• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara

BAB IV: DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK

B. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara

317/Pid.B/2015/PN Clp dan Nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp

Majelis Hakim mempertimbangkan berdasarkan keterangan saksi, Ahli, Terdakwa, fakta-fakta hukum, keyakinan hakim pada putusan nomor:

317/Pid.B/2015/PN Clp dan putusan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp.

Hakim membuktikan dalam pembahasan Yuridis dengan unsur-unsur tindak pidana dalam Pasal 351 Ayat (3) KUHP menyatakan:

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Unsur Pasal 351 Ayat (3) pada putusan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp dalam dakwaan primair berisi tafsiran:

1. Unsur barang siapa

Unsur ini menunjuk kepada subyek hukum sebagai penyokong hak dan kewajiban yang dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dihadapan hukum, dimana tersangka Eli Rohaeli Bin Kusnan sebagaimana dalam Kartu Tanda Penduduk. Berdasarkan uraian fakta-fakta yang ditemukan dalam penyidikan, maka tersangka Eli Rohaeli Bin Kusnan telah melakukan perbuatan pidana Penganiayaan Mengakibatkan Kematian, sehingga unsur “setiap orang” telah terpenuhi.

96

2. Melakukan penganiayaan mengakibatkan mati

96Berdasarkan putusan pengadilan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp, h. 11.

Penganiayaan disini adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit dan luka. Rasa sakit yang dimaksud seperti menendang, menampar, memukul dan sebagainya. Sedangkan luka yang dimaksud seperti mengiris, memotong, menusuk dan sebagainya. Di dalam perkara ini matinya korban merupakan akibat dari penganiayaan.

Awalnya terdakwa sedang menonton pertunjukan organ tunggal di Dusun Cimalati Rt.01 Rw.04 Desa Madusari Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Tiba-tiba terjadi keributan hingga terdakwa dipukul oleh seorang laki-laki yang tidak dikenal. Kemudian terdakwa membalas laki-laki tersebut, namun datang teman laki-laki tersebut dan memukul terdakwa hingga pelipis terdakwa berdarah. Setelah itu terdakwa mengejar laki-laki tersebut beserta temannya dan melemparkan batu. Akan tetapi batu tersebut mengenai DD Allen hingga terjatuh dan tidak sadarkan diri.

Korban di opname di RSU Banjar selama 9 hari dan langsung dibawa pulang karena kekurangan biaya. Di rumah korban tidak sadar diri lagi, akhirnya dibawa kerumah sakit lagi dan masih dalam perjalanan korban meninggal dunia. Hal ini berdasarkan Visum Et Repertum nomor 353/303751/VIII/RSU tanggal 16 Agustus 2015 yang ditandatangani oleh Dr. Ryan Haryana.

97

Terdakwa secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana yang disebutkan menurut Pasal 351 Ayat (3) KUHP dalam Dakwaan Primair dan mampu bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan. Maka Majelis Hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa sebagai berikut:

3. Keadaan yang memberatkan:

 PerbuatanTerdakwa mengakibatkan korban meninggal dunia 4. Keadaan yang meringankan:

97Berdasarkan putusan pengadilan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp, h. 11-12.

 Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya

 Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi

 Terdakwa masih muda dan diharapkan dapat memperbaiki diri Berdasarkan pertimbangan hakim diatas, maka Majelis Hakim menjatuhkan pidana pada putusan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp sebagai berikut:

a. Menjatuhkan terdakwa ELI ROHAELI Bin KUSNAN, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ PENGANIAYAAN MENGAKIBATKAN MATI ” ;

b. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun ;

c. Menetapkan masa penangkapan dan atau penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

d. Menetapkan terdakwa tetap ditahan;

e. Menetapkan barang bukti berupa :

 (satu) buah batu dengan berat sekitar 1200 gram;

Dirampas untuk dimusnahkan

f. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp 2.500,- ( duaribu lima ratus rupiah).

98

Penulis meneliti pertimbangan hakim pada putusan pengadilan nomor:

174/Pid.Sus/2017/PN Clp berdasarkan keterangan saksi, ahli, Terdakwa, fakta-fakta hukum, keyakinan hakim dalam persidangan. Terdakwa dibebaskan dari dakwaan primair karena unsur Pasal 44 Ayat (3) Jo Pasal 5 huruf a UU. RI. No. 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga tidak terpenuhi menurut hukum. Pada dakwaan Subsidiar Pasal 353 Ayat (3) KUHP, unsur-unsur didalamnya tidak terpenuhi menurut hukum dalam

98Berdasarkan putusan pengadilan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp, h. 14.

perbuatan terdakwa. Unsur Pasal 351 Ayat (3) pada putusan nomor:

317/Pid.B/2015/PN Clp dalam dakwaan lebih Subsidiar berisi tafsiran:

1. Unsur barang siapa

Barang siapa disini adalah subyek hukum dari straafbaarfeit dalam diri manusia yang mempunyai hak dan kewajiban.Sedangkan barang siapa yang dimaksud dalam perkara ini adalah Terdakwa Ardhi Pradana Bin Masri Suparno. Identitas terdakwa sesuai dengan identitas dalam surat dakwaan Penuntut Umum, maka subyek hukum telah terpenuhi.

2. Unsur melakukan penganiayaan mengakibatkan kematian

Penganiayaan disini adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), raasa sakit dan luka. Rasa sakit yang dimaksud seperti menendang, menampar, memukul, menginjak dan sebagainya. Sedangkan luka yang dimaksud seperti mengiris, memotong, menusuk dan sebagainya. Ada 2 corak kesengajaan yaitu kesengajaan sebagai kepastian dan kesengajaan sebagai kemungkinan. Kesengajaan kemungkinan ada 2 syarat:

a. Terdakwa mengetahui kemungkinan adanya akibat/keadaan yang merupakan delik.

b. Sikapnya terhadap kemungkinan itu andai kata sungguh timbul, ialah apa boleh buat, dapat disetujui dan berani pukul resikonya.

Awalnya Terdakwa secara spontan memukul korban yang sedang tidur

dalam keadaan mabuk dan hendak menanyakan perilaku korban yang

menggadaikan motor. Namun, jawaban korban membuat emosi dan

langsung memukul wajah sebelah kiri sebanyak 4 kali menggunakan

tangan dengan posisi mengepal hingga mengeluarkan darah dari mulut

dan hidungnya sambil menggerang kesakitan. Kemudian mengikat kedua

tangan korban ke belakang dalam posisi tengkurap menggunakan tali

plastik warna biru dan menyeret ke ruang keluarga serta mengikat kedua

kaki korban menggunakan tali plastik. Setelah itu menendang perut sebelah kiri korban, lalu menginjak kaki kanan mengakibatkan patah lagi dan tulang keringnya melesat keluar hingga mengeluarkan darah.

Kemudian Terdakwa menyeret ke kamar mandi saat melihat korban buang air besar dicelana dan meninggalkannya. Korban meninggal berdasarkan hasil Visum Et Repertum No. : 474.3/13441/IPJ/08.05.2017 tanggal 2 Mei 2017 yang ditandatangani oleh dr. Adhitya Ariesta selaku dokter pada RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

99

Terdakwa secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana yang disebutkan menurut Pasal 351 Ayat (3) KUHP dalam Dakwaan Lebih Subsidiar dan mampu bertanggungjawabatas perbuatan yang dilakukan. Maka Majelis Hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan sebagai berikut:

1. Hal-hal yang memberatkan:

 Perbuatan Terdakwa telah mengakibatkan korban meninggal dunia.

2. Hal-hal yang meringankan:

 Terdakwa bersikap sopan mengaku berterus terang dan tidak berbelit-belit sehingga memperlancar proses persidangan.

 Terdakwa belum pernah dihukum sehingga hukuman yang dijatuhkan dapat dijadikan pelajaran agar terdakwa tidak melakukan perbuatan yang sama di kemudian hari.

 Terdakwa merasa bersalah dan menyesali perbuatannya serta berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.

 Di dalam persidangan saksi Oting selaku ibu korban telah memaafkan perbuatan Terdakwa.

99Berdaasarkan putusan pengadilan nomor: 174/Pid.Sus/PN Clp, h. 34-35

 Surat Pernyataan dari isteri korban yang menyatakan bahwa istri korban tidak akan menuntut perbuatan Terdakwa secara hukum dan menyelesaikan secara kekeluargaan.

 Terdakwa mempunyai tanggungan keluarga isteri dan 3 orang anak.

100

Berdasarkan pertimbangan hakim diatas pada putusan nomor:

174/Pid.Sus/2017/PN Clp, maka Majelis Hukum memutuskan sebagai berikut:

a. Menyatakan Terdakwa ARDHI PRADANA Bin MASRI SUPARNO tersebut diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penganiayaan menyebabkan mati sebagaimana dalam dakwaan lebih subsidiar;

b. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan primair dan dakwan subsidiar tersebut;

c. Menjatuhkan Terdakwa ARDHI PRADANA Bin MASRI SUPARNO tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan mengakibatkan mati sebagaimana dalam dakwaan lebih subsidiar;

d. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) Tahun;

e. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Para Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

f. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

g. Menetapkan barang bukti berupa:

 Seutas tali tambang plastik warna biru dengan panjang 6,25 meter

 Seutas tali tambang plastik warna orange dengan panjang 17,37 meter

100Berdasarkan putusan pengadilan nomor: 174/Pid.Sus/PN Clp, h. 36-37

 1 (satu) potong kain sprei warna pink kombinasi cream

 1 (satu) buah kasur kapuk

 1 (satu) buah ember warna hitam

 2 (dua) potong kaos berkerah warna hijau berlogo tulisan MMC Moro member ukuran L

Dikembalikan kepada yang berhak melalui Terdakwa ARDHI PRADANA Bin MASRI SUPARNO

h. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.500,- (Du ribu lima ratus rupiah)

101

Berdasarkan amar putusan Nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan Nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp terdapat perbedaan yang dinamakan disparitas dalam menjatuhkan hukuman dengan kasus yang sama yaitu tindak pidana mengakibatkan kematian. Terjadinya disparitas disebabkan sebagi berikut:

1. Surat tuntutan atau Requisitor atau P-42 Penuntut Umum sebagai pembuktian surat dakwaan berdasarkan alat bukti yang dihadapkan dipersidangan disertai dengan tuntutan pidana.

2. Pertimbangan unsur-unsur pada pasal 351 Ayat (3) KUHP dalam dakwaan Penuntut Umum. Pada kedua putusan ini hakim mempertimbangkan bahwa terdakwa masih lajang atau sudah berkeluarga, melakukan kriminal seorang diri atau beberapa orang, berdamai dengan pihak korban dan hal-hal lainnya yang meringankan.

3. Fakta hukum yang dibawa dalam persidangan baik dari Penuntut Umum maupun dari Terdakwa. Tujuannya untuk menyakinkan hakim sebelum memutuskan perkara. Hakim akan menilai berdasarkan alat bukti tersebut

101Berdasarkan putusan pengadilan nomor: 174/Pid.Sus/PN Clp, h. 37-38

memenuhi syarat formil, materil, batas pembuktian atau bahkan kekuatan pembuktian.

C. Analisis Putusan Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam

Majelis hakim memutuskan bahwa terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan berdasarkan Pasal 351 Ayat (3) KUHP. Majelis hakim di Pengadilan Negeri Cilacap menjatuhkan sanksi pidana terhadap Terdakwa pada putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dalam bentuk pidana penjara 2 tahun dan membayar biaya perkara Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) serta menjatuhkan sanksi terhadap para Terdakwa nomor: 174/PID.Sus/2017/PN Clp dalam bentuk pidana penjara selama 4 tahun dan membayar biaya perkara Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

Putusan yang diucapkan oleh Majelis Hakim pada kedua perkara tersebut mengacu pada pasal 351 ayat (3) KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan lainnya yang bersangkutan.

Pada putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor:

174/Pid.Sus/2017/PN Clp terjadi disparitas dalam penjatuhan hukuman dengan kasus yang sama yaitu tindak pidana penganiayaan mengakibatkan kematian. Padahal penerapan hukum keduanya sama yaitu berdasarkan Pasal 351 Ayat (3) KUHP.

Akar persoalan disparitas putusan berawal dari kewenangan diskresioner yang dimiliki hakim ketika menjatuhkan putusan. Disparitas sejalan dengan asas kebebasan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap perkara. Seorang hakim harus mampu menjelaskan secara wajar dan benar tentang perkara yang diputusnya. Disisi lain disparitas dapat dipandang sebagai gangguan terhadap aspek kepastian hukum.

102

Terwujudnya kepastian hukum akan mencegah atau menghindarkan disparitas dan inkonsistensi

102Komisi Yudisial Republik Indonesia, Disparitas Putusan Hakim “identifikasi dan implikasi”, (Jakarta: Sekretaris Jendral Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2014), h. 11.

putusan disebabkan hakim telah menerapkan standar hukum yang sama terhadap kasus atau perkara yang sama atau serupa dengan perkara yang telah diputus oleh hakim.

103

Asas kebebasan yang dimiliki hakim dalam menjatuhkan putusan tidak berkaitan dengan yurisprudensi. Oleh karena itu yurisprudensi bukan sebagai acuan hakim untuk menjatuhkan putusan. Di dalam islam asas kebebasan

dengan ijtihad lain). Berdasarkan kaidah tersebut menerangkan bahwa putusan hakim tidak mengacu pada putusan hakim lainnya atau putusan sebelumnya.

Menurut penulis sanksi pidana penjara masih dikatakan cukup ringan.

Terlebih lagi tindak pidana ini mengakibatkan kematian berdasarkan saksi dan bukti yang dihadirkan dalam persidangan. Terdakwa secara sah melanggar pasal 351 ayat (3) yang menyatakan bahwa pidana penjara paling lama tujuh tahun. Dalam hal ini Majelis Hakim diperbolehkan memilih jarak waktu yang tidak ditentukan secara minimal hingga waktu maksimal yakni 7 tahun.

Hakim mempunyai kebebasan atau independen untuk menentukan jenis pidana, cara pelaksanaan pidana, berat atau ringannya dalam memberikan putusan tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Hal ini pun menjadi salah satu terjadinya disparitas putusan hakim dalam penjatuhan pidana. Maka penulis menilai bahwa terjadinya disparitas putusan hakim sudah lumrah dengan perkara yang serupa.

Berdasarkan Hukum Pidana Islam pada putusan nomor:

317/PID.B/2015/PN Clp termasuk penganiayaan tidak sengaja karena batu yang dilempar pelaku mengenai orang lain dan bukan sasaran pelaku. Ditinjau dari objeknya termasuk dalam al-ammah yakni pelukaan hingga selaput antara selaput antara tulang dan otak. Sedangkan pada putusan nomor:

103Mahkamah Agung RI, Kedudukan dan Relevansi Yurisprudensi Untuk Mengurangi Disparitas Putusan Pengadilan, (Mega mendung: Pusitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, 2010), h. 109.

174/PID.Sus/2017/PN Clp dari segi objeknya termasuk al-munqilah yaitu pelukaan yang tidak hanya memotong, akan tetapi memindahkan posisi tulang dari tempat asalnya. Dari segi niatnya termasuk penganiayaan sengaja disebabkan pelaku berniat dan mengetahui akibatnya.

Menurut ketentuan Hukum Pidana Islam yang bersumber pada Al- Qur’an dan As-Sunnah bahwa tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian dijatuhkan sanksi qishas. Berlakunya qishas karena akibat yang ditimbulkan berkaitan dengan jiwa seseorang. Sesuai dengan Q.s.

Al-Baqarah (2): 178 yang berbuyi:

ص ُ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu melaksanakan qishas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diyat (tebusan) kepadanya dengan baik pula. Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barang siapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih.”

Pada dalil di atas menjelaskan bahwa hukuman qishas pun dapat

digantikan dengan hukuman diyat apabila pelaku melakukan perdamaian dan

mendapatkan maaf dari para pihak yang mengalami kerugian. Pada kasus

penganiayaan yang tidak disengaja dijatuhkan hukuman diyat, sedangkan

kasus disengaja dikenakan qishas. Namun, qishas ini gugur dan diganti

dengan diyat karena adanya pemaafan dan perdamaian dari pihak korban dan walinya. Menurut penulis bahwasannya ketentuan Hukum Pidana Islam terhadap tindak pidana pengaiayaan mengakibatkan kematian pada putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/PID.Sus/2017/PN Clp adalah diyat. Dalam hal ini pelaku sudah mendapatkan maaf dari pihak korban dengan dibuktikan surat pernyataan dari pihak keluarga korban.

Penulis mengkaji dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Positif. Maka sanksi yang harus diberikan bagi pelaku bukan hanya dipenjara

saja melainkan dikenakan diyat juga agar selain menjalankan Hukum Positif

yang berlaku di Indonesia serta menjalankan Hukum Islamnya sesuai dengan

syari’at islam. Pada dasarnya hukum syari’at Islam ditegakan dalam

permasalahan penganiayaan ini bertujuan untuk menjaga diri agar seseorang

tidak bisa berbuat sewenang-wenang dalam menghadapi masalah yang ada

dalam masyarakat yang biasa disebut dengan main hakim sendiri.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Penerapan hukum pada pada putusan pengadilan nomor:

317/Pid.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp menjatuhkan hukuman terhadap terdakwaberdasarkanPasal 351 Ayat (3) KUHP. Unsur-unsur dalam pasal tersebut telah terpenuhi berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang menyatakan tindakan terdakwa melakukan penganiayaan mengakibatkan kematian. Pasal tersebut sesuai dengan dakwaan oleh Penuntut Umum.

2. Pada putusan pengadilan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp dan nomor:

174/Pid.Sus/2017/PN Clp terjadi disparitas dalam menjatuhkan hukuman terhadap tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian.

Majelis hakim menjatuhkan hukuman berdasarkan keterangan saksi, ahli, fakta-fakta dan bukti-bukti yang dihadirkan saat di persidangan. Alasan terjadi disparitas yaitu terletak pada pertimbangan hakim, fakta hukum dan sikap serta itikad dari terdakwa. Majelis hakim mempertimbangkan unsur-unsur yang ada pada Pasal 351 Ayat (3) KUHP. Selain mempertimbangkan keadaan yang memberatkan, hakim juga mempertimbangkan keadaan yang meringankan. Menurut analisis penulis hukuman yang dijatuhkan masih dikatakan cukup ringan dengan melihat KUHP Pasal 351 ayat 3 menyatakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

3. Rekomendasi

1. Setiap penegak hukum melihat aspek keadilan dalam menyelesaikan

atau memutuskan perkara. Prinsip berlaku adil sangat penting dalam

menyelesaikan tindak pidana penganiayaan agar tidak merugikan salah satu pihak.

2. Setiap individu menambah pengetahuan dan pengalaman tentang

tindak pidana penganiayaan beserta akibatnya di sekitar lingkungan

masyarakat. Hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya tidak

melakukan kriminal tersebut. Hukuman yang dijatuhkan kepada

pelaku berfungsi membuat jera dan menahan orang lain yang akan

melakukan tindakan kriminal.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Al-Umuri, Akram Dhiya. Shahih Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka As-sunnah, 2010.

Anwar,Yesmil. Kriminologi . Bandung: PT. Refika Aditama

Chazawi, Adam. Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Gunadi, Ismi & Jonaedi Efendi. Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana. Jakarta:

Kencana Prenada Group, 2014.

Hamzah, Andi. Terminologi Hukum Pidana Cetakan ke-3. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Irfan, M. Nurul. Hukum Pidana Islam. Jakarta, Amzah, 2016.

Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia Cetakan ke-4. Depok: Rajawali Pers, 2017.

Komisi Yudisial Republik Indonesia. Disparitas Putusan Hakim “identifikasi dan implikasi”. Jakarta: Sekretaris Jendral Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2014.

Kuntjojo, M. Pd., Metodologi Penelitian. Kediri, 2009.

Lamintang,P.A.F. Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

Lilly, J. Robert dkk. Teori Kriminologi Konteks & Konsekuensi. Jakarta: Kencana,

2015.

Mahkamah Agung RI. Kedudukan dan Relevansi Yurisprudensi Untuk Mengurangi Disparitas Putusan Pengadilan. Mega mendung: Pusitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI, 2010.

Mardani, Hukum Pidana Islam. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2019.

Muhammad, Ahsin Sakho. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam jilid 1.Jakarta:

Kharisma Ilmu, 2008.

Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah Cetakan ke-2.Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

---. Hukum Pidana Islam. Jakarta: SinarGrafika, 2005.

Nasution, Harun dan Bahtiar Effendy. Hak Asasi Manusia Dalam Islam. Jakarta: PT.

Pustaka Firdaus, 1987.

Prasetyo, Teguh. Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana Cetakan ke-1. Bandung: Nusa Media, 2010.

---. Hukum Pidana Cetkan ke-2. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Roi, Abdur Rahman I. Tindak Pidana Dalam Syariat Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Santoso, Topo. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sianturi, S.R. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya. Jakarta:

BPK Gunung Muria, 1996.

Sofyan, Andi & Nur Azisa.Hukum Pidana. Makasar: Pustaka Pena Press, 2016.

Suma, Muhammad Amin dkk. Pidana Islam Di Indonesia Peluang, Prospek, &

Tantangan. Jakarta: Pustaka, 2001.

Supriadi. Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia. Jakarat: Sinar Grafika, 2008.

Zahrah, Muhammad Abu. Membangun Masyarakat Islami. Jakarta 12048: PT.

Pustaka Firdaus, 1994.

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid 7. penerjemah Abdul Hayyie al- Kattanidkk. Jakarta: GemaInsani, 2011.

Jurnal

Angrayni, Lysa. Hukum Pidana Dalam Perspektif Islam dan Perbandingannya Dengan Hukum Pidana Di Indonesia. Hukum Islam. Volume XV No. 1, 2015.

Djanggi , Hardianto dan Nurul Qamar. Penerapan Teori-Teori Kriminologi dalam Penanggulangan Kejahatan Siber (Cyber Crime).Volume 13.Number 1, 2018.

Erlina, Analisa Kriminologi Terhadap Kekerasan Dalam Kejahatan. Vol 3, No. 2, 2014.

Gunardi. Kerangka Konsep Dan Kerangka Teori Dalam Penelitian Ilmu Hukum. Era Hukum, No.1. 2005.

Harefa, Safaruddin. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Di Indonesia Mealui Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam. UBELAJ.Volume 4 No.1, 2019.

Hikmawati, Puteri. Pidana Pengawasan Sebagai Pengganti Pidana Bersyarat Menuju Keadilan Restoraif. NEGARA HUKUM: Vol. 7 No. 1, 2016.

Ichwanto, Alfan Maulidin. Tindak Pidana Penganiayaan Dalam Hukum Pidana

Islam. Al-Qanun. Volume 20 No. 1, 2017

Kritiyanto, Eko Noer. Jangkauan Hukum Naional Terhadap Prostitusi Daring. Jurnal Penelitian Hukum, 2018.

Lubis, Teguh Syuhada. Penyidikan Tindak Pidana Penganiayaan Berat Terhadap Anak. Jurnal Edu Tech: Vol.3 No.1, 2017.

Maruapey, M. Husein. Penegkan Hukum Dan Perlindungan Negara (Analisys Kritis Terhadap Kasus Penistaan Agama Oleh Patahana Gubernur DKI Jakarta ).

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi.Volume VII, No. 1, 2017.

Mubarak, Nafi’. Tujuan Pemidanaan Dalam Hukum Pidana Nasional Dan Fiqh Jinayah, Al-qonun.Volume 18 No.2, 2015.

Murty, Theta & Henny Yuningsih. Upaya Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penambangan Timah Ilegal Di Provinsi Bangka Beliung, hal.

4355.

Putra, Nugraha Azel. Disparitas Putusan Hakim Dalam Perkara Nomor 122/Pid.B/2005/PN.PYK Dengan Putusan Nomor 57/PID/2006/PT.PDG. JOM Fakultas Hukum: Volume III No. 1, 2016.

Sari, Luthfih Fildzah. Sanksi Hukum Pelaku Jarimah Penganiayaan Berencana (Analisis Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Positif). Al-Qanun, Volume II No.1.

Syarbini, Ahmad. Teori Ta‟zir Dalam Hukum Pidana Islam. JurnalIus Civile.

Sodiqin, Ali. Divinitas Dan Humanitas Dalam Hukum Pidana Islam.Al-Maza’hib.

Volume 5 No. 2, 2017.

Surya, Reni. Klasifikasi Tindak Pidana Hudud Dan Sanksinya Dalam Perspekif

Hukum Islam.Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam. Volume 2 No.2,

2018.

Putusan

Putusan pengadilan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN. Clp

Putusan pengadilan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 1 dari 38 Putusan Nomor 174/Pid.Sus/2017/PN.Clp.

Halaman 1 dari 38 Putusan Nomor 174/Pid.Sus/2017/PN.Clp.

Dokumen terkait