• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi dan Demografi

1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas wilayah 150.368 Ha terdiri dari 59.332 Ha lahan sawah dan 91.036 Ha lahan bukan sawah. Kabupaten Pati yang berjarak 75 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah (Semarang), mempunyai panjang garis pantai 60 Km dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa. Sebelah Timur : Kabupaten Rembang dan Laut Jawa. Sebelah Barat : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara. Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora.

b. Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Pati secara geografis terletak antara 110º,50´ - 111º,15´ Bujur Timur (BT) dan 6º, 25´ - 7º,00´Lintang Selatan (LS)

c. Topografi

Secara topografis, wilayah Kabupaten Pati memiliki keunikan wilayah, yang dapat dikelompokkan menjadi empat (4) kategori, sebagai berikut :

1) Daerah dataran pantai; daerah ini memiliki ketinggian rata-rata

antara 0-7 m DPL Di atas Permukaan air Laut (DPL) ; 16 Kecamatan terdiri dari Kecamatan Dukuhseti, Margoyoso, Tayu, Trangkil, Pati, Jaken serta sebagian Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Pucakwangi, Margorejo, Jakenan, Gabus, Batangan, Juwana dan sebagian Kecamatan Wedarijaksa

2) Daerah dataran rendah; daerah ini memiliki ketinggian rata-rata

antara 7-100 m DPL yang meliputi 9 Kecamatan terdiri dari sebagian kecil Kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi, Margorejo, Tlogowungu, Gunungwungkal dan sebagian Kecamatan Cluwak.

3) Daerah dataran tinggi; daerah ini memiliki ketinggian rata-rata

antara 100 - 500 m DPL yang meliputi sebagian Kecamatan Kayen, Sukolilo, Winong, Tambakromo, Margorejo, Gembong, Tlogowungu, Gunungwungkal, Cluwak dan Kecamatan Pucakwangi

4) Daerah pegunungan; terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Daerah dengan ketinggian antara 500 – 1.000 m DPL diatas permukaan laut, meliputi sebagian Wilayah Kecamatan Gembong, Tlogowungu, Gunungwungkal dan Cluwak.

b) Daerah berketinggian diatas 1000 m DPL diatas permukaan laut yang meliputi sebagian wilayah Kecamatan Gembong, Tlogowungu, dan Gunungwungkal.

(2)

d. Geologi

Jenis tanah di bagian Utara Kabupaten Pati terdiri dari tanah Red Yellow mediteran, Latosol, Alluvial, Hidromer dan Regosol, sedangkan bagian Selatan terdiri dari tanah Alluvial, Hidromer dan Grumosol.

Rincian jenis tanah menurut kecamatan seperti di bawah ini : 1) Batangan, merupakan termasuk pada jenis tanah alluvial. 2) Cluwak, Gunungwungkal dan Gembong merupakan tanah

latosol.

3) Juwana dan Margoyoso merupakan tanah alluvial, mediteran coklat tua dan mediteran coklat.

4) Pati dan Margorejo merupakan tanah red yellow mediteran, latosol, alluvial dan hidromer.

5) Kayen dan Tambakromo merupakan tanah alluvial dan hidromer.

6) Pucakwangi dan Winong merupakan tanah grumosol dan hidromer.

7) Wedarijaksa merupakan tanah mediteran coklat tua, mediterane coklat, alluvial dan grumosol.

8) Tayu merupakan tanah alluvial, mediteran coklat tua, mediteran coklat, dan regosol.

9) Tlogowungu merupakan tanah latosol dan red yellow mediteran.

e. Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kabupaten Pati terdiri dari air permukaan tanah dan air bawah tanah, kondisi hidrologi terbagi atas :

1) Air Permukaan Tanah

Air permukaan tanah di Kabupaten Pati mencakup waduk, bendungan. dan sungai-sungai yang berpotensi sebagai sumber air. Kabupaten Pati mempunyai dua waduk yaitu Seloromo dan Gunungrowo. Sedangkan sungai yang berada di Kabupaten Pati bagian utara adalah Sungai Sani, Simo, Kersulo, Bapoh, Tayu, Sat, Brati dan Juwana. Adapun sungai yang berada di wilayah Pati bagian selatan antara lain adalah Sungai Widodaren, Brati, Lembang, Godo, Gono, Kedunglo dan Sentul.

2) Air Bawah Tanah

Air bawah tanah yang diusahakan untuk sumber air minum maupun pengairan adalah terletak di 4 (empat) kecamatan yaitu: sumber air Widodaren, Sendangsoko, Bulu dan Lunggoh di Kecamatan Pucakwangi; sedangkan di Kecamatan Tambakromo meliputi sumber air Maitan, Dogo dan Pakis; Kecamatan Kayen mempunyai sumber air Kluweh, Mangin dan Beketel; di Kecamatan Sukolilo meliputi sumber air Lawang, Goa Wareh, Prawoto, Baleadi.

f. Klimatologi

Keadaan iklim Kabupaten Pati tidak banyak mengalami perubahan pada musim kemarau maupun penghujan, suhu udara terendah berkisar antara 23oC suhu udara tertinggi berkisar antara

(3)

34oC sedangkan curah hujan terendah 43 mm/tahun curah hujan

tertinggi 4.686 mm/tahun.

2. Potensi Pengembangan Wilayah a. Kawasan Budidaya

Kawasan Budidaya di Kabupaten Pati terdiri atas Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Peruntukan Pertanian, Kawasan Peruntukan Perkebunan, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan Pariwisata dan Kawasan Peruntukan Permukiman.

1) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi dengan luas 21.586 Ha dibagi menjadi hutan produksi terbatas dengan luas kurang lebih 1.695 Ha hutan produksi tetap dengan luas 19.891 Ha.

2) Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian lahan basah (sawah) dengan luas kurang lebih 59.332 Ha dan kawasan ini sebagai kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

3) Kawasan Peruntukan Perkebunan

Pengembangan kawasan peruntukan perkebunan dengan luas kurang lebih 2.249 Ha.

4) Kawasan Peruntukan Perikanan

Pengembangan kawasan peruntukan perikanan terdiri atas : perikanan tangkap, perikanan budidaya tambak, perikanan budidaya air tawar dan dan pengolahan ikan. Kawasan penangkapan ikan skala kecil dengan area tangkapan antara 0-3 mil dari pantai, kawasan penangkapan ikan skala menengah dengan area tangkapan antara 3-6 mil dari garis pantai, dan kawasan penangkapan ikan skala besar/industri dengan area tangkapan lebih dari 6 mil garis pantai. Luas perikanan budidaya tambak mencapai 9.606 Ha, dan pengembangan perikanan budidaya air tawar mencapai 294 Ha.

5) Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas : Mineral, batu bara dan Minyak serta gas bumi.

6) Kawasan Peruntukan Industri

Pengembangan kawasan peruntukan industri terdiri dari industri besar, menengah, kecil dan industri rumah tangga. Pengembangan industri besar dan menengah, industri manufaktur berlokasi di : Kecamatan Margorejo dengan luas kurang lebih 306 Ha dan Kecamatan Pati dengan luas kurang lebih 200 Ha industri manufaktur dan perikanan yang berlokasi di Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 318 Ha, Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 102 Ha, industri agro dan pertambangan yang berlokasi di Kecamatan Tayu dengan luas 30 Ha, Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 24 Ha, Kecamatan Margoyoso dengan luas kurang lebih 53 Ha, Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 300 Ha, Kecamatan Kayen dengan luas kurang

(4)

lebih 48Ha, Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 117 Ha . Pengembangan industri kecil dan rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Daerah.

7) Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata meliputi pariwisata alam, pariwisata budaya, dan pariwisata buatan. Rencana pengembangan pariwisata alam meliputi kawasan agrowisata berada di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur meliputi Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal dan Kecamatan Cluwak, Kawasan pariwisata air dan Gua Pancur berada di Kecamatan Kayen, kawasan pariwisata Air Terjun Nggrenjengan Sewu berada di Kecamatan Gunungwungkal, dan kawasan pariwisata Air Terjun Tadah Hujan, Gua Wareh, Sendang Widodari berada di Kecamatan Sukolilo, kawasan pariwisata Gua Larangan berada di Kecamatan Tambakromo, kawasan pariwisata bahari Banyutowo berada di Kecamatan Dukuhseti. Rencana pengembangan pariwisata budaya meliputi Kawasan pariwisata Genuk Kemiri di Kecamatan Pati kawasan pariwisata Pintu Gerbang Majapahit di Kecamatan Margorejo dan kawasan pariwisata Religi di Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Kayen, Kecamatan Margoyoso, dan Kecamatan Tayu. Rencana pengembangan pariwisata buatan meliputi kawasan pariwisata Waduk Gunung Rowo di Kecamatan Gembong, kawasan pariwisata Sendang Tirta Marta Sani dan Agrosilfo Regaloh berada di Kecamatan Tlogowungu dan kawasan pariwisata pendidikan lingkungan di TPA Margorejo.

8) Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman tersebar di seluruh wilayah daerah, dengan penyebaran mengikuti pola perkampungan di masing-masing Kecamatan yang terdiri atas kawasan permukiman perkotaan dan kawasan permukiman perdesaaan.

b. Kawasan Lindung

Kawasan Lindung di Kabupaten Pati meliputi:

1) Kawasan Hutan Lindung

Kawasan Hutan lindung dengan luas kurang lebih 1.578 Ha meliputi Kecamatan Cluwak, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Tlogowungu.

2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air. Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi kawasan dibawahnya. Kawasan resapan air di lereng Gunung Muria berada pada kawasan yang memiliki tingkat kemiringan 25 % dengan 40 % dan kawasan yang mengandung batuan kars di Pegunungan Kendeng.

(5)

3) Kawasan Perlindungan Setempat

Rencana pembangunan kawasan perlindungan setempat, terbagi :

a) Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai ditetapkan paling sedikit 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kawasan sempadan pantai meliputi : Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 184 Ha Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 76 Ha, Kecamatan Margoyoso dengan luas sekitar 70 Ha, Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 29 Ha, Kecamatan Wedarijaksa dengan luas kurang lebih 18 Ha, Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 36 Ha, dan Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 96 Ha.

b) Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai terdiri atas : Sempadan saluran irigasi dan Sempadan sungai.

Sempadan sungai meliputi : sungai Bapoh, sungai Simo, sungai Ngeluk, sungai Langkir, sungai Mudal, sungai Ngasinan, sungai Kedungtelo, sungai Juwana, sungai Kersulo, sungai Sentul, sungai Jering, sungai Lampean, sungai Wuni, sungai Sekar Gading, sungai Tempur, sungai Sani, sungai Pembuang Sungai Anyar dan sungai Tayu. Sempadan saluran irigasi terdiri dari : saluran irigasi bertanggul dan saluran irigasi tidak bertanggul

c) Sempadan Waduk

Sempadan waduk ditetapkan 50 m dari dari titik pasang tertinggi ke arah darat proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk.

d) Sempadan Mata Air

Sempadan mata air dengan radius 200 m terdapat di Kecamatan Pucakwangi, meliputi sumber air Widodaren, sumber air Sendangsuko, sumber air Bulu, sumber air Lunggoh dan sumber air Lumbung Mas. Kecamatan Tambakromo meliputi sumber air Maitan, sumber air Dogo, dan sumber air Pakis. Kecamatan Kayen meliputi sumber air Kluweh dan sumber air Beketel. Kecamatan Sukolilo meliputi sumber air Lawang, sumber air Sumur karanganyar, sumber air Baleadi, sumber air Duwan, sumber air Lawang, sumber air Sentul, sumber air Grolok, sumber air Gemblung, sumber air Mbendo, sumber air Sidowayah, sumber air Cendi, sumber air Mbeji, dan sumber air Kincir. Kecamatan Pati meliputi sumber air Subo dan sumber air Gilan, Kecamatan Margoyoso meliputi sumber air Sonean dan Kecamatan Gunungwungkal meliputi sumber air Sentul.

4) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya

Rencana pengembangan kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya meliputi:

(6)

a) Kawasan Kars

Kawasan Kars meliputi Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 1.682,00 Ha, Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 569,50 Ha dan Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 11,05 Ha.

b) Kawasan Muara Sungai (estuary)

Kawasan muara sungai (estuari) meliputi Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 8 Ha, Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 6 Ha, Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 6Ha dan Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 5 Ha.

c) Kawasan Pantai berhutan Bakau

Pengembangan kawasan pantai berhutan bakau sepanjang pesisir pantai meliputi Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 45 Ha, Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 45 Ha, Kecamatan Margoyoso dengan luas kurang lebih 34 Ha, Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 30 Ha, Kecamatan Wedarijaksa dengan luas kurang lebih 30 Ha, Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 54 Ha dan Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 62 Ha.

3. Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Pati berdasarkan data rekapitulasi kejadian bencana, mempunyai daerah rawan bencana alam yang dibedakan atas :

a. Kawasan rawan banjir, terdapat di wilayah sebagai berikut:

Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 56 Ha, Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 12 Ha, Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 41 Ha, Kecamatan Pati dengan luas kurang lebih 24 Ha, Kecamatan Margorejo dengan kurang lebih luas 8 Ha, Kecamatan Wedarijaksa dengan kurang lebih luas 22 Ha, Kecamatan Batangan dengan kurang lebih luas 38 Ha, Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 21 Ha, Kecamatan Jakenan dengan luas kurang lebih 23 Ha, Kecamatan Sukolililo dengan luas kurang lebih 12 Ha, Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 27 Ha dan Kecamatan Gabus dengan luas kurang lebih 46 Ha.

b. Kawasan rawan bencana gerakan tanah, terdapat di wilayah sebagai berikut:

Kecamatan Cluwak dengan luas kurang lebih 5 Ha, Kecamatan Gembong dengan luas kurang lebih 6 Ha, Kecamatan Tlogowungu dengan luas kurang lebih 4 Ha, Kecamatan Gunungwungkal dengan luas kurang lebih 12 Ha, Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 18 Ha, Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 11 Ha, Kecamatan Winong dengan luas kurang lebih 11 Ha, Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 8 Ha, dan Kecamatan Pucakwangi dengan luas kurang lebih 5 Ha.

c. Kawasan rawan kekeringan, terdapat di wilayah sebagai berikut:

Kecamatan Sukolilo dengan luas kurang lebih 32 Ha, Kecamatan Kayen dengan luas kurang lebih 5 Ha, Kecamatan Tambakromo dengan luas kurang lebih 21 Ha, Kecamatan Winong dengan luas

(7)

kurang lebih 14 Ha, Kecamatan Pucakwangi dengan luas kurang lebih 8 Ha, Kecamatan Jaken dengan luas kurang lebih 5 Ha, Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 4 Ha dan Kecamatan Gabus dengan luas kurang lebih 3 Ha.

d. Kawasan rawan bencana gelombang pasang, terdapat di wilayah sebagai berikut:

Sepanjang pesisir pantai Kecamatan Dukuhseti dengan luas kurang lebih 184 Ha, sepanjang pesisir pantai Kecamatan Tayu dengan luas kurang lebih 76 Ha, sepanjang pesisir pantai Kecamatan Margoyoso dengan luas kurang lebih 70 Ha, sepanjang pesisir pantai Kecamatan Trangkil dengan luas kurang lebih 29 Ha, pesisir pantai Kecamatan Wedarijaksa dengan luas kurang lebih 18 Ha, sepanjang pesisir pantai Kecamatan Juwana dengan luas kurang lebih 36 Ha, dan sepanjang pesisir pantai Kecamatan Batangan dengan luas kurang lebih 96 Ha.

4. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi merupakan potensi pembangunan. Berdasar hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Pati sebanyak 1.190.993 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 578.127 jiwa dan perempuan sebanyak 612.866 jiwa tergambar pada Grafik 2.1. sebagai berikut:

Sumber : Profil Kab.Pati, 2011

Grafik 2.1

Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

Rata – rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pati sebesar 0,40 %. Angka rata-rata kepadatan penduduk Indonesia adalah 127 orang per Km², sedangkan Kabupaten Pati pada tahun 2011 memiliki angka kepadatan penduduk 797 orang per Km² dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut:

(8)

Tabel 2. 1.

Perbandingan Penduduk Kabupaten Pati dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011

No Tahun

KAB. PATI PROV. JAWA TENGAH

Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk per Km2 Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk per Km2 1. 2007 150.368 1.247.881 830 3.254.412 32.380.279 995 2. 2008 150.368 1.256.182 830 3.254.412 32.626.390 1003 3. 2009 150.368 1.265.225 841 3.254.412 32.864.563 1010 4. 2010 150.368 1.190.993 792 3.254.412 32.382.657 995 5. 2011 150.368 1.198.529 797 3.254.412 32.640.000 1003 Sumber : Pati dan Jawa Tengah Dalam Angka 2012

B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan PDRB

Besarnya PDRB suatu daerah dapat menggambarkan kondisi perekonomian suatu daerah pada umumnya, baik berdasarkan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000. Selama periode 2007-2011 gambaran ekonomi penduduk Pati menunjukkan perkembangan yang bersifat positif. Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku Tahun 2007 sebesar 3.966.062,17 juta meningkat menjadi sebesar 10.456.354,64 juta pada Tahun 2011. Besarnya PDRB Kabupaten Pati secara rinci dari Tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. 2 berikut :

Tabel 2. 2.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan & Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

Tahun Atas dasar Harga Konstan tahun 2000 (juta Rp)

Atas dasar Harga Berlaku (juta Rp) 2007 3.966.062,17 5.389.961,16 2008 4.157.370,26 6.154.609,07 2009 4.357.144,03 6.676.159,70 2010 4.579.892,55 7.881.546,17 2011 4.828.677,87 10.456.354,64

Sumber : BPS Kab. Pati, 2011

Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati berkisar antara 4,81 % hingga 5,43 % dari tahun 2007-2011. Grafik pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pati dalam kurun waktu lima tahun sejak Tahun 2007, dapat dilihat pada Grafik 2. 2 sebagai berikut :

Sumber : PDRB Kab. Pati, 2011

Grafik 2.2.

(9)

Apabila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, Kabupaten Pati masih dibawah rata-rata Jawa Tengah. Pada Tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 5,59 % sedangkan Kabupaten Pati sebesar 5,19 %, secara rinci perbandingan pertumbuhan ekonomi dari Tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Grafik 2. 3 sebagai berikut :

Sumber : Profil Kab. Pati dan PDRB Jawa Tengah, 2011 Grafik 2.3.

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pati dan Jawa Tengah

Berdasarkan analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pati dari Tahun 2007-2011 maka diproyeksikan pertumbuhan selama waktu perencanaan akan berkisar antara 5,5% -6%, termasuk pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini terutama didukung oleh meningkatnya iklim usaha yang semakin kondusif, berkembangnya pertumbuhan sektor riil dan meningkatnya sektor perdagangan skala kecil dan menengah, industri UMKM di Kabupaten Pati.

b. Laju Inflasi

Besaran Laju inflasi dan deflasi sangat mempengarui kondisi perekonomian makro, apabila tingkat inflasi tinggi akan mempengarui daya beli konsumen. Sebaliknya jika nilai inflasi rendah atau bahkan terjadi deflasi maka akan dapat menimbulkan kondisi yang stagnan dalam perkembangan ekonomi dan bisa juga menyebabkan resesi ekonomi. Tingkat inflasi di Kabupaten Pati dari Tahun 2007-2011 tergambar pada Grafik 2. 4 sebagai berikut :

Sumber : PDRB Kab. Pati, 2011

Grafik 2.4.

Laju Inflasi Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 c. PDRB per Kapita

Besarnya PDRB per kapita dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro. Besarnya PDRB per kapita Kabupaten Pati dari Tahun 2007-2011 (atas dasar harga berlaku)

(10)

meningkat dari RP.5.674.928,53 menjadi sebesar Rp.8.519.753,24 pada Tahun 2011. Besarnya PDRB per kapita Kabupaten Pati dari Tahun 2007-2011 (atas dasar harga konstan) meningkat dari RP.3.350.362,67 menjadi sebesar Rp.3.997.750,00 pada Tahun 2011. Pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dari Tahun 2007 – 2011 menunjukkan kondisi yang cenderung naik antara 8,11% - 14,45%, untuk Pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 juga cenderung naik antara 3,96% - 4,95%. Perkembangan PDRB per kapita tergambar pada Grafik 2. 5 sebagai berikut :

Sumber : PDRB Kab. Pati, 2011

Grafik 2.5. PDRB per Kapita

Atas Dasar Harga Konstan dan Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

d. Persentase Penduduk dibawah Garis Kemiskinan

Salah satu masalah penting dalam pembangunan di Kabupaten Pati adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin. Berdasarkan garis kemiskinan (poverty line) hasil Susenas tahun 2010 sebesar Rp.244.149/kapita/bulan dengan jumlah penduduk miskin sebesar 172.400 jiwa (14,48%) persentase ini lebih kecil dari persentase penduduk miskin Jawa Tengah yaitu sebesar 16,11%, sedangkan angka sementara di tahun 2011 garis kemiskinan mencapai Rp.252.714/kapita/bulan dengan jumlah penduduk miskin sebesar 168.200 jiwa (14,10%). Proporsi penduduk miskin di Kabupaten Pati dari tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. 3 berikut :

Tabel 2. 3.

Garis Kemiskinan,Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/bula n) Jumlah Penduduk Miskin ( Orang) Persentase Penduduk Miskin(%) Pati Tengah Jawa

2007 218.455 228.800 19,79 20,43 2008 220.352 207.200 17,90 18,99 2009 224.390 184.100 15,92 17,48 2010 244.149 172.400 14,48 16,11 2011 252.714 168.200 14,10 16,21 Sumber : BPS Kab.Pati Th 2011

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pati dari tahun 2007-2011

(11)

cenderung menurun. Pada tahun 2007 sebesar 19,79% menjadi 14,10% di tahun 2011. Kondisi Kabupaten Pati dibandingkan dengan kabupaten/kota disekitarnya dan Jawa Tengah dapat dikemukakan pada Tabel 2.4 sebagai berikut :

Tabel 2. 4.

Perbandingan Angka Kemiskinan Kabupaten Pati dengan Kabupaten Sekitarnya dan Jawa Tengah Tahun 2007-2011

No Wilayah Persentase Penduduk Miskin (%)

2007 2008 2009 2010 2011 1 Kab. Kudus 10,73 12,58 10,80 9,02 8,89 2 Kab. Rembang 30,71 27,21 25,86 23,41 21,47 3 Kab. Jepara 10,44 11,05 9,60 10,18 9,75 4 Kab. Blora 21,46 18,79 17,70 16,27 16,06 5 Kab. Pati 19,79 17,90 15,92 14,48 14,10 Jawa Tengah 16,58 18,99 17,48 16,11 16,21 Sumber : BPS Kab.Pati Th,2011

Dibandingkan dengan kabupaten sekitar dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pati masih cukup tinggi dibandingkan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara, namun lebih rendah dari Kabupaten Blora dan Kabupaten Rembang.

e. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator agregat dari capaian peningkatan kesejahteraan dalam pembangunan Kabupaten Pati. IPM Kabupaten Pati tahun 2010 sebesar 72,96 meningkat dari tahun 2009 sebesar 72,26. Kondisi tersebut lebih tinggi daripada rata-rata Jawa Tengah sebesar 72,49 dan menduduki peringkat 12 dari 35 kabupaten/kota. IPM Kabupaten Pati cenderung meningkat dalam lima tahun terakhir jika dibandingkan Kabupaten di sekitarnya Kabupaten Kudus, Rembang, Jepara dan Kabupaten Blora dengan data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. 5 berikut :

Tabel 2. 5.

Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Pati dan Wilayah Sekitarnya Tahun 2007-2010

No Wilayah

Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Rangking di Jawa Tengah 2007 2008 2009 2010 1 Kab. Kudus 71,6 72,0 72,57 72,95 13 2 Kab. Rembang 70,5 71,1 71,55 72,07 20 3 Kab. Jepara 71,4 71,9 72,45 72,64 14 4 Kab. Blora 69,1 69,6 70,14 70,61 27 5 Kab. Pati 71,8 71,8 72,26 72,96 12 Jawa Tengah 70,9 71,6 72,1 72,49 Sumber : IPM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011

f. Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat terkait erat dengan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Tingkat pencapaian kesetaraan dan keadilan gender diukur melalui indikator Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Di Kabupaten Pati selama kurun waktu 2008-2010 angka IPG menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Besarnya IPG tahun 2008 sebesar

(12)

62,96 meningkat menjadi 63,58 pada tahun 2010 atau meningkat sebesar 0,98 % selama tiga tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat dari aspek kesetaraan gender mengalami peningkatan, terutama meningkatnya pendidikan, angka melek huruf. Walaupun demikian, pencapaian tersebut masih di bawah rata-rata Provinsi Jawa Tengah. Rendahnya IPG di Kabupaten Pati menunjukkan masih adanya kesenjangan atau diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Secara rinci kondisi IPG di Kabupaten Pati dibandingkan kabupaten di sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 2. 6 berikut ini :

Tabel 2. 6.

Perbandingan Angka IPG Kabupaten Pati dengan Kabupaten Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010 No Wilayah 2008 2009 2010 1 Kab. Kudus 69,62 70,19 70,55 2 Kab. Rembang 63,61 63,93 64,11 3 Kab. Jepara 56,27 56,61 57,55 4 Kab. Blora 63,73 64,12 64,35 5 Kab. Pati 62,96 63,10 63,58 Jawa Tengah 64,66 65,03 65,79

Sumber : BPS Prov Jateng Tahun 2010

Tabel diatas menunjukkan bahwa IPG Kabupaten Pati tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Jepara (57,55), namun lebih rendah dari Kabupaten Rembang (64,11), Kabupaten Blora (64,35) dan Kabupaten Kudus (70,55).

g. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Indeks pemberdayaan gender (IDG) merupakan ukuran untuk mengetahui keberdayaan perempuan, dengan tolok ukur meliputi banyaknya jumlah angkatan kerja perempuan, tenaga kerja perempuan yang bekerja dalam bidang teknis dan manajemen dan keterwakilan perempuan di legislatif. Selama kurun waktu 2008-2010 IDG Kabupaten Pati menunjukkan kecenderungan meningkat, meskipun termasuk kategori moderat. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan perempuan di Kabupaten Pati relatif cukup baik. Pada tahun 2008 IDG Kabupaten Pati sebesar 50,6 meningkat menjadi 61,4 pada tahun 2010. IDG Kabupaten Pati pada tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Jepara (46,1) namun masih rendah daripada Kabupaten Kudus (67), Kabupaten Rembang (68), dan Kabupaten Blora (74,7). Secara rinci perbandingan IDG Kabupaten Pati dengan kabupaten/kota disekitarnya dapat dilihat pada Tabel 2. 7 berikut :

(13)

Tabel 2. 7.

Perbandingan Angka IDG Kabupaten Pati dengan Kabupaten Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2010 No Wilayah IDG 2008 2009 2010 1 Kab. Kudus 65,9 66,5 67,0 2 Kab. Rembang 66,4 66,6 68,0 3 Kab. Jepara 49,1 49,5 46,1 4 Kab. Blora 62,5 62,5 74,7 5 Kab. Pati 50,6 51,3 61,4 Jawa Tengah 59,76 59,96 67,96 Sumber : BPS Prov Jateng Tahun 2010

2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Ada beberapa unsur dalam menggambarkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat di Kabupaten Pati, diantaranya yaitu capaian komposit IPM, APK, APM, AKI, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, tingkat kepemelikan lahan, tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka dan persentase penduduk usia kerja yang bekerja.

Jika dilihat dari komponen pembentuk IPM, Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011 mengalami peningkatan, usia harapan hidup di tahun 2007 sebesar 72,62 tahun menjadi 72,89 tahun di tahun 2011, hal ini menunjukkan derajat kesehatan penduduk di Kabupaten Pati meningkat. Rata – rata kenaikan UHH bertambah 0,07 tahun. Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2007 sebesar 86,28% meningkat menjadi 87,59% di Tahun 2011 atau meningkat sebesar 1,31%. Sementara untuk rata-rata lama sekolah sebesar 6,8 tahun ditahun 2007 menjadi sebesar 6,98 tahun di tahun 2011, atau secara rata-rata penduduk Kabupaten Pati usia 15 tahun ke atas berpendidikan setingkat kelas satu SMP. Secara umum daya beli penduduk Kabupaten Pati Tahun 2011 tidak mengalami peningkatan berarti, bila dilihat dari sisi pengeluaran per kapita, yakni dari Rp.635,27 ribu di tahun 2007 menjadi Rp.648,82 ribu di tahun 2011. Daya beli masyarakat/penduduk di suatu wilayah, angka ideal setiap tahun mengalami penyesuaian dengan kondisi ekonomi. Data capaian indikator pembentuk IPM selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. 8 berikut :

Tabel 2. 8.

Perbandingan Pembentuk IPM Kabupaten Pati Dan Wilayah Sekitarnya Tahun 2009-2011

N

o Wilayah

Angka Harapan Hidup (Th)

Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (th) Rata-rata Pengeluaran Per Kapita (ribu Rp) 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1 Kab. Kudus 69,57 69,62 69.68 92,48 93,71 93.71 8,11 8,11 8.11 635,90 636,90 639.73 2 Kab. Rembang 70,02 70,13 70.23 89,43 91,17 91.36 6,85 6,85 6.89 640,28 641,28 644.48 3 Kab. Jepara 70,71 70,85 70.99 93,09 93,09 94.25 7,40 7,40 7.50 631,04 632,48 633.92 4 Kab. Blora 71,20 71,34 71.41 83,19 83,19 83.52 6,25 6,25 6.52 637,29 642,36 644.78 5 Kab. Pati 72,77 72,83 72,89 86,38 86,42 87.59 6,95 6,95 6,98 643,48 646,15 648.82 Jawa Tengah 71,25 71,40 71.55 89,46 89,95 90.34 7,07 7,24 7.24 636,39 637,27 640.54 Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah 2011

(14)

Sedangkan kasus kematian ibu, kematian bayi, dan kematian balita di Kabupaten Pati tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. 9 sebagai berikut :

Tabel 2. 9.

Kematian Ibu, Bayi dan Balita Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

No Indikator Sat 2007 2008 2009 2010 2011

1 Kematian Ibu Kasus 23 19 12 20 24

2 Kematian Bayi Kasus 253 263 194 183 178

3 Kematian Balita Kasus 145 136 116 204 190

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Pati, 2011

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja yaitu kelompok penduduk yang berusia > 15 tahun yang terlibat dalam produksi barang dan jasa. Jumlah penduduk 15 tahun keatas Kabupaten Pati Tahun 2010 dari hasil survei sosial ekonomi nasional (susenas) sebanyak 900.981 orang, terdiri dari angkatan kerja sebanyak 620.602 orang (68,88%) dan bukan angkatan kerja sebanyak 280.379 orang (31,12%). Angkatan kerja di tahun 2011 naik menjadi 651.866 orang ( 72,35%). Sedangkan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Pati tahun 2010 sebesar 38.604 orang (6,22%) naik menjadi 38.879 orang ( 6,27%) pada tahun 2011 begitu juga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjanya naik menjadi 70,77% di tahun 2011.

Gambaran jumlah Angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2. 10 sebagai berikut :

Tabel 2. 10.

Jumlah Angkatan Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja(TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Pati

Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Angkatan

Kerja TPAK (%) TPAK(%) Prov TPT (%) TPT(%) Prov 2007 633.864 69,89 70,16 8,38 7,70 2008 630.524 68,79 68,37 9,36 7,35 2009 639.265 69,32 69,27 7,68 7,33 2010 620.602 68,88 70,60 6,22 6,21 2011 651.095 72,35 70,77 6,27 5,93

Sumber : BPS Prov. Jawa Tengah 2011

Perbandingan TPT dengan kabupaten di sekitarnya tahun 2007-2011 dapat diketahui pada Tabel 2. 11 sebagai berikut :

Tabel 2. 11.

Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Pati dengan Kabupaten sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2007-2011 No Wilayah TPT 2007 2008 2009 2010 2011 1 Kab. Kudus 7,03 6,15 7,36 6,22 6,21 2 Kab. Rembang 5,70 5,89 5,64 4,89 5,92 3 Kab. Jepara 5,78 5,76 4,40 4,56 6,26 4 Kab. Blora 3,92 5,71 6,99 5,49 6,11 5 Kab. Pati 8,38 9,36 7,68 6,22 6,27 Jawa Tengah 7,70 7,35 7,33 6,21 5,93

(15)

Bila dilihat dalam Tabel diatas bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Pati paling tinggi dibanding dengan Tingkat Pengangguran Terbuka daerah sekitar. Untuk kondisi tahun 2011 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Pati sebesar 6,27% lebih tinggi dari Kabupaten Rembang dan Blora yang hanya 5,92% dan 6,11%.

C. Aspek Pelayanan Umum 1. Pelayanan Urusan Wajib

a. Pendidikan

Perkembangan pendidikan di Kabupaten Pati tidak lepas dari pembangunan pendidikan tingkat nasional maupun Provinsi Jawa Tengah. Sebagai bagian dari pembangunan pendidikan tingkat nasional dan provinsi, pembangunan pendidikan di Kabupaten Pati harus berpedoman pada dokumen perencanaan yang telah disusun oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Tengah yaitu RPJMN tahun 2010-2014 dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 dan Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Dalam RPJMN tantangan pendidikan yang harus dihadapi sampai tahun 2014 adalah meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana yang berkualitas meliputi percepatan penuntasan rehabilitasi gedung sekolah yang rusak; peningkatan ketersediaan buku mata pelajaran; peningkatan ketersediaan dan kualitas laboratorium dan perpustakaan; dan peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK); serta peningkatan akses dan kualitas layanan perpustakaan. Arah kebijakan dalam RPJMN adalah meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pendidikan.

Renstra Kementrian Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa arah kebijakan pembangunan diarahkan pada peningkatan ketersediaan pelayanan pendidikan merata seluruh nusantara; pelayanan pendidikan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, bermutu dan relevan dengan kebutuhan kehidupan dunia usaha dan dunia industri; pelayanan pendidikan yang setara bagi warga Indonesia dalam memperoleh pendidikan berkualitas dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya ekonomi, geografi dan gender; dan pelayanan pendidikan yang menjamin kepastian warga Negara Indonesia mengeyam pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat dunia usaha dan dunia industri. Kebijakan tersebut dikenal dengan kebijakan 5 K yaitu (ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian).

Arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah diarahkan pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dengan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Target capaian pembangunan pendidikan tahun 2013 khusus untuk PAUD dan pendidikan dasar adalah sebagai berikut: pada tahun 2013 APK PAUD Jawa Tengah sebesar 70,42% dan APM SD sebesar 98,83%; Dalam dokumen Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah ditargetkan pada tahun 2013 sebesar 100%

(16)

penduduk Jawa Tengah melek huruf; APK PAUD dan APM SD sama seperti target dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah; mutu pendidikan ditargetkan pada tahun 2013 angka lulus UASBN SD mencapai 99,75%; pendidikan kecakapan hidup ditargetkan sebesar 70% pemuda dan masyarakat putus sekolah mengikuti pendidikan kecakapan hidup.

Secara umum tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Pati termasuk dalam kategori rendah (setara dengan lulus sekolah dasar). Hal ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah penduduk yang berpendidikan Sekolah Dasar (31,69%). Jumlah penduduk yang Belum Sekolah, Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD dan Belum Tamat SD juga masih sangat banyak (35,20%). Lebih rinci, gambaran tentang tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2. 12 berikut :

Tabel 2. 12.

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Di Kabupaten Pati Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan

Banyaknya Penduduk

(Jiwa)

Persentase

1 Tidak/Belum pernah Sekolah 214.776 17,92

2 Tidak/belum tamat SD 207.105 17,28 3 Tamat SD/MI/sederajat 379.814 31,69 4 Tamat SLTP/MTS/sederajat 209.623 17,49 5 Tamat SLTA/MA/sederajat 152.933 12,76 6 Tamat D1/D2/D3/Akademi 14.023 1,17 7 Tamat DIV/S1 19.297 1,61 8 Tamat S2/S3 959 0,08 Jumlah 1.198.529 100

Sumber : Pati dalam Angka 2012

1) Gambaran Pelayanan PAUD a) Ketersedian

Jumlah TK di Kabupaten Pati pada tahun 2007-2011 cenderung mengalami peningkatan yang cukup baik dengan jumlah TK pada tahun 2007 sebanyak 606 unit dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 665 unit. Dengan demikian selama kurun waktu 5 (lima) tahun jumlah TK meningkat rata-rata 14 unit per tahun. Jumlah murid TK pada tahun 2007 sebanyak 21.416 orang mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebanyak 28.466 orang atau sebesar 32,91%. Jumlah guru TK pada tahun 2007 sebanyak 2.251 orang dan jumlah guru TK pada tahun 2011 sebanyak 2.709 orang. Rincian pertumbuhan jumlah TK, murid TK, guru TK terlihat pada Tabel 2. 13 sebagai berikut :

(17)

Tabel 2. 13.

Pertumbuhan Jumlah TK, Murid TK dan Guru TK Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

No Tahun Jml TK (unit) r(%) Jml Murid (orang) r(%) Jml Guru (orang) r(%)

1 2007 606 - 21.416 - 2.251 -

2 2008 631 4,12 24.731 15,48 2.472 9,82 3 2009 666 5,55 28.076 13,53 2.519 1,90 4 2010 663 -0,45 28.362 1,02 2.629 4,37 5 2011 665 0,30 28.466 0,37 2.709 3,04

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011 Ket. r : prosentase pertumbuhan

Rasio guru terhadap murid TK selama kurun waktu tahun 2007-2011 fluktuatif. Rasio guru terhadap murid pada tahun 2007-2011 stagnan yaitu sebesar 1 : 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan guru TK cukup memadai. Rasio guru terhadap murid tingkat TK terlihat pada Tabel 2. 14 berikut :

Tabel 2. 14.

Perkembangan Rasio Guru Terhadap Murid TK Tahun 2007 – 2011

No Tahun Rasio Guru thd Murid (1 dibanding : ...)

1 2007 10

2 2008 10

3 2009 11

4 2010 11

5 2011 10

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011 b) Kualitas

Jumlah guru PAUD yang memenuhi kualifikasi pada tahun 2011 sebesar 8,29% lebih tinggi daripada tahun 2010 sebesar 7,88%.

2) Gambaran Pelayanan Pendidikan Dasar a) Ketersediaan

Ketersediaan sarana dan prasarana untuk pendidikan dasar di Kabupaten Pati relatif memadai. Jumlah SD/MI di Kabupaten Pati sebanyak 871 unit pada Tahun 2011,kondisi ini menurun dibandingkan Tahun 2007 yaitu sebanyak 889 unit. Jumlah murid SD/MI selama kurun waktu 2007-2011 menurun. Jumlah murid SD/MI tahun 2007 sebanyak 129.070 orang dan jumlah guru sebanyak 8.510 orang. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan Tahun 2011 yaitu jumlah murid sebanyak 123.335 orang dan jumlah guru sebanyak 9.942 orang. Pertumbuhan jumlah sekolah, murid dan guru SD/MI terlihat pada Tabel 2.15 sebagai berikut :

(18)

Tabel 2. 15.

Pertumbuhan Jumlah SD/MI, Murid SD/MI dan Guru SD/MI Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

Tahun SD r(%) Jumlah Murid r(%) Jumlah Guru r(%) 2007 889 129.070 8.510 2008 894 0,56 128.046 -0,79 8.774 3,10 2009 892 -0,22 127.388 -0,51 9.950 13,40 2010 886 -0,67 126.218 -0,92 9.806 -1,45 2011 871 -1,69 123.335 -2,28 9.942 1,39 Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011

Sedangkan jumlah SMP/MTs di Kabupaten Pati sebanyak 212 unit pada Tahun 2011, lebih tinggi dibandingkan Tahun 2007 sebanyak 198 unit. Kondisi ini menunjukkan perkembangan jumlah SMP/MTs di Kabupaten Pati cukup baik. Jumlah murid selama kurun waktu tahun 2007-2011 menunjukkan kecenderungan menurun. Pada Tahun 2011 jumlah murid SMP/MTs sebanyak 57.014 orang dan jumlah guru sebanyak 5.429 orang. Jumlah guru tersebut lebih tinggi dibandingkan Tahun 2007 yaitu sebanyak 4.952 orang. Secara lebih detail perkembangan jumlah sekolah, murid dan guru SMP/MTs terlihat pada Tabel 2. 16 sebagai berikut :

Tabel 2. 16.

Pertumbuhan Jumlah SMP/MTs, Murid SMP/MTs dan Guru SMP/MTs Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011 Tahun SMP r(%) Jumlah Murid r(%) Jumlah Guru r(%)

2007 198 59.702 4.952

2008 198 0 59.175 -0,88 4.887 -1,31

2009 199 0,50 58.492 -1,15 5.078 3,91

2010 201 1,01 57.601 -1,52 4.132 -18,63

2011 212 5,47 57.014 -1,02 5.429 -31,39

Sumber: Dinas pendidikan Kab. Pati, 2011

Secara kuantitatif jumlah guru relatif memadai, namun demikian apabila dilihat persebaran guru terlihat beberapa wilayah yang mengalami kekurangan guru, sebaliknya pada beberapa wilayah terjadi kelebihan guru. Rasio guru terhadap murid untuk jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs terlihat pada Tabel 2. 17 berikut :

Tabel 2. 17.

Perkembangan Rasio Guru Terhadap Murid SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

No Tahun SD/MI (1 dibanding : ..) SMP/MTs (1 dibanding ..) 1 2007 15 12 2 2008 14 12 3 2009 13 12 4 2010 13 14 5 2011 12 11

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011 b) Keterjangkauan

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan salah satu indikator keterjangkauan. Semakin tinggi APK maka semakin

(19)

tinggi pula tingkat keterjangkauan pelayanan pendidikan. Selama kurun waktu 2007-2011 APK SD/MI di Kabupaten Pati cenderung menurun. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs, APK cenderung meningkat. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anak pada jenjang pendidikan SD dan SMP cukup besar. Secara detail gambaran perkembangan APK SD/MI dan SMP/MTs dapat dilihat pada Tabel 2. 18 berikut :

Tabel 2. 18.

Perkembangan APK SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Pati 2007 – 2011 Tahun SD/MI r(%) SMP/Mts r(%) 2007 117,99 98,53 2008 118,12 0,11 97,86 -0,68 2009 114,35 -3,19 98,90 1,06 2010 114,05 -0,26 98,60 -0,30 2011 114,08 0,026 98,75 0,15

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011

Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang pendidikan SD/MI dan SMP/MTs menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan. Hal ini menunjukkan pelayanan pendidikan dasar semakin terjangkau oleh masyarakat. Perkembangan Angka Partisipasi Murni pada jenjang pendidikan dasar secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. 19 berikut :

Tabel 2. 19.

Perkembangan APM SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Pati 2007 – 2011 Tahun SD/MI r(%) SMP/MTs r(%) 2007 98,78 77,69 2008 98,81 0,03 76,64 -1,35 2009 98,89 0,08 77,39 0,98 2010 98,91 0,02 77,54 0,19 2011 98,92 0,01 77,55 0,01

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011

Angka putus sekolah untuk jenjang SD/MI pada tahun 2011 sebesar 0,04% dari jumlah murid, sedangkan untuk jenjang pendidikan SMP/MTs angka putus sekolah sebesar 0,29%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target angka putus sekolah tingkat nasional dan provinsi pada tahun 2014 sebesar 0,12% untuk jenjang SD/MI dan 0,22% untuk jenjang SMP/Mts.

c) Kualitas

Guru layak mengajar untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2010 sebesar 38,67% dan pada tahun 2011 naik menjadi 52,8%. Pada jenjang SMP/MTs persentase guru layak mengajar pada tahun 2010 sebesar 74,56 % pada tahun 2011 meningkat menjadi 77,97%. Kondisi ini menggambarkan bahwa kualitas guru SD/MI maupun SMP/Mts masih belum optimal.

(20)

Angka kelulusan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk jenjang pendidikan SD/MI pada tahun 2007-2011 fluktuatif berkisar antara 99,47 – 98,42.%, sedangkan pada jenjang SMP/MTs angka kelulusan mencapai 98,12.%. Perkembangan angka kelulusan untuk masing-masing jenjang pendidikan terlihat pada Tabel 2. 20 sebagai berikut :

Tabel 2. 20.

Angka Kelulusan UASBN SD/MI dan UN SMP/MTs Kabupaten Pati 2007 – 2011 Tahun SD/MI (%) SMP/MTs (%) 2007 99,47 92,65 2008 97,41 90,60 2009 96,56 92,23 2010 96,58 86,53 2011 98,42 98,12

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011

3) Gambaran Pelayanan Pendidikan Menegah a) Ketersediaan

Selama kurun waktu 2007-2011 jumlah sekolah SMA/MA/SMK di Kabupaten Pati cenderung meningkat termasuk jumlah murid SMA/MA/SMK dan jumlah guru fluktuatif. Perkembangan jumlah sekolah, murid dan guru SMA/MA/SMK terlihat pada Tabel 2.21 berikut ini :

Tabel 2. 21.

Pertumbuhan Jumlah, Murid dan Guru SMA/MA/SMK Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

Tahun SMA r (%) Jumlah

Murid r (%) Jumlah Guru r (%) 2007 98 35.341 3.007 2008 104 6,12 38.644 9,35 3.286 9,28 2009 108 3,85 39.515 2,25 3.624 10,29 2010 108 0 40.387 2,21 3.621 -0,08 2011 115 6,48 39.145 -3,08 3.490 -3,62 Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011

Sedangkan perkembangan rasio guru terhadap murid selama kurun waktu 2007-2011 terlihat pada Tabel 2.22 sebagai berikut :

Tabel 2. 22.

Perkembangan Rasio Guru Terhadap Murid SMA/MA/SMK Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

No Tahun Rasio Guru thd Murid

(1 dibanding : .. ) 1 2007 12 2 2008 12 3 2009 11 4 2010 11 5 2011 11

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011 b) Keterjangkauan

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK. APK SMA/MA/SMK selama kurun waktu 2007-2011 menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2011 APK SMA/MA/SMK sebesar 55,47 %, meningkat dibandingkan tahun 2007 sebesar 50,11 %. angka tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan menyekolahkan anak di jenjang

(21)

SMA/MA/SMK. Angka Partisipasi Murni SMA/MA/SMK juga mengalami peningkatan. APM SMA/MA/SMK pada tahun 2011 sebesar 37,18 %, meningkat dibandingkan tahun 2007 sebesar 34,58%. Walaupun demikian, nilai APM SMA/MA/SMK termasuk kategori rendah, karena masih dibawah 50%. Perkembangan APK dan APM SMA/MA/SMK secara rinci terlihat pada Tabel 2.23 berikut :

Tabel 2. 23.

Perkembangan APK dan APM SMA/SMK/MA Kabupaten Pati Tahun 2007 – 2011

Tahun APK r(%) APM r(%)

2007 50,11 34,58

2008 50,33 0,44 34,89 0,89

2009 52,38 4,07 33,97 -2,64

2010 54,78 4,58 37,18 9,44

2011 55,47 1,26 37,18 0

Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Pati, 2011

Angka putus sekolah SMA/MA/SMK di Kabupaten Pati tahun 2011 relatif rendah yaitu 0,74% dibandingkan dengan seluruh murid SMA/MA/SMK. Kondisi ini menggambarkan bahwa kemampuan dan kesadaran menyekolahkan anak di tingkat SMA/MA/SMK cukup baik.

c) Kualitas

Kualitas pelayanan pendidikan menengah dilihat dari kualitas guru atau pendidik. Kualitas guru salah satunya dilihat dari aspek kelayakan mengajar. Sebagaimana ketentuan dalam PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar pendidik adalah berpendidikan S1 atau D IV. Jumlah guru layak mengajar pada SMA/MA/SMK pada tahun 2011 sebesar 85,49 % meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 84,28%.

b. Kesehatan

Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Pati mengalami peningkatan dari tahun 2007-2011. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Pati. Pada tahun 2008 Usia Harapan Hidup Masyarakat Pati sebesar 72,70, meningkat menjadi 72,77 pada tahun 2009, meningkat menjadi 72.83 pada tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011 meningkat menjadi 72.89 . Penanganan kesehatan rawat jalan dan rawat inap bagi masyarakat miskin selama ini dilaksanakan melalui alokasi jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Alokasi jumlah penduduk yang memperoleh Jamkesmas ditentukan oleh keputusan Kementrian Kesehatan, sedangkan bagi masyarakat miskin yang tidak tertangani melalui Jamkesmas ditampung melalui keputusan Bupati Pati dalam program Jamkesda yang alokasi anggarannya melekat pada SKPD Dinas Kesehatan, RSUD RAA Soewondo dan RSUD Kayen.

Kasus kematian ibu dari tahun 2007-2011 cenderung jumlah kejadiannya fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2007 kasus

(22)

kematian ibu sebanyak 23 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 12 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 24 kasus. Sedangkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2007-2011 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 97,4% meningkat menjadi 98 % pada tahun 2011. Sementara itu cakupan ibu hamil dengan K4 dan cakupan kunjungan pada saat nifas relatif mengalami kenaikan. Cakupan ibu hamil dengan K4 pada tahun 2007 sebesar 87,67% meningkat pada tahun 2011 menjadi 96%. Cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2011 sebesar 99 % meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu 89,78% terlihat pada Grafik 2.6 sebagai berikut:

Sumber : Profil Kesehatan Kab. Pati, 2012 Grafik 2.6.

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4,Cakupan Persalinan Oleh Nakes dan Cakupan Kunjungan Nifas Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

Kasus kematian bayi di Kabupaten Pati cenderung mengalami penurunan dari tahun 2007-2011 yaitu pada tahun 2007 sebesar 253 kasus menurun menjadi 178 kasus pada tahun 2011,namun kasus kematian balita kejadiannya sangat fluktuatif yaitu pada tahun 2007 sebanyak 145 kasus, pada tahun 2009 sebanyak 116 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 266 kasus. Sementara itu cakupan kunjungan bayi dari tahun 2007-2011 mengalami penurunan pada tahun 2007 cakupan kunjungan bayi sebesar 103,9% turun pada tahun 2011 menjadi sebesar 97,40%. Cakupan kunjungan neonatus mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 94,3% pada tahun 2011 menjadi 99,89 %.

Kondisi gizi pada balita dari tahun 2007-2011 perlu mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase gizi buruk dan gizi kurang. Pada tahun 2007 persentase gizi buruk sebesar 0,44% meningkat hingga 0,64 % pada tahun 2011. Pada tahun 2010 persentase balita dengan gizi kurang sebesar 8,77% menurun menjadi 7,28% pada tahun 2011. Namun demikian kondisi ini perlu diwaspadai, karena persentase balita dengan berat badan dibawah garis (BGM) cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 persentase balita dengan BGM sebesar 0,55%, meningkat pada tahun 2011 menjadi 0,67%. Kondisi balita gizi buruk yang mendapat perawatan dari tahun 2007-2011 sebesar 100% target SPM (100%) tergamabar pada Grafik 2.7 berikut:

(23)

Sumber : Profil Kesehatan Kab. Pati, 2011 Grafik 2.7.

Cakupan Kunjungan Bayi dan Neonatus Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

Penyakit menular di Kabupaten Pati mengalami peningkatan terutama peningkatan kasus TB paru, DBD, kusta dan diare. Perkiraan kasus baru TB paru di Kabupaten Pati pada tahun 2011 sebesar 107/100.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar (46,54 %) dan persentase kasus TB yang dapat disembuhkan dengan strategi DOTS sebesar 86,42 %. Angka kejadian TB paru pada tahun 2015 akan turun sesuai target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk), jika angka penemuan kasus baru lebih dari 70 % dan kesembuhan 85 %.

Prevalensi kasus HIV di Kabupaten Pati pada tahun 2011 sebesar 76 kasus (0,01 %) dari total jumlah penduduk. Jumlah penderita HIV/AIDS Pati dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sebesar 265 orang, dengan rincian 145 kasus AIDS dan 120 HIV. Kabupaten Pati merupakan kabupaten yang penderita HIV/AIDS relatif rendah dibandingkan kabupaten/kota yang lain. Namun demikian, kondisi ini perlu diwaspadai, karena Kabupaten Pati merupakan daerah transit di jalan Pantura dan memiliki titik-titik rawan yaitu daerah yang merupakan pangkalan truk sebagai daerah transaksi seks dan ada kecenderunagn meningkat.

Angka penemuan kasus malaria di Kabupaten Pati pada tahun 2011 sebesar 1,02% per 1.000 penduduk. Kabupaten Pati bukan merupakan daerah endemis malaria. Angka kesakitan DBD di Kabupaten Pati pada tahun 2011 sebesar 331/100.000 penduduk dan angka kematian DBD sebesar 4 (1,2 %).

Jumlah kasus penyakit menular yang meningkat terutama DBD, TB paru dan diare disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak sehat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan ternyata cakupan pengguna jamban keluarga pada tahun 2011 hanya sebesar 68,5%, cakupan rumah sehat hanya 55,15 % dan cakupan rumah tangga yang memiliki SPAL hanya 54.6%.

Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat pada umumnya membawa dampak terhadap perkembangan penyakit. Di Kabupaten Pati kasus penyakit tidak menular perlu mendapat perhatian, karena kasus Diabetes Melitus merupakan kasus yang menduduki rangking

(24)

pertama dari 10 pola penyakit rawat jalan dari tahun 2007-2011, rata-rata pasien DM per tahun sebesar 6.700 Pasien rawat jalan dan 287 pasien rawat inap.( Profil RSUD RAA Soewondo 2007-2011)

Masih banyaknya permasalahan kesehatan ini harus mendapat dukungan sumberdaya kesehatan yang layak. Sementara sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 2.24 sebagai berikut :

Tabel 2. 24.

Perkembangan Sarana Prasarana Kab. Pati Tahun 2007-2011 No Sarana dan Prasarana

Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011

1 Rumah Sakit Umum 2 2 2 3 3

2 Rumah Sakit Swasta 6 6 6 6 6

3 Rumah bersalin 13 10 9 9 10

4 Balai pengobatan 32 26 26 26 29

5 Puskesmas 29 29 29 29 29

6 Puskesmas Pembantu 50 50 50 50 50

7 Puskesmas Keliling 29 29 29 29 29

Sumber : Daerah Dalam Angka Kab. Pati, 2012

Kondisi tenaga kesehatan berdasarkan rasio jumlah penduduk, Kabupaten Pati masih kekurangan tenaga kesehatan. Berikut ini rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk dan kebutuhan tenaga kesehatan setiap tahunnya tergambar pada Tabel 2.25 adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 25.

Rasio Tenaga Kesehatan Kab. Pati Tahun 2011

No Kesehatan Tenaga Jumlah

Target Indikator Indonesia Sehat 2010 Kebutuhan Tenaga Kesehatan/ Penduduk Kekurangan 1 Dokter spesialis 55 6/100.000 82 27 2 Dokter Umum 119 40/100.000 549 430 3 Dokter Gigi 21 20/100.000 275 254 4 Apoteker 14 10/100.000 137 123 5 Tenaga Gizi 30 22/100.000 302 272 6 Perawat 740 117/100.000 1.607 867 7 Bidan 609 100/100.000 1.374 765 8 Tenaga Kesmas 63 40/100.000 549 486 9 Tenaga Sanitasi 31 40/100.000 549 518 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Pati, 2011

c. Pekerjaan Umum

1) Jalan dan Jembatan

Secara geografis Kabupaten Pati memilki lokasi yang sangat strategis karena berada di jalur pantura timur Provinsi Jawa Tengah. Posisi yang sangat strategis tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Kabupaten Pati, oleh karena itu dukungan sarana dan prasarana jalan yang berkualitas serta sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan transportasi perlu mendapatkan perhatian serius.

Jalur pantura yang melewati wilayah Kabupaten Pati merupakan jalan nasional dan provinsi dengan panjang jalan nasional 40,855 km dan jalan provinsi sepanjang 103,010 km

(25)

sedangkan panjang jalan kabupaten yang menghubungkan pusat ibukota Kabupaten Pati dengan seluruh wilayah kecamatan sepanjang 812,716 km. Pada tahun 2011 dari 812,716 km panjang jalan kabupaten, sebanyak 91,96 % permukaan jalan berupa aspal, 4,18 % permukaan jalan berupa batu kerikil dan 3,89 % permukaan jalan berupa tanah. Gambaran secara rinci perkembangan jalan kabupaten berdasarkan jenis permukaan dapat disajikan dalam Tabel 2.26 berikut ini :

Tabel 2. 26.

Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Jenis Permukaan Tahun 2007 - 2011

No Jenis Permukaan Sat 2007 2008 2009 2010 2011

A Aspal Km 759,945 729,242 734,849 726,439 747,338 B Kerikil Km 12,084 40,647 37,735 42,102 33,950 C Tanah Km 40,687 42,827 40,132 44,175 31,428

D Tidak Terinci Km - - - - -

Jumlah Km 812,716 812,716 812,716 812,716 812,716

Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pati, 2011

Tabel di atas menggambarkan bahwa perkembangan jalan berdasarkan jenis permukaan baik aspal maupun kerikil pada tahun 2007 dibandingkan dengan kondisi tahun 2011 banyak mengalami peningkatan permukaan jalan.

Ditinjau dari kelas jalan dapat diketahui bahwa kelas jalan II sepanjang 40,855 km, selanjutnya kelas III sepanjang 815,726 km. Rincian perkembangan kelas jalan selama tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel 2.27 berikut :

Tabel 2. 27.

Panjang Jalan Berdasarkan Kelas Jalan Di Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

No Kelas Jalan Sat 2007 2008 2009 2010 2011

1. Kelas II Km 40.855 40.855 40.855 40.855 40.855 2. Kelas III Km 815.726 815.726 815.726 815.726 815.726 Jumlah Km 856.581 856.581 856.581 856.581 856.581 Sumber Data : Dishubkominfo Kab. Pati, 2011

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar atau lebih dari 90% kelas jalan di Kabupaten Pati yaitu kelas III. Selanjutnya untuk mengetahui kondisi jalan kabupaten dapat disajikan dalam Tabel 2.28 berikut ini :

Tabel 2. 28.

Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Kondisi Jalan Di Kabupaten Pati 2007-2011

No Kondisi Jalan Sat 2007 2008 2009 2010 2011

A Baik Km 282,335 308,543 311,281 338,107 300,705 B Sedang Km 388,678 373,233 363,233 326,073 373,849 C Rusak Ringan Km 86,764 80,689 85,689 100,771 81,272 D Rusak Berat Km 54,938 50,251 52,513 47,765 56,890

Jumlah Km 812,716 812,716 812,716 812,716 812,716

Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pati, 2011

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa upaya Pemerintah Kabupaten Pati dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kondisi jalan belum optimal. Apabila kondisi tersebut tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak negatif yaitu

(26)

meningkatnya angka kecelakaan pengguna jalan serta berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di Kabupaten Pati. Hal ini mengingat sarana dan prasarana jalan yang baik dapat menunjang pertumbuhan pembangunan ekonomi di Kabupaten Pati serta dapat membuka akses dalam kegiatan sektor perdagangan maupun transportasi.

Jaringan jalan di Kabupaten Pati berdasarkan fungsi jalan meliputi sebagai berikut :

a. Jalan Arteri Primer, adalah sepanjang jalan pantura yang melewati Kecamatan Margorejo, Kecamatan Pati, Kecamatan Juwana dan Kecamatan Batangan. Berkaitan dengan fungsi jalan arteri, pemanfaatan jalan ini untuk mengangkut hasil produksi lokal Kabupaten Pati ke beberapa daerah seperti wilayah Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang, Kabupaten Grobogan dan kota – kota besar lainnya. b. Jalan Kolektor Primer, adalah jalan yang menghubungkan

Kabupaten Pati dengan Kabupaten Kudus yang melalui wilayah Kecamatan Pati dan Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati dengan Kabupaten Jepara melalui wilayah Kecamatan Pati, Wedarijaksa, Kecamatan Trangkil, Kecamatan Margoyoso, Kecamatan Tayu dan Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati dengan Kabupaten Rembang melalui wilayah Kecamatan Pati, Kecamatan Juwana dan Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati dengan Kabupaten Grobogan melalui Kecamatan Pati, Kecamatan Gabus, Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo. Pada ruas-ruas jalan arteri khususnya di Kota Pati yang berfungsi menghubungkan kota atau jalur regional namun saat ini juga berfungsi sebagai jalur internal kota. Himpitan fungsi yang demikian sedikit banyak menyebabkan jalan-jalan tersebut dipadati oleh pergerakan nasional maupun lokal, pada akhirnya kecepatan menjadi rendah. Sedangkan untuk menghubungkan Kota Semarang, Kota Surabaya maupun Jakarta merupakan jalan Nasional dengan panjang 40,855 km dalam kondisi baik. Gambaran tentang kondisi dan panjang jalan nasional, provinsi dan kabupaten disajikan pada Tabel 2.29 berikut :

Tabel 2. 29.

Panjang Jalan Berdasarkan Kewenangan di Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 No Kelas Sat 2007 2008 2009 2010 2011 1 Nasional Km 35,710 35,710 35,710 35,710 40,855 2 Propinsi Km 107,970 107,970 107,970 107,970 103,101 3 Kabupaten Km 812,716 812,716 812,716 812,716 812,716 4 Desa Km 341,283 341,283 341,283 341,283 341,283 Sumber Data : BPT Bina Marga Wil. Pati

Pada tahun 2011 panjang jembatan nasional 473,70 m , dan panjang jembatan provinsi 784,90 m dengan rincian seperti pada Tabel 2.30 berikut:

(27)

Tabel 2. 30.

Panjang Jembatan Berdasarkan Kewenangan di Kabupaten Pati

Tahun 2007-2011

No Kelas Sat 2007 2008 2009 2010 2011 1 Nasional M 473,70 473,70 473,70 473,70 473,70 2 Propinsi M 706,60 706,60 706,60 784,90 784,90 Sumber Data : BPT Bina Marga Wil. Pati

Kondisi jembatan pada tahun 2011 jembatan nasional dalam kondisi baik 372,00 m dan jembatan provinsi dalam kondisi baik 702,40 m serta kondisi rusak pada jembatan nasional 101,70 m dan jembatan provinsi 82,50 m.

2) Persampahan

Sampah merupakan permasalahan yang terjadi hamper di semua kota, termasuk Kabupaten Pati. Volume sampah terangkut di Kabupaten Pati tahun 2007 sebanyak 193 m³/hari (96,36%) pada tahun 2008 volume sampah terangkut menurun menjadi 240 m³/hari (96%) dan pada tahun 2009 volume sampah terangkut sebanyak 240 m³/hari (96%) dan pada tahun 2010 volume sampah terangkut menjadi 240 m³/hari (96%). Selanjutnya pada tahun 2011 sampah terangkut sebesar 240 m³/hari ( 96% ).

Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Pati menggunakan dua sistem yaitu sistem pengolahan sampah on-site (pengolahan pada lokasi) atau cara tradisional (dibakar atau ditimbun) dan sistem pengolahan sampah off-site (pengolahan secara teratur). Selama ini pengelolaan sampah yang tidak terangkut lebih banyak dilakukan dengan sistem on-site.

Selanjutnya berpedoman pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, khususnya pasal 44 maka Pemerintah Kabupaten Pati dalam melaksanakan tempat pengelolaan sampah dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) akan diarahkan dan diupayakan pada sistem pengolahan tertutup (sanitary landfill).

Keberhasilan Pemerintah Kabupaten Pati dalam meningkatkan pelayanan pengelolaan sampah tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana pengolahan sampah. Jumlah truk pengangkut sampah pada tahun 2007 sebanyak 8 unit, tahun 2011 menjadi 12 unit. Truk container tahun 2007-2011 juga mengalami peningkatan yaitu sebanyak 8 unit, gerobak sampah tahun 2007-2011 mengalami naik menjadi sebanyak 73 unit, fasilitas TPS sebanyak 27 unit tahun 2007 naik menjadi 30 unit tahun 2011, fasilitas TPA sebanyak 3 unit. Secara lengkap gambaran sarana dan prasarana pengolahan sampah disajikan pada Tabel 2.31 berikut ini :

(28)

Tabel 2. 31.

Sarana dan Prasarana Pengolahan Sampah Di Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

No Sarana dan Prasarana

Pengolahan Sampah Sat 2007 2008 2009 2010 2011

1 Truk sampah Unit 6 6 6 6 6

2 Truk Container Unit 6 6 6 7 7

3 Truk Tinja Unit 1 1 1 1 1

4 Container Unit 35 35 31 36 37

5 Gerobak sampah Unit 75 76 79 85 85

6 TPS Unit 27 27 30 30 30

7 TPA Unit 3 3 3 3 3

8 Transfer Depo Unit - - - 3 3

9 Inst. Pengolahan Limbah Unit - - - 1 1 Sumber Data : DPU Kab. Pati

Kegiatan industri, perdagangan maupun rumah tangga memberikan kontribusi terhadap jenis dan volume sampah di Kabupaten Pati, persentase terbesar jenis sampah yaitu sampah organik mencapai 65,75 % pada tahun 2011, sampah plastik mencapai 11 %, sampah kayu 1,50 %, sampah kertas 7,20 %, sampah gelas/kaca sebesar 1,15 %, sampah kain sebesar 1,10 % dan sampah jenis logam/metal mencapai 0,70 %.

Tabel 2. 32.

Persentase Komposisi Sampah Di Kabupaten Pati Tahun 2007-2011 No Persentase Komposisi Sampah Sat 2007 2008 2009 2010 2011 1 Kertas % 8,60 8,70 8,73 7,30 7,30 2 Kayu % 2,10 1,50 9,23 1,50 1,50 3 Kain % 1,10 1,10 1,27 1,10 1,10 4 Karet/kulit % 1,30 1,30 11,6 1,30 1,30 5 Plastik % 12,10 12,10 12,33 11 11 6 Metal/logam % 1,30 1,20 2,77 0,70 0,70 7 Gelas/kaca % 1,20 1,15 1,17 1,15 1,15 8 Organik % 69,50 70,05 67,93 65,75 65,75 9 Lain-lain % 2,80 2,90 3,20 10,20 10,20 Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab Pati, 2011

Produksi sampah di Kabupaten Pati sampai tahun 2010 sebanyak 250 m³/hari, dengan volume sampah terangkut sebanyak 240 m³/hari. Volume sampah ini mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya (2007-2011) sebagaimana pada Tabel 2.32.

Dilihat dari komposisinya, jenis sampah yang paling dominan adalah sampah organik (65,75 %) dan lainnya berupa sampah plastik (11 %), kertas (7,30 %), kain (1,10%), kayu (1,50 %), karet/kulit (1,30 %), metal/logam (0,70 %), gelas/kaca (1,15%) dan lain-lain (10,20 %). Komposisi sampah plastik telah mencapai 11 %, menunjukkan bahwa penggunaan plastik sudah menjadi kebiasaan masyarakat yang perlu dikendalikan, karena sifatnya tidak dapat diuraikan. Untuk mendukung pengelolaan sampah, sarana dan prasarana yang tersedia antara lain Tempat Penampungan Akhir (TPA) yang berlokasi

(29)

di Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo seluas 12.495 ha; Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sebanyak 30 unit; truk sampah sebanyak 13 unit dan gerobak sampah sebanyak 85 unit.

3) Drainase

Panjang drainase sekunder di Kabupaten Pati tahun 2010 untuk jenis drainase sekunder tertutup sepanjang 280 m, dan drainase lingkungan terbuka sepanjang 5.750 m. Tahun 2007-2010 panjang drainase di Kabupaten Pati tidak menunjukkan peningkatan, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.33 berikut ini :

Tabel 2. 33.

Panjang Drainase Kabupaten Pati Tahun 2007-2011

No Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011 1 Drainase sekunder Tertutup 280 m 280 m 280 m 280 m 280 m 2 Drainase Lingkungan Terbuka 5.750 m 5.750 m 5.750 m 5.750 m 5.750 m Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Pati, 2012

4) Sumber Daya Air (SDA)

Kabupaten Pati mempunyai ketersediaan air cukup memadai, namun tidak tersedia secara merata sepanjang tahun. Berdasarkan siklus, 73 % air tersedia pada musim hujan dan 27 % air tersedia pada musim kemarau. Selain itu beberapa DAS yang memiliki peran penting dalam penyediaan sumber air sebagian telah mengalami kerusakan fungsi daerah tangkapan dan resapan air.

Perkembangan fisik wilayah telah memberikan dampak pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian, secara regional kebutuhan air menuntut adanya pengelolaan sumber daya air yang baik untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Wilayah Kabupaten Pati memiliki 1 sungai yang masuk dalam kategori sungai strategis nasional sepanjang 46,72 km, Sementara itu sungai yang dikelola kabupaten 95 buah, dengan total panjang 1201,3 km, terbagi atas Anak Sungai Tayu sebanyak 3 buah dengan panjang 104,70 km, Anak Sungai Suwatu sebanyak 2 buah dengan panjang 12,40 km. Sungai wilayah Kota Pati sebanyak 4 Buah, dengan panjang 29,60 km. Secara umum potensi air irigasi di bagian utara sedang, di bagian timur cukup, di bagian selatan sedang-cukup, di bagian barat sedang dan dibagian tengah cukup.

Untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan persawahan Kabupaten Pati memiliki 274 Daerah Irigasi/DI besar yaitu Daerah Irigasi DI. Cabean, DI. Glintiran, DI. Jeruk, dan DI. Gabus. Jumlah saluran induk sebanyak 18,226 m saluran induk, selanjutnya jumlah saluran sekunder yang terdapat di 274 daerah irigasi besar tersebut sebanyak ± 325 saluran sekunder dengan total luas sawah yang dialiri seluas 17.564 Ha.

Gambar

Tabel di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2007- 2007-2011 pertumbuhan sarana dan prasarana perdagangan relatif kecil  atau tidak ada perubahan berarti

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan dengan memajukan badan ke depan dan buang nafas, pelan-pelan telapak kaki belakang ke lantai, kemudian angkat tumit ke atas sambil ambil nafas

[r]

Balai Latihan Kerja (BLK) Makassar merupakan salah satu wadah yang memberikan fasilitas penyelenggaraan pelatihan kerja kepada masyarakat secara gratis yang

Dukungan Sosial Keluarga Untuk Penderita Skizofrenia Dalam penelitian Browne dan Courtney (2007), menegaskan bahwa akibat dari skizofrenia adalah penderita mengalami

• bléncong (t.a.) lampu minyak untuk penerangan dalam pagelaran wayang kulit; lampu obor dengan bahan bakar minyak goreng untuk penerangan pada. pertunjukan wayang kulit,

Pada era industri 4.0 yang mengarah kepada IoT (Internet of Things) sangat erat sekali karena para guru sekolah dasar dan siswa beserta orang tuanya sangat membutuhkan pengetahuan

penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat disimpulkan ada pengaruh antara perputaran kas,

Jenis masalah yang timbul dalam penelitian ini : adakah Hubungan Antara Pengelolaan Koperasi Sekolah Dengan Budaya Menabung Siswa di MTs Negeri Kawunglarang