• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN TENTANG

D. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin

57

dari pihak yang berwenang agar tidak terjadi penyalahgunaan Narkotika, dan ternyata di persidangan telah diperoleh fakta-fakta kalau para terdakwa menjadi perantara dalam jual beli Narkotika Gol.I berupa sabu-sabu tanpa ijin atau rekomendasi dari yang berwenang memberikannya, sehingga tidak ada kewenangan pada diri terdakwa yang tidak mempunyai hak dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin

putusan nomor 05/Pid.Sus- anak/2015/PN. Bjm

Dalam perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri Banjarmasin

dengan putusan nomor 05/Pid.Sus- anak tentang pidana penjualan

narkotika oleh anak. Penuntut Umum dalam tuntutan pidananya meminta kepada Majelis Hakim agar terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara selama 5 (lima) tahun /2015/PN. Bjm. dan pada saatnya penjatuhan suatu hukuman yang kira-kira sesuai atau tidaknya dengan kadar pidana yang dilakukannya dan apakah tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum tersebut terlalu berat atau tidak sesuai dengan kesalahan terdakwa.

Dalam menjatuhkan pidana terhadap terdakwa maka perlu adanya sebuah pertimbangan seorang hakim yang dimana sebagai seseorang yang memutuskan suatu perkara.

58

Terkait dengan putusan hakim tentang pertimbangan yang berisi keterangan saksi, pengakuan terdakwa dan bukti-bukti yang diajukan oleh penuntut umum yang dimana keterangan para saksi tersebut juga telah dibenarkan oleh terdakwa akan tetapi ketika seorang hakim menjatuhkan putusan maka perlu dipertimbangkan menyangkut hal-hal yang meringankan dan hal-hal yang memberatkan.

1. Hal-hal yang memberatkan

a. Perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah

dalam pemberantasan Narkoba.

2. Hal-hal yang meringankan

a. Terdakwa bersikap sopan dipersidangan

b. Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak

mengulangi lagi

c. Terdakwa belum pernah di hukum

Menimbang, bahwa memperhatikan hasil penelitian kemasyarakatan yang menyarankan agar klien (anak) diberikan sanksi berupa Pidana Penjara.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dalam pemeriksaan perkara ini telah menjalani penangkapan dan atau penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani tersebut harus dikurangkan sepenuhnya dari masa hukuman penjara atau pidana yang dijatuhkan.

59

Menimbang, bahwa oleh karena dikuatirkan terdakwa akan melarikan diri atau mengulangi perbuatannya maka sebelum putusan ini berkekuatan hukum tetap, maka terdakwa ditetapkan berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dalam perkara ini maka terdakwa tersebut harus pula dijatuhi hukuman membayar biaya perkara yang besarnya akan disebutkan dalam amar putusan ini.

Menimbang, bahwa barang bukti berupa 1 (satu) paket sabu-sabu dengan berat kotor 0,05 gram (berat bersih tanpa kemasan) yang telah dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan akan dipergunakan untuk mengulangi kejahatan, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dimusnahkan.

Menimbang, bahwa barang bukti berupa uang tunai Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) yang merupakan hasil dari kejahatan serta mempunyai nilai ekonomis, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut dirampas untuk negara.

60

Mengingat, pasal 114 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan pasal-pasal dari Undang - undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem peradilan Pidana Anak serta pasal-pasal dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta

peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.7

Mengadili :

1. Menyatakan Anak (terdakwa) Muhammad Iwan als

Iwan bin Sukri tersebut diatas terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan , Narkotika Golongan I bukan tanaman.

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu

dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun, 6 (enam) bulan, dan Pidana latihan kerja selama 3 (tiga) bulan.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan terdakwa tetap ditahan.

7

61

5. Memerintahkan barang bukti berupa.

a. 1(satu) paket sabu-sabu dengan berat 0,05

gram (berat bersih tanpa kemasan) dirampas untuk dimusnahkan.

b. Uang tunai Rp. 50.000,- (lima puluh ribu

rupiah) dirampas untuk Negara.

6. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp.2.000,-(dua ribu rupiah).

Demikian diputuskan oleh Hakim Tunggal Pengadilan Negeri Banjarmasin pada hari Rabu Tanggal 11 Maret 2015, oleh kami Gatot Sarwadi, SH, Putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam Sidang yang terbuka untuk umum oleh Kami Gatot Sarwadi, SH selaku Hakim Tunggal, dibantu oleh H. Masruni selaku Panitera Pengganti serta dihadiri oleh Hj. Dwi Kurniati, SH., MH. .Penuntut Umum, dan Anak (Terdakwa) dengan didampingi Orang tua anak serta penasehat Hukumnya.

BAB IV

ANALISIS PUTUSAN NOMOR. 05/PID. SUS-.ANAK /2015/PN.BJM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK

DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Hakim Pengadilan

Negeri Banjarmasin terhadap Tindak Pidana Penjualan Narkotika oleh Anak di Bawah Umur

Hukum pidana Islam, atau lebih sering disebut dengan kata fikih jinayah yang di dalamnya mengatur tentang larangan-larangan syarak yang diancam dengan hukuman had maupun takzir dan ketentuan dari larangan tersebut bersumber dari Alquran, hadis maupun pendapat dari para ulama.

Hukuman merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan bagi pelaku-pelaku tindak kejahatan, dalam pelaksanaan hukuman tersebut dapat dijadikan contoh masyarakat agar tidak melakukan perbutan seperti itu. Penetapan terhadap perbuatan jinayah dan sanksi tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan dan memelihara keberadaan serta keberlangsungan kehidupan dalam masyarakat.

Tujuan dari sebuah hukuman itu tidak lain demi kemaslahatan umat, memberi hukuman kepada orang yang melakukan kejahatan itu bukan berarti membalas dendam, melainkan sesungguhnya untuk kemaslahatannya, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah bahwa

63

hukuman itu disyariatkan sebagai rahmat Allah bagi hamba-Nya dan

sebagai cerminan dari keinginan Allah untuk ihsan kepada hamba-Nya.1

Penjualan narkotika yang dilakukan oleh anak ini perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan masalah yang akan berdampak fatal apabila dibiarkan begitu saja bisa merusak generasi penerus bangsa, penyalahgunaan sendiri tidak dapat dimusnakan secara langsung karena narkotika sudah menyebar secara luas. Di Indonesia sendiri narkotika sangat sulit untuk di berantas karena pasokan narkotika sangat melimpah, peredaran yang melalui berbagai macam hal dan sulitnya untuk ditelusuri. Penjualan narkotika tidak hanya dilakukan oleh kalangan dewasa bahkan kalangan anak-anak pun juga ikut terjerumus dalam bisnis yang hasilnya cukup menggiurkan.

Suatu Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang pada gilirannya sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.

64

Dalam Islam sendiri memang tidak dijelaskan. Namun, Alquran menyebutkannya dengan istilah khamar. Meskipun demikian, jika suatu hukum belum ditentukan statusnya, maka dapat diselesaikan melalui metode qiya<s.

Penjualan narkotika dikatakan sebagai tindak pidana dalam Islam, karena adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman dan danya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat (negatif) hukum narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang adalah haram selain untuk tujuan medis dalam kondisi terpaksa atau kebutuhan. Keharaman narkoba dan penyalahgunaan obat obatan terlarang sama seperti keharaman minuman keras.

Dalam Islam sendiri seorang anak di bawah umur tidak dapat dijatuhi hukuman atau pertanggungjawaban pidana. Sementara itu seorang anak dikatakan masih dibawah umur ada pula batasan-batasannya dan itupun setiap ulama mempunyai pandangan masing-masing seperti halnya pendapat Imam Abu Hanifah. Ia mengatakan bahwa membatasi kedewasaan seseorang kepada usia 18 (delapan belas) tahun, dan menurut satu riwayat 19 (sembilan belas) tahun. Pendapat yang terkenal dalam mazhab Maliki sama dengan pendapat mazhab Abu Hanifah. Jadi masa tersebut, Seorang anak tidak dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana atas perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, akan tetapi hukuman tersebut bisa diganti dengan sebuah takzir. Dan meskipun ini

65

dapat dikatakan sebagai hukuman maka tetap semua keputusan ada di tangan qadhi . Seorang anak yang belum mumayiz tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana karena kemampuan dalam berpikir masih lemah, dan disamping itu pula ia dapat terbebas dari hukuman had. Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam suatu riwayat hadis:

َ عَمَلَقْلاَعِفرََلاَقَمَلسوَِهيَلعَهَللاَىَلصَِيِبنلاَ ع

َلَث

عوََظِقيتسيَىتحَِمِئانلاَ عَةَث

َ

ِلتحيَىتحَِيِبصلا

يَىتحَِ ونج ْلاَ عوَم

َلِقع

Diriwayatkan dari Ali, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda tidaklah dicatat dari tiga hal: dari orang tidur hingga dia bangun, dari anak-anak hingga dia dewasa dan dari orang gila hingga dia berakal

(sembuh). (H.R Abu Daud).2

Penjualan narkotika tergolong sebagai suatu jarimah atau delik yang dimana pelakunya dapat dikenakan sanksi had karena narkotika

sendiri sudah diqiya<skan dengan khamar, bahkan dalam Islam sendiri baik

narkotika maupun khamar hukumnya haram. Akan tetapi dalam kasus yang diuraikan oleh penulis, kasus di atas pelakunya adalah seorang anak-anak. Menurut Islam, dijelaskan bahwa seorang anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana namun dalam Islam tetap akan ada sebuah hukuman bagi anak yang melakukan suatu tindak pidana.

Di samping itu menurut hukum pidana Islam, sesesorang baru dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara pidana apabila yang bersangkutan dewasa dan sehat akalnya.

2

66

Menurut analisis penulis, hukuman takzir berupa hukuman

peringatan (al-Wa’zu) lebih cocok diterima pelaku (anak) penjualan

narkotika tersebut karena tidak seberat hukuman yang dijatuhkan terhadap orang dewasa. Dalam hukum Islam, hukuman ini termasuk katagori takzir, hakim boleh hanya menghukum pelaku dengan hukuman ini bila hukuman tersebut cukup membawa hasilseperti halnya dapat memperbaiki pribadi pelaku dan mencegahnya untuk mengulangi perbuatan tersebut.

B. Analisis Pertimbangan Hukum Terhadap Putusan tentang Penjualan

Narkotika oleh Anak di Bawah Umur

Tindak pidana penjualan narkotika merupakan hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Berbagai upaya dilakukan oleh penegak hukum untuk melakukan pencegahan, pemberantasan dan sampai pemusnahan barang-barang terlarang tersebut (narkotika) didukung adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang larangan narkotika.

Kasus penjualan narkotika terjadi pada putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin Nomor. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN.Bjm. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin dalam memutuskan sanksi hukuman terhadap terdakwa atas nama Muhammad Iwan als Iwan bin Sukri (Alm) ini pada awalnya mempertimbangkan dulu tuntutan yang diajukan oleh

67

Jaksa/ Penuntut Umum yaitu Pasal 114 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika yang

berbunyi:3

‚ Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan

untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)‛.

Bila ditarik dari pasal tersebut yang di jadikan sebagai landasan hukum dalam penuntutan maka unsur-unsurnya antara lain:

1. Unsur pertama ‚ barang siapa ‚ , adalah setiap orang atau

siapa saja yang didakwa telah melakukan tindak pidana, yang mana dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum telah menghadapkan Terdakwa Muhammad Iwan als Iwan bin Sukri (Alm) ke muka persidangan, karena didakwa melakukan tindak pidana Terdakwa tersebut sudah jelas nama dengan identitasnya lengkap yang dibenarkan oleh Terdakwa itu sendiri serta Terdakwa , sehat jasmani maupun rohani, sehingga terhadap pebuatannya dapat dimintakan

68

pertanggungjawaban, maka dengan demikian unsur kesatu ini telah terpenuhi.

2. Unsur kedua ‚ Secara tanpa hak ‛, maksudnya adalah tanpa

alasan yang sah menurut Undang-undang atau tanpa izin dari yang berwenang, karena Undang-Undang menghendaki setiap menawarakan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika golongan I harus dilengkapi dengan surat izin atau rekomendasi dari pihak yang berwenang agar tidak terjadi penyalahgunaan Narkotika, dan ternyata di persidangan telah diperoleh fakta-fakta kalau para terdakwa menjadi perantara dalam jual beli Narkotika Gol.I berupa sabu-sabu tanpa ijin atau rekomendasi dari yang berwenang memberikannya, sehingga tidak ada kewenangan pada diri terdakwa yang tidak mempunyai hak dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setelah membaca tuntutan yang diajukan oleh Jaksa/

Penuntut Umum selanjutnya hakim memberikan

pertimbangan. Pertimbangan majelis hakim adalah hal yang sangat penting dalam menjatuhkan sanksi terhadap terdakwa, seorang hakim haruslah memutus perkara dengan pertimbangan dari hati nurani dan pikiran yang jernih agar dapat menghasilkan putusan yang seadil-adilnya dan putusan

69

tersebut bisa memeberikan manfaat jera terhadap pelaku dan sebelum menjatuhkan putusan terhadap terdakwa.

Dalam hal pemidanaan ini, Majelis Hakim juga mempertimbangkan hal-hal yang meringankan maupun yang memberatkan terdakwa sehingga putusan yang dijatuhkan dapat mencapai rasa keadilan dalam masyarakat karena mengingat terdakwa adalah seorang anak. Maka dari itu putusan tersebut harus lengkap dan sesuai secara materiil dan formil seperti halnya :

1. Adanya identitas terdakwa.

2. Memperhatikan masa penahanan.

3. Berkas perkara dalam persidangan.

4. Mempertimbangkan tuntutan jaksa.

5. Menimbang keterangan terdakwa dan saksi.

6. Menimbang hal-hal yang memberatkan dan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis jelaskan di atas bahwa skrispsi yang berjudul analisis hukum pidana Islam terhadap penjualan narkotika oleh anak di bawah umur dengan Nomor putusan. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN.Bjm.

Disimpulkan bahwa:

Putusan hakim dalam memutus perkara Nomor putusan. 05/Pid

Sus-.Anak /2015/PN.Bjm. sudah dinilai tepat karena juga

mempertimbangkan dengan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak serta pasal-pasal dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 dengan berlandaskan hal tersebut hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun, 6 (enam) bulan, dan pidana latihan kerja selama 3 (tiga) bulan.

Sedangkan jika dilihat dari hukum pidana Islam, Putusan hakim dalam Nomor putusan. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN.Bjm dinilai terlalu berat. Sedangkan menurut Islam, dijelaskan bahwa seorang anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana namun dalam Islam tetap

71

akan ada sebuah hukuman bagi anak yang melakukan suatu tindak pidana. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, sesesorang baru dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara pidana apabila yang bersangkutan telah dewasa dan sehat akalnya.

Menurut analisis penulis, hukuman takzir berupa peringatan lebih cocok diterima pelaku (anak) penjualan narkotika tersebut karena tidak seberat hukuman yang dijatuhkan terhadap orang dewasa. Dalam jarimah takzir hakim dapat memilih hukuman yang lebih tepat bagi si anak tersebut yang dipertimbangkan dengan cara melihat kondisi, bentuk pelanggaran yang dilakukannya dan situasi. Karena dengan diberikannya hukuman berupa takzir tersebut diharapkan agar pelaku (anak) tersebut tidak melakukan perbuatan itu lagi atau dengan kata lain membuatnya jera.

B. Saran

1. Diharapkan kepada para penegak hukum agar lebih memperhatikan duduk perkara yang berkaitan dengan perbuatan penjualan narkotika terlebih jika yang menjadi korban adalah anak. Sebab unsur-unsur dalam setiap tindak pidana penjualan narkotika bisa saja menjadi dasar penjatuhan hukuman yang lebih berat bagi pelaku.

2. Bagi lingkungan keluarga seharusnya juga memberikan perhatian, pendidikan dan pemahaman terhadap anaknya. selain itu juga, orang tua harus mengontrol pergaulan anak-anaknya agar tidak terlibat dalam penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang

72

lainnya. Sebab bila anak sudah terjerumus meminum-minuman dan obat-obatan terlarang maka akan sulit mengontrol dan mengawasinya. 3. Diharapkan masyarakat ikut dalam pencegahan dan penanggulangan terhadap penyalahgunaan zat yang berbahaya dengan cara melakukan pengawasan dan menciptakan lingkungan yang bersih dari minuman yang memabukkan. karena dalam masyarakat sendiri terdiri dari berbagai lapisan maka apabila dari mereka semua turut aktif dalam membentengi masyarakat dari segala ancaman obat-obatan berbahaya dan minuman keras, maka cita-cita untuk mencapai masyarakat yang sejahtera, sehat dan tangguh, serta berkualitas dan menjadikan lingkungan yang kondusif.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud Sulaiman bin al- Asy’ab bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amr al-

Asdiy al-Sijistaniy, Sunan Abi daud. Beirut: Maktabah al-Asriyyah.

Al Audah Abdul Qadir. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Ahsin Sakho

Muhammad dkk) Jilid II dan III. Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2008.

Al Asqalany Imamn Ibnu Hajar. Shahih-Dha’if Bulughul Maram, ( Muhammad

Hanbal shafwan, Lc. M.Pd.I), cetakan I. Solo: Al-Qowam, 2013. Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Arif Rujianto,‚ Grasi bagi Narapidana Narkoba menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam‛ (Skripsi—UIN Sunan Kalijaga, 2012).

Bakhri, Syaiful. Kejahatan Narkotik dan Psikotropika, Jakarta: Gramata

Publising, 2012.

Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jakarta: t.p.,1982.

Djazuli, Ahmad. Fiqh Jinayah, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1997.

Hakim, Rahmat. Hukum Pidana Islam (fikih jinayah), Bandung: Pustaka Setia,

2000.

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Indragiri Amriel, Reza. Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba, Jakarta:

Salemba Humanika, 2008.

Moh. Rifa’i dan Rosihin Abdulghoni, al-Qur’an dan Terjemah, Semarang:

CV.Wicaksana, 2005.

Munajat, Makrus. Dekonstruksi Hukum Pidana Islam. Yokyakarta: Logung

Pustaka, 2004.

Saifullah, Acep. Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif,

Al-‘adalah, No. 1, Vol. XI. Januari, 2013.

Wardi Muslich, Ahmad. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih

74

Yamin, Muhammad. Tindak Pidana Khusus, Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Akhiqren, ‚makalah dampak negatif dan pengaruh khamr‛, dalam

http://akhiqren.blogspot.co.id/2009/04/makalah-dampak-negatif-dan-pengaruh.html, diakses pada 26 April 2016.

https://lunayahasna.wordpress.com/2012/07/30/batas-usia-anak-dan- pertanggungjawaban-pidananya-menurut-hukum-pidana-positif-dan-hukum-pidana-islam-7/ diakses pada tanggal 12 Mei 2016.

Suhendar, ‚Tafsir Surat An-Nisa Ayat 135 dan Ar-Rum ayat 20-21‛, dalam

http://suhendar25.blogspot.co.id/2014/04/tafsir-surat-nisa-ayat-135-dan-ar-rum.html, diakses pada 28 April 2016.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979, Tentang Kesejahteraan Anak. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 ,Tentang Narkotika.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 3 Tentang Pengadilan Anak.

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, Tentang Perlindungan Anak. Berkas Surat turunan putusan nomor: 05/Pid Sus-.Anak/2015/PN. Bjm.

viii

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL DALAM ... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...

C. Rumusan Masalah ...

D. Kajian Pustaka ...

E. Tujuan Penelitian ...

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...

G. Definisi Operasional ...

H. Metode Penelitian ...

ix

BAB II KONSEP PIDANA ANAK DALAM ISLAM

A. Pengertian Pidana dalam Islam ...

B. Pidana Anak dalam Islam ...

C. Ketentuan Anak di Bawah Umur dalam Islam ...

D. Penjualan Khamar ...

E. Dasar Hukum... ... .

F. Bentuk Hukuman. ...

G. Dampak Khamar bagi Kesehatan. ...

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN TENTANG TINDAK PIDANA PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR Nomor. Putusan ٥/Pid Sus-.Anak/ ٥/PN. Bjm A. Deskripsi Pengadilan Negeri Banjarmasin ...

B. Proses Pemeriksaan Anak Penjual Narkotika Nomor. Putusan /Pid Sus-.Anak/ /PN. Bjm ...

C. Landasan Hukum dalam Pemidanaan Hukuman bagi Pelaku Penjualan Narkotika Oleh Anak. ...

D.Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin Putusan Nomor /Pid.Sus- anak/ /PN. Bjm ...

x

BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR. ٥/PID. SUS-.ANAK

/ ٥/PN.BJM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

A. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Hakim

Pengadilan Negeri Banjarmasin terhadap Tindak Pidana Penjualan Narkotika oleh Anak di Bawah Umur ... .

B.Analisis Pertimbangan Hukum terhadap Putusan tentang Penjualan

Narkotika oleh Anak di Bawah Umur...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA………

Dokumen terkait