana pendukungnya tidak akan dapat dipertahankan. Serta Pemerintah kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan deviden dari Pertamina yang lebih besar akibat kerugian yang diderita dari bisnis LPG Non PSO. Hal tersebut disebabkan oleh penetapan harga jual LPG Non PSO khususnya 12 kg yang lebih rendah daripada harga penyediaannya. Pertamina tidak menaikkan harga jual LPG tabung 12 kg dengan masih mempertimbangkan kata “dilaporkan kepada Menteri” dalam pasal 25 Permen ESDM No. 26 Tahun 2009 sebagai sesuatu yang mengikat dan harus mendapatkan persetujuan Pemerintah.
3. Pertamina belum memanfaatkan secara optimal sumber dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan LPG. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan LPG dalam negeri, Pertamina memiliki ketergantungan yang sangat tinggi akan LPG impor. Data terakhir pada tahun 2012 menunjukkan bahwa impor LPG telah melebihi produksi LPG dalam negeri. Pertamina sebenarnya telah memiliki strategi pengadaan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) namun belum diterjemahkan dalam
workplan yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan LPG dengan
memaksimalkan sumber dari dalam negeri. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah volume LPG impor yang berdampak pada peningkatan biaya pengadaan dan biaya transportasi LPG impor sebesar USD48 per MT tahun 2011 dan USD116 per MT tahun 2012. Hal tersebut juga meningkatkan risiko jangka panjang ketersediaan LPG dalam negeri karena ketergantungan pasokan dari impor.
4. Kekurangan jumlah depot LPG berpotensi mengganggu kelancaran distribusi LPG dan menimbulkan hilangnya potensi penghematan transport fee minimal sebesar Rp25,9 milyar per tahun. Dukungan depot/terminal swasta untuk Pertamina masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan Pertamina. Saat ini total storage LPG di Depot swasta maupun milik Pertamina adalah 17 terminal serta dua depot mini. Kapasitas storage untuk depot/terminal pressurized adalah sebesar 93.950 MT sementara itu troughput harian adalah sekitar 16.000 MT per hari. Apabila Pertamina mengasumsikan stok aman selama 11 hari maka dibutuhkan storage setara 176.000 MT, sementara itu storage yang ada hanya 93.950 MT, dengan demikian Pertamina masih kekurangan storage kira kira sejumlah 82.050 MT. Kekurangan depot tersebut karena Pertamina banyak mengalami kegagalan dalam pembangunan depot baru, permasalahannya adalah karena Pertamina tidak memiliki perencanaan yang matang terkait dengan pola pembangunan depot, Pertamina belum menetapkan secara jelas porsi depot/terminal yang akan dibangun sendiri atau yang akan disediakan oleh swasta, koordinasi internal untuk penyediaan/pembebasan lahan awal untuk lokasi depot atau terminal kurang berjalan dengan baik dan masih banyak menemui kendala, Pertamina belum melakukan pengendalian dan pengawasan yang efektif untuk percepatan pembangunan depot/terminal.
5. Pertamina kehilangan potensi penghematan kegiatan Integrated Port Time (IPT) untuk proses discharge LPG senilai USD17,297,560.04 pada tahun 2011 dan 2012 (s.d. Oktober). Hal tersebut disebabkan oleh IPT hanya menjadi KPI fungsi Marine, bukan menjadi KPI fungsi lainnya, Pertamina belum mengalokasikan anggaran yang cukup bagi perawatan dan perbaikan sarana dermaga maupun Depot LPG, Pertamina belum memiliki fasilitas storage yang sesuai dengan ukuran kapal dan dermaga yang mencukupi untuk menunjang kegiatan discharge yang ideal, Pertamina belum
memiliki koordinasi yang memadai dalam perawatan dermaga karena selama ini dermaga dimiliki oleh fungsi Supply and Distribution (S & D) sementara kegiatan harian di dermaga tersebut dilakukan oleh fungsi Marine dan Pertamina belum menetapkan standar waktu riil untuk proses discharge berdasarkan karakteristik jumlah muatan kapal, pumping rate kapal dan ukuran pipa di darat.
Sebelum menerbitkan laporan ini, BPK RI telah mengkomunikasikannya kepada pejabat terkait baik Direktorat Pemasaran dan Niaga maupun di lingkungan Direktorat Pengolahan Pertamina. Pertamina menyatakan sependapat dengan semua temuan pemeriksaan BPK RI dan akan menindaklanjuti semua rekomendasi BPK RI. Tanggapan atas laporan ini terdapat pada rincian laporan hasil pemeriksaan seperti yang diuraikan di bab-bab selanjutnya.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut BPK RI merekomendasikan kepada Direksi PT Pertamina (Persero) agar:
1. Merealisasikan percepatan pembangunan terminal LPG refrigerated Jawa Bagian Barat (JBB) Banten untuk mengggantikan VLGC.
2. Menentukan tenggat waktu yang lebih cepat pada tahapan FEED, pembebasan lahan, Lelang EPC, Construction, Mechanical Completion, Commissioning Test,
Operational Acceptance, dan Final Acceptance.
3. Membuat skedul perkembangan project sebagai sarana monitoring dan pengendalian yang lebih ketat untuk mempercepat progres pembangunan terminal tersebut dan memperhitungkan secara finansial efek dari setiap keterlambatan dari skedul yang telah ditetapkan.
4. Melakukan koordinasi dengan kementerian BUMN untuk mempercepat pengurusan penggunaan area untuk pembangunan dermaga kapal VLGC.
5. Menaikkan harga LPG tabung 12 kg sesuai harga perolehan untuk mengurangi kerugian Pertamina dengan mempertimbangkan harga patokan LPG, kemampuan daya beli konsumen dalam negeri, dan kesinambungan penyediaan dan pendistribusian, dan sesuai Permen ESDM No. 26 Tahun 2009, melaporkan kenaikan harga LPG tabung 12 kg tersebut kepada Menteri ESDM.
6. Mendeskripsikan secara lebih rinci turunan dari RJPP dalam bentuk workplan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan pasokan LPG dari dalam negeri.
7. Berkoordinasi dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi untuk melakukan pembelian sumber-sumber gas baik melalui kerjasama antara anak perusahaan dan KKKS maupun KKKS murni.
8. Membuat kajian tentang investasi RFCC untuk meningkatkan produksi LPG di RU dan membuat kerjasama antara anak perusahaan dengan produsen gas swasta membentuk LPG plant.
9. Membuat Blue Print perencanaan pembangunan depot/terminal LPG di seluruh wilayah Indonesia dengan menetapkan secara definitif depot yang akan dibangun sendiri maupun depot yang akan disewa ke pihak swasta dengan mempertimbangkan kebutuhan storage LPG di masa yang akan datang
10. Membuat tim khusus yang bertugas untuk menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan pembebasan lahan.
DAFTAR ISI
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ...
DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... i vi viii ix I PENDAHULUAN 1 A. Dasar Hukum Pemeriksaan ...
B. Identitas yang Diperiksa ...
C. Jenis Pemeriksaan ...
D. Tujuan Pemeriksaan ...
E. Lingkup Pemeriksaan ...
F. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan ………..………
G. Standar Pemeriksaan ... H. Metodologi Pemeriksaan ... I. Hambatan Pemeriksaan ... 1 1 5 5 5 6 6 6 7 II GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN 8 A. Kebijakan Nasional mengenai Gas dan LPG ……… 8
B. Proses Bisnis Pendistribusian LPG ………... 11
C. D. E. F. G. H. Penyediaan LPG secara Nasional oleh Pertamina ...
Pendistribusian LPG Nasional ...
Fasilitas Depot/Terminal LPG dan Penyaluran dari Depot ke SP(P)BE ...
Penyaluran SPBE/SPPBE ke Agen LPG ………
Penyediaan dan Pemeliharaan Tabung ………
Penanganan Material ………... 12 15 18 19 21 23 III HASIL PEMERIKSAAN ... 25
A. Perencanaan Kegiatan Pendistribusian dan Penentuan Harga LPG ... 25
B. Kegiatan Pendistribusian LPG maupun Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendistribusian ...
C. Penanganan Tabung LPG ………...
D. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian LPG dan Tabung LPG ...
E. Cakupan Pemeriksaan...
F. Rincian Temuan Pemeriksaan ...
26 26 27
27 27 1. Penggunaan Floating Storage VLGC sebagai Solusi Sementara Pengganti Terminal LPG Refrigerated dalam Jangka Panjang Menimbulkan Hilangnya Potensi Penghematan Sejumlah USD5,231,414 per Tahun ………...
2. Pertamina Menanggung Kerugian atas Bisnis LPG 12 dan 50 Kg selama Tahun 2011 s.d. Oktober 2012 Sebesar Rp7,73 Triliun ………..
Nnn 27 30 3. Pertamina Belum Memanfaatkan secara Optimal Sumber Dalam Negeri
untuk Memenuhi Kebutuhan LPG ... 33 4. Kekurangan Jumlah Depot LPG di Beberapa Daerah Berpotensi
Mengganggu Kelancaran Distribusi LPG dan Menimbulkan Hilangnya Potensi Penghematan Transport Fee Minimal Sebesar Rp25,9 Milyar Per Tahun ………... 36 5. Pertamina Kehilangan Potensi Penghematan Kegiatan Integrated Port
Time untuk Proses Discharge LPG senilai USD17,297,560.04 pada
Tahun 2011 dan 2012 (s.d. Oktober) ... 40 6. Belum Tersedianya Fasilitas Bunker MDO untuk Kapal Pengangkut
LPG Menimbulkan Hilangnya Potensi Penghematan Senilai Rp375.656.000,00 pada Tahun 2011 dan 2012 ...
45 7. Keterbatasan Tabung Rolling dan Material Berpotensi Menimbulkan
Gangguan Pada Proses Distribusi LPG ... 8. Proses Perawatan Tabung LPG Pertamina Kurang Efektif ... 9. Pertamina Belum Melakukan Monitoring secara Ideal atas Proses
Pekerjaan SPBE Serta Belum Membuat Standarisasi Waktu untuk Proses Pengisian LPG ke Tabung ... 10. Standarisasi Proses dan Waktu Pengisian LPG ke Skid Tank Depot
Belum Ditetapkan Mengakibatkan Ukuran Kinerja Filling Tidak Dapat Diketahui ... 11. Fasilitas Dermaga 3 di Balikpapan, Dermaga Pangkalan Susu, dan
Dermaga Gospier Surabaya Kurang Safe ……... 12. Beberapa Item Kinerja pada KPI Fungsi LPG Belum Tercapai ... 13. Fleksibilitas Operasi dan Daya Tampung Depot LPG Balikpapan
Sangat Terbatas untuk Menjaga Stok Aman di Kalimantan ... 14. Jalur Keluar Masuk Truk Skid Tank LPG ke Depot LPG Balikpapan dalam Kondisi Kurang Safe ………...
47 50 54 57 59 61 63 65 15. Perawatan pada Masa Pemeliharaan maupun Pasca Pemeliharaan Depot
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 m Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 a Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 2.16 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 m Tabel 3.15
Target Bauran Energi Primer ...
Cadangan Gas Bumi Indonesia Tahun 2006-2010 ...
Produksi Gas Bumi Indonesia Tahun 2006-2010 ...
Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2006-2010 ...
Realisasi Distribusi Paket Perdana 2007 s.d. April 2012 ...
Kuota Penugasan versus Realisasi Penyaluran LPG Tabung 3 Kg ...
Realisasi Penjualan LPG Non PSO ...
Proyeksi Kebutuhan LPG Berdasarkan RJPP Pertamina ...
Realisasi Penyediaan LPG Nasional oleh Pertamina …...
Perbandingan antara Penjualan dan Biaya Penyediaan dan Distribusi LPG ...
Daftar Depot Milik Maupun Swasta yang Disewa Pertamina ...
Jumlah SPBE/SPPBE/SPEK Seluruh Region ...
Daftar Retester 3 Kg, 12 Kg dan 50 Kg Per Region Pemasaran Pertamina ...
Tarif Pemeliharaan (per Tabung) ...
Data Tabung dan Aksesoris Rusak ...
Gudang yang Digunakan oleh Pertamina ...
Perbandingan Biaya antara Penggunaan VLGC Sebagai Floating Storage dan Terminal Refrigerated Darat ...
Kerugian Pertamina atas Bisnis LPG 12 Kg dan 50 Kg ...
Kerugian Pertamina dari Bisnis LPG 12 kg dan 50 Kg per Kilogram ..
Harga Publikasi Propane – Butane CP Aramco ...
Demand and Supply LPG 2010 – 2015 berdasarkan RJPP ...
Realisasi Pemenuhan Kebutuhan LPG 2011 dan 2012 (s.d. Oktober ) Selisih antara Biaya Pengadaan LPG dari Impor dan KKKS Tahun 2011 ………...……....
Selisih antara Biaya Pengadaan LPG dari Impor dan KKKS Tahun 2012 ...
Perhitungan atas Kehilangan Potensi Penghematan Transport Fee LPG di Sumatera Utara ………...
Perhitungan Nilai Kehilangan Potensi Penghematan Transport Fee LPG di Sumatera Barat ………...……....
Perhitungan Nilai Kehilangan Potensi Penghematan Transport Fee LPG di Jawa Timur ...
Minimum Potensi Penghematan Akibat Lamanya Waktu Sandar ...
Rerata Awaiting High Tide ...
Selisih Harga HSD dan MDO Tahun untuk kapal LPG 2011 dan 2012 ...
Selisih Harga HSD dan MDO kapal LPG Tahun 2012 ...
8 8 9 9 10 12 13 13 14 17 18 21 21 23 23 24 28 30 30 30 33 33 35 35 37 38 39 41 42 46 46
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3
Rangkaian Proses Bisnis Pertasmina………..……….
Struktur Organisasi Fungsi LPG & Gas Products …...
Perbandingan Suplai Berdasarkan RJPP dan Realisasi ...
Pola Distribusdi dari Hulu ke Hilir ...
Penyaluran LPG 3 Kg (PSO) dan Non PSO oleh Pertamina ...
Penyaluran SPBE/SPPBE ke Agen LPG …...
Proses Bisnis Pemeliharaan Tabung ...
Foto Depot Panjang ………...
Foto Depot Tanjung Sekong ………... 2 5 14 16 16 20 51 67 69
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Dasar Pemeriksaan
1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 23.e, 23.f, 23.g.
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. 5. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) Semester II Tahun Anggaran 2012.
B. Identitas yang Diperiksa
PT Pertamina (Persero) atau selanjutnya disebut Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas milik negara yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama Permina. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah melakukan merger dengan PERTAMIN pada tahun 1968 berganti nama menjadi PN Pertamina. Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1971, perusahaan ini kemudian dinamakan Pertamina. Nama ini terus dipergunakan hingga akhirnya perusahaan ini mengganti status hukumnya dan mengganti nama menjadi PT PERTAMINA (Persero) pada tanggal 9 Oktober 2003.
Dengan terbitnya Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Pertamina berubah bentuk menjadi persero berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003 tentang pengalihan bentuk perusahaan Pertamina menjadi perusahaan perseroan. PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akte Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003. Pada tanggal 3 Juli 2008 berdasarkan Akta Notaris Lenny Janis Ishak SH dilakukan perubahan anggaran dasar PT Pertamina (Persero).
Ruang lingkup bisnis Pertamina mencakup sektor hulu dan hilir. Sektor hulu mencakup eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan energi panas bumi baik secara domestik maupun di luar negeri. Hal tersebut dilakukan dalam bentuk operasi sendiri maupun kerjasama secara joint
operation dengan JOBs (Join Operating Bodies), TACs (Technical Assitance Contracts) dan
JOCs (Join Operating Contracts). Sementara itu sektor hilir mencakup pemprosesan, pemasaran, penjualan, dan pengapalan berbagai komoditas yang diproduksi antara lain Fuel (BBM) dan Non
Fuel (Non BBM), LPG, LNG, petrokimia, dan lube base oil.
1. Proses Bisnis Pertamina
Proses bisnis Pertamina diawali dari kegiatan produksi minyak mentah (MM) dari sumur minyak milik Pertamina. MM yang diolah Refinery Unit Pertamina berasal dari produksi sendiri, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di wilayah Indonesia dan dari penjual/trader minyak. Pengangkutan minyak mentah ke kilang Pertamina dilakukan dengan menggunakan tanker dan pipa.
Hasil pengolahan Pertamina adalah produk BBM, Non BBM, Petrokimia dan Gas (LPG). Untuk penjualan di dalam negeri, produk kilang didistribusikan ke depot/terminal dan konsumen akhir melalui tanker, pipa, truk, dan kereta api. Untuk penjualan ekspor, produk diangkut dengan
tanker. Produk kilang dijual ke konsumen akhir melalui lembaga penyalur antara lain: SPBU,
Gambar 1.1. Rangkaian Proses Bisnis Pertamina
2. Informasi terkait dengan Sektor Gas di Pertamina a. Direktorat Gas Pertamina
Direktorat Gas merupakan direktorat baru di Pertamina yang dibentuk pada Juni 2012. Lingkup bisnis Direktorat gas adalah sebagai berikut:
1) Mengelola pengembangan, pengelolaan, pengolahan, pemasaran, niaga, serta kegiatan usaha terkait bisnis gas selain PSO, power, dan energi baru dan terbarukan.
2) Memimpin dan mengendalikan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis gas, power, dan energi baru dan terbarukan dengan bertanggung jawab atas kinerja operasional maupun finansial.
3) Mengkoordinasikan dan mengawasi semua proyek yang berada di bawah kepemimpinan Direktorat Gas.
Pertamina melalui Direktorat Gas mendapatkan penugasan dari Pemerintah sebagai Penjual Gas Alam Cair (LNG) untuk kepentingan Industri, yang terdiri dari:
1) Pertamina sebagai Penjual Gas Alam Cair (LNG) yang diproduksi oleh Kilang LNG Tangguh untuk pasar Jepang.
2) Surat Keputusan BP Migas No. KEP-0125/BP00000/2010/S2 tanggal 7 Oktober 2010 tentang Penunjukan Pertamina sebagai Penjual Gas Alam Cair (LNG) yang diproduksi oleh Kilang LNG Bontang untuk PT Nusantara Regas.
3) Surat Keputusan BP Migas No. KEP-0023/BP00000/2010/S2 tanggal 7 Oktober 2010 tentang Penunjukan Pertamina sebagai Penjual Gas Alam Cair (LNG) yang diproduksi oleh Kilang LNG Bontang ke Jepang.
b. PT Pertamina Gas (Pertagas)
Pertagas merupakan anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang niaga, transportasi, pemrosesan, dan bisnis lainnya yang terkait dengan gas alam dan produk turunannya. Kegiatan yang dijalankan oleh Pertagas hingga saat ini masih merupakan bisnis perusahaan dan belum ada penugasan dari pemerintah. Dari bidang usaha transportasi gas, Pertagas memperoleh keuntungan melalui upah jasa transportasi yang berasal dari penyaluran gas Pertamina EP dan Non Pertamina EP. Dari bidang usaha niaga gas, Pertagas memperoleh gas dari JOB Pertamina Golden Spike, JOB Pertamina Talisman OK, dan BUMD Bekasi PT Bina Bangun Wibawa Mukti yang selanjutnya dijual ke PT Pupuk Sriwijaya, PT Bayu Buana Gemilang, dan PT Mutiara Energi. Pertamina Refineries Pertamina Oil & Gas Fields Crude Entitlement & Gas Pipeline KKKS Oil & Gas Fields Foreign Oil & Gas Fields Oil & Gas Traders Inter Refinery Cargoes Transit Terminals Floating Storage Imported Products Foreign Refineries Products Oil & Gas Trucking Train SPBU / LPG Filling Station Industri DPPU Bridger Pipeline Own Products Main / End Depots Back Loading Terminals Exported Products Imported Crude & Gas Own Crude & Gas
Sedangkan dari bisnis usaha pemrosesan gas, Pertagas bekerja sama dengan BUMD Bekasi yakni PT Bina Bangun Wibawa Mukti yang selanjutnya menggandeng PT Yudhistira Energy melalui kontrak Build Own Operate (BOO) untuk mengoperasikan kilang LPG di Kabupaten Bekasi dengan kapasitas LPG 138 ton/hari dan kondensat 177 barel/hari. Di samping itu Pertagas juga sedang membangun kilang NGL di Sumatera Selatan dengan kapasitas LPG 710 ton/hari dan kondensat 2.024 barel/hari.
c. Fungsi Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina
Fungsi ISC merupakan fungsi yang berada langsung di bawah Direktur Utama dalam struktur organisasi Pertamina. Peranan fungsi ISC adalah sebagai berikut:
1) Melakukan optimasi secara terintegrasi hilir wide untuk memperolah margin hilir yang terbaik.
2) Melakukan supply minyak mentah dan gas source ke Pengolahan.
3) Melakukan supply produk BBM, Non BBM, gas, dan produk lainnya ke Pemasaran dan Niaga.
4) Koordinasi dengan trading arm PETRAL dalam melakukan impor/ekspor minyak mentah, intermedia, gas source, dan produk.
Koordinasi Fungsi ISC dalam proses bisnis pendistribusian LPG pada Fungsi LPG & Gas Products di Pertamina adalah pada bagian Non Fuel & Petrochemical Operation. Bagian ini bertugas sebagai koordinator supply gas. Bagian ini membuat rencana lifting/injeksi LPG untuk diserahkan ke Refinery Unit yang selanjutnya diserahkan kepada Operation Manager Fungsi LPG & Gas Products. Rencana lifting/injeksi LPG merupakan salah satu input dalam membuat rencana bulanan pendistribusian LPG.
d. Direktorat Pengolahan (Refinery) Pertamina
Kegiatan pengolahan adalah kegiatan untuk mengubah bahan baku berupa minyak mentah dan intermedia menjadi produk-produk minyak berupa Bahan Bakar Minyak (BBM), Bahan Bakar Khusus (BBK), Non BBM, Petrokimia, Gas dan Pelumas. Fungsi dan tugas kegiatan pengolahan dilaksanakan oleh Direktorat Pengolahan yang dipimpin oleh Direktur Pengolahan. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Pengolahan membawahi Manager HSE, Manager Legal, Senior Vice President (SVP) Refinery Operation dan SVP Business Development. Senior Vice President Refinery Operation salah satunya membawahi General Manager Operation
Refinery Unit II-VII.
Dalam proses bisnis pendistribusian LPG, Refinery Unit merupakan salah satu sumber
supply gas. Refinery Unit akan melakukan koordinasi dengan Bagian Non Fuel & Petrochemical
Operation ISC dalam pembuatan rencana lifting/injeksi LPG untuk diserahkan kepada Operation Manager Fungsi LPG & Gas Products.
e. Fungsi Perkapalan (Shipping) Pertamina
Fungsi Perkapalan merupakan salah satu fungsi di bawah Direktorat Pemasaran dan Niaga yang memiliki tugas sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan angkutan laut dan sungai untuk minyak dan gas bumi, bahan bakar minyak dan gas, hasil olahannya dan produk petrokimia; dan
2) Menyelenggarakan pengelolaan kapal milik dan kapal yang disewa perusahaan untuk mengangkut minyak dan gas bumi, bahan bakar minyak dan gas, hasil olahannya dan produk petrokimia.
Dalam pembuatan rencana bulanan pendistribusian LPG, Operation Manager Fungsi LPG & Gas Products akan membuat alokasi kapal untuk masing-masing Depot berdasarkan hasil master
program yang telah disusun bersama dengan pihak-pihak terkait sebagai permintaan
pengangkutan LPG kepada Ship Operation CBO & Petrochemical Manager Fungsi Perkapalan. f. Fungsi LPG & Gas Products Pertamina
Fungsi LPG & Gas Products merupakan salah satu unit bisnis di bawah SVP Petroleum Products Marketing & Trading. Berikut informasi umum dan identitas Fungsi LPG & Gas Products:
1) Informasi Umum
Sejak tahun 1968, Fungsi LPG & Gas Products mendistribusikan LPG sebagai bahan baku industri, rumah tangga, dan komersial dengan menggunakan brand “Elpiji”. Kegiatan Pokok fungsi ini antara lain adalah menjalankan usaha LPG & produk turunannya yang meliputi penerimaan, penimbunan, pendistribusian, dan pemasaran yang terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
Sasaran dari program kegiatan Fungsi LPG & Gas Products adalah sebagai berikut:
a) Mempertahankan marketshare 100% untuk LPG PSO dan 95% LPG Non PSO pada tahun 2016. Saat ini Pertamina merupakan pemain tunggal dalam pemasaran LPG PSO, namun dengan adanya Permen No. 26 Tahun 2009 maka terbuka bagi perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti tender dalam rangka penugasan untuk penyediaan dan pendistribusian LPG PSO
b) Mengupayakan pengurangan kerugian LPG Non PSO
Penjualan LPG NPSO terutama LPG 12 kg mengalami kerugian sejak tahun 2005. Hal ini disebabkan penetapan harga penjualan LPG 12 kg yang ditetapkan Pemerintah dibawah harga CP Aramco.
c) Meningkatkan layanan, kehandalan suplai, dan distribusi LPG di seluruh Indonesia Dengan semakin banyaknya swasta yang menyediakan infrastruktur dan jalur distribusi LPG maka kedepannya Pertamina akan bersaing secara head to head dengan swasta. d) Peningkatan profit dari bisnis Produk Gas
- Adanya perencanaan LNG Receiving Terminal sehingga kedepan penggunaan Gas Alam sebagai bahan bakar akan berkembang terutama di sepanjang jalur gas.
- Dengan adanya dukungan regulasi pemerintah untuk mendukung penggunaan
refrigeran ramah lingkungan maka peluang pasar Musicool semakin terbuka.
- Kebutuhan akan bertambah seiring dengan pertumbuhan industri pengguna aerosol serta didukung regulasi Pemerintah untuk penggunaan produk ramah lingkungan. 2) Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dari PT Pertamina (Persero) fungsi LPG & Gas Product berdasarkan Kpts-081/F00000/2010-S0 tanggal 30 November 2010 tentang Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Fungsi LPG & Gas Products
C. Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan Terinci Kinerja atas kebijakan nasional sektor gas di Pertamina. Area Kunci atas pemeriksaan terinci kinerja tersebut adalah “Pendistribusian LPG”.
D. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan terinci kinerja adalah menilai efisiensi dan efektivitas pendistribusian LPG dan