• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertapaan Eyang Sakri Rahtawu

Dalam dokumen buku KUDUS DAN ISLAM (Halaman 191-200)

PETA WISATA ZIARAH

K. Perparkiran dan MCK

3.3. Pertapaan Eyang Sakri Rahtawu

Sebagai salah satu destinasi wisata ziarah di Kudus, maka Pertapaan Eyang Sakri di Rahtawu layak dikembangkan. Pengembangan wisata terpadu di pertapaan Eyang Sakri dan sekitarnya dapat dilakukan melalui koordinasi dan penataan secara komprehensif.

184 Meskipun lokasi wisata ziarah ini jauh dari pusat kota, namun ada keunggulan alam yaitu keindahan suasana desa yang dapat dijual. Jarak antara pertapaan Eyang Sakri dengan Kota Kudus sekitar 15 Km. Pertapaan ini secara substansi dapat dikembangkan dengan pola memadukan pertapaan lain yang ada di Rahtawu dan menyatukan dengan wisata alam.

Oleh karena itu, masukan dari berbagai pihak dapat menjadi pijakan dalam menentukan format pengembangan yang integral. Model pembangunan yang mengkombinasikan antara kepentingan masyarakat, pemerintah, dan komponen yang lain menjadi relevan untuk dilakukan. Dengan model pengembangan wisata ziarah yang mendengarkan masukan dari berbagai pihak, akan memunculkan kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi, baik secara finasial, pemikiran, dan pengambilan keputusan.

Pertapaan Eyang Sakri belum mempunyai organisasi yang tertata baik melalui yayasan, belum ada manajemen pengelola yang profesional, dan lain-lain. Pertapaan ini juga belum mempunyai guiding (pusat informasi) yang baik. Lokasi ini dekat dengan warung makan tradisional, namun jauh dari penginapan,

185 restoran makan, belum ada transportasi lokal yang memadai. Lokasi perparkiran belum dikelola dengan baik, MCK cukup memadai, dan tidak ada PKL di sekitar lokasi. Penjual yang ada dalam bentuk warung makan dan warung jajanan yang dimiliki secara permanen oleh masyarakat sekitar

3. 4. Pembuatan Rancangan Paket Wisata

Pembuatan paket wisata ziarah di Kawasan Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri secara integral menjadi penting untuk direalisasikan karena menjadi aset pemerintah daerah Kudus. Berdasarkan hasil wawancara terhadap berbagai elemen yang paham terhadap pariwisata, observasi lapangan, dan sumber-sumber primer termasuk dokumen pemerintah daerah menunjukkan bahwa semua stakeholders sangat mendukung pariwisata terpadu dan integral di Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri.

Saat ini yang terjadi adalah, masing-masing pengelola wisata dan pengelola sarana pendukung berjalan sendiri-sendiri. Hampir semua responden yang mengharapkan adanya wisata terpadu, karena diyakini

186 akan dapat menambah kemakmuran masyarakat, namun di sisi lain intervensi pemerintah masih minim terhadap pengintegrasian ini. Intervensi yang dimaksudkan bukan berarti terlalu dalam ikut campur tangan dalam hal-hal teknis secara detail. Melainkan yang diperlukan adalah memfasilitasi pembicaraan bersama, menggali keinginan bersama, dan merumuskan ama sehingga dapat menelorkan kebijakan yang bermanfaat bagi semua pihak.

Dengan motode dialogis partisipatoris ini, paket wisata terpadu dapat dirumuskan dan dukung oleh semua stakeholders. Masing-masing pengelola akan menjalankan aktivitasnya secara terkoordinir sehingga kebijakan yang diambil tidak tumpang tindih dan tidak kontraproduktif dengan pengembangan wisata yang ada.

Makam Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri kaya potensi untuk dikembangkan. Baik wisata religi, wisata alam, ekowisata, wisata budaya, wisata sejarah, dan kekhasan lokal yang dapat menarik wisatawan. Selain itu organisasi pendukung pariwisata juga telah ada sehingga dapat menopang keberlanjutan pariwisata.

187 Kondisi ini juga ditunjukkan dengan trend kunjungan wisata yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa berbagai potensi telah dimiliki mulai dari wisata religi, kuliner, alam, budaya, kekhasan lokal, dan wisata sejarah dengan berbagai infrastruktur dan partisipasi masyarakat. Hampir sebagain besar pengelola dan masyakat (stakeholders) sangat mendambakan adanya wisata terpadu di Kawasan Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri. Dengan wisata terpadu, maka akan terbentuk jaring-jaring wisata secara integral di Kudus, sehingga pengunjung berbondong-bondong datang. Semua potensi wisata telah tersedia di Kawasan ini, sekarang tinggal mengembangakan dan menyatukan. Tujuannya agar pariwisata dan kebijakan terhadap pariwisata berjalan bertautan.

Salah satu upaya untuk mewujudkan wilayah Muria menjadi satu kawasan paket wisata yang menarik dan mempunyai nilai jual tinggi antara lain:

188

3.4.1. Pengembangan Infrastruktur Pendukung Ada beberapa infrastruktur yang dapat dibangun, dikembangkan, dan diperluas antara lahan sarana perparkiran yang masih belum memadai sehingga menyulitkan pengunjung. Perluasan dan penataan area parkir perlu direalisasikan dalam upaya meningkatkan infrastruktur yang telah ada. Di sekitar perparkiran perlu dibanguan pendopo atau ruang transit sementara sebelum pengunjung melakukan aktivitas wisata yang lain. Dengan demikian, para pengunjung akan merasa nyaman sekaligus dapat memberdayakan PKL.

Aspek yang lain adalah membuka akses jalan yang lebih baik ke tempat tujuan wisata terutama di Makam Kyai Telingsing dan Pertapaan Eyang Sakri. Infrastruktur antara lain akses transportasi ke Rahtawu, penerangan, dan fasilitas MCK.

189 Gambar 32. Sarana MCK di Pertapaan Eyang Sakri

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.4.2. Pusat Informasi dan Promosi Terpadu

Dari semua potensi wisata yang ada di di Kawasan Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri masih ada yang belum lengkap informasi tentang eksistensi lokasi yang dapat memberikan informasi awal bagi para pengunjung. Pengunjung harus bertanya pada perorangan. Brosur atau promosi yang dibuat pemerintah daerah masih sedikit infomasinya dan sedikit oplahnya. Dampaknya, brosur sulit dicari di sekitar lokasi. Dengan demikian

190 pusat informasi yang dapat memberi gambaran secara lengkap tentang potensi wisata Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri adalah penting. Dengan kelengkapan informasi tersebut, calon wisatawan akan jauh-jauh hari mengatur jadual kunjungan ke lokasi tersebut dengan nyaman dan tenang. Bila perlu, Informasi tentang potensi ini dibuatkan website tersendiri, sehingga dapat mempromosikan berbagai hal tentang Muria.

3.4.3. Pelatihan Guide

Penguasaan oleh seseorang terhadap sebuah lokasi secara utuh menjadi penting supaya informasi yang diberikan dapat dimengerti secara benar oleh pengunjung. Di sinilah perlunya pelatihan guide agar masayarakat lokal menjadi fasih berbicara tentang wilayahnya. Untuk mewujudkan hal itu, pelatihan guide menjadi program yang layak dijalankan. Melalui pelatihan, transfer pengetahuan berjalan secara baik dan benar, dan masyarakat dapat memperoleh ilmu berkomunikasi secara sistematis, runtut, dan terarah.

191 3.4.3. Penataan dan Koordinasi antar Pengelola

Masing-masing pengelola wisata di kawasan Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri termasuk organisasi pendukungnya telah mempunyai lembaga yang jelas. Namun demikian, tidak ada salahnya bila melakukan pemantapan penataan organisasi yang terkoordinasi antar pengelola. Yang terjadi sekarang ini adalah masing-masing mempunyai organisasi dan pengelola sendiri-sendiri. Ada kesan bahwa kebijakan yang diambil bersifat partisial sehingga menguntungkan secara internal saja. Komunikasi antar dan intern lembaga melalui koordinasi menjadi sangat penting agar dapat diambil kebijakan bersama-sama yang menguntungkan semua stakeholders. Selain itu keluhan pengunjung dapat dieliminir sehingga sekali wisatawan datang, merekan akan terkenang untuk berkunjung kembali.

Dengan demikian untuk mengembangkan pariwisata di sekitar Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri secara bersama-sama, tidak ada jalan lain kecuali membangun

192 komunikasi dan koordinasi rutin antar lembaga dan pengelola.

Gambar 33. Rumah makan yang masih sangat sederhana yang menjual kemenyan dan bunga untuk ziarah. Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.4.4. Pengoptimalkan Peran Pemerintah

Bukan rahasia lagi, bahwa pemerintah seringkali terlambat dalam pengambilan kebijakan, termasuk pengembangan kawasan Muria. Sekarang ini belum ada master plan tentang integralisai wisata ziarah di Sunan Muria, Sunan Kudus, Kyai Telingsing, Bulusan, dan Eyang Sakri, sehingga pemerintah secepatnya dapat mengambil langkah konkrit supaya

Dalam dokumen buku KUDUS DAN ISLAM (Halaman 191-200)