Produksi padi di Kabupaten Pati dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2011) cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,37%. Pada tahun 2011 produksi padi mencapai 524.951 ton. Pada tahun 2011 produksi jagung mencapai 114.220 ton, cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,26 %, sehingga produksi padi dan jagung yang besar ini telah mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat (surplus beras dan surplus jagung) di Kabupaten Pati.
Produksi kedelai pada tahun 2011 sebanyak 3.714 ton, cenderung meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dengan rata-rata pertumbuhan 3.78 %. Jenis tanaman kacang hijau mengalami fluktuatif produksi, dengan jumlah produksi sebanyak 16.171 ton pada tahun 2011. Kondisi yang sama
juga terjadi pada ubi kayu, dengan produksi sebanyak 532.874 ton pada tahun 2011.
Perkembangan produksi tanaman pangan di Kabupaten Pati selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.68 berikut :
Tabel 2. 68.
Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 1 Padi Sawah 380.628 495.009 519.685 588.951 524.951 2 Padi gogo 4.535 7.141 8.351 20.555 12.846 3 Jagung 53.711 76.339 97.210 123.180 114.220 4 Ketela Pohon 219.799 318.194 386.434 643.558 532.874 5 Ketela Rambat 1.480 1.032 4.115 2.463 1.787 6 Kacang Kedelai 1.451 3.080 3.988 2.723 3.714 7 Kacang Tanah 3.538 4.248 3.776 4.377 3.364 8 Kacang Hijau 10.590 14.907 16.066 15.130 16.171 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati, 2011
Sayur-sayuran utama yang diproduksi di Kabupaten Pati meliputi bawang merah dan cabe. Perkembangan produksi sayur-sayuran di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2.69 berikut :
Tabel 2. 69.
Produksi Bawang Merah dan Cabe Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 (Kw)
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 1 Bawang Merah 65.325 37.426 167.115 128.767 90.265 2 Cabe 6.672 9.549 27.395 15.951 26.644 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati, 2011
Tanaman perkebunan utama di Kabupaten Pati meliputi kelapa, kopi dan tebu. Perkembangan produksi berbagai jenis tanaman perkebunan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.70 berikut :
Tabel 2.70
Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 (Ton) No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 1 Kelapa Kopyor 860.035 943.599 974.654 846.647 795.359 2 Kelapa 20.506 24.624 26.601 3.529.234 3.544,218 3 Kopi 658 670,14 1.058,93 810,480 523,281 4 Tebu 49.421 49.592 1.719.987 49.145,34 52.326,092 Sumber : Profil Kabupaten Pati, 2011
2) Peternakan
Peternakan sangat berkembang di Kabupaten Pati, terutama jenis ternak sapi potong, kerbau, kambing, domba, ayam buras, ayam ras layer, ayam ras broiler, itik, burung puyuh dan entok. Pemeliharaan sapi potong terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Pati selatan, ternak itik banyak dipelihara
di daerah Margotuhu Kec. Margoyoso. Jenis ternak lain penyebarannya merata di semua wilayah.
Jenis ternak ruminansia yang populasinya paling banyak pada tahun 2011 adalah kambing sebanyak 116.541 e.kor, sedangkan untuk jenis ternak unggas adalah ayam buras sebanyak 897.945 ekor. Populasi hewan ternak yang mengalami peningkatan antara lain sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, dan kelinci. Perkembangan populasi ternak di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2.71 berikut :
Tabel 2.71
Populasi Ternak di Kabupaten Pati Tahun2007-2011 (ekor) No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 1 Sapi Potong 67.204 69.104 71.906 70.723 108.785 2 Sapi Perah 273 276 314 331 332 3 Kerbau 2.843 3.196 3.461 3.875 3.878 4 Babi 125 332 601 589 406 5 Kambing 104.108 111.609 107.675 110.988 116.541 6 Domba 41.344 27.859 28.993 29.886 12.424 7 Ayam Petelur 48.603 30.401 - 13.358 17.256 8 Ayam Pedaging - 825.339 - 528.121 475.334 9 Ayam Buras 1.065.468 869.702 907.313 877.795 897.945 10 Itik - 316.540 - 260.056 189.170 11 Entok - 37.297 - 39.917 42.132 12 Kelinci - - - 15.627 16.123
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati, 2011
Populasi daging sapi, pada tahun 2011 kerbau kambing, domba, ayam buras dan itik selama periode 2007-2011 ada mengalami peningkatan cukup baik dan ada yang mengalami penurunan yang mengalami kenaikan adalah komoditi sapi kerbau dan ayam buras sedangkan lainnya mengalami penurunan dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi daging kerbau 22,19 %, selanjutnya daging ayam buras 13,23 %, daging sapi 0,50 %. Sementara itu produksi daging ayam ras mengalami penurunan rata-rata 41,77 %. Jenis ternak yang produksi dagingnya paling banyak di Kabupaten Pati berturut-turut adalah daging sapi (1.667.832 kg), daging ayam ras (1.071.642 kg) dan daging ayam buras (608.095 kg). Perkembangan produksi daging masing-masing jenis ternak secara rinci tercantum pada Tabel2.72 berikut :
Tabel 2.72
Produksi Daging Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 (Kg) No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 1 Kerbau 76.250 94.500 118.550 230.694 231.926 2 Kambing 799.545 295.960 582.672 558.496 401.622 3 Domba 225.675 222.335 133.429 106.051 111.088 4 Ayam Ras 1.692.044 498.739 432.962 913.370 1.071.642 5 Ayam Buras 241.893 670.358 606.734 662.265 608.095 6 Itik 75.254 33.451 24.268 94.515 129.432
Produksi telur ayam buras, ayam ras layer, itik dan burung puyuh dalam kurun waktu lima tahun (2007-2011) terlihat fluktuatif. Produksi telur terbanyak adalah pada jenis telur ayam itik (1.611.064 kg), selanjutnya telur ayam buras (1.500.417kg), telur ayam ras (179.869 kg) dan terendah telur puyuh (169.259 kg). Produksi telur masing-masing jenis hewan ternak dapat dilihat pada Tabel 2.73 berikut :
Tabel. 2.73
Produksi Telur Kabupaten Pati Tahun 2009-2011 (Kg) No Indikator 2009 2010 2011 1 Ayam Ras 429.595 186.763 179.869 2 Ayam Buras 1.176.648 1.010.799 1.500.417 3 Itik 1.031.837 1.069.857 1.611.064 4 Puyuh 312.496 247.775 169.259 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Pati, 2011 b. Kehutanan
Tingkat ketertutupan hutan di Kabupaten Pati tergolong baik, yaitu mencapai 38,8 % dari luas wilayah kabupaten, lebih tinggi dari rata-rata Jawa Tengah yang hanya sebesar 27,8%. Luas hutan negara di Kabupaten Pati sampai dengan tahun 2011 sebesar 22.273,5 ha, dengan komposisi terbesar berupa hutan produksi 17.998,1 ha dan hutan lindung sebesar 2.632 ha.
Luas hutan rakyat juga cukup besar yaitu mencapai 18.053 Ha, pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat, baik secara swadaya maupun melalui kelompok tani hutan. Pengembangan hutan rakyat selama ini difasilitasi oleh pemerintah, baik Pemerintah Pusat melalui program GNRHL maupun pemerintah Kabupaten Pati. Luas hutan rakyat meningkat seiring semakin meningkatnya permintaan kayu rakyat terutama jenis sengon. Data luas hutan dapat dilihat pada Tabel 2.74 berikut:
Tabel 2.74
Perkembangan Luas Hutan di Kabupaten Pati Tahun 2007-2011
No Indikator 2007 2008 2009 2010 2011
1 Hutan Negara 22.273,5 22.273,5 22.273,5 22.273,5 22.273,5 2 Hutan Produksi tetap
(ha)
17.998,1 17.998,1 17.998,1 17.998,1 17.998,1 3 Hutan Produksi
Terbatas (ha)
1.643,4 1.643,4 1.643,4 1.643,4 1.643,4 4 Hutan lindung (ha) 1.577,6 1.577,6 1.577,6 1.577,6 1.577,6 5 Hutan Rakyat (ha) 18.053 18.053 18.053 18.053 18.053 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pati, 2011
Lahan hutan saat ini telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat desa di sekitar hutan. Saat ini masyarakat dapat memanfaatkan lahan hutan untuk penanaman palawija dan empon-empon di bawah tegakan pohon tanaman hutan, dengan harapan terjalinnya kemitraan dalam pengelolaan hutan antara PT Perhutani dan masyarakat. Hutan juga memberikan jasa lingkungan yang dimanfaatkan berbagai kalangan masyarakat. Jasa lingkungan hutan di Kabupaten Pati antara lain sebagai sumber air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Pati. Selain itu, beberapa perusahaan
air minum kemasan juga memanfaatkan air pegunungan untuk diolah menjadi produk air minum kemasan. Untuk memelihara kelestarian lingkungan hutan ini diperlukan penerapan jasa lingkungan, melalui pengalokasian dana CSR beberapa perusahaan pemanfaat air dari Kabupaten Pati untuk melakukan penghijauan hutan dengan melibatkan masyarakat di sekitar hutan.
Luas lahan kritis Kabupaten Pati mengalami penurunan dari seluas 33.663 ha pada tahun 2007 menjadi seluas 28.637,35 ha pada tahun 2010. Upaya mengurangi luasnya lahan kritis di Kabupaten Pati telah dilakukan melalui program reboisasi, baik melalui Gerakan Menanam Sejuta Pohon maupun GNRHL. Luas lahan yang telah ditanami pada tahun 2007 seluas 1112,5 ha dan pada tahun 2008 meningkat menjadi seluas 625 ha. Selain itu, dilakukan pula penghijauan dengan luasan secara kumulatif menjadi 5.075,75 ha pada tahun 2007, seluas 441,4 ha di tahun 2008, seluas 470,25 ha di tahun 2009, seluas 1.108 ha pada tahun 2010 dan seluas 1.541,1 ha pada tahun 2011. Data luas lahan kritis, lahan reboisasi, lahan penghijauan dan kerusakan hutan dapat dilihat pada Tabel 2.75 berikut :
Tabel 2.75
Luas Lahan Kritis, Lahan Reboisasi, Lahan Penghijauan dan Kebakaran Hutan di Kabupaten Pati
Tahun 2007 – 2011 (Ha)
No. Jenis Lahan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 1 Lahan Kritis 33.663 33.109,1 32.013,85 30.638,35 28.675,35 2 Lahan Reboisasi 112,5 125 267,5 448 450 3 Lahan Penghijauan 441,4 470,25 1.108 1.515 1.541,1 4 Luas Kebakaran Hutan - - - - Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pati, 2011
c. ESDM
Sesuai dengan amanat UU No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan maka Pemerintah Kabupaten Pati dapat merencanakan peningkatan penyediaan energi dan sumber tenaga listrik untuk wilayah perdesaan dan kawasan terpencil, sesuai dengan potensi sumber energi yang tersebut (misalnya tenag mikro hidro, panas bumi, gas alam) dan lain-lain.
Banyaknya stasiun pompa bahan bakar umum (SPBU) sejak tahun 2007-2011 sebanyak 20 unit yang menyalurkan premium dan minyak solar. Sedangkan jumlah penyalur minyak tanah sebanyak 7 unit dan cenderung semakin menurun, karena penghapusan subsidi untuk minyak tanah. Jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas atau disebut Stasiun Pengisian Pompa Bulk Elpiji (SPPBE) sebanyak 2 unit, yang menyalurkan kebutuhan LPG untuk rumah tangga, hotel dan restoran serta memenuhi kebutuhan dunia usaha. Namun masih banyak rumah tangga di
perdesaan dan sektor usaha mikro yang menggunakan kayu bakar untuk memasak dan mengolah bahan makanan.
Banyaknya bahan bakar minyak (BBM) yang disalurkan pada tahun 2007 meliputi premium sebanyak 60.018 kilo liter meningkat menjadi sebesar 73.052 kilo liter pada tahun 2009, sedangkan minyak tanah semakin berkurang, yaitu sebesar 40.700 kilo liter menjadi sebesar 1.680 kilo liter pada tahun 2009. Banyaknya minyak solar yang disalurkan dari sebesar 41.618 kilo liter pada tahun 2007 menurun menjadi sebesar 49.766 kilo liter pada tahun 2009.
Mulai tahun 2008-2009 melalui program nasional telah dilaksanakan konversi minyak tanah ke liquid petroleum gas (LPG) sebagai bahan bakar untuk rumah tangga kecil dalam tabung kemasan 3 kg dengan harga yang disubsidi dari APBN. Dengan pengurangan subsidi untuk minyak tanah (kerosene) maka harga jual minyak tanah sesuai harga pasar minyak dunia menjadi sebesar Rp.8.000,00 per liter (2009) dan akan berfluktuasi sesuai harga pasar minyak mentah di pasar dunia. Jumlah SPBE di Kabupaten Pati sebanyak 2 unit dengan jumlah disalurkan pada tahun 2008 sebanyak 60 metrik ton yang dipasarkan dalam tabung dengan kapasitas 3 kg, 12 kg dan 50 kg.
Potensi pertambangan di Kabupaten Pati cukup besar, terutama di wilayah selatan yang merupakan wilayah pegunungan, mengandung berbagai bahan galian tambang, antara lain tras, fosfat, batu gamping, batu kapur pasiran, tanah liat, sirtu dan andesit. Potensi sumber tambang di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2.76 berikut :
Tabel 2.76
Potensi Bahan Tambang di Kabupaten Pati
No Potensi Bahan
Tambang Kecamatan
Jumlah Produksi (juta ton)
1 Tras Tlogowungu, Cluwak 12,6563
2 Fosfat Sukolilo, Kayen, Tambakromo 1,1284 3 Batu Gamping Sukolilo, Kayen, Tambakromo 790,2260 4 Batu Kapur
Pasiran
Pucakwangi, Winong 563,3250
5 Tanah Liat Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi, Jaken, Jakenan,
758,8800
6 Sirtu Cluwak, Tayu, Gunungwungkal, Gembong, Tlogowungu, Winong
14,4720
7 Andesit Tlogowungu 29.250
Sumber : DPU Kab. Pati, 2011
Potensi bahan tambang terbesar di Kabupaten Pati adalah andesit di Kecamatan Tlogowungu dengan produksi sebesar 29.250 juta ton. Potensi bahan tambang terbesar selanjutnya yaitu tambang batu gamping yang tersebar di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukolilo, Kayen dan Tambakromo. Dengan total produksi sebesar 790,2260 juta ton.
d. Pariwisata
Kabupaten Pati memiliki banyak potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan menjadi daerah tujuan pariwisata sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah, meliputi obyek wisata alam dan obyek wisata religius. Obyek wisata yang termasuk obyek wisata alam pantai yaitu pantai dan pelabuhan Banyutowo Obyek. Wisata alam pegunungan antara lain Gunungrowo Indah, Agrowisata Kebon Jollong, Air Terjun Grinjingan Sewu dan Sepletuk Jrahi. Sementara itu obyek wisata religius yaitu Makam Syeh Jangkung, Makam K.H.Mutamakin, dan Makam Sunan Prawoto.
Berbagai potensi obyek wisata tersebut masih belum didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai.
Dari berbagai jenis potensi obyek wisata di Kabupaten Pati, terdapat sebanyak 1 (satu) obyek wisata daerah yang telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, yaitu obyek wisata Gunungrowo Indah. Dari sekian banyak obyek wisata, jenis obyek wisata yang paling diminati oleh masyarakat adalah Gunungrowo Indah. Jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Pati dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2011) menunjukkan peningkatan dari sebanyak 911.424 orang pada tahun 2007 menjadi 830.234 orang pada tahun 2011. Pengunjung wisata semuanya adalah wisatawan nusantara, dari Kabupaten Pati sendiri (wisatawan lokal) dan daerah sekitarnya. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2.77 berikut :
Tabel 2.77
Jumlah Obyek Wisata, Pengunjung Wisata
dan Pendapatan Daerah dari Obyek Wisata di Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011
No Kategori Satuan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Banyaknya obyek
wisata (OB) Unit 12 12 12 12 12
2 Jumlah Pengunjung
wisata Orang 911.424 530.530 958.279 825.491 830.234 3 Jumlah pendapatan
daerah dari OB Rp. 15.445.000 13.860.000 15.205.000 18.960.000 18.080.000 Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Olah Raga Kab. Pati, 2011
Lama tinggal wisatawan di Kabupaten Pati umumnya sangat singkat, yaitu hanya satu hari. Hal ini disebabkan daya tarik obyek wisata masih sangat kurang dan sebagian besar pengunjung wisata adalah penduduk asli Kabupaten Pati yang jarak rumahnya relatif terjangkau. Jumlah hotel di Kabupaten Pati tahun 2011 sebanyak 26 hotel bertaraf melati dengan kamar yang tersedia sebanyak 706 kamar dengan tingkat hunian rata-rata 35%. Sementara itu jumlah pengunjung hotel (penginap) sebanyak 25.597 orang pada tahun 2011 dengan lama menginap rata-rata 2 (dua) malam.
Pengeluaran wisatawan di Kabupaten Pati juga masih rendah, karena tidak didukung dengan industri pariwisata yang menjadi
ciri khas daerah. Industri pariwisata di Kabupaten Pati belum begitu berkembang. Jarang ditemui produk-produk industri khas daerah yang dipasarkan di obyek wisata daerah. Pada saat-saat tertentu saja masyarakat yang memanfaatkan obyek wisata untuk menjual makanan dan minuman bagi para pengunjung. Industri pariwisata belum mengarah pada pemasaran potensi produk industri kreatif dan UMKM yang menjadi ciri khas Kabupaten Pati, seperti kerajinan, hasil konveksi, makanan khas dan jasa-jasa.
Pemasaran pariwisata di Kabupaten Pati tergolong masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari penyelenggaraan event MICE (Meeting, Incentive travel, Conference and Exhibition) di Kabupaten Pati yang sangat jarang, dan penyelenggaraan event pariwisata dan partisipasi promosi pariwisata pada event berskala regional, nasional dan internasional yang sangat sedikit. Padahal Kabupaten Pati memiliki event budaya daerah, seperti Meron dan Sedekah Laut.
Pemasaran pariwisata daerah juga belum didukung keberadaan pusat pelayanan informasi kepariwisataan daerah. Selama ini pusat pelayanan informasi pariwisata hanya berada di Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga yang letaknya tidak strategis, tidak berada di pusat kota. Jumlah obyek wisata yang memiliki kelengkapan bahan promosi pariwisata juga masih sangat terbatas.
e. Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pati memiliki potensi perikanan yang besar, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Perikanan tangkap di laut Kabupaten Pati dari tahun 2007 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan produksi, dari 33.405.047 kg menjadi 34.786.167 kg. Nilai produksi perikanan tangkap cenderung meningkat dari sebesar Rp 155.665.147,- pada tahun 2007 menjadi Rp 191.822.340,- pada tahun 2011. Jika dibandingkan potensi lestari perikanan sebesar 6.851.080 kg, maka dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Pati telah terjadi overfishing karena telah melampaui batas potensi lestari perikanan. Perkembangan produksi perikanan tangkap di laut dalam kurun waktu 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 2.78 berikut :
Tabel 2.78
Produksi Perikanan Tangkap di Laut Kabupaten Pati Tahun 2007 - 2011 No Uraian Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 1. Produksi Perikanan Tangkap (kg) 33.405.047 31.472.063 35.377.479 34.846.244 34.786.167 2. Nilai Perikanan Tangkap (rupiah) 155.665.147 164.414.750 150.044.003 177.797.924 191.822.340
Sumber: Daerah Dalam Angka Kab.Pati, 2011
Berbeda dengan perikanan tangkap di laut, produksi perikanan tangkap di perairan umum dalam kurun waktu 5 tahun sedikit meningkat, dari sebanyak 108.682 kg senilai Rp 591.415.000,-
pada tahun 2007 menjadi 111.825 kg senilai Rp 923.568.000,- pada tahun 2011. Data produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di perairan umum di Kabupaten Pati selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.79 berikut :
Tabel 2.79
Produksi Perikanan Tangkap di Perairan Umum Kabupaten Pati Tahun 2007 - 2011
No Jenis Perikanan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Produksi (kg) 108.682 109.440 107.920 110.350 111.825 2 Nilai Produksi
(Rp 1.000)
591.415 578.147 769.902 894.587 923.568 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pati, 2011
Produksi perikanan budidaya air payau (tambak) di Kabupaten Pati dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2011) menunjukkan peningkatan. Produksi perikanan budidaya air payau pada tahun 2007 hanya sebanyak 16.769.311 kg senilai Rp 168.398.919,- Pada tahun 2011 produksi perikanan budaya air payau telah mencapai sebanyak 34.786.167 kg senilai Rp 191.822.340 Beberapa komoditas perikanan yang dibudidayakan antara lain ikan bandeng, udang windu, udang krosok, udang vanamel, kepiting dan ikan rucah. Peningkatan produksi perikanan budidaya air payau di Kabupaten Pati disebabkan adanya penambahan luas tambak dari seluas 10.605 ha pada tahun 2007 menjadi 10.295 ha pada tahun 2010 dan tahun 2011 10.329 Penambahan luas tambak ini perlu diwaspadai agar tidak merusak ekosistem mangrove yang dapat memicu terjadinya abrasi pantai. Data jumlah produksi dan nilai produksi perikanan budidaya air payau di Kabupaten Pati secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.80 berikut :
Tabel 2.80
Produksi Perikanan Budidaya Air Payau di Kabupaten Pati Tahun 2007 - 2011 No Jenis Perikanan 2007 2008 2009 2010 2011 1 Luas tambak 10.605 10.744 10.296 10.295 10.329 2 Produksi (kg) 16.769.311 16.646.267 17.483.000 23.996.320 25.121 3 Nilai Produksi (ribuan Rp) 168.398.919 186.525.068 221.396.004 263.350.492 287.314.865
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2011
Produksi budidaya perikanan air tawar juga menunjukkan peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun (2007-2011), dari sebanyak 16.769.311 kg atau senilai Rp 168.398.919,- pada tahun 2007 menjadi sebanyak 25.121 kg atau senilai Rp 287.314.865,- pada tahun 2011. Pada tahun 2011 jenis ikan yang banyak dibudidayakan adalah ikan lele (2.112.550 kg) dan ikan mas (80.910 kg), lainnya berupa ikan tawes, ikan mujaer, ikan nila, ikan kaper dan ikan bawal. Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi perubahan luas kolam budidaya, yaitu seluas 19,57 ha pada tahun 2007 naik menjadi 272 ha pada tahun 2011. Budidaya perikanan air tawar di kolam diusahakan pada lahan seluas 272 ha yang
tersebar di seluruh kecamatan, dengan luasan terbesar di Kecamatan Kayen (174 ha) dan Kecamatan Gabus (66 ha). Data produksi dan nilai produksi perikanan budidaya di Kabupaten Pati selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.81 berikut :
Tabel 2.81
Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Pati Tahun 2007 - 2011
No Uraian 2007 2008 2009 Tahun 2010 2011 1. Luas kolam (ha) 19,57 21 257,2 262 272 2. Produksi perikanan budidaya air tawar (kg) 52.364 52.700 936.025 754.704 1.803.660 3. Nilai perikanan air tawar (rupiah) 286.009 286.075 9.447.992 8.235.464 19.725.632
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2011
Dalam kurun waktu 5 tahun terjadi kenaikan jumlah nelayan di Kabupaten Pati, yaitu dari sebanyak 6.197 orang pada tahun 2007 menjadi 6.248 orang pada tahun 2011. Dari jumlah nelayan sebanyak 6.248 orang, 79,43% diantaranya termasuk nelayan pandega (nelayan yang tidak memiliki kapal/perahu sendiri) dan sisanya nelayan juragan. Perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2.82 berikut :
Tabel 2.82
Jumlah Nelayan di Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011 (Orang)
No Jenis Nelayan 2007 2008 2009 2010 2011 1 Nelayan Juragan 2.521 2.521 2.521 2.029 2.029 2 Nelayan Pandega 3.676 3.676 3.676 4.056 4.056 Jumlah 6.197 6.197 6.167 6.085 6.085
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2011
Tingginya potensi perikanan, baik perikanan laut maupun perikanan darat belum diikuti dengan ekspor produk perikanan, dukungan usaha pengolahan ikan dan tingkat konsumsi ikan masyarakat. Usaha pengolahan ikan yang ada selama ini masih bersifat tradisional dengan volume produksi kecil dan nilai produk olahan ikan yang masih rendah. Tingkat konsumsi ikan masyarakat yang rendah disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah akan nilai gizi produk perikanan bagi kesehatan.
Jumlah rumah tangga yang bergerak di bidang budidaya perikanan air payau (tambak) sebanyak 9129 RTP, terdiri dari sebanyak 1.483 RTP di Kecamatan Batangan, 1.326 RTP di Kecamatan Trangkil, 1.179 RTP Kecamatan Margoyoso,1.125 RTP Kecamatan Tayu,1.114 RTP Kecamatan Dukuhseti,366 RTP Kec.Wedarijaksa dan terbanyak di Kecamatan Juwana sejumlah 2.556 RTP. Sementara itu budidaya ikan kolam terdiri dari budidaya kolam campuran yang ditekuni oleh sebanyak 474 RTP tersebar di 21 kecamatan, terbanyak di Kecamatan Kayen (196 RTP) dan Kecamatan Gabus (46 RTP) dan budidaya kolam lele yang
ditekuni oleh sebanyak 1.338 RTP tersebar di 21 kecamatan, yang terbesar di Kecamatan Pati (288 RTP) dan Kecamatan Margorejo (197 RTP). Rata-rata pendapatan pembudidaya ikan masih rendah, sehingga belum dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan.
Sarana dan prasarana perikanan tangkap di Kabupaten Pati antara lain Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sebanyak 8 unit. Kapal penangkapan ikan di Kabupaten Pati terdiri dari kapal motor dan perahu motor tempel, kesemuanya berukuran di bawah 10 GT dan layak untuk dioperasikan. Jumlah kapal dalam kurun waktu tiga tahun (2007-2011) menunjukkan adanya penurunan dari sebanyak 2.596 unit pada tahun 2007 menjadi 1.724 unit pada tahun 2011. Dilihat dari komposisinya, kapal motor tempel masih mendominasi kapal yang ada di Kabupaten Pati, yaitu mencapai 79,93 %. Perkembangan jumlah kapal motor di Kabupaten Pati selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.83 berikut :
Tabel 2.83
Jumlah Kapal di Kabupaten Pati Tahun 2007 - 2011
No Jenis kapal 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kapal Motor (unit) 418 418 350 350 346 2 Perahu Motor Tempel (unit) 2.178 2.178 2.178 1.813 1.378
3 Perahu tanpa motor (unit) - - - - -
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2011
Di Kabupaten Pati sampai dengan tahun 2011 luas kawasan mangrove sebesar 125 ha. Sementara itu kerusakan pantai yang terjadi berupa abrasi seluas 218 ha. Abrasi pantai ini terjadi pada wilayah-wilayah yang pantainya terbuka secara langsung dengan perairan laut. Untuk menghindari terjadinya abrasi pantai yang lebih parah diperlukan pelestarian dan pengembangan kawasan mangrove.
f. Perdagangan
Sarana perdagangan di Kabupaten Pati cukup lengkap. Sarana perdagangan yang ada di Kabupaten Pati terdiri dari pasar induk, pasar tradisional dan pasar (retail) swalayan. Jumlah pasar tradisional lebih banyak daripada pasar (retail) swalayan. Gambaran sarana dan prasarana perdagangan terlihat pada Tabel 2.84 sebagai berikut :
Tabel 2.84
Jumlah sarana dan Prasarana Perdagangan Kabupaten Pati tahun 2007– 2011
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
A Kategori Pasar
a. pasar induk - - - - -
b. pasar tradisional 33 33 38 38 38
c. Pasar retail (pasar
swalayan) 4 4 23 23 23
B Potensi Pasar Yang Dikelola Pemerintah Kabupaten
No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 Luas Pasar (m2) 195.566 195.566 195.566 195.566 195.566
Jumlah Toko (Unit)
Jumlah Kios (Unit) 998 998 998 998 998
Jumlah petak los (petak) 205 205 205 205 205
Jumlah los petak (petak) 2.429 2.429 2.429 2.429 2.429 Sumber: Disperindag Kabupaten Pati, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2007-2011 pertumbuhan sarana dan prasarana perdagangan relatif kecil atau tidak ada perubahan berarti. Selama kurun waktu 2007-2011 pasar tradisional bertambah 5 unit dan pasar swalayan (retail) bertambah 19 unit. Kondisi ini menunjukkan bahwa perkembangan prasarana perekonomian di Kabupaten Pati relatif cukup baik.
Dalam hal perdagangan, beberapa komoditas dari Kabupaten Pati juga sudah menembus pasar internasional. Jenis produksi tersebut umumnya pertanian dan perikanan seperti komoditas udang windu kemasan. Adanya kegiatan ekspor komoditas tersebut tidak diimbangi dengan kegiatan impor dari luar negeri secara langsung. Hal tersebut dapat mengindikasikan sisi positif yaitu dengan adanya surplus neraca perdagangan daerah karena nilai ekspor yang tinggi dan nilai impor yang rendah. Berikut disajikan Tabel 2.85 produksi ekspor dari Kabupaten Pati selama tahun 2007-2011.
Tabel 2.85
Data Realisasi Ekspor Non Migas Kabupaten Pati 2007-2011 No Nama Perusahaan/ Jenis Komoditi Volume(TON)/Nilai Ekspor(Juta Rp) Negara Tujuan 2007 2008 2009 2010 2011
1 PT.KRISNA KUNINGAN 1.441.835 1.013.816 542.627 729.104 1.651.402 USA, MALAYSIA, JERMAN, INDIA, BELANDA, CZECH.,
2 PT.SIMPATI 9.618 JEPANG, JERMAN
3 PTP JOLONG 434.378 ITALY
4 PT.MISAJA
MITRA 86.143.821 48.013.700 48.945.867 53.047.150 48.926.826 JEPANG, DENMARK, BELANDA
5 PT. GARUDA FOOD PP JAYA 10.599.425 14.868.829 9.560.628 16.263.494 21.871.760 HONGKONG, MALAYSIA, SINGA[URA, KOREA, BRUNEI, UEA, TAIWAN, BELANDA, NEW S W, AUSTRALIA 6 CV. MOJO AGUNG 1.329.720 1,367,090 3.189.082 4.296.786 4.437.382 MALAYSIA, PILIPINA, THAILAND.
7 PT. SINAR JAYA 30.772.619 54.479.280 28.894.890 29.745.567 31.438.299 MACAU, HONGKONG, SINGAPURA, MALAYSIA. 8 PT RAJAWALI PERKASAFU RN 22.008.540 21.148.202 3.542.527 5.152.907 4.844.016 FINLANDIA, SPANYOL, BELGIA, HONGKONG,