• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK

C. Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Pencabulan

4. Pertimbangan hakim

Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif Kesatu sebagaimana diatur dalam Pasal 82 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Setiap orang;

2. Dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul

Majelis akan mempertimbangkan unsur-unsur tersebut satu persatu; ad.1. Unsur setiap orang.

Unsur “setiap orang” adalah orang sebagai subjek hukum yang dapat melakukan dan mempertanggungjawabkan perbuatannya yang diduga telah melakukan tindak pidana sebagaimana tercantum dalam surat dakwaan;

Terdakwa yang diajukan ke persidangan, selain mempunyai identitas sebagaimana dakwaan Penuntut Umum dan selama persidangan berlangsung dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta tidak dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 KUHPidana, sehingga dengan demikian terdakwa dianggap mampu bertanggung jawab atas perbuatannya di depan hukum;

Pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis berpendapat unsur kesatu “Setiap

Orang” telah terpenuhi;

ad.2. Unsur dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.

Perbuatan cabul adalah semua perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji yang semuannya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. Berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa, didapatlah fakta-fakta sebagai berikut:

a. Bahwa anak korban Bukhori Sitorus telah dicabuli oleh terdakwa pada hari Minggu tanggal 8 Februari 2015 sekira pukul 22.00 W.I.B bertempat di Sei Barito Lk. VII Kelurahan Sumber Sari Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai tepatnya didalam kapal boat milik terdakwa yang bersandar disungai dibelakang rumah saksi Budi, dengan cara sebagai berikut:

Bermula pertama kali pada hari dan tanggal terdakwa tidak ingat sekitar bulan Oktober 2014 sekira pukul 16.00 Wib terdakwa Edi Syahputra Panjaitan als Dedek mengatakan kepada anak korban Bukhori Sitorus dengan berkata “Bukhori, ayo kita gitu yuk (sodomi)” dan anak korban Bukhori Sitorus hanya diam saja lalu terdakwa memegang tangan sebelah kanan dan kaki bagian paha sebelah kanan anak korban Bukhori Sitorus lalu terdakwa mencium pipi serta leher anak korban Bukhori Sitorus lalu

terdakwa membuka celana dan celana dalam yang dipakai oleh anak korban Bukhori Sitorus dan setelah itu menghisap kemaluan anak korban Bukhori Sitorus lalu terdakwa menyuruh anak korban Bukhori Sitorus untuk menghisap kemaluan terdakwa dan setelah itu terdakwa menempelkan kemaluan terdakwa kedalam anus (lubang pantat) anak korban Bukhori Sitorus lalu di gesek-gesekkan sehingga pada kemaluan mengeluarkan sperma (air mani) lalu terdakwa berkata “jangan kau kasih tau sama ayah kau, nanti ku cokik kau” dan perbuatan terdakwa tersebut sudah 3 (tiga) kali dilakukan dan terakhir pada hari Minggu tanggal 9 Februari 2015 sekira pukul 22.00 Wib anak korban Bukhori Sitorus baru pulang mengaji dan melihat ayah anak korban Bukhori Sitorus yakni saksi Budi sedang bercerita dengan terdakwa dibelakang rumah dan setelah itu anak korban Bukhori Sitorus masuk kedalam kamar untuk tidur. Kemudian tidak berapa lama saksi Budi pergi untuk menjemput ibu anak korban Bukhori Sitorus yang selesai berjualan bakso di Selat Lancang dan Setelah itu terdakwa memanggil anak korban Bukhori Sitorus untuk mengobati boat dengan cara menyiram-nyiram boatnya yang bersandar di sungai belakang rumah lalu anak korban Bukhori Sitorus keluar dengan membawa timba berisi air dan setelah itu terdakwa menyuruh anak korban Bukhori Sitorus untuk mengganti celana yang dipakai dengan kain sarung agar celana tersebut tidak basah dan setelah itu anak korban Bukhori Sitorus turun ke boat lalu menyiram sampai bagian mesin dan setelah itu terdakwa mendekati anak korban Bukhori Sitorus dengan nada marah

mengatakan “Bukhori kau buka dulu kain uwak ini, kalau tak mau uwak cokik kau nanti” sehingga anak korban Bukhori Sitorus menjadi ketakutan dan setelah itu anak korban Bukhori Sitorus membuka kain sarung serta celana dalam yang dipakai oleh terdakwa lalu terdakwa menyodorkan kemaluannya kedalam mulut anak korban Bukhori Sitorus lalu memaju mundurkan pinggulnya hingga dari kemaluan terdakwa mengeluarkan sperma didalam mulut anak korban Bukhori Sitorus dan setelah itu terdakwa pergi.

- Bahwa terdakwa menempelkan kemaluan terdakwa kedalam lubang anus anak korban Bukhori Sitorus sehingga dijumpai luka lecet pada anus anak korban Bukhori Sitorus arah jam (6), hal ini sesuai dengan surat visum et repertum Nomor 007/1105/RSUD/II/2015 tanggal 11 Februari 2015 yang ditandatngani dr. Isma Ninda Ningsih Dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungbalai;

- Bahwa anak korban Bukhori Sitorus berumur 13 (tiga belas) tahun berdasarkan Fotocopy Kutipan Akta Kelahiran Nomor 1274-LT-10012014-0024 yang dikeluarkan Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang menerangkan bahwa anak korban Bukhori Sitorus lahir pada tanggal 1 Januari 2001 dan Fotocopy Kartu Keluarga Nomor 1274030910120003 yang dikeluarkan Camat Sei Tualang Raso Kota Tanjung Balai, anak korban Bukhori Sitorus berusia 14 (empat belas) tahun;

Bahwa dari fakta dan keadaan tersebut ternyata terdakwa telah melakukan ancaman kekerasan terhadap anak korban Bukhori Sitorus dengan kata-kata :jangan kau kasih tau ayah kau, nanti ku cokik kau” dan terdakwa juga memaksa anak korban Bukhori Sitorus agar membuka kain yang dipakai terdakwa dan jika anak korban Bukhori Sitorus tidak mau, terdakwa mencekik anak korban Bukhori Sitorus;

Bahwa oleh karena anak korban Bukhori Sitorus baru berusia 14 (empat belas) tahun namun pada waktu kejadian usia anak korban Bukhori Sitorus masih berusia 13 (tiga belas) tahun, usia tersebut menurut UU Perlindungan Anak, masih tergolong anak-anak, karena belum mencapai 18 tahun. Dari fakta ini menurut Majelis Hukum yang memeriksa perkara ini terdakwa telah melakukan perbuatan cabul dengan anak;

Bahwa kenyataannya terdakwa menghendaki perbuatan tersebut karena dorongan nafsu birahinya, ancaman dan paksaan yang dilakukan terdakwa adalah dengan tujuan dapat melaksanakan niat terdakwa untuk melakuikan ancaman kekerasan memaksa anak melakukan perbuatan cabul sehingga unsur ini telah terpenuhi;

Bahwa dari fakta tersebut, perbuatan terdakwa yang mencabuli anak korban Bukhori Sitorus adalah dilakukan dengan melalui suatu paksaan, oleh karenanya unsur “melakukan ancaman kekerasan memaksa anak melakukan perbuatan cabul” telah terpenuhi dari perbuatan terdakwa;

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka seluruh unsur dari Pasal 82 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014

tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi dari perbuatan Terdakwa;

Bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 82 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi, maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebgaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif Kesatu;

Bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Terdakwa;

Keadaan yang memberatkan:

1. Perbuatan terdakwa bertentangan dengan nilai susila dalam masyarakat; 2. Terdakwa sudah pernah dihukum;

Keadaan yang meringankan:

1. Terdakwa berterus terang dan mengakui perbuatannya serta menyesali perbuatannya;

2. Bersikap sopan dipersidangan;

Dokumen terkait