• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III POLIS SEBAGAI DOKUMEN PERJANJIAN ASURANS

D. Pertanggungan Untuk Kepentingan Pihak Ketiga

Menurut Pasal 246 KUH Dagang, pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungannya yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (Onzeker Voorval).

Seperti tersebut diatas, pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik). Artinya suatu perjanjian, dimana kedua belah pihak masing-masing mempunyai kewajiban yang senilai. Dalam hal pertanggungan, si tertanggung mempunyai kewajiban untuk membayar premi, yang jumlahnya ditentukan oleh penanggung, sedangkan penanggung mempunyai kewajiban untuk mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung.

Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, perjanjian pertanggungan itu termasuk perjanjian kemungkinan (Kansovereenkomst), ialah perjanjian yang mengandung unsur “kemungkinan”, karena kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian yang diderita oleh tertanggung itu tergantung ada dan tidak adanya peristiwa tak tentu

(Onzeker Voorval). Kalau peristiwa tak tentu itu timbul, maka tertanggung menderita kerugian, yang akibatnya ialah penanggung harus mengganti kerugian tertanggung. Jika peristiwa tak tentu itu tidak ada, maka penanggung tidak perlu mengganti apa-apa.

Pertanggungan adalah juga perjanjian peralihan risiko, dengan mana penanggung mengambil risiko tertanggung, dan sebagai kontra prestasi, tertanggung berkewajiban membayar uang premi kepada penanggung. Risiko ini berwujud beban kerugian atas benda pertanggungan terhadap bahaya yang mungkin timbul. Dipandang dari sudut ini, maka penanggung mengambil alih risiko tertanggung, yang berarti bahwa penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian kepada tertanggung, bila terjadi peristiwa tak tentu yang menjadi kenyataan (Evenemen), yang menimpa benda pertanggungan dan merugikan tertanggung.

“Tentang asuransi pada umumnya, Pasal 264 KUH Dagang menentukan bahwa asuransi dapat diadakan tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan pihak orang ketigan (Voor Rekening van eenderde)”.91

Pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga atas dasar pemberian kuasa (Lastgeving) atau hubungan “penyelenggaraan urusan (Zaakwaarneming) adalah biasa, artinya pertanggungan itu dibuat untuk kepentingan pihak ketiga, yang memberi kuasa atau yang diwakili. Tetapi pertanggungan diluar pengetahuan yang berkepentingan ini agak aneh, sebab pertanggungan ini akan batal karena hukum, bila benda pertanggungan yang sama itu oleh yang berkepentingan sendiri atau oleh orang yang dikuasakan untuk itu telah dipertanggungkan, sebelum pihak ketiga yang berkepentingan itu tahu bahwa benda miliknya telah dipertanggungkan oleh orang lain (Pasal 266 KUH Dagang). Itu sebabnya, semua pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga dalam polis harus ditegaskan apakah pertanggungan itu berdasar

91

atas pemberian kuasa atau di luar pengetahuan pihak ketiga yang berkepentingan (Pasal 265 KUH Dagang). Dan apabila dalam polis tidak ditegaskan bahwa pertanggungan ini dibuat untuk kepentingan pihak ketiga, maka harus dianggap bahwa pertanggungan itu dibuat untuk diri sendiri (Pasal 267 KUH Dagang).92

Isi Pasal 1316 KUH Perdata adalah:”Meskipun demikian adalah diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang pihak ketiga, dengan menjanjikan bahwa orang ini akan berbuat sesuatu, dengan tidak mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang telah menanggung pihak ketiga atau yang telah berjanji, untuk menyuruh pihak ketiga tersebut menguatkan sesuatu, jika pihak ini menolak memenuhi perikatannya.”

Isi Pasal 1317 KUH Perdata adalah: “Lagi pula diperbolehkan juga untuk meminta ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapan janji, yang disebut oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, membuat suatu janji yang seperti itu. Siapa yang telah memperjanjikan sesuatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah menyatakan hendak mempergunakannya.”

Suatu pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga dalam polis harus dinyatakan dengan tegas bahwa pertanggungan itu untuk kepentingan pihak ketiga, jika tidak dinyakatan dengan tegas maka akibatnya ialah bahwa pertanggungan itu dianggap dibuat untuk sendiri (tertanggung). Dan karena tertanggung itu tidak mempunyai kepentingan, maka menurut Pasal 250 KUH Dagang pertanggungan itu tidak mempunyai kekuatan hukum, yakni penanggung tidak berkewajiban untuk

92

mengganti kerugian tertanggung yang bersangkutan. Sedangkan pihak ketiga yang berkepentingan karena dalam polis tidak disebut, maka dia dianggap tidak ditanggung dan akibatnya tidak berhak untuk menuntut ganti kerugian kepada penanggung. Jadi, pertanggungan itu tidak menghasilkan apa-apa.

Dalam pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga sering timbul soal siapakah yang disebut orang yang berkepentingan itu. Pada asasnya hal ini harus dicari pada orang yang erat sekali hubungannya dengan benda pertanggungan. Dalam hal ini tidaklah menjadi syarat mutlak apakah orang yang berkepentingan itu telah mempunyai kepentingan pada benda pertanggungan pada saat ditutupnya pertanggungan. Cukuplah bila dia pada saat terjadinya peristiwa tak tentu yang menjadi kenyataan (Evenemen), adalah orang yang berkepentingan pada benda pertanggungan.

Jadi bila nama orang yang berkepentingan itu tidak ditulis dalam polis, maka orang yang berkepentingan dalam pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga adalah setiap orang yang mempunyai kepentingan atas benda pertanggungan pada saat terjadi peristiwa tak tentu yang menjadi kenyataan (Evenemen) terjadi.

Pada penutupan yang dilakukan secara Koasuransi atas pekerjaan konstruksi pada Cambridge Hotel (PT MEDAN GLOBAL TOWN SQUARE) yang terletak di Jl. S Parman Medan, Sumatera Utara. Polis yang digunakan adalah polis Contractor All Riks (Polis Risiko Pekerjaan Konstruksi), PT (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia bertindak sebagai Anggota Panel Koasuransi (Member) dan sebagai Pemimpin Panel Koasuransi (Leader) adalah PT Asuransi Bintang. telah terjadi telah

terjadi kerusakan atas hak milik orang lain/pihak ketiga (Third Party Liability) dilingkungan proyek, yaitu rusaknya kendaraan milik orang lain yang diparkir di dalam area proyek akibat terjatuhnya sebagian struktur bangunan. Pemilik kendaraan melaporkan hal tersebut kepada Pemilik Proyek (Tertangung/Pemegan Polis). Pemilik proyek karena mengetahui bahwa polis asuransi Contractor All Risk yang dimilikinya, ternyata juga melindungi kerugian yang timbul atas kerusakan barang orang lain segera melaporkan hal tersebut kepada Asuransi Bintang (sebagai Leader dan juga sebagai penerbit polis). Setelah Asuransi Bintang mendapatkan informasi yang terkait kerusakan yang timbul, maka dilakukan verifikasi (penilaian nilai kerusakan yang wajar) atas kerusakan yang timbul serta kemungkinan besarnya klaim yang akan dibayarkan. Selanjutnya Pihak Asuransi Bintang melakukan negosiasi dengan Pemilik Kendaraan (pihak ketiga) mengenai kesepakatan nilai penggantian kerugian (nilai klaim yang wajar). Setelah disetujui nilai pembayaran klaim yang wajar oleh kedua belah pihak, maka pihak PT Asuransi Bintang akan langsung membayar kerugian yang timbul kepada pihak ketiga tersebut. Pihak ketiga ini hanya berhubungan dengan pihak asuransi selaku penanggung, pihak ketiga ini tidak berhubungan dengan tertanggung atau pemilik proyek.

PT Asuransi Bintang selaku Pemimpin Panel Koasuransi (Leader), selanjutnya mengajukan tagihan kepada seluruh Anggota Panel Koasuransi (Member) atas klaim tersebut dengan memberikan rincian mengenai tanggal kejadian, nilai kerugian yang timbul, dan bagian (Share) dari masing-masing Anggota Panel Koasuransi (Member). Selanjutnya seluruh Anggota Panel Koasuransi (Member)

wajib membayar klaim tersebut kepada PT Asuransi Bintang selaku Pemimpin Panel Koasuransi (Leader) sesuai besarnya share. Sebagai contoh jika total klaim yang timbul adalah sebesar Rp. 100.000,000, maka share kewajiban seluruh anggota panel (Member) adalah

Tabel 4. Kewajiban Seluruh Anggota Panel (Member) Pada PT Asuransi Bintang

No Nama Asuransi Bagian

(Share)

Nilai Kewajiban Bayar Klam (Rp)

1. PT Asuransi Bintang 30% 30.000.000

2. PT Asuransi Ekspor Indonesia 20% 20.000.000

3. PT Asuransi Ramayana 15% 15.000.000 4. PT Asuransi Tripakarta 10% 10.000.000 5. PT Asuransi Dayin Mitra 10% 10.000.000 6. PT Asuransi Wahana Tata 10% 10.000.000 7. PT Asuransi Mega 5% 5.000.000

Total 100% 100.000.000

Selanjutnya tiap-tiap Anggota Panel Koasuransi (Member) wajib melakukan pembayaran klaim tersebut dengan melakukan pemindah bukuan dana dari rekening tiap-tiap Anggota Panel Koasuransi (sesuai besarnya tagihan dari Pemimpin Panel Koasuransi) ke rekening PT Asuransi Bintang selaku Pemimpin Panel Koasuransi (Leader) yang telah terlebih dahulu melakukan pembayaran klaim kepada pihak ketiga.

Pasal 250 KUH Dagang mengharuskan adanya kepentingan pada saat ditutupnya perjanjian pertanggungan. Hal ini dalam praktik tidak dianut. Dan juga berdasar kelayakan, maka kepentingan itu hanya harus pada saat Evenemen terjadi. Dari itu mungkin orang yang berkepentingan pada saat Evenemen bukanlah orang yang berkepentingan pada saat ditutupnya perjanjian pertanggungan. Orang yang berkepentingan pada saat ditutupnya perjanjian pertanggungan. Orang yang berkepentingan pada saat terjadinya evenemen mungkin orang yang mendapat hak dari orang yang berkepentingan asli.

Berdasarkan isi Pasal 264 KUH Dagang ada dua bentuk pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga yaitu:

a. Berdasarkan kuasa dari orang yang berkepentingan b. Tanpa kuasa dari orang yang berkepentingan

Sedangan pada Pasal 265 KUH Dagang menetapkan bahwa dalam polis harus disebut dengan jelas apakah pertanggugan untuk kepentingan pihak ketiga ini dibuat berdasarkan kuasa dari orang yang berkepentingan atau tidak. Walaupun demikian, pelanggaran atas pasal 264 KUH Dagang dan 265 KUH Dagang ini tidak ada sanksinya.93

Mengenai asal lembaga hukum pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga tidak ada kesepakatan antara para ahli hukum. Lembaga ini sulit untuk dikatakan berasal dari Hukum Romawi dan juga sulit untuk dikatakan bahwa lembaga itu berdiri sendiri. Biasanya dipakai dasar syarat untuk kepentingan pihak ketiga (beding ten behoeve van een derde) – Pasal 137 ayat (2) KUH Perdata yang berbunyi barang siapa telah membuat janji (beding) secara demikian, tidak boleh mencabut

93

kembali, bila pihak ketiga itu telah menerangkan akan mempergunakan janji itu. Yang berkepentingan siapa tertanggung penutup perjanjian pertanggungan menjanjikan sesuatu pada penanggung. Kesulitannya ialah bahwa penutup perjanjian pertanggungan sama sekali tidak menjanjikan sesuatu untuk diri sendiri.

Menurut Hoge Raad, merupakan unsur yang tidak bisa ditinggalkan bagi lembaga ini. Manfaat dalam menetapkan dasar lembaga hukum “pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga” itu ternyata tidak besar, karena sekarang posisi yang berkepentingan, walaupun tampak aneh, lambat laun terjadi pendapat tertentu dan hal ini, dalam peristiwa timbulnya kerugian dalam praktik selalu bersedia membayar premi.94

Hubungan antara tertanggung dengan pihak ketiga yang berkepentingan dalam hal ada perwakilan menunjukkan dua bentuk (Pasal 264 KUH Dagang), yaitu : a. Hubungan yang berdasarkan pemberian kuasa dari pihak ketiga yang

berkepentingan. Hubungan ini adalah hubungan antara si pemberi kuasa dengan si pemegang kuasa, yang diatur dalam bab XVI, Buku Ketiga KUH Perdata. b. Hubungan tanpa kuasa dari pihak ketiga yang berkepentingan. Hubungan ini

mirip dengan hubungan hukum pada “penyelenggaraan urusan” (zaakwarrneming), yang diatur dalam Pasal 1354 KUH Perdata yang berbunyi “Jika seseorang dengan sukarela, tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan orang yang diwakili, maka dia secara diam-diam telah mengikatkan diri untuk meneruskan dan menyekesaikan urusan tersebut, sehingga orang yang diwakili kepentingannya

94

dapat mengerjakan sendiri urusannya itu”.

Hubungan hukum yang dimaksud dalam huruf b tersebut diatas yaitu hubungan antara tertanggung dengan pihak ketiga yang berkepentingan atau dapat dikatakan mirip dengna hubungan hukum antara penyelenggaraan urusan pihak ketiga, jadi tidak sama. Perbedaannya terletak pada perbuatan/tindakan keluar dari si penyelenggara urusan atau si tertanggung yaitu :

1. Penyelenggara urusan (Zaakwaarnemer) bertindak keluar atas nama pihak ketiga yang diwakili ( Isi Pasal 1357 KUH Perdata)

2. Tertanggung bertindak keluar tidak atas nama yang berkepentingan, tetapi atas nama sendiri, akibatnya dia menjadi pihak dalam perjanjian. Hubungan hukum dimaksud dalam a dan b yaitu yang berdasarkan perwakilan langsung (pemberian kuasa) dan perwakilan tidak langsung (penyelenggaraan urusan), juga mempunyai kesamaan dengan hubungan tertanggung dengan pihak ketiga yang berkepentingan, yang dapat diperinci sebagai berkut :

Hubungan tertanggung dengan yang berkepentingan mempunayi kesamaan : a. Dengan penyelenggara urusan (Zaakwaarnemer), dalam hal semua perikatan

yang dibuatnya menjadi tanggung jawab pihak ketiga yang diwakili (Pasal 1357) KUH Perdata dan 264 KUH Dagang)

ketiga atau penanggung bahwa dia bertindak sebagai wakil dari pihak pemberi kuasa atau pihak ketiga yang berkepentingan.

Pertanggungan untuk kepentingan pihak ketiga itu merupakan suatu lembaga hukum tersendiri, yang mempunyai akibat hukum sendiri. Pada pertanggungan semacam ini, yang bertanggung jawab atas pembayaran uang premi adalah tertanggung. Hal ini layak, karena orang yang berkepentingan itu bagi penanggung belum jelas. Jadi, sudah selayaknya si tertanggung dibebani kewajiban untuk membayar premi. Dan selanjutnya pihak yang berkepentingan berhak atas ganti kerugian, yang dapat dituntut kepada penanggung, bila Evenemen benar-benar telah terjadi. Disamping hak menuntut ganti rugi, pihak yang berkepentingan dapat juga dibebani pembayaran premi disamping tertanggung. Sebaliknya si tertanggung, disamping kewajibannya membayar premi, tidak mempunyai hak untuk menuntut ganti kerugian kepada penanggung sebab tertanggung bukanlah orang yang berkepentingan.

Dokumen terkait