ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK DI BAWAH
UMUR
(Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm)
SKRIPSI
Oleh:
YENI RAHMAWATI NIM. C03212031
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Tindak Pidana Penjualan Narkotika oleh Anak di Bawah Umur (Studi Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin Nomor. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm) merupakan hasil dari penelitian kepustakaan untuk menjawab dua pertanyaan, Bagaimana pertimbangan hakim terhadap tindak pidana penjualan narkotika oleh anak di bawah umur dalam putusan Nomor. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm dan Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana penjualan narkotika oleh anak di bawah umur dalam putusan Nomor. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm.
Untuk menjawab permasalahan di atas, penulis mengkaji dan meneliti guna menyelesaikan masalah tersebut dengan penelitian kepustakaan (library research) menggunakan metode dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin serta menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dengan pemecahan masalah tersebut. Sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan teknik deskriptif, yang di dalamnya menjelaskan kronologi kasus yang terjadi, serta menggunakan teknik induktif dengan mengemukakan teori-teori yang bersifat umum ( hukum pidana Islam) terlebih dahulu dan kemudian dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang bersifat khusus yaitu berupa putusan tersebut.
Kesimpulan penulis bahwa keputusan yang ditetapkan oleh majelis hakim berupa hukuman penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dan pidana latihan kerja selama 3 (tiga) bulan terhadap anak tersebut. Sedangkan hal tersebut berbeda dengan hukum pidana Islam yang pada dasarnya terdakwa tersebut dapat dikenakan sanksi had (dera) akan tetapi berhubungan pelaku tersebut masih di bawah umur maka terdakwa dijatuhkan hukuman berupa takzir ( peringatan) yang sekiranya bersifat mendidik dan membuat pelaku tidak mengulanginya lagi (berefek jera).
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
PERSEMBAHAN ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...
C. Rumusan Masalah ...
D. Kajian Pustaka ...
E. Tujuan Penelitian ...
F. Kegunaan Hasil Penelitian ...
G. Definisi Operasional ...
H. Metode Penelitian ...
ix
BAB II KONSEP PIDANA ANAK DALAM ISLAM
A. Pengertian Pidana dalam Islam ...
B. Pidana Anak dalam Islam ...
C. Ketentuan Anak di Bawah Umur dalam Islam ...
D. Penjualan Khamar ...
E. Dasar Hukum... ... .
F. Bentuk Hukuman. ...
G. Dampak Khamar bagi Kesehatan. ...
BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN TENTANG TINDAK PIDANA PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR Nomor. Putusan ٥/Pid Sus-.Anak/ ٥/PN. Bjm
A. Deskripsi Pengadilan Negeri Banjarmasin ...
B. Proses Pemeriksaan Anak Penjual Narkotika Nomor. Putusan /Pid
Sus-.Anak/ /PN. Bjm
...
C. Landasan Hukum dalam Pemidanaan Hukuman bagi Pelaku
Penjualan Narkotika Oleh Anak. ...
D.Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin
x
BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR. ٥/PID. SUS-.ANAK
/ ٥/PN.BJM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM
A. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Hakim
Pengadilan Negeri Banjarmasin terhadap Tindak Pidana
Penjualan Narkotika oleh Anak di Bawah Umur ... .
B.Analisis Pertimbangan Hukum terhadap Putusan tentang Penjualan
Narkotika oleh Anak di Bawah Umur...
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan narkotika di Indonesia sudah bukan hal baru, bahkan hampir setiap hari di tabloid, televisi dan media lainnya. Ada saja
berita yang membahas narkotika mulai dari penyalahgunaan, tertangkapnya seorang pengedar bahkan pecandu yang sedang menjalani proses rehabilitasi.
Pada abad sekarang ini, perilaku perdagangan gelap narkotika masih terus berlangsung. Bahkan, pemakainya dari kalangan anak-anak, remaja, mahasiswa, profesional dan bahkan oknum penegak hukum
seperti kepolisian dan kejaksaan ikut terlibat.1
2
penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.
Kebanyakan orang menggunakan narkotika, psikotropika, dan miras karena adanya sensasi psikologis berupa perasaan menyenangkan yang mucul setelahnya. Faktanya, semua jenis zat yang masuk ke dalam tubuh manusia akan diproses secara fisiologis sebelum akhirnya dinilai oleh otak: enak atau tidak enak, nyaman atau tidak nyaman, lagi atau
berhenti dan sejenisnya.2
Masalah narkotika sendiri telah mendapat perhatian khusus dari pemerintah berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 4 huruf b dan c telah disebutkan bahwa:
(b) ‚Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia
dari penyalahgunaan narkotika‛.
(c) ‚Memberantas peredaran gelap narkotika‛.3
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, serta menimbulkan ketergantungan. Pada satu sisi, narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
2 Reza Indragiri Amriel, Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba, ( Jakarta: Salemba Humanika,
3
pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dan pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian , pengawasan yang
ketat dan seksama.4
Dalam upaya menurunkan angka penyalahgunaan dan peredaran narkotika maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagai pengganti dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk
menangggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut.5
Keterlibatan anak dalam dunia narkotika, tidak lepas dari kontrol orang tua, karena sebagaimana mestinya orang tua harus melindungi, mendidik dan memberikan kehidupan yang layak baik kebutuhan dari segi fisik maupun psikis. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan narkoba. Dengan memberikan pendidikan agama maupun pendidikan umum. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa dan negara.
Anak merupakan amanah dari Allah Swt. yang diberikan kepada orang tua (suami-istri). Dan setiap amanah harus dijaga dan dipelihara, dalam setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan
4
4
tanggung jawab. Menjaga mereka agar tidak terpengaruh oleh bahaya narkoba adalah kewajiban semua pihak. Hasil survei membuktikan bahwa mereka yang beresiko terjerumus dalam masalah narkotika adalah anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki sejarah kekerasan dalam
rumah tangga, dibesarkan dari keluarga yang broken home atau memiliki
masalah perceraian, sedang stres atau depresi, memiliki pribadi yang tidak stabil atau mudah terpengaruh, merasa tidak memiliki teman atau salah dalam pergaulan. Dengan alasan tadi maka perlu pembekalan bagi oara orang tua agar mereka dapat turut serta mencegah anaknya terlibat penyalahgunaan narkoba.
Jadi setiap anak yang tersangkut kasus narkotika, ia berhak mendapatkan perlindungan khusus seperti halnya yang tercantum dalam Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 67 ayat 1.6
Menurut Undang-undang Nomor. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Pasal 1 Ayat 2 Butir a dan b, yang tergolong anak nakal adalah:
a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau
b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang
bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan
6
5
maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan.7
Dan menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa :
‚Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke sidang Anak
adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun belum mencapai 18
(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin‛.8
Jadi penyalahgunaan narkotika dapat dikatakan sebagai tindak pidana (jarimah) yang mempunyai konsekuensi hukum, dari segi hukum mengenai perbuatan penyalahgunaan narkotika dan ketentuan pidananya telah dilarang dalam peraturan perundang-undangan secara khusus, yaitu Undang-undang Nomor. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Kejahatan penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam adalah segala sesuatu yang dapat merusak akal, yang diqiyaskan (analogi hukum) dengan pengguna khamar, masuk kategori khamar adalah morfin, heroin, kokain, ganja dan sejenisnya. Sebagaimana dalam hukum positif, dalam Islam pula terdapat sanksi bagi pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika ini. Kejahatan ini dalam Islam dimasukkan kedalam katagori jarimah hudud, karena
7
6
dapat mengganggu kesehatan dilakukan oleh seseorang atau lebih
seorang yang menjadikan pelakunya dikenakan sanksi had.9
Dalam hukum Islam memang tidak disebutkan secara langsung dalam Alquran maupun sunnah. Hanya saja menyebutkan istilah khamar. Tetapi dalam teori ilmu fikih, bila suatu hukum belum ditentukan status
hukumnya, maka dapat diselesaikan melalui metode qiya<s yang artinya
mempersamakan hukum suatu perkara yang sudah ada ketentuan hukumnya. Persamaan ketentuan hukum yang dimaksud didasari oleh adanya unsur-unsur kesamaan yang sudah ada ketetapan hukumnya dengan yang belum ada ketetapan hukumnya yang disebut illat.
Sedangkan dalam hukum positif, perumusan norma-norma pidana telah diatur dalam Undang-undang Narkotika berikut dengan konsep penetapan sanksi pidana. Dalam Undang-undang tersebut, untuk menentukan kategorisasi sanksi pidana lebih ditentukan oleh jenis-jenis penggolongan narkotika yang dilanggar yaitu pada bab XV Ketentuan Pidana dari Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 dalam Undang-undang
Nomor. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.10
Adapun dasar hukum Alquran tentang larangan khamar yang
diqiya<skan dengan narkotika.
9
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 10.
10
7
ي
يِل عي ّيٌسجِي َا َاْاي ي ص َاْاي ي ِسيَمْاي ي َخْاي ِّايآ اي يِ َّلاي ّيَي
حِْفتي ُكَّعَلي بِتج َفيِ طيّ لا
ييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan (al-Ma’idah: 90).11
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw:
ِصتع ي ِص ع ي خْلاي عَلي َّلاي إ
ي
ي َِ ح ي ِ َثيَلِكآ ي بِ ش ي ع تب ي عِئ ب
يييييييَ يِق س يِيَلِإيُةَل ح ْلا
Sesungguhnya Allah melaknat khamr, pemerasnya, yang minta diperaskan, penjualnya, pembelinya, peminum, pemakan hasil penjualannya, pembawanya, orang yang minta dibawakan serta penuangnya. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari paparan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan inti permasalahan yang terkandung di dalamnya sebagai berikut:
a. Pertimbangan hakim.
b. Tinjauan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002,
tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
c. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
11
8
d. Penyebab maraknya penyalahgunaan dan peredaran
narkotika.
Dari identifikasi masalah tersebut, dapat penulis ambil batasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini supaya terfokus dan terarah. Pembatasan ini dibatasi pada persoalan:
1. pertimbangan hukum hakim terhadap tindak pidana penjualan
narkotika oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm
2. analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana
penjualan narkotika oleh anak di bawah umur umur dalam putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pertimbangan hukum hakim terhadap tindak
pidana penjualan narkotika oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm ?
2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap tindak
9
D. Kajian Pustaka
Penelitian masalah penyalahgunaan narkotika, telah banyak dibahas, karena masalah narkotika sendiri sudah mengalami peningkatan yang cukup drastis. Bahkan, pelakunya bukan hanya orang dewasa tetapi sudah masuk dalam dunia anak-anak.
Diantara skripsi yang sudah pernah membahas adalah skripsi yang ditulis oleh Nurhayat pada tahun 2000, jurusan perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH) IAIN Sunan Ampel Surabaya, yang berjudul
‚ Sanksi Pidana Bagi Pelaku Penyalahgunaan Narkotika Menurut
Hukum Islam dan UU No. 22 Tahun 1997 (Studi Komparatif)‛. Skripsi
tersebut membahas tentang sanksi pidana mati dari hukum Islam dan UU No. 22 Tahun 1997 sebagai sumber pokok hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana yang dijatuhkan terhadap pecandu, pengedar dan pembuat.
Selanjutnya skripsi yang ditulis saudari Indah Fathonah pada
tahun 2010 yang berjudul ‚ Putusan rehabilitasi bagi pecandu narkoba dan
pkotsikotropika di pengadilan negeri surabaya ( Analisis Hukum Pidana
Islam tentang Penerapan pasal 41 UU No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan pasal 47 UU No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika).‚
10
Kemudian skripsi yang berjudul ‚ Tinjauan Hukum Pidana Islam
Terhadap Tindak Pidana Bagi Orang Tua atau Wali dari Pecandu Narkotika Yang Belum Cukup Umur Menurut Pasal 86 Undang-undang
No. 22 Tahun 1997‛. Dalam skripsi ini membahas tentang sanksi pidana
bagi orang tua atau wali yang mengetahui bahwa anaknya sebagai pecandu narkotika namun tidak melapor.
Adapun penelitian dalam skripsi penulis yang berjudul ‚Analisis
Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Penjualan Narkotika Oleh Anak Di Bawah Umur ( Studi Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 05/ Pid.Sus Anak/ 2015/PN.Bjm), penulis lebih memfokuskan pada bagaimana tindak pidana bagi anak di bawah umur yang menjual narkotika.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim terhadap tindak
pidana penjualan narkotika oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm.
2. Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap tindak
pidana penjualan narkotika oleh anak di bawah umur umur dalam
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, dan berguna serta minimal dapat untuk dua aspek, yaitu:
1. Secara teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk memperluas serta memberikan sumbangan bagi kepustakaan Islam pada umumnya dan khususnya pada almamater.
2. Secara praktis
Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang pertimbangan hakim ketika ada anak dibawah umur yang melakukan penjualan narkotika serta
mengetaui analisis hukum pidana Islam terhadap tindak
pidana penjualan narkotika oleh anak dibawah umur umur dalam putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm.
G. Definisi Operasional
Sebagai gambaran didalam memahami suatu pembahasan maka perlu adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional dalam tulisan skripsi ini, agar dapat dipahami dengan jelas dan terarah.
Adapun judul skripsi yaitu ‚ Analisis Hukum Islam Terhadap
Tindak Pidana Penjualan Narkotika oleh Anak Dibawah Umur dalam
12
kesalahpahaman di dalam memahami judul skripsi ini, maka perlu penulis menguraikan pengertian judul tersebut, sebagai berikut:
Hukum Islam : Aturan-aturan atau ketentuan yang berkenaan
dengan kehidupan manusia berdasarkan kitab alquran dan hadis dan dalam skripsi ini menggunakan teori jarimah takzir yang dimana juga mempunyai arti jarimah (tindak pidana) yang diancam dengan hukuman had, yaitu hukuman yang telah ditentukan batas-batasnya.
Tindak Pidana oleh Anak : Perbuatan yang dalam sebuah
aturan pelakunya yaitu seorang anak dan perbuatannya tersebut dapat dikenakan ancaman dan sanksi bagi yang melanggarnya.
Tindak Pidana Narkotika : Perbuatan yang dalam sebuah aturan hukum pidana yang mempunyai maksud untuk menjual maupun memakai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran maka karena
13
Anak : Seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
H. Metode Penelitian
Setiap penelitian selalu dihadapkan pada suatu penyelesaian yang paling akurat, yang menjadi tujuan dari penelitian itu. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut diperlukannya sebuah metode. Metode dalam sebuah penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.
Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Jenis penelitian
jenis penelitian yang digunakan pada penyusunan skripsi ini adalah jenis penelitian pustaka (library research), yaitu
penelitian yang menggunakan fasilitas pustaka seperti buku, majalah dan artikel.
2. Sumber data
a. Sumber primer
14
2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, tentang
Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 3 tentang Pengadilan Anak.
3) Putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm.
b. Sumber data sekunder berupa:
1) Syaiful Bakhri, Kejahatan Narkotik dan Psikotropika,
(Jakarta: Gramata Publising, 2012).
2) Reza Indragiri Amriel, Psikologi Kaum Muda
Pengguna Narkoba, (Jakarta: Salemba Humanika,
2008).
3) Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (fikih jinayah),
(Bandung: Pustaka Setia, 2000).
4) Muhammad Yamin, Tindak Pidana Khusus, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012).
5) Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika cet 3, 2012).
6) Moh. Rifa’i dan Rosihin Abdulghoni, al-Qur’an dan
Terjemahan, (Semarang: CV.Wicaksana, 1005).
3. Teknik pengumpulan data
Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan, maka teknik pengumpulan
15
mengumpulkan melalui buku-buku,artikel Kemudian dari sumber-sumber yang ada, baik primer maupun sekunder.
4. Teknik pengelolaan data
Data yang sudah didapat dari dokumen dianalisa. Dan tahapan-tahapnnya sebagi berikut :
a. Editing yaitu pemeriksaan kembali terhadap data
yang telah ditelaah dari literatur primer maupun
sekunder tentang Putusan Pengadilan Negeri
Banjarmasin No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm.
b. Organizing yaitu menyusun data secara sistematis
data yang terkait dengan putusan dan dukumen yang relevan.
c. Analizing yaitu menganalisis data yang telah
dideskripsikan terhadap hukuman bagi pelaku terhadap tindak pidana penjualan narkotika dalam putusan No. 05/Pid Sus-. Anak/2015/PN. BJM.
5. Teknik analisis data
Adapun cara penulis menganalisa datanya, adalah
teknik deskripstif deduktif yaitu pengolahan data dengan
16
dahulu untuk dihubungkan dalam bagian yang bersifat khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan masalah-masalah dalam studi ini, dan dapat dipahami permasalahannya secara sistematis dan lebih terarah, maka pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing bab mengandung sub-bab, sehingga tergambar keterkaitan yang sistematis. Untuk selanjutnya sistematika pembahasannya disusun sebagai berikut :
Bab pertama, adalah pendahuluan. Pendahuluan ini memuat latar belakang masalah yang kemudian identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan bagian landasan teori, berisi tentang pengertian pidana dalam Islam, pidana anak dalam Islam, ketentuan anak di bawah umur dalam Islam, penjual khamar, dasar hukum, bentuk hukuman, dampak khamar bagi kesehatan.
Bab ketiga, berisikan tentang profi Pengadilan Negeri
17
landasan hukum pemidanaan dan pertimbangan hakim terhadap tindak pidana penjualan narkotika oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm yang telah diputus berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan pasal-pasal dari Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak serta pasal-pasal dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), landasan hukum yang digunakan dalam menjatuhkan putusan tersebut.
Bab keempat, dalam bab ini uraian tentang analisis tindak pidana penjualan narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan No. 05/Pid Sus-.Anak /2015/PN. Bjm dalam hukum Islam dan analisis pertimbangan hukum hakim.
BAB II
KONSEP PIDANA ANAK DALAM ISLAM
A. Pengertian Pidana dalam Islam
Dalam Islam, hukum pidana lebih dikenal dengan fikih jinayah. Fikih jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukalaf (orang
yang dapat dibebani kewajiban).1
Sedangkan di kalangan fukaha, yang dimaksud dengan kata
‚jinayah‛ ialah perbuatan yang dilarang oleh syarak, baik perbuatan itu
mengenai ( merugikan) jiwa atau harta benda ataupun yang lainnya. Hukum pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung kemashlahatan bagi kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat. Pengertian jinayah dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah peristiwa pidana, delik atau tindak pidana. Para fukaha sering pula menggunakan istilah jinayah atau jarimah, jinayah ataupun jarimah mempunyai arti yang sama baik dari segi istilah maupun segi bahasa.
B. Pidana Anak dalam Islam
19
argumen-argumen untuk dapat memutuskan perkara tersebut secara bijak
dan sesuai dengan koridor yang digariskan Islam. Untuk menjatuhkan
hukuman kepada seseorang yang diduga telah melakukan suatu tindak pidana atau jarimah, harus memperhatikan beberapa hal yang erat kaitannya dengan pertanggung jawaban pidana. Pertanggungjawaban pidana, adalah kebebasan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan. Termasuk di dalam pertanggungjawaban pidana adalah akibat yang ditimbulkan dari apa yang diupayakan atau tidak diupayakan itu atas dasar kemauannya sendiri. Karena pelakunya mengetahui dengan kemauan dan kebebasan itu maksud dan akibat yang akan timbul dari tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan.
Arti pertanggungjawaban pidana sendiri dalam syariat Islam ialah
pembebanan seseorang dengan hasil (akibat) perbuatan yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri, di mana ia mengetahui maksud
dan akibat dari Pperbuatannya itu.
Pertanggungjawaban itu harus ditegakkan atas tiga hal, yaitu2 :
1. Adanya perbuatan yang dilarang.
2. Dikerjakan dengan kemauan sendiri.
3. Pembuatnya mengetahui terhadap akibat perbuatan tersebut.
20
Ketiga hal tersebut di atas harus terpenuhi, sehingga bila salah satunya tidak terpenuhi maka tidak ada pertanggungjawaban pidana.
Dengan demikian, kebebasan bertindak dan mengetahui maksud dan akibat tindakan yang dilakukan menjadi pertimbangan untuk menghukum seseorang yang telah melakukan tindak pidana atau jarimah. Karena itu anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana (jarimah) secara intelektual tidak mengetahui akibatnya sehingga tindakannya belum memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana secara sempurna. Sebab hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku jarimah selain ditentukan oleh akibat yang ditimbulkan, juga ditentukan oleh hal-hal lain yang terdapat dalam diri pelaku jarimah. Bahwa pertanggungjawaban pidana dapat terhapus karena adanya sebab-sebab tertentu, baik yang berkaitan dengan perbuatan pelaku jarimah, maupun sebab-sebab yang berkaitan dengan kondisi pelaku jarimah.
Alasan penghapus pertanggungjawaban pidana karena perbuatan itu sendiri, disebabkan perbuatan yang dilakukan itu diperbolehkan oleh syarak, atau perbuatannya termasuk dalam katagori perbuatan mubah (tidak dilarang oleh syarak).
21
kehidupannya, semenjak ia dilahirkan sampai ia memiliki kedua perkara tersebut.
Secara alamiah terdapat tiga masa yang dialami oleh setiap orang
sejak ia dilahirkan sampai dewasa.3
1. Masa tidak adanya kemampuan berpikir (idrak)
Masa ini dimulai sejak seseorang dilahirkan dan berakhir pada usia 7 (tujuh) tahun. Pada masa tersebut seorang anak tidak mempunyai kemampuan berpikir dan ia disebut anak yang belum tamyiz. Akan tetapi para fukaha berpedoman pada usia dalam menentukan batas-batas tamyiz seseorang dan kemampuan berpikir agar ketentuan tersebut bisa berlaku untuk semua orang, dengan berpegang kepada keadaan yang umum dan biasa terjadi pada anak. Dengan demikian, seorang anak yang belum tamyiz, karena belum mencapai usia 7 (tujuh) tahun apabila ia melakukan suatu jarimah tidak dijatuhi hukuman, baik yang bersifat pidana maupun pendidikan. Ia tidak pula dikenakan dengan hukuman had apabila ia melakukan jarimah hudud dan tidak diqishas. Akan tetapi pembebasan anak tersebut dari pertanggungjawaban perdata dari setiap jarimah yang dilakukannya. Ia tetap
diwajibkan membayar ganti rugi yang dibebankan kepada
3
22
harta miliknya, apabila tindakannya menimbulkan kerugian kepada orang lain baik kepada hartanya maupun jiwanya.
2. Masa kemampuan berpikir yang lemah4
Masa ini dimulai seorang anak memasuki usia 7 (tujuh) tahun dan berakhir pada usia dewasa atau balig. Kebanyakan fukaha membatasi usia balig ini dengan 15 ( lima belas) tahun. Apabila seorang anak telah mencapai usia 15 ( lima belas) tahun maka ia sudah dianggap dewasa menurut aturan hukum, meskipun saja ia belum dewasa dalam arti yang sebenarnya.
Imam Abu Hanifah menetapkan usia dewasa dengan 18 (delapan belas) tahun. Menurut satu riwayat 19 (sembilan belas) tahun untuk laki-laki dan 17 (tujuh belas) tahun untuk perempuan. Pendapat yang masyhur dikalangan ulama mazhab Maliki sama dengan pendapat Imam Abu Hanifah. Pada periode yang kedua ini seorang anak tidak dikenakan pertanggung jawaban pidana atas jarimah-jarimah yang dilakukan baik jarimah hudud, qisas maupun takzir. Akan tetapi ia dikenakan hukuman pengajaran dan bukan hukuman pidana. Bila anak tersebut melakukan jarimah berkali-kali dan berkali-kali pula ia dijatuhi pengajaran ia tidak dianggap sebagai residivis atau pengulang kejahatan.
23
3. Masa kemampuan berpikir penuh
Masa ini dimulai sejak seorang anak mencapai usia dewasa yaitu usia 15 (lima belas) tahun menurut kebanyakan fukaha atau 18 (delapan belas) tahun menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat yang termasyur dari pendapat mazhab maliki pada periode ini seorang anak dikenakan pertanggungjawaban pidana atas semua jarimah yang
dilakukannya apapun jenis dan macamnya.5
Sedangkan alasan penghapus pertanggungjawaban pidana atau hapusnya hukuman pidana karena kondisi pelaku jarimah, antara lain:
1. Karena paksaan atau terpaksa yang dalam hukum pidana Islam
disebut ikrah, yaitu perbuatan yang yang terjadi atas seseorang oleh orang lain sehingga perbuatan itu luput dari kerelaannya atau dari kemauan bebas orang tersebut.
2. Karena gila.
3. Karena mabuk
4. Karena belum dewasa/ belum cukup umur/ di bawah umur.
24
Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam suatu riwayat hadis:
ع يَظِقيتسيي تحيِ ِئ لاي عيةَثََثي عي ََقْلايعِف يَ َقي س يِيَعي لاي صيِ ِب لاي ع
ي
َلِقعيي تحيِ ج ْلاي ع ي ِتحيي تحيِ ِبصلا
Diriwayatkan dari Ali, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda tidaklah dicatat dari tiga hal: dari orang tidur hingga dia bangun, dari anak-anak hingga dia dewasa dan dari orang gila hingga dia
berakal (sembuh). (H.R Abu Daud).6
Dalam hukum Islam seorang anak tidak akan dikenakan sanksi had karena kejahatan yang telah dilakukannya, karena tidak ada beban tanggung jawab hukum atas seorang anak usia berapapun sampai pada usia puber, qadhi hanya akan berhak untuk menegur kesalahannya atau menetapkan beberapa pembatasan baginya yang akan membantu memperbaiki dan menghentikannya dan membuat kesalahan di masa yang akan datang. hukum pidana Islam tidak memberikan ketentuan yang jelas karena menurut hukum Islam anak itu merupakan amanat yang diberikan oleh Allah Swt. yang harus dijaga, dirawat sebaik mungkin. Sehingga ketika seorang anak melakukan perbuatan melanggar hukum maka anak tersebut tidak dikenakan hukuman dan sebagai gantinya, yang menjalankan hukuman adalah orang tuanya.
6
Abu daud sulaiman bin al-asy’ab bin ishaq bin basyir bin syadad bin amr al-asdiy al-sijistaniy,
25
Sedangkan menurut KUHP pasal 45 dijelaskan bahwa penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan suatu perbuatan sebelum umur 16 (enam belas) tahun, hakim dapat menentukan, memerintahkan dan apabila melihat Undang-undang Nomor.
3 Tahun 19977 pasal 4 menetapkan :
1. Batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah
sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.
2. Dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan diajukan ke sidang pengadilan setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur tersebut, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, tetap diajukan ke sidang anak.
Dan didalam pasal 45 KUHP juga memberi penjelasan bahwa :
‚Jika seseorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang
dikerjakannya ketika umurnya dalam enam belas tahun, hakim dapat menentukan tiga hal:
1). Pelaku dikembalikan kepada orang tua/ wali tanpa hukuman apapun tetapi disertai peringatan keras untuk mendidik anak tersebut agar tidak mengulanginya lagi.
2). Diserahkan kepada pemerintah sebagai anak negara tanpa hukuman
26
3). Menjatuhkan hukuman pidana dengan hukuman diperingan sepertiga bagian dari hukuman yang seharusnya dijalani bila seandainya dia dewasa.
Batasan usia penjatuhan hukuman dalam melakukan tindak pidana tersebut ketika melakukan tindak pidana, karena orang yang sudah dewasa menurut hukum pidana dikatagorikan dapat bertanggung jawab atas perbuatannya.
C. Ketentuan Anak di bawah Umur dalam Islam
Hukum Islam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan anak di bawah umur atau lebih dikenal dengan sebutan anak adalah seseorang
yang belum mencapai akil balig ( dewasa ), laki – laki disebut dewasa
ditandai dengan mimpi basah, sedangkan perempuan ditandai dengan
masturbasi, jika tanda – tanda tersebut sudah nampak berapapun usianya
maka ia tidak bisa lagi dikatagorikan sebagai anak – anak yang bebas dari
pembebanan kewajiban.
Mengenai batasan anak (di bawah umur) hukum Islam mempunyai pandangan yang bebeda-beda diantaranya:
1. Anak di bawah umur ialah dimulai sejak 7 tahun hingga
mencapai kedewasaan (balig) dan fukaha membatasinya
dengan usia 15 tahun, yaitu masa kemampuan berfikir
27
mencapai usia tersebut, maka ia dianggap dewasa meskipun ia belum dewasa dalam arti yang sebenarnya.
2. Menurut Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan atau
balig pada usia 18 (delapan belas) tahun dan menurut satu riwayat 19 (sembilan belas) tahun, begitu pendapat yang
terkenal dengan mazhab Maliki.8
3. Ulama mazhab syafii dan Hambali menentukan bahwa masa
dewasa itu mulai umur 15 (lima belas) tahun. Walaupun mereka dapat menerima kedewasaan dengan tanda-tanda seperti mimpi, tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama terhadap setiap orang maka Kedewasaan ditentukan dengan umur disamakannya masa kedewasaan dengan akal, dengan akal terjadinya taklif (pembebanan hukum) dan dengan
akal terjadinya hukum.
4. Menurut Abdul Qadir Audah anak di bawah umur dapat
ditentukan bahwa laki-laki itu belum keluar sperma dan bagi
perempuan belum haid, ih}tilam dan belum pernah hamil.9
Dalam hukum Islam, seorang anak usia tujuh tahun dapat
dikatakan sudah mumayiz yang artinya sudah mencapai usia
yang mengerti tentang akad transaksi secara keseluruhan dia mengerti maksud kata-kata yang diucapkan bahwa membeli itu
8
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 32.
9
28
menerima barang sedang menjual memberikan barang dan juga mengerti tentang rugi dan untung,
jadi kalau belum genap 7 (tujuh) tahun belum dapat dikatakan mumayiz. Ada dua tingkatan mumayiz yaitu:
a. Kecil dan belum mumayiz dalam hal ini anak itu sama
sekali tidak memiliki kemampuan untuk bertindak. Jadi, tidak sah kalau misalnya ia membeli apa-apa atau memberikan apa-apa kepada orang lain. Kata-katanya sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai pegangan, jadi segala-galanya berada di tangan wali.
b. Kecil tapi sudah mumayiz, dalam hal ini si kecil ini
kurang kemampuannya untuk bertindak, namun sudah punya kemampuan, oleh sebab itu kata-katanya sudah dapat dijadikan pegangan dan sudah sah kalau ia membeli atau menjual atau memberikan apa-apa kepada orang lain.
Menurut hukum Islam, batasan anak di bawah umur itu tidak berdasarkan hitungan usia, tetapi sejak ada tanda-tanda perubahan badan baik bagi anak laki-laki, demikian pula bagi anak perempuan. Sedangkan dalam masyarakat yang sudah
29
pada usia itulah si anak bukan lagi tergolong anak di bawah umur, tetapi sudah dewasa.
Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 197910 tentang
kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak sampai batas usia sebelum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin masih tergolong anak di bawah umur.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan memberikan batasan usia anak di bawah kekuasaan orang tua atau dibawah perwalian sebelum mencapai 18 tahun masih tergolong anak di bawah umur.
Didalam Undang-undang pemilu, yang dikatakan anak di bawah umur adalah belum mencapai usia 17 tahun, sedangkan dalam konvensi PBB tentang Hak-hak Anak memberikan batasan anak di bawah umur adalah di bawah umur 18 tahun.
D. Penjual Khamar
Dalam hukum Islam, menjual khamar sangatlah dilarang apalagi perbuatan tersebut juga diharamkan, jika Allah sudah mengharamkan sesuatu, maka dia juga mengharamkan hasil penjualannya. Seperti menjual sesuatu yang dilarang oleh agama, karena Islam menganggap
30
hasil penjualan termasuk harta yang haram dan takkan mendapat berkah dari Allah. Apabila uang tersebut digunakan untuk amal kebijakan, maka
sia-sia karena tidak akan diterima sebagai kebaikan. Begitu juga
penjualan khamar.
Larangan memperjualbelikan khamar dan menghukumi batal transaksi jual beli tersebut, mencakup jual beli narkoba dan obat-obatan terlarang. Karena semua itu masuk kategori membantu kemaksiatan, berkonspirasi dalam usaha merusak generasi muda dan umat, menghancurkan akhlak, moral dan nilai nilai umat, merusak ekonomi umat dan menjadikannya lemah dihadapan umat-umat yang lain.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
يي
ي ي خبلاي ا ٗي صاا ي ي خا يةتيما ي خايعيبي ّحي ل س يهايّ ا
س
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan penjualan khamar, bangkai, babi dan patung berhala. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim).11
Dan khamar sendiri mempunyai pengertian dari segi bahasa
artinya penutup akal atau mengacaukan akal.12 Sedangkan menurut
istilah, khamar adalah segala jenis minuman atau lainnya sehingga menjadi mabuk dan hilang kesadarannya. Adapun sesuatu yang bisa memabukkan dapat berbentuk minuman, serbuk yang dihisap, cairan yang
11
Imam Ibnu Hajar al-Asqalany, Shahih-Dha’if Bulughul Maram, ( Solo: Al-qowam, 2013), 417.
12Acep Saifullah, Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Al-‘adalah, No.
31
disuntikkan, dapat juga makanan serta tablet, termasuk juga ganja, morfin, dan sebagainya kesemuanya itu dinamakan khamar atau minuman keras.
berdasarkan hadis Nabi Muhammad saw.yang berbunyi sebagai berikut :
ي: س يِيَعيُهاي صيِهايُ س يَ َقي:َ َقي، عيِ بايِ ع
«
س يلُك ي،ٌ خي ِكس يلُك
ٌا حي ِك
Dari Ibnu Umar, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : setiap yang memabukkan adalah arak dan setiap yang memabukkan adalah
haram.13
Termasuk dalam masalah ini, bahkan lebih berat lagi hukumnya, yaitu menjual narkoba, ganja, opium dan jenis obat-obat psikotropika lainnya yang merebak pada saat ini. Orang yang menjualnya dan orang yang menawarkannya adalah mujrim (pelaku kriminal). Karena narkoba merupakan senjata pemusnah bagi manusia. Jadi orang yang menjual narkoba, melariskannya serta para pendukungnya terkena laknat Rasulullah saw. Hasil penjualannya merupakan harta haram.
Faktor yang menyebabkan penyalahgunaan khamar dan
obat-obatan terlarang tersebut salah satunya yaitu faktor usia14 , Ketika usia mencapai atau mendekati masa remaja atau akil baligh dalam istilah
hukum Islam, maka dalam masa tersebut dimaksud, banyak perubahan yang terjadi. Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anak remaja. Pada saat itu remaja mengalami ketidakpuasan atau ketidakpastian, di suatu sisi sudah
13
32
bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena masih muda dan kurang pengalaman. Dan pada masa itu, seorang remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman sebayanya di dalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Rasa ingin tahu mempunyai motivasi yang tinggi, rasa coba-coba, kurang mengerti dan memahami resiko yang disebabkan oleh kurang pengalaman dan penalaran sehingga terjebak ke dalam sebuah hal yang biasa disebut dengan kenakalan remaja dan penyalahgunaan minuman dan obat-obatan terlarang.
E. Dasar Hukum
Dalam Alquran dan hadis telah diungkapkan status hukum terhadap khamar
a.
a.
ِعْف ي ِي بْكَي ْثِإ يِ ِليعِف يٌرِبَكيٌ ْثِإي يِفيْلُقيِِسي ْلا يِ خْلايِ عيك ُلَسي
ِ
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‛.Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya‛. ( QS.
Albaqarah: 219). 15
b.
يَ ُل ُقتي يا َعتي تحي َكسي ت َ يَاصلايا ب ْقتيايا آي يِ لاي يَي ي
15
33
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan. (QS. Annisa’: 43). 16
c.
ِ
ي
يِ عَْلا يِليِخ لايِ ا َث
ِ يا َكسي ِيَ ُ ِختت
ِإي سحي ًق
ي
يًةي َليكِلَي ِف
َقِل
َ ُِقعي
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang memikirkan. (QS. Annahl: 67). 17
F. Bentuk Hukuman
Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh jinayah.
Jinayah merupakan bentuk verbal noun (masdar)18 dari kata jana yang
berarti perbuatan dosa atau perbuatan salah. Seperti dalam kalimat
jana‘ala qawmihi jina>yatan artinya ia telah melakukan kesalahan terhadap
kaumnya. Kata jinayah dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak pidana, jadi pengertian dari fiqh Jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal. Hukum pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung kemashlahatan bagi kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat. Penyebab suatu perbuatan dianggap sebagai suatu tindak pidana kejahatan tidak lain karena perbuatan tersebut sangat merugikan kepada
34
tatanan kemasyarakatan, atau kepercayaan-kepercayaan atau harta benda, nama baik, kehormatan, jiwa dan lain sebagainya, yang dari semua itu menurut syarak harus dipelihara dan dihormati serta dilindungi. Suatu sanksi diterapkan kepada pelanggar syarak dengan tujuan agar seseorang tidak mudah berbuat jarimah. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda bahwa suatu hukum yang dilaksanakan di dunia adalah lebih baik bagi penduduknya daripada di curahi hujan selama empat puluh hari. Adanya sabda Nabi ini mengindikasi bahwa setiap perbuatan atau usaha yang bersifat menghalangi terlaksananya hukuman berarti menghalangi
hukum-hukum Allah dan menentangnya.19
Hukuman diancamkan kepada seseorang pembuat jarimah agar orang tersebut tidak mengulangi tindak kejahatan, juga memberi pelajaran bagi orang lain agar tidak berbuat jarimah.
Landasan hukum Islam tidak pernah terlepas dari 3 asas umum yaitu,
1. Asas keadilan
Adalah asas yang mengatakan bahwa di dalam Alquran Allah Swt. memerintahkan manusia untuk berlaku adil dan menegakkan keadilan.
19
35
ي
ي َعي َل يِ ِليغا شيِطسِقْل ِبينِا َقيا ُكيا آي يِ لاي يَي ي
ياَفي ِ ِبي َل َي ل َفيارِقَفي َي يَِغي ُكييْ ِإينِب ْقأا يِ ي ِلا ْلايِ َي ُكِسُف َ
تيْ ِإ يا ُلِ عتيْ َي ْلايا عِبتت
يَ ُ عتي ِبيَ َكي لاي ِإَفيا ضِعتي َيا ْ
رِبخ
ا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu dan bapak dan kerabatmu. Jika ( dia yang terdakwa) kaya tahu miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya ( kebaikannya) maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu memutarbalikan ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha teliti terhadap segala yang kamu kerjakan.
( QS.Annisa’ :135). 20
2. Asas kepastian hukum
Asas kepastian hukum adalah asas yang menyatakan
bahwa tidak ada satu perbuatan yang dapat dikenakan suatu hukuman kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan yang ada.
ت ايِ
ٰ
ي
يِِسْف ِلي ِ ت يي ِّإَف
ٰ
يَعيُّلِضيي ِّإَفيَّلضي
ي
ٰ
ي ِتي َل
خُي ِ ي ِا
ٰ
ٰ
ّتحينِبِّ ع ي ُّكي
ٰ
ي
ًل س يَثعب
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum kami mengutus seorang rasul. (QS. Alisra’: 15).
3. Asas kemanfaatan
Adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum yang telah disebutkan di atas. Asas ini menerapkan
20
Suhendar, ‚Tafsir Surat An-Nisa Ayat 135 dan Ar-Rum ayat 20-21‛, dalam
36
bahwa dijatuhkannya sebuah hukuman tersebut bermanfaat bagi kepentingan terdakwa dan masyarakat atau tidaknya.
ي صِقْلاي ُكيَعي ِتُكيا اغي يِ لاي يَ ي
ي بعْلا يِحْل ِبي حْلاي َتَقْلاي ِف
يظا َ يِف ع ْل ِبيٌع بِت َفيظ شيِيِخَي ِي َلي ِفعي َفي َث ُأ ِبي َث ُأا يِ بعْل ِب
ََفيكِلَي عبي تعايِ َفية ح ي ُكِب ي ِيٌفيِفختيكِلَي سحِإِبيِيَلِإ
ي
ٌ يِلَيٌ اَ ع
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (orang memaafkan) mengikuti dengan cara baik.( QS. Albaqarah : 178).
Sedangkan dalam hukum pidana Islam sendiri juga
mempunyai asas-asas yang mendasari pelaksanaan hukum pidana Islam tersebut, diantaranya:
a. Asas legalitas
Adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang mengaturnya.
37
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum kami
mengutus seorang rasul.( QS. Alisra’ : 15).
b. Asas larangan memindahkan kesalahan kepada orang lain
Menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia baik ataupun jahat pasti akan mendapatkan imbalan yang setimpal.
ة يِ ي بسَكي ِبيسْف يُّلُك
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. ( QS. Almuddassir: 38)
c. Asas praduga tak bersalah
Adalah asas yang mendasari bahwa seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan harus dianggap tidak bersalah sebelum hakim dengan bukti-bukti yang meyakinkan menyatakan dengan tegas kesalahannya itu.
Asas ini diambil dari ayat-ayat Alquran yang menjadi sumber asas legalitas dan asas larangan memindahkan kesalahan pada orang lain yang telah disebutkan.
38
artinya unsur-unsur yang harus terpenuhi pada jenis jarimah tertentu.
Unsur umum yaitu,
1. Unsur formil,
(adanya undang-undang atau nas). Artinya setiap perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dipidana kecuali adanya nas atau undang-undang yang mengaturnya.
2. Unsur materiil
(sifat melawan hukum). Artinya adanya tingkah laku seseorang yang membentuk jarimah, baik dengan sikap berbuat maupun sikap tidak berbuat.
3. Unsur moril
(pelakunya mukalaf). Artinya pelaku jarimah adalah orang yang dimintai pertanggungjawaban pidana jarimah yang dilakukannya.
Maka khamar ini termasuk dalam jarimah hudud dan
39
‚Sesungguhnya Rasulullah saw. melaknat dalam khamar sepuluh
personel, yaitu pemerasnya (pembuatnya), distributor,
peminumnya, pembawanya, pengirimnya, penuangnya,
penjualnya, pemakan uang hasilnya, pembayarnya dan pemesannya ‛ (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Dari hadis tersebut menunjukkan bahwa semua pelaku yang terlibat dalam khamar termasuk yang diharamkan. Hukum haram disimpulkan karena ada celaan yang bersifat jazim dengan kata (melaknat). Berarti, itu merupakan sebuah sanksi yang diberikan kepada para pelaku yang terlibat dalam khamr. Mereka
itu adalah: (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskannya,
(3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya.
Alquran tidak menegaskan hukuman bagi pelakunya. Hal
itu diletakkan oleh nabi yang melalui sunnah fi’liyyah-nya
diketahui bahwa hukuman dari jarimah ini adalah 40 kali dera.21
40
menurut Imam Syafii adalah 40 kali dera, tetapi Imam boleh menambah menjadi 80 kali dera. Jadi yang 40 kali hukuman dera dan sisanya adalah hukuman takzir.
Pelarangan jarimah minuman khamar, juga hal-hal yang mempunyai illat hukum yang sama, diharamkan karena memabukkan, mka setiap yang memabukkan hukumnya haram. Termasuk jenis khamar adalah narkotika, heroin, sabu-sabu dan lain sebagainya. Islam sangat memelihara kesehatan badan, jiwa dan kemanfaatan harta benda, karena itu Islam mengharamkan khamar. Hal ini karena khamar dan barang-barang memabukkan yang lain merupakan racun yang mematikan.
G. Dampak Khamar bagi Kesehatan
41
1. Dampak penyalahgunaan bagi pelaku22
a. Menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani,
merusak fungsi organ vital tubuh: otak, jantung, ginjal, hati dan paru-paru sampai kepada kematian sia-sia yang tak patut ditangisi.
b. Menimbulkan gangguan terhadap ketertiban, ketentraman
keamanan masyarakat.
c. Menimbulkan kecelaan diri yang bersangkutan dan orang
lain
d. Perbuatan melanggar hukum yang dapat menyeret
pelakunya ke penjara.
e. Memicu tindakan tidak bermoral, tindakan kekerasan dan
tindak kejahatan.
f. Menurunkan sampai membunuh semangat belajar adalah
perbuatan menghancurkan masa depan.
Dalam penyalahgunaan minuman memabukkan dalam jangka waktu lama menyebabkan kadar asam (acidosis) dalam tubuh berlebihan,
di samping mengganggu fungsi dan kinerja darah dalam tubuh. Darah yang beredar dalam tubuh manusia delapan perseratus yang mempunyai tugas sangat penting sekali di antara tugas-tugas darah tersebut.
22
Akhiqren, ‚ makalah dampak negatif dan pengaruh khamr‛, dalam
42
Hal ini diungkapkan oleh Al-Ahmady Abu An-Nur sebagai berikut:
1. Mendistribusi ( mengalirkan) bahan makanan yangtelah
dicerna dari alat pencernaan ke hati (liver) dan seluruh organ tubuh.
2. Mendistribusikan zat-zat makanan yang masuk dalam tunuh
melalui infus maupun mulut.
3. Mendistribusikan oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh.
4. Mendistribusikan hormon-normon kelenjar endokrin di
pankreas yang menghasilkan insulin yang mempunyai fungsi vital.
5. Melindungi segala cairan yang ada di dalam tubuh.
6. Membentuk sarana perlindungan bagi tubuh melalui
BAB III
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANJARMASIN TENTANG TINDAK PIDANA PENJUALAN NARKOTIKA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR
A. Deskripsi Pengadilan Negeri Banjarmasin
Kantor Pengadilan Negeri Banjarmasin di tempatkan secara resmi sejak tanggal 1April 1991, akan tetapi diserah terimakan secara resmi kepada Ketua Pengadilan Negeri Banjarmasin yang diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Kalimantan Selatan pada tanggal 4 Februari 1993.
Pengadilan Negeri Banjarmasin beralamat di Jalan D. I Pandjaitan No. 27 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Telp. (0511) 3352859, Fax.
(0511) 3353263. Terletak dengan areal tanah seluas 2.586 m2 serta luas
bangunan 1.500 m2 dan berlantai dua, memiliki 4 (empat) buah ruang
sidang yang terdiri dari 3 buah ruangan sidang biasa dan satu buah ruang sidang utama yang dipergunakan untuk sidang dan pertemuan.
Wilayah hukum Pengadilan Negeri Banjarmasin antara lain:
1. Daerah Kecamatan Banjarmasin Tengah.
2. Daerah Kecamatan Banjarmasin Utara.
44
4. Daerah Kecamatan Banjarmasin Barat.
5. Daerah Kecamatan Banjarmasin Timur.
Sumber daya manusia di Pengadilan Negeri Banjarmasin antara lain: (1) Ketua Pengadilan Negeri Banjarmasin (2) Wakil, (3) Hakim, (4) Panitera/Sekretaris. (5) kepaniteraan yang terdiri atas : Wakil Panitera, Panitera Muda, Panitera Pengganti, Jurusita/Jurusita Pengganti. (6) kesekretariatan terbagi atas: Wakil Sekretaris dan Kepala Sub Bagian. (7) Staf Pelaksana, (8) Honorer.
Visi Pengadilan Negeri Banjarmasin ialah:
Terwujudnya Pengadilan Negeri Banjarmasin Yang Berwibawa, Bermartabat dan Akuntabel.
Misi Pengadilan Negeri Banjarmasin ialah:
1. Meningkatkan imparsialitas pengadilan.
2. Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dan berakhlak,
untuk meningkatkan pelatanan prima.
3. Meningkatkan kualitas dan wibawa kepemimpinan pengadilan.
4. Meningkatkan kualitas dan transparansi pengadilan.
45
kehakiman yang merdeka untuk menyelanggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara yang masuk ditingkat pertama.
B. Proses Pemeriksaan Anak Penjual Narkotika Nomor. Putusan 05/Pid
Sus-.Anak/2015/PN. Bjm
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam KUHAP, ada tiga jenis pemeriksaan dipersidangan pengadilan, yaitu:
1. Acara pemeriksaan biasa yang diatur dalam Pasal 152 sampai dengan
Pasal 202.
2. Acara pemeriksaan singkat yang diatur dalam Pasal 203 sampai
dengan Pasal 204.
3. Acara pemeriksaan cepat yang diatur dalam Pasal 205 sampai
dengan pasal 216.
Dalam acara pemeriksaan cepat dibagi menjadi dua lagi:
a. Paragraf 1: Acara pemeriksaan tindak pidana ringan (pasal
205 sampai dengan pasal 210).
b. Paragraf 2: Acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas
jalan (pasal 211 sampai dengan pasal 216).
46
Proses pemeriksaan terhadap terdakwa anak pada dasarnya sama
dengan pemeriksaan terdakwa dewasa. Akan tetapi yang membedakan yaitu cara penanganan dalam hal terdakwa anak, petugas harus lebih berhati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan sebisa mungkin melakukan pendekatan dengan terdakwa anak tersebut dengan cara tidak menempatkan posisi dia sebagai terdakwa sehingga mempengaruhi psikologisnya dan menghambat jalannya pemeriksaan.
Peradilan anak adalah pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang
berada dalam lingkup peradilan umum. Adapun proses pemeriksaan terhadap kasus anak nakal yang terkait dengan perkara Nomor. Putusan 05/Pid Sus-.Anak/2015/PN. Bjm yang telah diputus pengadilan negeri Banjarmasin ialah:
1. Penyidikan
Penyidikan adalah pemeriksaan permulaan oleh pejabat yang
ditunjuk berdasarkan undang-undang.1 Penyidikan terhadap terdakwa
anak, dilakukan oleh penyidik anak yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. dalam melakukan suatu penyidikan ini terdapat syarat-syarat untuk dapat diterapkan sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah telah berpengalaman sebagai penyidik tindak pidana yang dilakukan oleh
47
orang dewasa dan mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak.
Dalam perkara Nomor. Putusan 05/Pid Sus-.Anak/2015/PN. Bjm terdakwa anak ditahan dalam tahanan dengan penetapan penahanan di rutan oleh2:
1. Penyidik, sejak tanggal 15 Januari 2015 s /d 03 Pebruari 2015.
2. Perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 04 Pebruari
2015 s/d tanggal 15 Maret 2015.
3. Penangguhan-penangguhan penahanan Penyidik Polisi sejak
tanggal 25 Pebruari 2015 s/d 17 Pebruari 2015.
4. Penunutut Umum sejak tanggal 25 Perbruari 2015 s/d tanggal 01
Maret 2015.
5. Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin sejak tanggal 26 Pebruari
2015 s/d tanggal 07 Maret 2015.
6. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 08
Maret 2015 s/d tanggal 22 Maret 2015.
2. Penuntutan
Pada pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi penuntutan sebagai berikut:‛Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
48
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan‛.3
Dalam hal ini dan menurut acara yang diatur dalam KUHAP dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus hakim disidang pengadilan. Dalam KUHAP tentang wewenang pemuntut umum dalam hal4:
a. Mempersiapkan tindakan penuntutan.
b. Melaksanakan penuntutan disidang pengadilan.
c. Melaksanakan pelaksanakan penetapan hakim.
d. Melaksanakan upaya hukum biasa dan upaya hukum luarbiasa.
e. Dalam perkara koneksitas.
Penuntut juga diberi wewenang untuk melakukan penahanan terhadap terdakwa anak tersebut dalam jangka waktu paling lama 10 hari guna kepentingan penuntutan, dalam menahan tersangka ditingkat penuntutan, penuntut wajib mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh bahwa penahanan tersebut dilakukan secara tegas dalam surat perintah penahanan.
Dalam perkara nomor : 05/ Pid Sus-. Anak /2015/PN. Bjm terdakwa ditahan oleh penuntut umum selama 5 hari pada tanggal 25 Februari 2015 sampai dengan tanggal 01 Maret 2015. Tuntutan pidana dari penuntut umum yang pokok-pokoknya agar hakim pengadilan
3
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia....,161.
49
negeri banjarmasin yang memeriksa dan mengadili perkara putusan
nomor : 05/ Pid Sus-. Anak /2015/PN. Bjm ini memutuskan5 :
1. Menyatakan terdakwa Muhammad Iwan Als Iwan Bin Sukri
(alm) terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika golongan I sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 114 ayat (1) Undang-undang RI No.35 tahun 2009 tentang narkotika.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Muhammad Iwan Als Iwan Bin
Sukri (alm) dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dikurangi selama terdakwa ditahan dengan perintah terdakwa tetap dalam tahanan dan pelatihan kerja selama 3 (tiga) bulan penjara.
3. Menyatakan barang bukti berupa :
„ 1 (satu) paket sabu-sabu dengan berat 0,05 gram (berat bersih
tanpa kemasan) dirampas untuk dimusnahkan. Uang tunai Rp.50.000,-Dirampas untuk Negara.
4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya
perkara sebesar Rp 2.000,-
5
50
Bahwa terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut :
Bahwa terdakwa Muhammad Iwan Als Iwan Bin Sukri (Alm) pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 sekitar jam 17.00 Wita, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu yang masih dalam bulan Januari 2015 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2015 bertempat di Jalan.Veteran tepatnya di depan Gg. Halim RT.-Kel.Sei Biu Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin atau setidak-tidaknya disuatu tempat yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Banjarmasin telah melakukan tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika golongan I, Perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara antara lain sebagai berikut:
Bahwa benar pada waktu dan tempat tersebut di atas bermula ketika saksi Wisnu Prasetyo, saksi Wahyu Tri Laksana, dan saksi Rahmatullah (ketiganya petugas kepolisian) mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa ada seseorang yang dapat menyediakan pesanan narkotika jenis sabu-sabu di Jalan. Veteran tepatnya di depan Gg. Halim menindaklanjuti informasi tersebut saksi Wahyu Tri Laksana melakukan penyamaran sebagai pembeli (undercover buy), selanjutnya saksi Wahyu
51
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) kepada terdakwa setelah menerima uang tersebut terdakwa langsung pergi menuju Jl. Seberang masjid untuk memebeli sabu-sabu kepada seorang laki-laki yang tidak diketahui namannya seharga Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah) setelah mendapatkan sabu-sabu tersebut terdakwa kembali menemui saksi Wahyu Tri Laksana, selanjutnya datang beberapa orang petugas kepolisian berpakaian preman untuk melakukan pemeriksaan dan menemukan barang bukti berupa 1 (satu) paket sabu-sabu beserta uang tunai sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah). Bahwa barang bukti yakni 1 (satu) paket sabu-sabu seberat 0,05 gram yang ditemukan pada penguasaan terdakwa tersebut pada saat ditanyai mengenai ijinnya terdakwa tidak dapat menunjukkan ijinnya, selanjutnya terdakwa berikut barang buktinya langsung diamankan guna diproses lebih lanjut Adapun sabu-sabu tersebut setelah disisihkan di Laboratoris Kriminalistik Cabang Surabaya nomor Lab. 0755/NNF/2015 tanggal 04 Februari 2015 yang diketahui oleh Kepala Laboratorium Forensik Cabang Surabaya yaitu Dr. M. S. Handajani, M.Si, DFM.Apt temyata Positif mengandung Metamfetamina yang termasuk dalam daftar Narkotika golongan I nomor urut 61 lampiran 1 Undang-undang RI. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
52
Dan untuk melengkapi dan menyempurnakan pembuktian terhadap dakwaan tersebut penuntut umum mengajukan saksi yang setelah bersumpah atau berjanji menerangkan pada pokoknya:
Saksi I Nama : Wisnu Prasetyo, di depan persidangan di bawah sumpah. Pada pokoknya memberikan keterangan sebagai berikut :
Bahwa benar saksi sebelumnya tidak kenal dengan terdakwa dan tidak ada hubungan keluarga.
Bahwa benar peristiwa penangkapan terhadap terdakwa Muhammad Iwan Als Iwan Bin Sukri (Alm) terjadi pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 sekira jam 17.00 Wita di Jalan . Veteran tepatnya depan Gang Halim Rt.- Kelurahan Sei. Bilu Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.
Bahwa benar saat melakukan penangkapan terhadap terdakwa barang bukti yang ditemukan adalah 1 (satu) paket sabu-sabu.
Bahwa benar untuk barang bukti 1 (satu) paket sabu-sabu disita dari terdakwa yang pada saat itu menyerahkan langsung kepada saksi.
Bahwa benar saksi memesan 1 (satu) paket sabu-sabu tersebut kepada terdakwa seharga Rp. 250.000,00 (Dua ratus lima puluh ribu rupiah) serta pada saat itu uangnya sudah saksi serahkan
53
Bahwa benar sesaat setelah penangkapan saksi dan rekan kerja ada menanyakan kepada terdakwa perihal darimana
terdakwa mendapatkan sabu-sabu tersebut dan dijawab terdakwa
bahwa ia mendapatkan dari seorang laki-laki yang tidak ia ketahui namanya di Jalan. Seberang Masjid.
Bahwa benar kronologis penangkapan terhadap terdakwa tersebut bermula dari informasi masyarakat perihal seorang yang dapat menyediakan pesanan narkotika jenis sabu-sabu di Jl. Veteran tepatnya di depan Gg. Halim yang kemudian diketahui bemama Sdr. Muhammad Iwan Als Iwan Bin Sukri (Alm), kemudian untuk menindak lanjuti informasi tersebut pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 skj 16.30 Wita saksi mendapatkan perintah dari kanit II untuk melakukan tugas Pembelian Terselubung (Undercover Buy) yaitu dengan datang menemui
terdakwa di Jalan Veteran tepatnya depan Gang Halim Rt.- Kelurahan Sei. Bilu Kecamatan Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.
kemudian langsung memesan 1 (satu) paket sabu-sabu dan langsung menyerahkan uang pembelian sebesar Rp. 250.000,00 (Dua ratus lima puluh ribu rupiah) kepada terdakwa setelah terdakwa menerima uang tersebut dia langsung pergi keluar dan saksi tidak mengetahui tujuannya kemana, kemudian sekitar ± 20
54
sabu sabu kepada saksi, dan beberapa saat setelah saksi menerima sabu sabu tersebut kemudian datang rekan kerja saksi dan sdr Wisnu Prasetyo serta beberapa rekan kerja saya lainnya dan langsung menangkap terdakwa dan kemudian terdakwa dan barang bukti yang ditemukan dibawa ke Mapolresta Banjarmasin untuk diproses lebih lanjut. Atas keterangan saksi tersebut anak membenarkan dan tidak berkeberatan.
Saksi II Nama : Rahmatullah, SH., di depan persidangan di bawah sumpah juga memberikan keterangan yang sama dengan saksi I Wisnu Prasetyo dikarenakan pada saat kejadian tersebut mereka berdua adaalah polisi yang menyamar sebagai pembeli yang melaksanakan perintah dari atasan untuk melakukan penyamaran tersebut..
Dalam putusan nomor : 05/Pid Sus-.Anak/2015/PN. Bjm perkara penjualan narkotika yang dilakukan anak, anak dipersidangkan didampingi oleh penasehat hukum Tri Aguvina, SH. Dari LBH UNLAM Banjarmasin. Dalam pemeriksaan
Pengadilan Negeri tersebut telah membacakan6 :
1. Surat pelimpahan perkara dengan acara pemeriksaan biasa dari
Kepala Kejaksaan Negeri Banjarmasin Nomor.