• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 34 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Data dan Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Data sekolah dan deskripsi kelas tempat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Data dan Deskripsi Sekolah

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta berlokasi di Jalan Flores No. 1 Kampung Baru Pasar Kliwon, Surakarta. SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki jenjang akreditasi A (Amat Baik). Pengelolaan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta di bawah Yayasan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surakarta.

Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 jumlah siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebanyak 826 orang, yang terdiri dari 26 rombongan belajar. Rombongan belajar terdiri dari 9 rombongan belajar kelas VII, 9 rombongan belajar kelas VIII, dan 8 rombongan belajar kelas IX. Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki 26 kelas dengan rata-rata 32 siswa setiap kelasnya. Peserta didik di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta selama 4 tahun terakhir berjumlah rata-rata 867 siswa. Tenaga pengajar di SMP Muhammadiyah Surakarta sebanyak 56 guru dan pegawai sejumlah 14 pegawai.

2. Data dan Deskripsi Kelas

Ruang kelas VIII-A terletak di lantai 2 Gedung SMP Muhammadiyah 1 Surakarta, tepatnya di ujung barat daya menghadap ke timur. Kelas VIII-A

berukuran 7 x 9 m2. Inventaris kelas yang tertata dengan rapi membuat suasana

kelas nyaman untuk digunakan. Kelas VIII-A memiliki 16 meja siswa, satu meja guru, 36 kursi siswa dan satu kursi guru. Ada satu lemari etalase yang berisi beberapa alat percobaan. Ada satu whiteboard berukuran besar di depan kelas.

Kelas VIII-A berada di ujung berada di samping kelas VIII-B. Pintu masuk menghadap ke timur, serta jendela kaca ada di sebelah barat. Di dinding

(2)

commit to user

sebelah selatan menempel data administrasi kelas yang meliputi jadwal pelajaran dan guru mengajar, inventaris kelas, susunan organisasi kelas, absensi kelas, dan daftar piket. Siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta pada Tahun Pelajaran 2012/2013 berjumlah 36 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

3. Data dan Deskripsi Ruang Laboratorium IPA

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki 4 ruang laboratoorium salah satunya adalah laboratorium IPA. Laboratorium IPA terletak di lantai 3 sebelah timur dan menghadap ke barat. Ruang laboratorium IPA memiliki 10 meja laboratorium, dua meja guru, 38 kursi laboratorium, dua kursi guru, satu LCD, satu televisi, dan satu whiteboard. Laboratorium IPA berukuran 7x16 meter terdiri dari ruang praktikum dan ruang penyimpanan. Inventaris alat laboratorium cukup lengkap terdiri dari peralatan praktikum Fisika, biologi, dan kimia.

B.Deskripsi Permasalahan Penelitian

Menurut Popham, ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. (Depdiknas: 2007:2). Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan sehingga dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

Kemampuan afektif siswa diukur dan diperhatikan dalam penelitian ini. Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran Fisika di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 42,57 % dengan perincian sikap 69,43 %, minat 19,45 %, konsep diri 5,56 %, nilai 46,20 %, moral 72,23 %. Dilain pihak, keaktifan siswa sangat

(3)

commit to user

berpengaruh kepada hasil belajar serta pemahaman terhadap materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara rendahnya kemampuan afektf siswa kelas VIII-A ini disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran yang masih konvensional. Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika guru menyampaikan materi dan siswa mencatat materi. Guru mengaku menggunakan pendekatan konsep dengan alasan jika menggunakan pendekatan ketrampilan proses membutuhkan waktu yang lama. Siswa menyampaikan pembelajaran yang seperti ini kurang menarik.

Menurut Depdiknas (2007: 1), “Pembelajaran IPA hendaknya merevitalisasi keterampilan proses sains bagi siswa, guru, dan calon guru sebagai

misi utama PBM IPA di sekolah untuk mengembangkan kemampuan observasi,

merencanakan penyelidikan, menafsirkan (interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, Tabel) serta menarik kesimpulan”. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan proses dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika salah satunya adalah pendekatan kontekstual.

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

merupakan proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Oka, 2011: 82). Kunandar, (2009:299) menyatakan bahwa, siswa aktif menjadi salah satu ciri pembelajaran kontekstual. Penerapan pembelajaran kontekstual, siswa dituntut aktif sehingga kemampuan afektifnya meningkat.

Hasil pengamatan dan wawancara juga menunjukkan bahwa guru menggunakan penilaian yang konvensional. Guru hanya menilai kognitif siswa berdasarkan hasil ulangan dan mencongak, serta afektif melalui siswa yang berani maju ke depan. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran penilaian dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting. Penilaian dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang tidak didukung

(4)

commit to user

dengan model penilaian yang sesuai menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, diperlukan model penilaian yang dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa yang sesuai dengan pembelajaran kontekstual. Dari berberapa model penilaian yang dapat digunakan salah satunya adalah penilaian Portofolio.

Penilaian portofolio menitikberatkan pada proses pembelajaran sehingga dipandang sesuai untuk diterapkan. Pendekatan pembelajaran yang mendukung penerapan penilaian portofolio adalah pembelajaran kontekstual. Pendekatan kontekstual menitikberatkan pada proses pembelajaran sesuai diterapkan bersama penilaian portofolio. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa dilakukan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual.

Penilaian portofolio dengan pendekatan konstekstual merupakan kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum yang dilaksanakan dalam pendekatan kontekstual.

C.Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kondisi Awal (Pra Siklus)

Kondisi awal kemampuan afektif siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta diukur menggunakan lembar observasi dan angket kemampuan afektif siswa. Kegiatan observasi untuk mengetahui kondisi awal siswa dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

a. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Pra Siklus

Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta sebelum dilaksanaan tindakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstekstual. Angket tersebut terdiri dari lima aspek kemampuan afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Hasil angket kemampuan afektif siswa pra siklus tiap aspek disajikan pada Tabel 4.1. berikut.

(5)

commit to user

Tabel 4.1. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 79,34 % 2. Minat 70,36 % 3. Konsep diri 64,06 % 4. Nilai 76,22 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 74,94 %

Aspek kemampuan afektif kemudian dijabarkan menjadi sepuluh indikator. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator disajikan pada Tabel 4.2. berikut. Aspek sikap terbagi menjadi tiga indikator, aspek minat terbagi menjadi empat indikator, dan aspek konsep diri, nilai, dan moral.

Tabel 4.2. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 84,03 %

2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 73,26 %

3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 %

4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 67,01 %

5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja keras) 70,31 %

6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 68.75 %

7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,35 %

8. Konsep Diri (Pernyataan tentang kemampuan diri

sendiri) 64,06 %

9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan suatu

obyek) 76,22 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan tidak

baik) 84,72 %

Rata-Rata 74,44 %

Berdasarkan Tabel 4.2. dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa masih di bawah kriteria minimal yaitu 75 %. Ada lima dari sepuluh indikator serta dua dari lima aspek dibawah kriteria minimal yang seharusnya 75 % siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. b. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Pra Siklus

Kemampuan afektif siswa dapat diukur dengan menggunakan angket kemampuan afektif dan lembar observasi. Selama observasi,

(6)

commit to user

dilakukan pengamatan terhadap kemampuan afektif siswa. Hasil observasi kemampuan afektif siswa tiap aspek pra siklus disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra

Siklus Tiap Aspek

No Aspek Prosentase 1. Sikap 69,43 % 2. Minat 19,45 % 3. Konsep diri 11,11 % 4. Nilai 46,20 % 5. Moral 72,23 % Rata-Rata 43,68 %

Aspek kemampuan afektif kemudian dijabarkan menjadi dua belas indikator. Hasil observasi kemampuan afektif siswa tiap indikator disajikan pada Tabel 4.4. berikut.

Tabel 4.4.Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prosentase

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 58,3 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 50,00 %

3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100,0 %

4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 41,67 %

5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 0,00 %

6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 0,00 %

7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh guru 13,89 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang

disampaikan guru 41,67 %

9. Siswa berani maju ke depan kelas. 11,11 %

10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru 47,20 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara

santun 77,78 %

12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 66,67 %

Rata-Rata 42,36 %

Berdasarkan Tabel 4.4. hasil observasi kemampuan afektif siswa pra siklus menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 42,36 % masih di bawah kriteria minimal yaitu 75 %. Ada sebelas dari dua

(7)

commit to user

belas indikator dibawah kriteria minimal. Lima aspek kemampuan afektif yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral juga dibawah kriteria minimal yang seharusnya 75 % siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. c. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil wawancara menjadi salah satu data disamping hasil observasi dan angket. Wawancara kepada guru Fisika dan lima siswa kelas VIII-A dilaksanakan pada tanggal 1 April 2013. Wawancara terstruktur menggunakan pedoman wawacara yang sudah disiapkan. Isi pertanyaan wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan afektif siswa.

Guru Fisika SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menyatakan bahwa permasalahan utama pelaksanaan pembelajaran Fisika adalah rendahnya minat siswa kepada mata pembelajaran Fisika. Hanya 50 % siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Beberapa siswa yang aktif bersifat monoton. Saat pembelajaran Fisika beberapa siswa masih berbicara sendiri sehingga tidak mendengar ketika namanya dipanggil oleh guru.

Rendahnya kemampuan afektif siswa terjadi karena pelaksanaan penilaian dan pembelajaran yang masih konvensional. Guru menyatakan bahwa selama ini hanya menggunakan pembelajaran konsep dengan metode ceramah. Penilaian pembelajaran yang digunakan juga masih konvensional, hnya menilai kemampuan kognitif siswa tanpa memperhitungkan proses yang dilaksanakan.

Pernyataan salah satu siswa kelas VIII-A melalui kegiatan wawancara sesuai dengan pernyataan guru. Menurut siswa, Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dimengerti. Pendekatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional seperti ceramah membuat siswa kurang berminat untuk belajar Fisika. Mengenai penilaian pembelajaran, siswa menyatakan bahwa guru biasa memberikan ulangan mencongak serta menilai kelengkapan catatan siswa.

(8)

commit to user

Pelaksanaan pembelajaran Fisika berupa penilaian dan pendekatan pembelajaran yang masih bersifat konvensional menjadi sumber masalah sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan afektif siswa. Padahal pada hakikatnya, pembelajaran Fisika menekankan pada proses dan sikap ilmiah sehingga lebih bermakna. Hasil wawancara prasiklus dengan guru dan siswa selengkapnya disajikan pada Lampiran 12 halaman 112 dan Lampiran 15 halaman 124.

d. Analisis Kondisi Awal (Pra Siklus)

Berdasarkan hasil angket, observasi dan wawancara, kemampuan afektif siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menunjukkan bahwa kemampuan afektif siswa masih di bawah kriteria minimal yang seharusnya 75 %. Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa. Tindakan tersebut berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual.

“Penilaian portofolio adalah kumpulan hasil karya, pekerjaan, atau tugas siswa. Karya-karya yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan siswa itu dipilih dan dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kemampuan atau kompetensi siswa” (Suwandi, 2009: 93-94). Kompetensi siswa yang dinilai dalam penilaian portofolio ini adalah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru tidak hanya menilai hasil akhir pemahaman siswa, namun juga menilai keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Arifin (2012: 197) menyampaikan bahwa,

“Portofolio juga dapat dipandang sebagai collection of learning experience

yang ada di dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud pengetahuan

(cognitif), keterampilan (psychomotor) maupun sikap dan nilai (affective)”.

Menurut Depdiknas (2007: 1) dapat dirangkum bahwa

pembelajaran IPA hendaknya merevitalisasi keterampilan proses sains bagi siswa, guru, dan calon guru untuk mengembangkan kemampuan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan (interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, Tabel) serta menarik kesimpulan. Oleh karena itu,

(9)

commit to user

diperlukan pendekatan proses dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika salah satunya adalah pendekatan kontekstual.

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

merupakan proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Oka, 2011: 82). Kunandar (2009: 299) menyatakan bahwa, siswa aktif menjadi salah satu ciri pembelajaran kontekstual. Dengan pembelajaran kontekstual, siswa dituntut aktif sehingga kemampuan afektifnya meningkat.

Pendekatan kontekstual mendukung pelaksanaan penilaian

pembelajaran menggunakan penilaian portofolio sehingga penilaian portofolio dengan pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa. Penerapan penilaian portofolio dengan pendekatan kontestual dilaksanakan di semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013 pada materi pokok Alat Optik. Materi Alat Optik.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus. Untuk menilai keberhasilan tindakan, setiap pelaksanaan siklus dilakukan observasi dan di akhir siklus diberikan angket kemampuan afektif kepada siswa. Siklus/daur dalam Penelitian Tindakan Kelas meliputi 4

tahap, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting). (Daryanto, 2012: 21)

2. Siklus I

Siklus I terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian kegiatan akan

diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap ini, guru menyiapkan seluruh perangkat yang diperlukan sebelum tindakan. Menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), rencana penilaian portofolio, dan rubrik penilaian portofolio.

(10)

commit to user

Pendapat Kunandar dapat dirangkum bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya. (2009: 411- 412)

Menurut Arifin (2009: 213- 214) tahap penilaian portofolio dapat dirangkum yaitu menentukan tujuan dan fokus portofolio; menentukan isi portofolio; mengembangkan kriteria penilaian; menyusun format penilaian; mengidentifikasi pengorganisasian portofolio; menggunakan portofolio dalam praktik; menilai pelaksanaan portofolio; menilai portofolio secara umum.

Penilaian portofolio yang dirancang diterapkan dengan pendekatan kotekstual. Tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual dapat dirangkum yaitu kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian autentik (Kunandar, 2009: 305- 317). Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) disesuaikan dengan pendekatan kontekstual dan penerapan penilaian portofolio.

Pelaksanaan siklus I direncanakan sebanyak 3 x 2 jam pelajaran. Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada pokok materi Konsep Alat Optik, Mata, Cacat Mata dan Kaca Mata, Lup dan Kamera. Sesuai dengan komponen pembelajaran kontekstual, dalam menyusun RPP dan LKS metode pembelajaran yang digunakan adalah praktikum dan diskusi. Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian portofolio untuk menilai proses dan hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 3, 10, dan 17 Mei 2013. Setiap pertemuan

(11)

commit to user 1) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama tanggal 3 Mei 2013, guru menyampaikan materi pembelajaran konsep Alat Optik dan Mata sebagai Alat Optik. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah membagi siswa menjadi empat kelompok, kemudian membagikan LKS dan meminta siswa mendiskusikan konsep Alat Optik. Guru membantu siswa dengan memperlihatkan beberapa model Alat Optik yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjelaskan Konsep Mata sebagai Alat Optik guru membagikan alat percobaan kepada siswa sehingga siswa dapat bereksperimen dan menemukan sendiri konsep mengenai Mata sebagai Alat Optik. Setelah siswa melakukan eksperimen, guru meminta siswa untuk mendiskusikan pertanyaan yang terdapat di dalam lembar kerja siswa supaya terbentuk kelompok belajar yang baik.

Setelah diskusi selesai dilaksanakan, salah satu perwakilan kelompok diminta maju ke depan untuk menyampaikan hasil diskusi dan teman dari kelompok lain memberikan pertanyaan serta masukan. Dalam proses pembelajaran ini, semua siswa dituntut aktif. Selama proses pembelajaran guru melakukan penilaian portofolio berupa kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik siswa.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diminta membuat laporan percobaan yang ditulis tangan menggunakan format laporan ilmiah. Tugas laporan percobaan akan digunakan sebagai penilaian portofolio kemapuan kognitif.

2) Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua tanggal 10 Mei 2013, guru menyampaikan pokok materi Cacat Mata dan Kacamata. Di pertemuan ke dua, guru menggunakan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Sebelum kegiatan praktikum, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Seperti pada pertemuan sebelumnya, siswa melakukan kegiatan praktikum kemudian

(12)

commit to user

diskusi secara kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelas dan tanya jawab.

Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa dengan melakukan observasi. Untuk penilaian kognitif, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Hasil penilaian siswa berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi penilaian portofolio siswa.

3) Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ke tiga tanggal 17 Mei 2013, guru menyampaikan pokok materi Lup dan Kamera. Di pertemuan ketiga, guru menggunakan metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab. Sebelum kegiatan praktikum, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Seperti pada pertemuan sebelumnya, siswa melakukan kegiatan praktikum kemudian diskusi secara kelompok, dilanjutkan dengan diskusi kelas dan tanya jawab.

Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa dengan melakukan observasi. Untuk penilaian kognitif, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Hasil penilaian seswa berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik menjadi penilaian portofolio siswa.

c. Tahap Observasi Tindakan Siklus I

Selama pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti melakukan observasi selama proses pembelajaran. Selain observasi, dilakukan pembagian angket kemampuan afektif kepada seluruh siswa serta melakukan wawancara kepada lima siswa. Hasil analisis angket kemampuan afektif serta hasil observasi sebagai berikut. Hasil perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 21 halaman 226.

(13)

commit to user

1) Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa setelah Siklus I

Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta setelah dilaksanakan tindakan siklus I penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan konstekstual. Angket siswa terdiri dari 40 pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju. Angket siswa terdiri dari lima aspek kemampuan afektif diantaranya sikap, minat, konsep diri, dan nilai. Hasil angket kemampuan afektif siswa kelas VIII-A tiap aspek setelah siklus I disajikan pada Tabel 4.5 berikut. Prosentase hasil angket kemampuan afektif siswa berkisar dari 61,98 % sampai 78, 93 % dengan rata-rata 75,30 %.

Tabel 4.5. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 78,94 % 2. Minat 72,57 % 3. Konsep diri 61,98 % 4. Nilai 77,78 % 5. Moral 84,55 % Rata-Rata 75,16 %

Kemampuan afektif siswa pada siklus I berdasarkan hasil angket atiap spek disajikan pada diagram Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus I

50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 RATA-RATA Siklus I ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(14)

commit to user

Aspek kemampuan afektif kemudian dijabarkan menjadi sepuluh indikator. Aspek Sikap teragi menjadi tiga indikator, aspek minat terbagi menjadi empat indikator, aspek konsep diri, aspek nilai, dan aspek moral. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator disajikan pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel.4.6.Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 81,42 %

2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 74,65 %

3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 %

4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 71,01 %

5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja

keras) 73,44 %

6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 70,31 %

7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,52 %

8. Konsep Diri (Pernyataan tentang

kemampuan diri sendiri) 61,98 %

9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan

suatu obyek) 77,78 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan

tidak baik) 85,24 %

Rata-Rata 75,21 %

Kemampuan afektif siswa pada siklus I berdasarkan hasil angket tiap indikator disajikan pada diagram Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Siklus I

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(15)

commit to user

2) Hasil Penilaian Observasi Kemampuan Afektif Siswa

Kemampuan afektif siswa diukur dengan menggunakan angket kemampuan afektif dan lembar observasi. Prosentase hasil angket kemampuan afektif siswa berkisar dari 62,78 % sampai 84,72 % dengan rata-rata 73,57 %. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus I tiap aspek dan tiap indikator disajikan pada Tabel 4.7. dan 4.8. berikut.

Tabel 4.7. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus I Tiap Aspek

No Aspek Prosentase 1. Sikap 81,48 % 2. Minat 62,78 % 3. Konsep diri 55,56 % 4. Nilai 83,33 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 73,57 %

Kemampuan afektif siswa pada siklus I tiap aspek berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada diagram Gambar 4.3. berikut.

Gambar 4.3. Diagram Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus I

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(16)

commit to user

Tabel 4.8. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prosentase

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 75,00 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 69,44 %

3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100 %

4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 58,33 %

5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 66,67 %

6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 72,22 %

7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

guru 55,56 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan

guru 61,11 %

9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 55,56 %

10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru 83,33 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara santun 83,33 %

12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 86,11 %

Rata-Rata 72,00 %

Kemampuan afektif siswa pada siklus I tiap aspek berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada diagram Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4. Diagram Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIIIA Tiap Indikator Siklus I

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I

INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(17)

commit to user d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 74,34 % menjadi 75,30 % dengan kisaran nilai antara 61,98 % - 85,24 %. Meskipun dari beberapa aspek justru menunjukkan penurunan, namun hanya sedikit dan tidak berpengaruh. Peningkatan kemampuan afektif siswa dari kondisi pra siklus disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklusi I Tiap Aspek

No Aspek Prosentase

Pra Siklus Siklus 1

1. Sikap 79,34 % 78,94 % 2. Minat 70,36 % 72,57 % 3. Konsep diri 64,06 % 61,98 % 4. Nilai 76,22 % 77,78 % 5. Moral 84,72 % 84,55 % Rata-Rata 74,94 % 75,16 %

Tabel 4.9 disajikan berupa diagram pada Gambar 4.5 berikut. Pada gambar, diagram berwarna putih menunjukkan hasil kemampuan afektif pra siklus dan diagram berwarna hitam menunjukkan hasil kemampuan afektif setelah dilakukan tindakan pada siklus I.

Gambar 4.5. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Aspek Pra Siklus dan Siklus I 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 RATA-RATA Pra Siklus Siklus I ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(18)

commit to user

Berdasarkan hasil angket kemampuan afektif siswa per indikator yang ada di Tabel 4.9 menunjukkan peningkatan berdasarkan indikator maupun rata-rata kelas. Tujuh dari sepuluh indikator kemampuan afektif hasil angket siswa menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu besar. Tujuh indikator tersebut adalah Afeksi, Kesukaan, Keterlibatan, Ketertarikan, Perhatian, Nilai, Moral. Rata-rata kemampuan afektif siswa meningkat dari siklus I sebesar 74,44 % meningkat sebesar 75,21 % pada siklus II.

Perbandingan kemampuan afektif siswa pra siklus dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel.4.10. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklus I Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

Pra Siklus Siklus I

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 84,03 % 81,42 %

2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 73,26 % 74,65 %

3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 80,73 %

4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 67,01 % 71,01 %

5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja

keras) 70,31 % 73,44 %

6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 68.75 % 70,31 %

7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,35 % 75,52 %

8. Konsep Diri (Pernyataan tentang

kemampuan diri sendiri) 64,06 % 61,98 %

9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang

keadaan suatu obyek) 76,22 % 77,78 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan

tidak baik) 84,72 % 85,24 %

Rata-Rata 74,44 % 75,21 %

Berdasarkan Tabel 4.10 disajikan diagram Gambar 4.6 berikut. Pada gambar, diagram berwarna putih menunjukkan hasil kemampuan afektif pra siklus dan diagram berwarna hitam setelah dilakukan tindakan pada siklus I.

(19)

commit to user

Gambar 4.6. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Indikator Pra Siklus dan Siklus I

Hasil observasi kemampuan afektif siswa menunjukkan hasil yang sesuai dengan angket. Berdasarkan Tabel 4.7. dapat hasil observasi kemampuan afektif siswa disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 43,68 % menjadi 73,57 % dengan kisaran nilai antara 55,56 % - 84,72 %. Seluruh aspek mengalami peningkatan dari keadaan pra siklus. Peningkatan kemampuan afektif siswa dari keadaan prasiklus disajikan pada Tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklus I Tiap Aspek

No Aspek Prosentase

Pra Siklus Siklus I

1. Sikap 69,43 % 81,48 % 2. Minat 19,45 % 62,78 % 3. Konsep diri 11,11 % 55,56 % 4. Nilai 46,20 % 83,33 % 5. Moral 72,23 % 84,72 % Rata-Rata 43,68 % 73,57 %

Peningkatan kemampuan afektif siswa pada siklus I dari pra siklus tiap aspek berdasarkan hasil observasi dapat dilihat pada diagram Gambar

50% 60% 70% 80% 90% 100% Pra Siklus Siklus I INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(20)

commit to user

4.7 berikut. Pada gambar, diagram berwarna putih menunjukkan hasil kemampuan afektif pra siklus dan diagram berwarna hitam menunjukkan hasil kemampuan afektif setelah dilakukan tindakan pada siklus I.

Gambar 4.7 Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Pra Siklus dan Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 41,90 % menjadi 69,44 % dengan kisaran nilai antara 22,22 % - 86,11 %. Dua belas indikator mengalami peningkatan dari pra siklus. Peningkatan kemampuan afektif siswa berdasarkan aspek dan indikator pada siklus I terjadi karena telah dilaksanakan tindakan berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual di kelas VIII-A SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menuntut siswa untuk lebih aktif pada setiap proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa.

Peningkatan kemampuan afektif siswa hasil observasi disajikan pada Tabel 4.12 berikut.

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Pra Siklus Siklus I

ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(21)

commit to user

Tabel 4.12. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus dan Siklus I Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prsentase

Pra Siklus Siklus I

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 58,30 % 75,00 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 50,00 % 69,44 %

3. Siswa hadir mengikuti kegiatan

pembelajaran 100,0 % 100,0 %

4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 41,67 % 58,33 %

5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok 0,00 % 66,67 %

6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum

Fisika 0,00 % 72,22 %

7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh guru 13,89 % 55,56 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang

disampaikan guru 41,67 % 61,11 %

9. Siswa berani mengerjakan soal di depan

kelas. 11,11 % 55,56 %

10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru 47,20 % 83,33 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara

santun 77,78 % 83,33 %

12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 66,67 % 86,11 %

Rata-Rata 42,36 % 72,00 %

Peningkatan kemampuan afektif siswa pada siklus I dari pra siklus digambarkan pada Gambar 4.8 berikut.

Gambar 4.8. Diagram Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Pra Siklus dan Siklus I 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Pra Siklus Siklus I INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(22)

commit to user

Peningkatan kemampuan afektif siswa diikuti peningkatan hasil nilai kognitif siswa. Rata-rata nilai kognitif siswa pra siklus menunjukkan hasil 6,98 setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I menggunakan penilaian disajikan pada Lampiran 18 halaman 216. Analisis hasil nilai kognitif siswa siklus I disajikan pada Lampiran 18 halaman 176.

Peningkatan nilai kemampuan afektif siswa yang sesuai dengan peningkatan nilai kemampuan kognitif siswa menunjukkan kesesuaian dengan teori. Peningkatan nilai kognitif siswa siklus I belum terlalu signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisa mengenai hasil yang telah diperoleh serta proses yang telah dilakukan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menunjukkan hasil yang cukup baik jika dibandingkan sebelum tindakan. Proses pembelajaran yang sebelumnya menggunakan pendekatan konsep berubah total setelah dilakukan pendekatan kontekstual. Pelaksanaan pembelajaran lebih sering dilaksanakan di laboratorium dibanding di kelas.

Pelaksanaan pembelajaran pada materi konsep Alat Optik Mata, Mata sebagai Alat Optik, Cacat Mata dan Kacamata, Lup, dan amera membutuhkan peralatan kit Optik. Selama proses pembelajaran, siswa menggunakan kit Optik bersama kelompok. Namun, pelaksanaan pembelajaran kurang sedikit terhambat karena siswa baru mengenal alat-Alat Optik yang digunakan. Belajar di laboratorium juga menjadi pengalaman yang baru untuk siswa, sehingga memerlukan waktu yang agak lama untuk siswa beradaptasi dengan ruang laboratorium. Meskipun demikian, kemampuan afektif siswa aspek sikap dan minat meningkat.

Kegiatan diskusi kelompok kurang berjalan maksimal karena siswa tidak terbiasa melakukan kegiatan diskusi kelompok sebelumnya. Tidak ada yang sungkan saat perwakilan kelompok diminta maju ke depan meskipun kemampuan menyampaikan masih kurang. Kemampuan afektif siswa aspek konsep diri, nilai, dan moral terlatih dalam tahap ini. Siswa mulai bertanya

(23)

commit to user

kepada guru, namun beberapa siswa masih menggunakan komunikasi yang kurang sopan terhadap guru.

Setelah kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, siswa diminta membuat laporan praktikum secara individu. Kemampuan afektif siswa aspek konsep diri, nilai, dan moral diuji dalam tahap ini. Beberapa siswa masih mencontek pekerjaan temannya serta masih ada yang mengumpulkan melebihi waktu yang telah ditentukan. Siswa mulai belajar dengan penulisan laporan ilmiah dan mengalami kemajuan yang cukup baik.

Analisis hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket dan observasi menunjukkan bahwa ada beberapa indikator kemampuan afektif siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan. Beberapa indikator kemampuan afektif yang belum tuntas mempengaruhi hasil akhir nilai kognitif siswa yang meningkat tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu tindakan dilanjutkan pada siklus II.

3. Siklus II

Siklus II terdiri dari kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan

(acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Rincian kegiatan akan

diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II

Langkah pertama yaitu merencanakan tindakan siklus II berdasarkan refleksi pada siklus I. Pada tahap perencanaan tindakan siklus II, guru menyiapkan seluruh perangkat yang diperlukan sebelum tindakan. Selanjutnya menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), rencana penilaian portofolio, dan rubrik penilaian portofolio.

Pelaksanaan siklus I direncanakan sebanyak 2 x 2 jam pelajaran. Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada pokok materi Mikroskop sebagai Alat Optik, Teleskop sebagai Alat Optik, dan Periskop sebagai Alat Optik. Sesuai dengan komponen pembelajaran kontekstual, dalam menyusun RPP dan LKS metode pembelajaran yang digunakan adalah praktikum dan diskusi. Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian portofolio untuk

(24)

commit to user

menilai proses dan hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 24 dan 31 Mei 2013. Setiap pertemuan selama 2 x 40 menit.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II 1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013. Guru menyampaikan materi pembelajaran Mikroskop sebagai Alat Optik dan Teleskop sebagai Alat Optik. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah membagi siswa menjadi empat kelompok, kemudian membagikan LKS dan meminta siswa melakukan praktikum. Siswa melakukan kegiatan praktikum dan diskusi secara kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelas dan tanya jawab. Selama kegiatan pembelajaran, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotik masing-masing siswa. Untuk penilaian kognitif portofolio, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan tanggal 31 Mei 2013. Guru menyampaikan pokok materi Periskop sebagai Alat Optik. Di pertemuan ke lima, siswa diminta membuat sebuah produk periskop sederhana. Sebelum kegiatan, guru membagi siswa ke dalam empat kelompok dan membagikan alat dan bahan yang diperlukan. Siswa membuat produk periskop sederhana secara kelompok kemudian melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan.

Selama kegiatan pembelajaran pertemuan kedua, guru melakukan penilaian afektif dan psikomotorik masing-masing siswa. Untuk penilaian kognitif portofolio, siswa menulis hasil laporan ilmiah kegiatan percobaan yang dilakukan. Setelah kegiatan membuat produk selesai dilakukan tes akhir untuk melihat kepahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

(25)

commit to user c. Tahap Observasi Tindakan Siklus II

Selama pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti melakukan observasi saat proses pembelajaran. Selain observasi, peneliti juga membagikan angket kemampuan afektif kepada seluruh siswa serta melakukan wawancara kepada lima siswa. Hasil analisis angket kemampuan afektif serta hasil observasi sebagai berikut.

1) Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa

Angket kemampuan afektif diberikan kepada 36 siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta setelah dilaksanaan tindakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual. Angket tersebut terdiri dari lima aspek kemampuan afektif. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap aspek setelah siklus II ditunjukkan pada Tabel 4.9. Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator setelah siklus II disajikan pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase 1. Sikap 83,68 % 2. Minat 78,78 % 3. Konsep diri 75,17 % 4. Nilai 79,12 % 5. Moral 85,94 % Rata-Rata 80,53 %

Hasil angket kemampuan afektif siswa tiap aspek disajikan pada Gambar 4.9 berikut.

Gambar 4.9. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus II

50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(26)

commit to user

Hasil agket kemampuan afektif siswa berdasarkan aspek kemampuan afektif siswa dijabarkan menjadi 10 indikator. Hasil angket kemampuan afektif siswa kelas VIII-A Siklus II tiap indikator disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 86,11 %

2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 80,04 %

3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 84,90 %

4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 76,91 %

5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja keras) 79,34 %

6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 77,60 %

7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 81,25 %

8. Konsep Diri (Pernyataan tentang kemampuan diri

sendiri) 75,17 %

9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang keadaan suatu

obyek) 79,17 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan tidak

baik) 85,94 %

Rata-Rata 80,64 %

Berdasarkan Tabel 4.14 diagram hasil angket kemampuan afektif siswa tiap indikator setelah dilaksanakan tindakan siklus II disajikan pada Gambar 4.10 berikut.

Gambar 4.10. Diagram Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Setelah Siklus II 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(27)

commit to user

2) Hasil Penilaian Observasi Kemampuan Afektif Siswa

Kemampuan afektif siswa diukur dengan menggunakan angket kemampuan afektif dan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan pada Tabel 4.15. berikut.

Tabel 4.15. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek

No Aspek Prosentase 1. Sikap 87,03 % 2. Minat 78,33 % 3. Konsep diri 75,00 % 4. Nilai 88,88 % 5. Moral 84,72 % Rata-Rata 82,79 %

Berdasarkan Tabel 4.15. Hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan dengan diagram pada Gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11.Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Aspek Siklus II

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(28)

commit to user

Hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan observasi selama siklus II dibagi menjadi 12 indikator. Hasil observasi siklus II tiap indikator disajikan pada Tabel 4.16 berikut.

Tabel 4.16 Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prosentase

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 83,33 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 77,78 %

3. Siswa hadir mengikuti kegiatan pembelajaran 100 %

4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 75,00 %

5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi kelompok 77,78 %

6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum Fisika 80,55 %

7. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

guru 75,00 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang disampaikan

guru 83,33 %

9. Siswa berani mengerjakan soal di depan kelas. 75,00 %

10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru 88,88 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara santun 86,11 %

12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 83,33 %

Rata-Rata 82,17 %

Berdasarkan Tabel 4.16 hasil observasi kemampuan afektif siswa selama siklus II disajikan dengan diagram pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12.Diagram Observasi Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Tiap Indikator Siklus II

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(29)

commit to user d. Tahap Refleksi Tindakan Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.13. dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 75,30 % menjadi 80,53 % dengan kisaran nilai antara 75,17 % - 85,94 %. Prosentase aspek sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral mengalami kenaikan.

Berdasarkan Tabel 4.13. kemampuan afektif siswa menunjukkan peningkatan dari siklus II. Rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 80,53 % sudah di atas kriteria minimal yaitu 75,00 %. Seluruh aspek kemampuan afektif menunjukkan nilai di atas kriteria minimal. Perbandingan siklus II dari siklus I disajikan pada Tabel 4.17. berikut.

Tabel 4.17. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek

No Aspek Prosentase Siklus I Siklus II 1. Sikap 78,93 % 83,68 % 2. Minat 72,57 % 78,78 % 3. Konsep diri 61,98 % 75,17 % 4. Nilai 77,78 % 79,12 % 5. Moral 85,24 % 85,94 % Rata-Rata 75,30 % 80,53 %

Tabel 4.17 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.13 berikut.

Gambar 4.13. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(30)

commit to user

Berdasarkan Tabel 4.14, hasil angket kemampuan afektif siswa per indikator menunjukkan peningkatan berdasarkan indikator maupun rata-rata kelas. Kisaran nilai 75,17 % - 85.94 % dengan rata-rata kelas sebesar 80,64 %. Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket tiap indikator antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 4.18 berikut. Tabel.4.18. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I

dan Siklus II Tiap Indikator

No Indikator Prosentase

Siklus I Siklus II

1. Kognisi (kepercayaan, ide, atau konsep) 81,42 % 86,11 %

2. Afeksi (Perasaan terhadap sesuatu) 74,65 % 80,04 %

3. Konasi (kecenderungan bertingkah laku) 80,73 % 84,90 %

4. Kesukaan (gairah dan inisiatif ) 71,01 % 76,91 %

5. Keterlibatan (kemauan, keuletan, dan kerja

keras) 73,44 % 79,34 %

6. Ketertarikan (responsif dan kesegeraan) 70,31 % 77,60 %

7. Perhatian (konsentrasi dan ketelitian 75,52 % 81,25 %

8. Konsep Diri (Pernyataan tentang

kemampuan diri sendiri) 61,98 % 75,17 %

9. Nilai (Keyakinan seseorang tentang

keadaan suatu obyek) 77,78 % 79,17 %

10. Moral (pendapat, tindakan yang baik dan

tidak baik) 85,24 % 85,94 %

Rata-Rata 75,21 % 80,64 %

Tabel 4.18 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.14 berikut.

Gambar 4.14. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Angket Tiap Indikator Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II

50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN P R O S E N T A S E

(31)

commit to user

Tabel 4.15 merupakan hasil observasi kemampuan afektif siswa menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 80,09 % sudah di atas kriteria minimal yaitu 75,00 %. Seluruh aspek kemampuan afektif juga menunjukkan nilai di atas kriteria minimal. Berdasarkan Tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 66,90 % menjadi 76,68 % dengan kisaran nilai antara 27,78 % - 90,28 %. Seluruh aspek mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan indikator masing-masing aspek disajikan pada Tabel 4.19. berikut.

Tabel 4.19. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus II Tiap Aspek No Aspek Prosentase Siklus I Siklus II 1. Sikap 81,48 % 87,03 % 2. Minat 62,78 % 78,33 % 3. Konsep diri 55,56 % 75,00 % 4. Nilai 83,33 % 88,88 % 5. Moral 84,72 % 84,72 % Rata-Rata 73,57 % 82,79 %

Tabel 4.19 disajikan dalam diagram pada Gambar 4.15 berikut.

Gambar 4.15. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Observasi Tiap Aspek Siklus I dan Siklus II 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II ASPEK KEMAMPUAN AFEKTIF P R O S E N T A S E

(32)

commit to user

Tabel 4.16. hasil observasi kemampuan afektif siswa per indikator selama siklus II dapat disimpulkan bahwa rata-rata kelas kemampuan afektif siswa meningkat dari 69,44 % menjadi 80,09 % dengan kisaran nilai antara 75,00 % - 88,88 %. Dua belas indikator mengalami peningkatan dari siklus I. Perbandingan antara siklus I dan siklus II disajikan pada Tabel 4.20 berikut.

Tabel 4.20. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II Tiap Indikator

No Hal yang diamati Prosentase

Siklus I Siklus II

1. Siswa sungguh-sungguh selama mengikuti

pembelajaran Fisika 75,00 % 83,33 %

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 69,44 % 77,78 %

3. Siswa hadir mengikuti kegiatan

pembelajaran 100 % 100 %

4. Siswa menggunakan buku panduan Fisika 58,33 % 75,00 %

5. Siswa aktif dalam kegiatan diskusi

kelompok 66,67 % 77,78 %

6. Siswa aktif dalam kegiatan praktikum

Fisika 72,22 % 80,55 %

7. Siswa menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru 55,56 % 75,00 %

8. Siswa aktif mencatat materi yang

disampaikan guru 61,11 % 83,33 %

9. Siswa berani mengerjakan soal di depan

kelas. 55,56 % 75,00 %

10. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru 83,33 % 88,88 %

11. Siswa berkomunikasi dengan guru secara

santun 83,33 % 86,11 %

12. Siswa menggunakan seragam dengan rapi 86,11 % 83,33 %

Rata-Rata 72,22 % 82,17 %

Tabel 4.20. hasil observasi kemampuan afektif siswa kelas VIII-A Siklus I dan Siklus II tiap indikator disajikan dalam diagram pada Gambar 4.16 berikut.

(33)

commit to user

Gambar 4.16. Diagram Kenaikan Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Observasi Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II berupa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual menunjukkan peningkatan kemampuan afektif siswa dari siklus I. Siswa sudah mulai mengenal alat-alat praktikum yang digunakan serta tahu apa fungsi dan cara menggunakannya. Aspek sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran Fisika meningkat karena pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu siswa kelas VIII-A saat wawancara.

Penerapan penilaian portofolio yang menilai proses pembelajaran menuntut siswa untuk lebih aktif saat kegiatan pembelajaran. Siswa tidak lagi sungkan saat bertanya, menyampaikan pendapat, dan diskusi kelompok. Aspek konsep diri siswa meningkat karena penilaian tidak dilakukan dengan menegangkan. Aspek nilai dan moral siswa meningkat selama proses pembelajaran. Siswa menyadari bahwa belajar Fisika sangat bermanfaat. Tabel 4.2 menunjukkan kemmapuan afektif siswa menurun pada indikator

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Siklus I Siklus II INDIKATOR KEMAMPUAN AFEKTIF

P R O S E N T A S E

(34)

commit to user

12. Hal ini terjadi karena guru kurang memperhatikan factor tersebut meskipun secara rata-rata kemampuan afektif siswa aspek moral meningkat.

Peningkatan kemampuan afektif siswa siklus II dari siklus I diikuti dengan peningkatan nilai kemampuan kognitif siswa. Rata-rata nilai kognitif siswa siklus II yaitu 8,44 meningkat 1,08 dari hasil siklus I sebesar 7,36. Peningkatan nilai kognitif siswa yang sesuai dengan peningkatan nilai kemampuan afektif siswa menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori.

Analisis hasil kemampuan afektif siswa berdasarkan angket dan observasi menunjukkan bahwa semua aspek indikator kemampuan afektif siswa sudah memenuhi kriteria ketuntasan. Oleh karena itu, tindakan dihentikankan pada siklus II.

D.PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa baik sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Peningkatan kemampuan afektif siswa dapat dilihat selama proses pembelajaran Fisika melalui observasi serta pernyataan siswa melalui angket dan wawancara.

Berdasarkan wawancara siswa, penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual lebih menyenangkan dan membuat Fisika lebih menarik untuk dipelajari. Beberapa siswa berpendapat setelah dilaksanakan perlakuan membuat siswa lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Penerapan penilaian dan pembelajaran yang bertumpu pada siswa membuat siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih bermakna.

“Penilaian portofolio adalah penilaan yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu” (Kemendikbud, 2013: 5). Penerapan penilaian portofolio yang menilai seluruh kegiatan siswa dari proses

(35)

commit to user

pembelajaran, kemampuan afektif, serta kemampuan kognitif siswa membuat siswa lebih tertuntut untuk aktif selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran Fisika.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual bertumpu pada proses pembelajaran bukan hasil akhir pembelajaran, sehingga pembelajaran jauh lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oka yang menyampaikan bahwa, “Hasil pembelajaran kontekstual diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil” (2011: 82). Siswa dalam kegiatan wawancara menyatakan bahwa setelah dilaksanakan tindakan, pembelajaran lebih menyanangkan.

Pada siklus I dilaksanakan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual selama tiga kali pertemuan. Pelaknsanaan pendekatan kontekstual menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran bertempat di labororatorium IPA. Setiap pertemuan siswa melakukan eksperimen secara langsung kemudian mendiskusikan hasilnya dengan menggunakan media Lembar Kerja Siswa. Selama proses pembelajaran, siswa antusias dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa tidak malu bertanya jika ada langkah kerja atau hal yang belum dipahami. Hal ini terbukti dengan hasil angket siswa menunjukkan rata-rata kemampuan afektif siswa sebesar 75,30 % dari hasil pra siklus sebesar 74,34 %. Hasil observasi pra siklus sebesar 43,68 % meningkat menjadi 73,57 %.

Berdasarkan hasil dari siklus I, hasil rata-rata angket menunjukkan hasil yang sudah melebihi indikator capaian namun ada dua aspek yang belum tuntas. Sedangkan rata-rata hasil kemampuan afektif berdasarkan observasi belum mencapai indikator capaian penelitian. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan perlu dilanjutkan pada siklus II.

Hasil refleksi siklus I, diperlukan inovasi pada proses pembelajaran di siklus II. Inovasi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II adalah membuat produk berupa periskop sederhana. Setelah dilaksanakan dua pertemuan pada

(36)

commit to user

siklus II, kemampuan afektif siswa mengalami peningkatan ditinjau dari hasil angket maupun hasil observasi. Hasil rata-rata kemampuan afektif siswa berdasarkan angket sebesar 80,53 % serta lima aspek melebihi keberhasilan indikator capaian. Hal ini sesuai dengan rata-rata hasil observasi sebanyak 82,79 % serta semua aspek mencapai indikator keberhasilan penelitian. Berdasarkan hasil siklus II yang sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian, penelitian dihentikan pada siklus II.

Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II berdasarkan angket disajikan pada Tabel 4.21 berikut.

Tabel 4.21. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek

No Aspek Prosentase Indikator

Penelitian Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Sikap 79,34 % 78,94 % 83,68 % 75,00 % 2. Minat 70,36 % 72,57 % 78,78 % 75,00 % 3. Konsep diri 64,06 % 61,98 % 75,17 % 75,00 % 4. Nilai 76,22 % 77,78 % 79,12 % 75,00 % 5. Moral 84,72 % 84,55 % 85,94 % 75,00 % Rata-Rata 74,94 % 75,16 % 80,53 % 75,00 %

Perbandingan hasil kemampuan afektif siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II berdasarkan observasi disajikan pada Tabel 4.22 berikut.

Tabel 4.22. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Tiap Aspek

No

Aspek Prosentase Indikator

Penelitian Pra Siklus Siklus I Siklus II

1. Sikap 69,43 % 81,48 % 87,03 % 75,00 % 2. Minat 19,45 % 62,78 % 78,33 % 75,00 % 3. Konsep diri 11,11 % 55,56 % 75,00 % 75,00 % 4. Nilai 46,20 % 83,33 % 88,88 % 75,00 % 5. Moral 72,23 % 84,72 % 84,72 % 75,00 % Rata-Rata 43,68 % 73,57 % 82,79 % 75,00%

Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 menunjukkan peningkatan kemampuan afektif siswa dari kondisi pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada siklus I hasil angket menunjukkan kemampuan afektif siswa aspek sikap 78,93 %, aspek minat 72,57 %, aspek konsep diri 61,98 %, aspek nilai 77,78 %, dan aspek moral 85,24 %

(37)

commit to user

dengan rata-rata 75,30 %. Hasil angket siswa sesuai dengan hasil observasi yaitu aspek sikap 81,48 %, aspek minat 62,78 %, aspek konsep diri 55,56 %, aspek nilai 83,33 %, dan aspek moral 84,72 % dengan rata-rata 73,57 %. Pada siklus II hasil angket menunjukkan kemampuan afektif siswa aspek sikap 83,68 %, aspek minat 78,78 %, aspek konsep diri 75,17 %, aspek nilai 79, 12 %, dan aspek moral 85,94 % dengan rata-rata 80,53 %. Hasil angket siswa sesuai dengan hasil observasi yaitu aspek sikap 87,03 %, aspek minat 78,33 %, aspek konsep diri 75,00 %, aspek nilai 88,88 %, dan aspek moral 84,72 % dengan rata-rata 82,79 %.

Penerapan penilaian portofolio yang menilai proses pembelajaran menuntut siswa untuk lebih aktif saat kegiatan pembelajaran. Siswa tidak lagi sungkan saat bertanya, menyampaikan pendapat, dan diskusi kelompok. Aspek konsep diri siswa meningkat karena penilaian tidak dilakukan dengan menegangkan. Aspek nilai dan moral siswa meningkat selama proses pembelajaran. Siswa menyadari bahwa belajar Fisika sangat bermanfaat.

Peningkatan kemampuan afektif siswa diikuti dengan peningkatan nilai kognitif siswa. Perbandingan nilai kognitif siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II disajikan pada Tabel 4.23 berikut.

Tabel 4.23. Hasil Nilai Kemampuan Kognitif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Tahapan Siklus Nilai

1. Pra Siklus 6,98

2. Siklus I 7,36

3. Siklus II 8,44

Berdasarkan hasil pembahasan di atas secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan afektif siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 hampir sama dengan yang telah dilaksanakan oleh Nugroho (2008). Nugroho (2008: 79) mengemukakan bahwa model penilaian portofolio membuat pembelajaran

(38)

commit to user

menjadi menyenangkan dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran yang sangat bermakna. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nugroho (2008) adalah pada tujuan penelitiannya. Fokus penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2008) adalah peningkatan daya kritis siswa sedangkan pada penelitian ini lebih luas yaitu meningkatkan kemampuan afektif siswa.

Penelitian yang lain mengenai penilaian portofolio dilaksanakan oleh Hadiyaturrido,dkk (2013). Hadiyaturrido,dkk (2013: 6) menyimpulkan bahwa nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode penilaian portofolio lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode penilaian konvensional. Penelitian penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiyaturrido,dkk. Penggunaan penilaian portofolio pada penelitian mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa yang secara tidak langsung diikuti oleh peningkatan kemampuan kognitif siswa. Hadiyaturrido,dkk (2013) melakukan penelitian pada pembelajaran IPS, penelitian ini dilakukan pada pembelajaran IPA khususnya Fisika.

Penelitian Oka (2011: 90) menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa yang dinilai dalam penelitian Oka (2011) hanya pada ranah sikap dan minat siswa. Penelitian penerapan penilaian portofolio yang dipadukan dengan pendekatan kontekstual pada penelitian ini mampu meningkatkan lima aspek kemampuan afektif siswa yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.

Wahyuni, dkk (2013: 7) menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model kontekstual berorientasi budaya lokal membentuk motivasi dan hasil belajar yang lebih baik pada siswa dibanding menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk (2013) dilakukan pada mata pelajaran IPA untuk anak SD sehingga lebih sesuai jika model kontekstual dipadukan dengan budaya lokal. Pada penelitian penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual memberikan temuan baru bahwa penerapan penilaian portofolio yang dipadukan dengan

(39)

commit to user

pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan afektif siswa mata pelajaran Fisika pada kelas VIII SMP.

Firmansyah (2010: 4) juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa. Berbeda dengan penerapan penilaian portofolio pada pembelajaran Fisika dengan pendekatan kontekstual, penelitian

yang dilakukan oleh Firmansyah menggunakan strategi pembelajaran Active

Knowledge Sharing disertai modul hasil penelitian. Kedua penelitian

membuktikan peningkatan kemampuan afektif siswa namun dengan hasil yang sedikit berbeda. Ketercapaian kemampuan afektif siswa pada siklus II yang

dilakukan dengan strategi pembelajaran Active Knowledge Sharing disertai modul

hasil penelitian sebesar 76,47 % sedangkan pada penelitian penerapan portofolio dengan pendekatan kontekstual sebesar 82,79 %.

Hery Purnomo menemukan perbedaan dengan penelitian ini. Hery Purnomo (2008: 51) menyimpulkan bahwa, kemampuan bekerjasama siswa kognitif tinggi lebih rendah dibanding siswa berkognitif rendah. Hasil ini dapat dilihat dari keadaan siswa sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Setelah diberikan perlakuan, kemampuan bekerjasama siswa meningkat, namun siswa kognitif rendah memiliki kemampuan bekerjasama lebih tinggi disbanding siswa berkognitif rendah.

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Angket Kemampuan Afektif Siswa Kelas VIII-A Pra Siklus  Tiap Aspek  No  Aspek  Prosentase  1
Tabel  4.4.Hasil  Observasi  Kemampuan  Afektif  Siswa  Kelas  VIII-A  Pra  Siklus Tiap Indikator
Gambar  4.1.  Diagram  Angket  Kemampuan  Afektif  Siswa  Kelas    VIII-A Tiap Aspek Siklus I
Gambar  4.2  Diagram  Angket  Kemampuan  Afektif  Siswa  Kelas VIII-A Tiap Indikator Siklus I
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

UNIVERSITI PUTRA MALAYSIA HUBUNGAN ANTARA DISPOSISI PEMIKIRAN KRITIS DENGAN SIKAP, PERSEPSI DAN EFIKASI SECARA PENGAJARAN KOPERATIF DALAM KALANGAN GURU PENDIDIKAN KHAS

Peraturan Pemerintah Nomor 22 /1982 (Tata Pengelolaan Air) menetapkan tentang dasar untuk pengelolaan daerah aliran sungai termasuk persyaratan untuk rencana keseluruhan

orang yang siqah, tetapi riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang dikemukakan oleh banyak periwayat yang siqah juga.. Sedangkan Kualitas matannya sesuai dengan kriteria

Salah satu jenis anemometer adalah thermal anemometer yang pernah dibuat oleh arif harianto (2005) menggunakan diode yang diseri dengan heater, konfigurasi ini tidak

yang berasal dari Norwegia mengatakan bahwa bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih yang dilakukan kepada individu lain atau kelompoknya

Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi hukum-hukum dasar kimia dan stoikiometri serta melatih keterampilan

Tingginya sikap terhadap wirausaha siswa yang memiliki kecerdasan adversitas rendah pada kelas kontrol yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe

Penggunaan teknologi informasi (TI) harus mampu menciptakan nilai (value) untuk pelanggan baik internal mapun eksternal. Artinya, persepsi keberhasilan penerapan TI di