• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III POLIS SEBAGAI DOKUMEN PERJANJIAN ASURANS

A. Risiko Dalam Asuransi

Ketentuan dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang), asuransi merupakan suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusukan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu .

Dengan demikian, elemen-elemen yuridis dari suatu asuransi adalah sebagai berikut :

1. Adanya pihak tertanggung (pihak yang kepentingannya diasuransikan) 2. Adanya pihak penanggung (pihak perusahaan asuransi yang menjamin

akan membayar ganti rugi)

3. Adanya kontrak asuransi (antara penanggung dan tertanggung)

4. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan (yang diderita oleh tertanggung)

5. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin akan terjadi (misalnya kebakaran dalam asuransi kebakaran)

6. Adanya uang premi yang dibayar oleh penanggung kepada tertanggung (fakultatif)78

Dalam suatu kontrak asuransi, prestasi dari pihak tertanggung adalah membayar premi, sedangkan prestasi pihak penanggung (perusahaan asuransi) adalah

78

Dr. Munir Fuady, SH, MH, LLM, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di

Era Global, PT Citraditya Bakti, Bandung 2005, hlm. 249.

Fadilla Agustina : Pertanggungjawaban Renteng Dalam Perjanjian Asuransi Pada PT. (Persero) Asuransi Ekspor Indonesia Terhadap Pihak Ketiga, 2009

membayar sejumlah ganti rugi jika peristiwa tertentu terjadi. Peristiwa tertentu tersebut adalah misalnya kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain.

Jika peristiwa yang diasuransikan tersebut terjadi, maka pihak tertanggung harus meminta sejumlah ganti rugi yang telah ditetapkan dibayar oleh pihak penanggung (perusahaan asuransi). Pengajuan permintaan tersebut disebut dengan pengajuan “klaim”. Biasanya pengajuan klaim asuransi disertai dengan beberapa pendukung bahwa memang telah terjadi peristiwa yang bersangkutan.

Yang dimaksudkan dengan risiko dalam hukum asuransi adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kehendak pihak tertanggung yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung, risiko mana merupakan objek jaminan asuransi.

Definisi risiko yang dapat memudahkan analisa risiko adalah asuransi, risiko adalah ketidak pastian mengenai kerugian. Defenisi ini membuat dua konsep yaitu ketidakpastian dan kerugian. Walaupun kedua konsep ini penting dalam asuransi, namun risiko itu merupakan ketidakpastian dan bukan kerugian. Penyebab kerugian ataupun kemungkinan kerugian. Fungsi pokok adalah menangani risiko.79

Risiko-risiko dalam hukum asuransi adalah sebagai berikut : 1. Risiko Murni 2. Risiko Spekulasi 3. Risiko Khusus 4. Risiko Fundamental 5. Risiko Statis 6. Risiko Dinamis80

Berikut ini penjelasan dari masing-masing macam risiko tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Risiko Murni

79

Drs. A. Hasyimi Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm. 22.

80

Risiko murni (Pure Risk) adalah suatu kejadian yang masih tidak pasti bahwa suatu kerugian akan timbul, dimana jika kejadian tersebut terjadi, maka timbullah kerugian itu, sedangkan jika kejadian tersebut tidak terjadi, maka keadaan sama seperti sediakala (tidak untung dan juga tidak rugi), jadi alternatifnya hanya 2 (dua) yaitu kerugian atau tetap sediakala.

Melihat kepada objek yang terkena risiko, risiko murni ini terdiri dari 3 (tiga) jenis sebagai berikut :

a. Risiko Perorangan b. Risko Harta Benda c. Risiko Tanggung Jawab

Risiko perorangan (Personal Risk) adalah suatu risiko yang tertuju langsung kepada orang yang bersangkutan, yakni yang akan dipengaruhi secara langsung terhadap penghasilannya.

Sedangkan yang dimaksud dengan risiko harta benda (Property Risk) adalah suatu risko yang tertuju kepada harta benda milik orang tersebut, yakni risiko atas kemungkinan hilang atau rusaknya harta benda tersebut.

Selanjutnya yang dimaksud dengan Risiko tanggung jawan (Liability Risk) adalah risiko yang mungkin akan timbul karena sesorang harus bertanggung jawab karena melakukan sesuatu perbuatan yang menimbulkan kerugian terhadap orang lain.

2. Risiko Spekulasi

Berbeda dengan risiko murni, maka risiko spekulasi (Specultative Risk) merupakan kejadian yang akan terjadi yang menimbilkan 2 (dua) kemungkinan,

dimana kemungkinan pertama adalah dia akan memperoleh keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah dia akan mengalami kerugian. Jadi, alternatifnya hanya 2 (dua) yaitu keuntungan dan kerugian.

3. Risiko Khusus

Yang dimaksud dengan risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak hanya terhadap seorang tertentu saja.

4. Risiko Fundamental

Yang dimaksud dengan risiko fundamental adalah risiko yang bersumber dari masyarakan umum dan/atau yang mempengaruhi masyarakat luas.

5. Risiko Statis

Risiko Statis adalah suatu risiko yang tidak berubah dari masa ke masa 6. Risiko Dinamis

Risiko Dinamis adalah risiko yang berubah mengikuti perkembangan zaman. Berkaitan dengan risiko-risiko tersebut, maka dalam penanganannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Menghindari risiko (Avoidance) b. Mengurangi risiko (Reduction) c. Mempetahankan risiko (Retention) d. Membagi risiko (Risk Sharing) e. Mengalihkan risiko (Transfer) 81

Dari segi hukum perdata, jelas bahwa asuransi termasuk ke dalam hukum kontrak/perjanjian, asuransi pada dasarnya tidak lain dari suatu kontrak antara para tertanggung dengan penanggung. Konsekuensi yuridisnya adalah berlakunya

81

Abdul R. Saliman, SH.MM (et al) Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana, Jakarta, 2005, hlm.225

kententuan-ketentuan hukum kontrak terhadap transaksi tersebut, termasuk prinsip persyaratan sahnya suatu kontrak dan prinsip kebebasan berkontrak. Sebagaimana diketahui bahwa menurut ketentuan hukum perdata, maka sahnya suatu kontrak, termasuk kontrak asuransi, antara lain ditentukan oleh apakah sudah terpenuhinya persyaratan tentang sahnya suatu kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Syarat sahnya suatu kontrak berdasarkan isi pasal Pasal 1320 KUH Perdata tersebut adalah sebagai berikut :

Adanya kesepakatan kehendak Cakap berbuat

Adanya hal tertentu Kausa yang halal

Melihat kepada syarat-syarat sahnya suatu kontrak tersebut, maka jelas bahwa suatu kontrak asuransi yang normal akan dengan mudah dapat memenuhi syarat- syarat sahnya kontrak tersebut. Karena itu, dari segi keabsahan kontraknya menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu kontrak asuransi yang normal, tidak mempunyai masalah.

Kontrak asuransi dapat dimasukkan kedalam kategori kontrak untung- untungan sebagaiman diatur dalam Bab 12, buku ke III KUH Perdata, mulai dari Pasal 1774 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1791 KUH Perdata.

Menurut Pasal 1774 KUH Perdata, maka suatu kontrak untung-untungan merupakan suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi pihak tertentu saja, bergantung pada suatu kejadian yang

belum tentu. Pada KUH Perdata, perjanjian asuransi dengan tegas digolongkan ke dalam kontrak untung-untungan, yang selanjutnya diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Dagang. Dikatakan untung-untungan karena pihak penanggung akan diuntungkan (karena pembayaran premi) jika risiko yang diasuransikan tersebut ternyata tidak terjadi. Sebaliknya, bagi pihak tertanggung akan diuntungkan (dalam arti dibayar kerugiannya) jika risiko yang diasuransikan tersebut ternyata benar-benar terjadi. Itulah sebabnya, Dalam KUH Perdata perjanjian asuransi dengan tegas digolongkan ke dalam kontrak untung-untungan.

Sebagaimana dengan kebanyakan bisnis-bisnis lainnya, maka suatu asuransi juga diawali dengan suatu kontrak/perjanjian. Hanya saja, syarat-syarat (Terms) dan kondisi-kondisi (Conditions) bagi kontrak asuransi tersebut sering sudah dalam bentuk standar yang dikenal dengan sebutan “Polis” asuransi. Disamping asas-asas yang umum berlaku untuk suatu kontrak, maka terhadap suatu kontrak asuransi berlaku juga asas-asas sebagaimana berikut :

1. Asas Indemnity

2. Asas Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest) 3. Asas Keterbukaan

4. Asas Subrogasi untuk Kepentingan Penanggung 5. Asas Kontrak Bersyarat

6. Asas Kontrak Untung-Untungan

Berikut ini penjelasan bagi masing-masing asas dari kontrak asuransi tersebut, yaitu sebagai berikut :

Asas ini mengajarkan bahwa tujuan utama dari kontrak asuransi adalah untuk membayar ganti rugi manakala terjadi risiko atas objek yang dijamin dengan asuransi tersebut.

2. Asas kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest)

Asas ini mengajarkan bahwa agar suatu kontrak asuransi dapat dilaksanakan, maka objek yang diasuransikan tersebut haruslah merupakan suatu kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest), yaitu kepentingan yang dapat dinilai dengan uang. Sesuai hukum yang berlaku, maka kepentingan tersebut pada prinsipnya harus sudah ada pada saat kontrak asuransi ditandatangani.

3. Asas Keterbukaan

Asas Keterbukaan ini mengajarkan bahwa pihak tertanggung haruslah terbuka penuh dalam arti dia haruslah membuka semua hal penting yang berkenaan dengan objek yang diasuransikan tersebut. Jika ada informasi yang tidak terbuka atau tidak benar padahal informasi tersebut begitu penting, sehingga seandainya perusahaan asuransi mengentahui sebelumnya, dia tidak akan mau menjaminnya, meskipun tertanggung dalam keadaan itikad baik, membawa akibat terhadap batalnya kontrak asuransi tersebut (sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang- Undang Hukum Dagang).

4. Asas Subrogasi untuk kepentingan Penanggung

Asas Subrogasi ini mengajarkan bahwa apabila karena alasan apapun terhadap objek yang sama pihak tertanggung memperoleh juga ganti rugi dari pihak ketiga, maka pada prinsipnya, tertanggung tidak boleh mendapat ganti rugi 2 (dua) kali,

sehingga ganti rugi dari pihak ketiga tersebut akan menjadi haknya pihak perusahan asuransi. Pihak tertanggung bahkan harus bertanggungjawab jika dia melakukan tindakan yang dapat menghambat pihak perusahaan asuransi untuk mendapatkan hak dari pihak ketiga tersebut.Tentunya, hal tersebut mungkin disimpangi asal disebutkan dengan jelas dalam kontrak asuransi (sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)

5. Asas Kontrak Bersyarat

Kontrak asuransi merupakan kontrak bersyarat. Dalam hal ini dalam kontrak asuransi tersebut ditentukan suatu syarat bahwa jika nantinya terjadi sesuatu peristiwa tertentu (misalnya kebakaran), maka sejumlah uang ganti rugi akan dibayar penanggung. Akan tetapi jika peristiwa tersebut tidak terjadi, maka uang ganti rugi tersebut tidak diberikan.

6. Asas Kontrak Untung-Untungan

Kontrak asuransi merupakan kontrak untung-untungan, karena menurut KUH Perdata, maka suatu kontrak untung-untungan merupakan suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung-ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi pihak tertentu saja, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Dalam hal kontrak asuransi, pihak penanggung akan diuntungkan manakala tidak terjadi peristiwa yang dipertanggungkan itu

Dokumen terkait