• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan Kedua

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 24-39)

Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan tanggal 31 Mei 2013. Guru menyampaikan pokok materi Periskop sebagai Alat Optik. Di pertemuan ke lima, siswa diminta membuat sebuah produk periskop sederhana. Sebelum kegiatan, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Siswa membuat produk periskop sederhana secara kelompok kemudian melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan.

Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa. Untuk penilaian kognitif portofolio, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Setelah kegiatan membuat produk selesai dilakukan tes akhir untuk melihat kepahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

commit to user c. Tahap Observasi Tindakan Siklus II

Selama pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti melakukan observasi saat proses pembelajaran. Selain observasi, peneliti juga membagikan angket kemampuan afektif kepada seluruh siswa serta melakukan wawancara kepada lima siswa. Hasil analisis angket kemampuan afektif serta hasil observasi sebagai berikut.

1) Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa

Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta setelah dilaksanaan tindakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual. Angket tersebut terdiri dari lima aspek kemampuan afektif. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap aspek setelah siklus II ditunjukkan pada Tabel 4.9. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator setelah siklus II disajikan pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 83,68 % 2. Minat 78,78 % 3. Konsep diri 75,17 % 4. Nilai 79,12 % 5. Moral 85,94 % Rata-Rata 80,53 %

Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap aspek disajikan pada Gambar 4.9 berikut.

Gambar 4.9. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus II

50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

commit to user

Hasil agket kemampuan afektif siswa berdasarkan aspek kemampuan afektif siswa dijabarkan menjadi 10 indikator. Hasil angket kemampuan afektif siswa kelas VIII-A Siklus II tiap indikator disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 86,11 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 80,04 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 84,90 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 76,91 % 5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja keras) 79,34 % 6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 77,60 % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 81,25 % 8. Konsep Diri (Pernyataan tentang kemampuan diri

sendiri) 75,17 %

9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan suatu

obyek) 79,17 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan tidak

baik) 85,94 %

Rata-Rata 80,64 %

Berdasarkan Tabel 4.14 diagram hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator setelah dilaksanakan tindakan siklus II disajikan pada Gambar 4.10 berikut.

Gambar 4.10. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Setelah Siklus II 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

commit to user

2) Hasil Penilaian Observasi Kemampuan Afektif Siswa

Kemampuan afektif siswa diukur dengan menggunakan angket kemampuan afektif dan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan pada Tabel 4.15. berikut.

Tabel 4.15. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek

No Aspek Prosentase 1. Sikap 87,03 % 2. Minat 78,33 % 3. Konsep diri 75,00 % 4. Nilai 88,88 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 82,79 %

Berdasarkan Tabel 4.15. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan dengan diagram pada Gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11.Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus II

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

commit to user

Hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan observasi selama siklus II dibagi menjadi 12 indikator. Hasil observasi siklus II tiap indikator disajikan pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prosentase

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 83,33 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 77,78 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100 % 4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 75,00 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 77,78 % 6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 80,55 % 7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

guru 75,00 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan

guru 83,33 %

9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 75,00 % 10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru 88,88 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara santun 86,11 % 12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 83,33 %

Rata-Rata 82,17 %

Berdasarkan Tabel 4.16 hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan dengan diagram pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12.Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Siklus II

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

commit to user d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.13. dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 75,30 % menjadi 80,53 % dengan kisaran nilai antara 75,17 % - 85,94 %. Prosentase aspek sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral mengalami kenaikan.

Berdasarkan Tabel 4.13. kemampuan afektif siswa menunjukkan peningkatan dari siklus II. Rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 80,53 % sudah di atas kriteria minimal yaitu 75,00 %. Seluruh aspek kemampuan afektif menunjukkan nilai di atas kriteria minimal. Perbandingan siklus II dari siklus I disajikan pada Tabel 4.17. berikut.

Tabel 4.17. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek

No Aspek Prosentase Siklus I Siklus II 1. Sikap 78,93 % 83,68 % 2. Minat 72,57 % 78,78 % 3. Konsep diri 61,98 % 75,17 % 4. Nilai 77,78 % 79,12 % 5. Moral 85,24 % 85,94 % Rata-Rata 75,30 % 80,53 %

Tabel 4.17 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.13 berikut.

Gambar 4.13. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.14, hasil angket kemampuan afektif siswa per indikator menunjukkan peningkatan berdasarkan indikator maupun rata-rata kelas. Kisaran nilai 75,17 % - 85.94 % dengan rata-rata kelas sebesar 80,64 %. Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket tiap indikator antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 4.18 berikut. Tabel.4.18. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I

dan Siklus II Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

Siklus I Siklus II

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 81,42 % 86,11 % 2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 74,65 % 80,04 % 3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 84,90 % 4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 71,01 % 76,91 % 5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja

keras) 73,44 % 79,34 %

6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 70,31 % 77,60 % 7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,52 % 81,25 % 8. Konsep Diri (Pernyataan tentang

kemampuan diri sendiri) 61,98 % 75,17 % 9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang

keadaan suatu obyek) 77,78 % 79,17 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan

tidak baik) 85,24 % 85,94 %

Rata-Rata 75,21 % 80,64 %

Tabel 4.18 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.14 berikut.

Gambar 4.14. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Indikator Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II

50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN P R O S E N T A S E

commit to user

Tabel 4.15 merupakan hasil observasi kemampuan afektif siswa menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 80,09 % sudah di atas kriteria minimal yaitu 75,00 %. Seluruh aspek kemampuan afektif juga menunjukkan nilai di atas kriteria minimal. Berdasarkan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 66,90 % menjadi 76,68 % dengan kisaran nilai antara 27,78 % - 90,28 %. Seluruh aspek mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan indikator masing-masing aspek disajikan pada Tabel 4.19. berikut.

Tabel 4.19. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase Siklus I Siklus II 1. Sikap 81,48 % 87,03 % 2. Minat 62,78 % 78,33 % 3. Konsep diri 55,56 % 75,00 % 4. Nilai 83,33 % 88,88 % 5. Moral 84,72 % 84,72 % Rata-Rata 73,57 % 82,79 %

Tabel 4.19 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.15 berikut.

Gambar 4.15. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Observasi Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF P R O S E N T A S E

commit to user

Tabel 4.16. hasil observasi kemampuan afektif siswa per indikator selama siklus II dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 69,44 % menjadi 80,09 % dengan kisaran nilai antara 75,00 % - 88,88 %. Dua belas indikator mengalami peningkatan dari siklus I. Perbandingan antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 4.20 berikut.

Tabel 4.20. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prosentase

Siklus I Siklus II

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 75,00 % 83,33 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 69,44 % 77,78 % 3. Siswa hadir mengikuti kegiatan

pembelajaran 100 % 100 %

4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 58,33 % 75,00 % 5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok 66,67 % 77,78 %

6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum

Fisika 72,22 % 80,55 %

7. Siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru 55,56 % 75,00 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang

disampaikan guru 61,11 % 83,33 %

9. Siswa berani mengerjakan soal di depan

kelas. 55,56 % 75,00 %

10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru 83,33 % 88,88 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara

santun 83,33 % 86,11 %

12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 86,11 % 83,33 %

Rata-Rata 72,22 % 82,17 %

Tabel 4.20. hasil observasi kemampuan afektif siswa kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II tiap indikator disajikan dalam diagram pada Gambar 4.16 berikut.

commit to user

Gambar 4.16. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Observasi Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menunjukkan peningkatan kemampuan afektif siswa dari siklus I. Siswa sudah mulai mengenal alat-alat praktikum yang digunakan serta tahu apa fungsi dan cara menggunakannya. Aspek sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika meningkat karena pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu siswa kelas VIII-A saat wawancara.

Penerapan penilaian portofolio yang menilai proses pembelajaran menuntut siswa untuk lebih aktif saat kegiatan pembelajaran. Siswa tidak lagi sungkan saat bertanya, menyampaikan pendapat, dan diskusi kelompok. Aspek konsep diri siswa meningkat karena penilaian tidak dilakukan dengan menegangkan. Aspek nilai dan moral siswa meningkat selama proses pembelajaran. Siswa menyadari bahwa belajar Fisika sangat bermanfaat. Tabel 4.2 menunjukkan kemmapuan afektif siswa menurun pada indikator

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

commit to user

12. Hal ini terjadi karena guru kurang memperhatikan factor tersebut meskipun secara rata-rata kemampuan afektif siswa aspek moral meningkat.

Peningkatan kemampuan afektif siswa siklus II dari siklus I diikuti dengan peningkatan nilai kemampuan kognitif siswa. Rata-rata nilai kognitif siswa siklus II yaitu 8,44 meningkat 1,08 dari hasil siklus I sebesar 7,36. Peningkatan nilai kognitif siswa yang sesuai dengan peningkatan nilai kemampuan afektif siswa menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori.

Analisis hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket dan observasi menunjukkan bahwa semua aspek indikator kemampuan afektif siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan. Oleh karena itu, tindakan dihentikankan pada siklus II.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa baik sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Peningkatan kemampuan afektif siswa dapat dilihat selama proses pembelajaran Fisika melalui observasi serta pernyataan siswa melalui angket dan wawancara.

Berdasarkan wawancara siswa, penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual lebih menyenangkan dan membuat Fisika lebih menarik untuk dipelajari. Beberapa siswa berpendapat setelah dilaksanakan perlakuan membuat siswa lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan penilaian dan pembelajaran yang bertumpu pada siswa membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih bermakna.

“Penilaian portofolio adalah penilaan yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu” (Kemendikbud, 2013: 5). Penerapan penilaian portofolio yang menilai seluruh kegiatan siswa dari proses

commit to user

pembelajaran, kemampuan afektif, serta kemampuan kognitif siswa membuat siswa lebih tertuntut untuk aktif selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran Fisika.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual bertumpu pada proses pembelajaran bukan hasil akhir pembelajaran, sehingga pembelajaran jauh lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oka yang menyampaikan bahwa, “Hasil pembelajaran kontekstual diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil” (2011: 82). Siswa dalam kegiatan wawancara menyatakan bahwa setelah dilaksanakan tindakan, pembelajaran lebih menyanangkan.

Pada siklus I dilaksanakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual selama tiga kali pertemuan. Pelaknsanaan pendekatan kontekstual menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran bertempat di labororatorium IPA. Setiap pertemuan siswa melakukan eksperimen secara langsung kemudian mendiskusikan hasilnya dengan menggunakan media Lembar Kerja Siswa. Selama proses pembelajaran, siswa antusias dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa tidak malu bertanya jika ada langkah kerja atau hal yang belum dipahami. Hal ini terbukti dengan hasil angket siswa menunjukkan rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 75,30 % dari hasil pra siklus sebesar 74,34 %. Hasil observasi pra siklus sebesar 43,68 % meningkat menjadi 73,57 %.

Berdasarkan hasil dari siklus I, hasil rata-rata angket menunjukkan hasil yang sudah melebihi indikator capaian namun ada dua aspek yang belum tuntas. Sedangkan rata-rata hasil kemampuan afektif berdasarkan observasi belum mencapai indikator capaian penelitian. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan perlu dilanjutkan pada siklus II.

Hasil refleksi siklus I, diperlukan inovasi pada proses pembelajaran di siklus II. Inovasi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II adalah membuat produk berupa periskop sederhana. Setelah dilaksanakan dua pertemuan pada

commit to user

siklus II, kemampuan afektif siswa mengalami peningkatan ditinjau dari hasil angket maupun hasil observasi. Hasil rata-rata kemampuan afektif siswa berdasarkan angket sebesar 80,53 % serta lima aspek melebihi keberhasilan indikator capaian. Hal ini sesuai dengan rata-rata hasil observasi sebanyak 82,79 % serta semua aspek mencapai indikator keberhasilan penelitian. Berdasarkan hasil siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian, penelitian dihentikan pada siklus II.

Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II berdasarkan angket disajikan pada Tabel 4.21 berikut.

Tabel 4.21. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek

No Aspek Prosentase Indikator

Penelitian

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Sikap 79,34 % 78,94 % 83,68 % 75,00 % 2. Minat 70,36 % 72,57 % 78,78 % 75,00 % 3. Konsep diri 64,06 % 61,98 % 75,17 % 75,00 % 4. Nilai 76,22 % 77,78 % 79,12 % 75,00 % 5. Moral 84,72 % 84,55 % 85,94 % 75,00 % Rata-Rata 74,94 % 75,16 % 80,53 % 75,00 %

Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II berdasarkan observasi disajikan pada Tabel 4.22 berikut.

Tabel 4.22. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek

No

Aspek Prosentase Indikator

Penelitian

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Sikap 69,43 % 81,48 % 87,03 % 75,00 % 2. Minat 19,45 % 62,78 % 78,33 % 75,00 % 3. Konsep diri 11,11 % 55,56 % 75,00 % 75,00 % 4. Nilai 46,20 % 83,33 % 88,88 % 75,00 % 5. Moral 72,23 % 84,72 % 84,72 % 75,00 % Rata-Rata 43,68 % 73,57 % 82,79 % 75,00%

Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 menunjukkan peningkatan kemampuan afektif siswa dari kondisi pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada siklus I hasil angket menunjukkan kemampuan afektif siswa aspek sikap 78,93 %, aspek minat 72,57 %, aspek konsep diri 61,98 %, aspek nilai 77,78 %, dan aspek moral 85,24 %

commit to user

dengan rata-rata 75,30 %. Hasil angket siswa sesuai dengan hasil observasi yaitu aspek sikap 81,48 %, aspek minat 62,78 %, aspek konsep diri 55,56 %, aspek nilai 83,33 %, dan aspek moral 84,72 % dengan rata-rata 73,57 %. Pada siklus II hasil angket menunjukkan kemampuan afektif siswa aspek sikap 83,68 %, aspek minat 78,78 %, aspek konsep diri 75,17 %, aspek nilai 79, 12 %, dan aspek moral 85,94 % dengan rata-rata 80,53 %. Hasil angket siswa sesuai dengan hasil observasi yaitu aspek sikap 87,03 %, aspek minat 78,33 %, aspek konsep diri 75,00 %, aspek nilai 88,88 %, dan aspek moral 84,72 % dengan rata-rata 82,79 %.

Penerapan penilaian portofolio yang menilai proses pembelajaran menuntut siswa untuk lebih aktif saat kegiatan pembelajaran. Siswa tidak lagi sungkan saat bertanya, menyampaikan pendapat, dan diskusi kelompok. Aspek konsep diri siswa meningkat karena penilaian tidak dilakukan dengan menegangkan. Aspek nilai dan moral siswa meningkat selama proses pembelajaran. Siswa menyadari bahwa belajar Fisika sangat bermanfaat.

Peningkatan kemampuan afektif siswa diikuti dengan peningkatan nilai kognitif siswa. Perbandingan nilai kognitif siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II disajikan pada Tabel 4.23 berikut.

Tabel 4.23. Hasil Nilai Kemampuan Kognitif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Tahapan Siklus Nilai

1. Pra Siklus 6,98

2. Siklus I 7,36

3. Siklus II 8,44

Berdasarkan hasil pembahasan di atas secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 hampir sama dengan yang telah dilaksanakan oleh Nugroho (2008). Nugroho (2008: 79) mengemukakan bahwa model penilaian portofolio membuat pembelajaran

commit to user

menjadi menyenangkan dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang sangat bermakna. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nugroho (2008) adalah pada tujuan penelitiannya. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2008) adalah peningkatan daya kritis siswa sedangkan pada penelitian ini lebih luas yaitu meningkatkan kemampuan afektif siswa.

Penelitian yang lain mengenai penilaian portofolio dilaksanakan oleh Hadiyaturrido,dkk (2013). Hadiyaturrido,dkk (2013: 6) menyimpulkan bahwa nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode penilaian portofolio lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode penilaian konvensional. Penelitian penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiyaturrido,dkk. Penggunaan penilaian portofolio pada penelitian mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa yang secara tidak langsung diikuti oleh peningkatan kemampuan kognitif siswa. Hadiyaturrido,dkk (2013) melakukan penelitian pada pembelajaran IPS, penelitian ini dilakukan pada pembelajaran IPA khususnya Fisika.

Penelitian Oka (2011: 90) menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa yang dinilai dalam penelitian Oka (2011) hanya pada ranah sikap dan minat siswa. Penelitian penerapan penilaian portofolio yang dipadukan dengan pendekatan kontekstual pada penelitian ini mampu meningkatkan lima aspek kemampuan afektif siswa yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.

Wahyuni, dkk (2013: 7) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model kontekstual berorientasi budaya lokal membentuk motivasi dan hasil belajar yang lebih baik pada siswa dibanding menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk (2013) dilakukan pada mata pelajaran IPA untuk anak SD sehingga lebih sesuai jika model kontekstual dipadukan dengan budaya lokal. Pada penelitian penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual memberikan temuan baru bahwa penerapan penilaian portofolio yang dipadukan dengan

commit to user

pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa mata pelajaran Fisika pada kelas VIII SMP.

Firmansyah (2010: 4) juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa. Berbeda dengan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual, penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah menggunakan strategi pembelajaran Active

Knowledge Sharing disertai modul hasil penelitian. Kedua penelitian

membuktikan peningkatan kemampuan afektif siswa namun dengan hasil yang sedikit berbeda. Ketercapaian kemampuan afektif siswa pada siklus II yang dilakukan dengan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing disertai modul hasil penelitian sebesar 76,47 % sedangkan pada penelitian penerapan portofolio dengan pendekatan kontekstual sebesar 82,79 %.

Hery Purnomo menemukan perbedaan dengan penelitian ini. Hery Purnomo (2008: 51) menyimpulkan bahwa, kemampuan bekerjasama siswa kognitif tinggi lebih rendah dibanding siswa berkognitif rendah. Hasil ini dapat dilihat dari keadaan siswa sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Setelah diberikan perlakuan, kemampuan bekerjasama siswa meningkat, namun siswa kognitif rendah memiliki kemampuan bekerjasama lebih tinggi disbanding siswa berkognitif rendah.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN (Halaman 24-39)

Dokumen terkait