Menimbang bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Serentak se-Kabupaten Kutai Kartanegara perihal Hasil Tes Ujian Penyaringan Balon Kades Teratak Nomor : 411.1/007/Panitia-Kab/VIII/2016 tanggal 5 Agustus Menimbang bahwa dalam gugatannya Penggugat mendalilkan pada pokoknya
bahwa Tergugat tidak memiliki kewenangan dalam menerbitkan obyek sengketa dan melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik;--- Menimbang bahwa terhadap pokok gugatan tersebut, Tergugat mendalilkan bahwa
Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa a quo telah sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan dan juga telah sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik;--- Menimbang bahwa atas Jawaban Tergugat tersebut, Penggugat dalam Persidangan pada tanggal 14 September 2016 menyatakan tidak mengajukan Replik dan tetap berketetapan pada dalil-dalil sebagaimana dalam Gugatan Penggugat, dan oleh karenanya Tergugat tidak mengajukan Dupliknya dan tetap berketetapan pada dalil-dalil Jawabannya;---
Halaman 39 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD Menimbang bahwa dalam Jawaban Tergugat, selain mengajukan pokok jawaban
atas gugatan Penggugat, Tergugat juga mengajukan eksepsi yakni eksepsi tentang:--- 1. Gugatan Penggugat Prematur
2. Gugatan Penggugat Salah Pihak
3. Gugatan Penggugat Salah Objek Gugatan 4. Gugatan Penggugat Kabur
Menimbang bahwa Majelis Hakim sebelum melakukan Pengujian Eksepsi serta pokok perkara yaitu terkait apakah objek sengketa bertentangan dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan/ Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) terlebih dahulu akan mempertimbangkan aspek formal pengajuan gugatan sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Peradilan Tata Usaha Negara. Adapun yang dipertimbangkan terkait aspek formal tersebut, menurut Majelis Hakim adalah hal-hal berikut:---
1. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara memeriksa dan memutus sengketa a quo 2. Kepentingan Para Penggugat untuk mengajukan gugatan a quo;
3. Tenggang waktu pengajuan gugatan;
Menimbang bahwa dalam mempertimbangkan aspek formil gugatan Penggugat, Majelis Hakim juga akan mempertimbangkan secara bersamaan eksepsi-eksepsi Tergugat yang memiliki substansi yang sama dengan aspek formil gugatan Penggugat; --- Menimbang bahwa terhadap hal pada angka 1 (satu) tersebut di atas, yaitu terkait
kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara memeriksa dan memutus sengketa a quo Majelis Hakim berpendapat sebagai berikut;---
Menimbang bahwa ketentuan Pasal 47 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa “ Pengadilan bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara” .---
Menimbang bahwa selanjutnya berdasar ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, yang dimaksud Sengketa Tata Usaha Negara adalah
Halaman 40 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD
sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;---
Menimbang bahwa Keputusan Tata Usaha Negara seperti dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah “suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.” ;---
Menimbang bahwa apabila ketentuan Pasal dimaksud dikaitkan dengan obyek sengketa dapatlah diuraikan sebagai berikut :--- 1. Penetapan Tertulis ; --- Bahwa obyek sengketa berbentuk tulisan sebagaimana termuat dalam obyek sengketa a quo (vide bukti P-1) ; --- 2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ; ---
Menimbang Bahwa Tergugat adalah Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Serentak se- Kabupaten Kutai Kartanegara yang melakukan kegiatan bersifat eksekutif khususnya dalam penyelenggaran pemilihan desa di kabupaten Kutai Kartanegara, bukan pejabat tata usaha negara lainnya termasuk Panitia Pemilihan Kepala Desa in casu Panitia Pemilihan Kepala Desa Tratak sebagaimana dalam dalil Tergugat tentang Eksepsi Penggugat Salah Pihak:---
Menimbang bahwa berdasarkan bukti P-1 bahwa pihak yang melaksanakan penjaringan bakal calon kades adalah Ketua Panitia Pemilihan Desa Serentak se Kabupaten Kutai Kartanegara bukan Panitia Pemilihan Kepala Desa in casu Panitia Pemilihan Kepala Desa Teratak sehingga yang menjadi pihak dalam perkara a quo
Halaman 41 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD adalah Tergugat yakni Ketua Panitia Pemilihan Desa Serentak se Kabupaten Kutai Kartanegara;--- 3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara ; ---
Bahwa tindakan Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa merupakan tindakan hukum Tata Usaha Negara karena didasarkan pada hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain ;--- 4. Bersifat Konkrit ;---
Bahwa obyek sengketa bersifat konkrit karena obyek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan yaitu berupa obyek sengktea a quo ( vide bukti P-1 ) ;--- 5. Bersifat Individual ;--- Bahwa obyek sengketa tidak memiliki sifat kepentingan umum tetapi Keputusan Tata Usaha Negara a quo yang berdampak pada individu-individu tertentu, yakni Fadlan, Taupik, Yoim Sailidon, Patmi Wati dan Abdul Kadir (vide lampiran bukti P-1 ); --- 6. Bersifat final sehingga menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum
perdata; --- Bahwa obyek sengketa sudah bersifat definitif dan Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa tidak memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain dan karenanya Keputusan Tata Usaha Negara a quo telah menimbulkan akibat hukum bagi mereka yang dinyatakan lolos sebagai Calon Kepala Desa Teratak, Kecamatan Muara Kaman yakni Fadlan, Taupik, Yoim Sailidon, Patmi Wati dan Abdul Kadir dan juga menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat karena dinyatakan tidak lulus ujian penyaringan sehingga tidak dapat mengikuti pemilihan kepala desa (vide lampiran bukti P-1);---
Menimbang bahwa Majelis Hakim tidak menemukan adanya fakta hukum bahwa objek sengketa a quo termasuk kategori keputusan Tata usaha negara yang dikecualikan
Halaman 42 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD untuk dapat diuji di Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 2 huruf a, b, c, d, e, f dan g Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan Pasal 49 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara serta tidak pula termasuk sengketa yang harus diselesaikan melalui upaya administrasi terlebih dahulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986; ---
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Keputusan obyek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat (vide bukti P-1 beserta lampirannya) merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang telah memenuhi unsur suatu Surat Keputusan seperti dimaksudkan ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;---
Menimbang bahwa terhadap hal pada angka 2 (dua) tersebut di atas yaitu terkait Kepentingan Penggugat untuk mengajukan gugatan a quo, Majelis Hakim berpendapat sebagai berikut: --- Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor : 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan : “Orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusann Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi” ;---
Menimbang, bahwa dalam hukum administrasi negara suatu kepentingan atau nilai yang harus dilindungi oleh hukum adalah harus dilihat adanya hubungan antara orang yang bersangkutan di satu pihak, dengan Keputusan Tata Usaha Negara di lain pihak, dan hubungan ini harus bersifat langsung ;---
Halaman 43 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD Menimbang, bahwa ketentuan hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara khususnya Pasal 53 ayat (1) tersebut di atas, menganut asas tiada kepentingan maka tiada gugatan (Point D’ Interest, Point D’ Action atau No Interest No Action) ;---
Menimbang, bahwa untuk menjawab permasalahan di atas tersebut, maka Majelis hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut;--- Menimbang bahwa dalam gugatannya, Penggugat mendalilkan bahwa Penggugat sebagai warga Desa Teratak telah mendaftar dan membayar uang pendaftaran bakal calon kepala desa Teratak dan telah memenuhi persyaratan administrasi sebagai bakal calon Kepala Desa Teratak (vide bukti P-3 dan P-4) ;---
Menimbang bahwa berdasarkan norma dan fakta tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat memiliki hubungan hukum dengan terbitnya obyek sengketa a quo dan penggugat juga mengalami kerugian karena tidak terakomodirnya nama Penggugat dalam hasil penjaringan calon kepala desa Teratak sebagai dalam perkara
a quo sehingga secara formil penggugat memiliki kepentingan dalam mengajukan gugatan a quo;---
Menimbang bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan menguji apakah gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu menggugat sebagaimana secara formil disyaratkan dalam hukum acara di Peradilan Tata Usaha Negara:--- Menimbang bahwa dalam Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan bahwa: Gugatan dapat diajukan hanya dalam
tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;---
Menimbang bahwa Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 tahun 1991 pada romawi V angka 3 menyatakan “ bagi mereka yang tidak dituju oleh suatu surat keputusan Tata Usaha Negara tapi yang merasa kepentinganya di rugikan maka tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dihitung secara kasuistis sejak saat ia merasa
Halaman 44 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD kepentinganya dirugikan oleh keputusan Tata Usaha Negara dan mengetahui adanya keputusan tersebut “;---
Menimbang bahwa dalam perkara a quo, Penggugat adalah pihak yang tidak dituju langsung dengan obyek sengketa a quo
;---Menimbang bahwa dalam gugatannya mendalilkan bahwa Berdasarkan ketentuan
sesuai Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara maka Penggugat bisa mengajukan gugatanya dikarenakan penggugat mendapatkan putusan pada hari Kamis tanggal 11 Agustus 2016;---
Menimbang bahwa atas dalil gugatan tentang tenggang waktu tersebut, Tergugat tidak membantah dalam dalil jawaban dan eksepsinya:---
Menimbang bahwa berdasarkan gugatan Penggugat yang didaftarkan pada tanggal 16 Agustus di Kepaniteraan perkara Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda dan obyek sengketa diterbitkan pada tanggal 05 Agustus 2016 maka Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu mengajukan gugatan sehingga secara formil memenuhi syarat mengajukan gugatan a quo;---
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi-eksepsi yang diajukan Tergugat sebagai berikut :--- DALAM EKSEPSI
1. Gugatan Penggugat Prematur
Menimbang, bahwa Tergugat di dalam eksepsinya mendalilkan bahwa objek sengketa a quo bukan merupakan suatu proses akhir/final dalam menentukan bakal calon kepala desa menjadi calon kepala desa dimana kewenangan tersebut berada pada Panitia Pemilihan Kepala Desa Teratak itu sendiri;--- Menimbang, bahwa dengan terpenuhinya unsur final obyek sengketa a quo sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang telah dipertimbangankan Majelis Hakim dalam pertimbangan
Halaman 45 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD hukum mengenai unsur-unsur Keputusan tata Usaha Negara tersebut diatas, maka dalil Tergugat yang menyatakan bahwa Gugatan Penggugat Prematur dikarenakan objek sengketa a quo bukan merupakan suatu proses akhir/final tidaklah beralasan hukum dan oleh karena itu Eksepsi tersebut tidak dapat diterima;--- 2. Gugatan Penggugat salah objek gugatan
Menimbang, bahwa Tergugat di dalam eksepsinya mendalilkan bahwa Penggugat telah salah objek gugatan dimana seharusnya yang dijadikan objek sengketa adalah Surat Keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa teratak nomor 06/SK/Pan-Pilkades-TRK/VIII/2016 tanggal 12 Agustus 2016 tentang penetapan calon kepala desa karena kerugian Penggugat baru timbul oleh Surat Keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa teratak nomor 06/SK/Pan-Pilkades-TRK/VIII/2016 tanggal 12 Agustus 2016 tentang penetapan calon kepala desa tersebut;---
Menimbang, bahwa untuk menentukan apakah suatu keputusan dapat dijadikan objek sengketa atau tidak didalam sengketa tata usaha negara, maka harus memenuhi
ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009; ---
Menimbang, bahwa Keputusan Tata Usaha Negara seperti dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah “suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.” ;---
Menimbang bahwa apabila ketentuan Pasal dimaksud dikaitkan dengan obyek sengketa dapatlah diuraikan sebagai berikut :--- 1. Penetapan Tertulis ; --- Bahwa obyek sengketa berbentuk tulisan sebagaimana termuat dalam obyek sengketa a quo (vide bukti P-1) ; ---
Halaman 46 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD 2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara ; --- Menimbang Bahwa Tergugat adalah Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Serentak se- Kabupaten Kutai Kartanegara yang melakukan kegiatan bersifat eksekutif khususnya dalam penyelenggaran pemilihan desa di kabupaten Kutai Kartanegara, bukan pejabat tata usaha negara lainnya termasuk Panitia Pemilihan Kepala Desa in casu Panitia Pemilihan Kepala Desa Tratak sebagaimana dalam dalil Tergugat tentang Eksepsi Penggugat Salah Pihak:---
Menimbang bahwa berdasarkan bukti P-1 bahwa pihak yang melaksanakan penjaringan bakal calon kades adalah Ketua Panitia Pemilihan Desa Serentak se Kabupaten Kutai Kartanegara bukan Panitia Pemilihan Kepala Desa in casu Panitia Pemilihan Kepala Desa Teratak sehingga yang menjadi pihak dalam perkara a quo adalah Tergugat yakni Ketua Panitia Pemilihan Desa Serentak se Kabupaten Kutai Kartanegara;--- 3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara ; --- Bahwa tindakan Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa merupakan tindakan hukum Tata Usaha Negara karena didasarkan pada hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain ;--- 4. Bersifat Konkrit ;---
Bahwa obyek sengketa bersifat konkrit karena obyek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan yaitu berupa obyek sengktea a quo ( vide bukti P-1 ) ;--- 5. Bersifat Individual ;--- Bahwa obyek sengketa tidak memiliki sifat kepentingan umum tetapi Keputusan Tata Usaha Negara a quo yang berdampak pada individu-individu tertentu, yakni Fadlan, Taupik, Yoim Sailidon, Patmi Wati dan Abdul Kadir( vide lampiran bukti P-1 ); --- 6. Bersifat final sehingga menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata;
Halaman 47 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD Menimbang, bahwa obyek sengketa sudah bersifat definitif dan Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa tidak memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain dan karenanya Keputusan Tata Usaha Negara a quo telah menimbulkan akibat hukum bagi mereka yang dinyatakan lolos sebagai Calon Kepala Desa Teratak, Kecamatan Muara Kaman yakni Fadlan, Taupik, Yoim Sailidon, Patmi Wati dan Abdul Kadir dan juga menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat karena dinyatakan tidak lulus ujian penyaringan sehingga tidak dapat mengikuti pemilihan kepala desa (vide lampiran bukti P-1);---
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan mengenai unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa objek sengketa a quo telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sehingga dapat menjadi objek sengketa dalam perkara a quo, maka dalil Tergugat yang menyatakan bahwa Gugatan Penggugat salah objek gugatan tidaklah beralasan hukum dan oleh karena itu Eksepsi tersebut tidak dapat diterima;--- 3. Gugatan Penggugat salah pihak
Menimbang, bahwa Tergugat di dalam eksepsinya mendalilkan bahwa yang harus digugat oleh Penggugat dalam perkara ini adalah Panitia Pemilihan Kepala Desa Teratak dan bukan Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa se-Kabupaten in casu Tergugat sekarang;- Menimbang, bahwa oleh karena objek sengketa a quo adalah Surat Keputusan Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Serentak Se-kabupaten Kutai Kartanegara Nomor : 411.1/007/Panitia-Kab/VIII/2016 tanggal 5 Agustus 2016, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa pihak Tergugat dalam sengketa a quo adalah Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Serentak Se-kabupaten Kutai Kartanegara, oleh karenanya dalil eksepsi Tergugat tidak beralasan hukum dan harus dinyatakan tidak dapat diterima;--- 4. Gugatan Penggugat Kabur
Halaman 48 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD Menimbang, bahwa Tergugat di dalam eksepsinya mendalilkan bahwa gugatan penggugat kabur karena inkonsistensi Penggugat dalam memandang proses pemilihan kepala desa terhadap kewenangan yang dimiliki oleh Tergugat;--- Menimbang, bahwa untuk menentukan apakah gugatan penggugat kabur (obscuur libel) atau tidak, yang dijadikan sebagai acuan adalah apakah gugatan tersebut telah memenuhi atau tidak memenuhi ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;--- Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyatakan Gugatan harus memuat :--- a. nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat, atau kuasanya; b. nama jabatan, dan tempat kedudukan tergugat;
c. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan.
Menimbang, bahwa setelah mempelajari surat gugatan Penggugat tersebut, di dalamnya telah memuat nama, kewarganegaraan ,tempat tinggal dan pekerjaan Penggugat atau kuasanya, telah memuat nama jabatan dan tempat kedudukan Tergugat serta telah dengan jelas memuat dasar gugatan (posita) dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan (petitum);--- Menimbang, bahwa oleh karena surat gugatan telah memenuhi unsur-unsur
ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan telah jelas dan tegas posita dan petitumnya, maka eksepsi Tergugat mengenai gugatan penggugat kabur harus dinyatakan tidak dapat diterima ;---
Menimbang bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum tersebut diatas, Gugatan Penggugat secara keseluruhan telah memenuhi unsur formil mengajukan gugatan dalam perkara a quo dan seluruh eksepsi Tergugat dinyatakan tidak dapat diterima, maka selanjutnya Majelis Hakim akan menguji pokok perkara a quo:--- DALAM POKOK PERKARA
Halaman 49 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD Menimbang bahwa dalam menguji perkara a quo Majelis Hakim terlebih dahulu
akan menguji apakah Tergugat memiliki kewenangan dalam objek sengketa a quo?--- Menimbang bahwa dalam dalil gugatannya Penggugat mendalilkan bahwa dalam hal ini tergugat tidak punya kewenangan melaksanakan Tes baik tertulis ataupun wawancara juga mengeluarkan Surat Keputusan yang di jadikan rujukan mutlak oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa karena hal tersebut bertentangan dengan :---
a. Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 32 ayat 2 “Badan Permusyawaratan Desa membentuk Panitia pemilihan kepala Desa “ayat 3“ Panitia pemilihan kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat Mandiri dan tidak memihak “(vide bukti P-5).--- b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 41 ayat (2) huruf b ‘
Pembentukan panitia pemilihan kepala Desa oleh Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan’ (vide bukti P-6).--- c. PERDA Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa
Pasal 4 huruf a. “ Pembentukan Panitia Pemilihan oleh BPD ditetapkan dalam jangka
waktu 10 ( sepuluh ) hari setelah pemberhentian akhir masa jabatan “Pasal 10 “ dalam hal bakal calon yang mendaftar sebagai kepala Desa dan yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 lebih dari 5 (lima) orang, Panitia pemilihan melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja dilembaga pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan mengadakan ujian penyaringan baiktertulis maupun wawancara yang pelaksanaanya dikoordinasikan dan dikonsultasikan kepada Camat dan panitia pemilihan Kabupaten “(vide bukti
P-7); --- Menimbang bahwa Penggugat dalam dalilnya menegaskan bahwa yang memiliki kewenangan melakukan seleksi dan penjaringan balon Kades untuk menjadi calon kepala
Halaman 50 dari 58 halaman Putusan Nomor 27/G/2016/PTUN-SMD Desa adalah panitia pemilihan kepala Desa yang dibentuk oleh Badan Permusyawaratan Desa yang dalam hal ini baik Camat atau Panitia pemilihan Kabupaten hanya bersifat koordinasi dan konsultasi tidak ada kewenangan melaksanakan Tes dan mengeluarkan Surat Keputusan yang dijadikan rujukan mutlak oleh Panitia pemilihan kepala Desa untuk menentukan Calon Kepala Desa ;---
Menimbang bahwa atas dalil gugatan tersebut, Tergugat membantah dengan mendalilkan bahwa Tidak Benar dalil Penggugat didalam Gugatannya pada halaman 3-4 angka 11 dan angka 12 yang menyatakan Tergugat tidak mempunyai kewenangan melaksanakan Tes baik tertulis ataupun wawancara juga mengeluarkan Surat Keputusan, karena Tergugat dalam melaksanakan Tes Tertulis ataupun Wawancara serta menetapkan hasil tes didalam suatu surat keputusan telah sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Bupati Kutai Kartanegara sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) huruf h Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa
jo Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 221/HK-BUP/2016 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa dalam Lampiran pada Bagian Keempat Paragraf 6 huruf a dan huruf c yang menyebutkan:--- a. Dalam hal Bakal Calon Kepala Desa yang mendaftar sebagai Kepala Desa dan yang memenuhi persyaratan lebih dari 5 (lima) orang, Panitia Pemilihan Kabupaten melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria pengalaman bekerja di Lembaga Pemerintahan, tingkat pendidikan, usia dan hasil ujian penyaringan bagi Bakal Calon Kepala Desa.---
b. Mekanisme pelaksanaan seleksi tambahan dan penetapan hasil bakal Calon Kepala Desa ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Kabupaten.---