NOMOR: 317/PID.B/2015/PN CLP DAN NOMOR: 174/PID.SUS/2017/PN CLP) SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh:
Amalina Zukhrufatul Bahriyah 11170454000039
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021M/1442H
Skripsi berjudul DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENGAKIBATKAN KEMATIAN (ANALISIS
PUTUSAN NOMOR: 317/PID.B/2015/PN CLP DAN NOMOR: 174/PID.SUS/2017/PN CLP) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Maret 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Hukum Pidana Islam.Jakarta, 25 Maret 2021 Mengesahkan
Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H NIP. 197608072003121001
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
Ketua : Qosim Arsadani, M.A (… ... ) NIP: 196906292008011016
Sekretaris : Mohamad Mujibur Rohman, M.A (… ... ) NIP:197604082007101001
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Yunasril Ali, M.A (… ... ) NIP: 195512301986011001
Pembimbing II : Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum (……….) NIP: 19590311979121001
Penguji I : Ahmad Chairul Hadi, M.A (……….)
NIP: 197205312007101002
Penguji II : Afwan Faizin, M.A (……….)
NIP: 197210262003121001
iii
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
iv
ABSTRAK
Amalina Zukhrufatul Bahriyah (11170454000039) DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
MENGAKIBATKAN KEMATIAN (ANALISIS PUTUSAN NOMOR:
317/PID.B/2015/PN Clp DAN NOMOR: 174/PID.SUS/2017/PN Clp). Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, Tahun 2021M/1442 H.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan hukum dalam putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp berdasarkan pasal 351 ayat (3) KUHP serta mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan tersebut. Pada penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan secara yuridis normatif. Teknik pengumpulan data menggunakan library research dengan mengkaji peraturan perundang-undangan, buku, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan objek kajian.
Data diperoleh terhadap objek kajian (putusan nomor: 317/Pid.B/2015/PN Clp dan putusan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp).
Hasil dari penelitian ini adalah memahami dan mengetahui penerapan hukum berdasarkan pasal 351 ayat (3) KUHP serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terkait dengan tindakan pidana penganiayaan mengakibatkan kematian.
Terdakwa terbukti secara sah telah melanggar Pasal 351 ayat (3) KUHP. Pada kedua putusan tersebut terjadi disparitas putusan terkait perkara penganiayaan mengakibatkan kematian. Majelis hakim menjatuhkan hukuman pada putusan nomor:
317/Pid.B/2015/PN Clp terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 2 tahun.
Sedangkan pada putusan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 4 tahun. Disparitas terjadi karena perbedaan pertimbangan Majelis Hakim yang masih terdapat kekurangan terhadap pertimbangan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa
Kata Kunci : Tindak Pidana, Penganiayaan, Disparitas Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Yunasril Ali, M.A.
Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya serta meridhoi perjalanan saya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’in.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Ahmad Tholabi, S.Ag, S.H, M.H, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Qosim Arsadani, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) dan Mohammad Mujibur Rohman, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah).
3. Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) periode 2015-2019 dan Nurohim Yunus, L.LM., selaku Sekretaris Program Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah) periode 2015-2018.
4. Prof. Dr. H.Yunasril Ali, M.A., selaku pembiming pertama saya dan Dr.
Burhanudin, S.H., M.Hum., selaku pembimbing kedua saya yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan serta memberi masukan dalam penulisan Skripsi.
5. Kamal Fiqry, Lc., M.A., selaku asisten pembimbing pertama saya yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan mengarahkan dalam penulisan Skripsi.
6. Pimpinan dan staff karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen dan Civitas Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dan membagi ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
vi
8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Agus Supriyatno dan Ibunda Badriyah yang telah mendidik saya dengan penuh kasih sayang, memberikan dukungan berupa do’a, serta seluruh keluarga yang telah memberikan support dalam kepenulisan ini.
9. Teman-teman Hukum Pidana Islam Angkatan 2017, yang telah menemani selama belajar dibangku kuliah.
10. Teman-teman Kerja di Sahabat Yatim Indonesia (SYI) dan Dhompet Duafa, yang telah memberi dukungan dalam kepenulisan ini walau sedang bekerja.
11. Seluruh anggota organiasasi penulis, yakni Koperasi Mahasiswa (KOPMA).
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI), Ikatan Alumni Madrasah Wathoniyah Islamiyah (IKAPMAWI), Gabungan Kelompok Belajar (GAKOPJAR), Sekumpulan Mahasiswa Rantau Cilacap (SEMARAC) yang telah memberikan saya banyak pengalaman.
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Review Studi Terdahulu ... 7
H. Metode Penelitian ... 10
I. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA A. Kerangka Teori ... 14
B. Tinjauan Menurut Hukum Positif ... 21
1. Pengertian Tindak Pidana... 21
2. Macam-macam Tindak Pidana ... 21
3. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 23
4. Teori Pemidanaan ... 25
viii1. Pengertian Tindak Pidana ... 26
2. Macam-macam Tindak Pidana ... 27
3. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 32
4. Teori Pemidanaan ... 33
BAB III: ASPEK HUKUM TINDAK PIDANA PENGANIYAAN A. Tindak Pidana Penganiayaan Menurut Hukum Positif ... 36
1. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan ... 36
2. Macam-macam dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Penganiayaan ... 37
3. Penganiayaan Mengakibatkan Kematian ... 40
B. Tindak Pidana Penganiayaan Menurut Hukum Islam ... 41
1. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan ... 41
2. Macam-macam dan Sanksi-sanksi Tindak Pidana Penganiayaan ... 42
3. Aspek Syar’i Dalam Menyelesaikan Tindak Pidana Penganiayaan ... 49
C. Faktor-faktor Penyebab Tindak Pidana Penganiayaan ... 50
BAB IV: DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENGAKIBATKAN KEMATIAN A. Penerapan Hukum Dalam Putusan Nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan Nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp Berdasarkan Pasal 351 Ayat (3) KUHP ... 52
B. Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Memutus Perkara Nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan Nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp ... 56
ix
C. Analisis Putusan Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam ...63
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 67 B. Rekomendasi ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 69
x
BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak akan lepas dari hak dan kewajiban yang telah menjadi pengetahuan umum dalam konteks islam. Diantara hak manusia itu ada hak hidup dan hak milik, hak kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pernyataan, hak mal bil-ma’ruf, hak kemerdekaan beragama dan berkeyakinan, serta hak persamaan. Sedangkan kewajiban manusia adalah kewajiban hubungan dirinya dengan tuhannya dan kewajiban hubungan dengan orang lain atau masyarakat.
1Hak dan kewajiban merupakan rangka pembinaan hidup individu. Islam mengarahkan kepada kebaikan dan mencegah segala bentuk kejahatan dan kemungkaran.
2Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan aturan untuk menata hubungan dengan manusia lainnya. Aturan dalam bentuk konkret yang bersumber pada sistem nilai disebut norma hukum. Sistem nilai menjadi dasar kesadaran masyarakat untuk mematuhi norma hukum yang diciptakan.
Manusia dapat menentukan sesuatu yang benar atau salah, baik atau buruk.
3Setan mulai pandai memainkan perannya saat peradaban manusia semakin tinggi. Tindak pidana tetap dilakukan oleh manusia walau sudah ada aturan yang melarangnya.
4Pada diri manusia terdapat sifat baik dan sifat buruk.
Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam hubungan masyarakat itu meningkat menjadi perselisihan dibiarkan begitu saja, maka akan timbul berbagai kriminalitas.
1Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1987), h. 49-69.
2 Muhammad Abu Zahrah, Membangun Masyarakat Islami, (Jakarta: PT.Pustaka Firdaus, 1994), h. 19.
3Supriadi, Etika &Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, (Jakarat: Sinar Grafika, 2008) h. 4.
4Abdur Rahman I Roi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 1.
Meningkatnya angka kriminal di masyarakat yang harus mendapatkan perhatian khusus. Hal ini menjadi permasalahan sosial yang dapat menimbulkan kekhawatiran serta menganggu keamanan dan ketertiban di masyarakat. Salah satu tindak kriminal yang sering terjadi dan meresahkan masyarakat adalah penganiayaan. Penganiayaan suatu problem yang muncul di tengah-tengah masyarakat dan berakibat bagi si korban dalam bentuk trauma fisik yang berkepanjangan.
5Data putusan pengadilan tentang kasus penganiayaan yang telah di uplod tahun 2017 ada 13728, tahun 2018 ada 14341, serta tahun 2019 ada 27349 kasus. Fenomena ini menunjukan tindak pidana penganiayaan sering dan mudah terjadi di tengah masyarakat.
Penganiayaan merupakan perbuatan yang dilakukan seseorang dengan membuat rasa sakit, luka ataupun merugikan kesehatan pada orang lain atas perbuatannya.
6Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penganiayaan adalah perlakuan yang sewenang-wenang (penyiksaan, penindasan dan sebagainya).
Pengertian secara luas dalam KBBI yakni menyangkut perasaan dan batiniah.
Istiah penganiayaan dalam KUHP digunakan untuk tindak pidana terhadap tubuh manusia.
7Pidana dalam islam disebut jinayah. Adapun kata jinayah dalam istilah ilmu fikih didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh syara, baik itu perbuatan mengenai jiwa, harta, maupun yang lainnya.Akan tetapi, mayoritas fuqaha menggunakan kata jinayah hanya untuk perbuatan yang mengenai jiwa atau anggota badan seseorang seperti pembunuhan penganiayaan, pemukulan dan pengguguran kandungan. Ada pula sebagian fuqaha yang membatasi pemakaian kata jinayah kepada tindak pidana
5TeguhSyuhada Lubis, Penyidikan Tindak Pidana Penganiayaan Berat Terhadap Anak, (Jurnal Edu Tech: Vol.3 No.1, 2017), h. 133-134.
6P.A.F Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 132.
7Teguh Syuhada Lubis, Penyidikan Tindak Pidana Penganiayaan Berat Terhadap Anak,… h.
133-134.
(jarimah) hudud dan qishas.
8Menurut Wahbah Al-Zuhaili menyatakan bahwa jinayah dan jarimah secara bahasa yaitu dosa, maksiat, atau semua apa-apa yang dilakukan manusia dari perbuatan kejahatan yang dilakukan.
9Ancaman hukuman jarimah sesuai dengan perbuatan yang dilakukan baik berkenaan dengan anggota badan, jiwa, harta dan lainnya.Hukuman untuk jarimah penganiayaan adalah qishas, tazir dan diyat. Hukuman qishas dalam jarimah ini hanya berlaku pada penganiayaan terencana dan sengaja hingga korban meninggal. Meskipun demikian, pelaku yang melakukannya dengan semi sengaja diberlakukan hukum tazir. Apabila pihak keluarga memaafkan pelaku atas apa yang terjadi maka diberlakukan hukum diyat. Di dalam islam juga mengajarkan melindungi hak untuk hidup, merdeka, dan keamanan. Islam juga melarang bunuh diri, pembunuhan serta penganiayaan.
Rasulullah SAW melarang perbuatan penganiayaan, namun kasus jarimah penganiayaan oleh pasukan musuh terjadi saat Fathul Makkah seperti Nadhar bin Al-Harits dan Uqbah bin Abi Muaith ketika menjadi tawanan Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW pun memberikan sanksi untuk memerintahkan dibunuh dua tentara tersebut karena telah banyak menganiaya kaum muslimin saat di Makkah.
10Hukuman tindak pidana penganiayaan menurut islam menyesuaikan dengan akibat perbuatan yang ditimbulkan sebagaimana Allah berfirman dalam Q.s. Al-Maidah (5):45.
Imam Syafi’i berpendapat bahwa sengaja di dalam penganiayaan, adakalanya murni disengaja atau menyerupai disengaja. Murni sengaja adalah perbuatan yang menimbulkan akibat. Misalnya seseorang menampar kepala orang lain hingga kepala tersebut bengkak dan terbelah kelihatan tulangnya.
Dikatakan menyerupai disengaja apabila tamparan itu tidak mengakibatkan
8Ahsin Sakho Muhammad, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam jilid 1, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2008), h. 88.
9M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 8.
10Akram Dhiya Al-Umuri, Shahih Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka As-sunnah, 2010), h.
386.
luka yang sampai terlihat tulangnya. Jika seseorang melempar kerikil kemudian membuat bengkak orang lain dan mengakibatkan luka sampai terlihat tulangnya, perbuatan tersebut diangap tindak pidana menyerupai disengaja. Hal ini dikarenakan lemparan kerikil tidak mengakibatkan luka sampai terlihat tulangnya.
11Pada pasal 351 sampai pasal 358 KUHP mengatur tentang pelaku yang dengan sengaja menimbulkan bagi si korban rasa sakit atau luka. KUHP tindak pidana penganiayaan dijelaskan ada bab XX yang membagi tindak pidana penganiayaan menjadi 6 yaitu pasal 351 KUHP tentang penganiayaan biasa, pasal 352 KUHP tentang penganiayaan ringan, pasal 353 KUHP tentang penganiayaan yang terencana terlebih dahulu, pasal 354 KUHP tentang penganiayaan berat, pasal 355 KUHP tentang penganiayaan berat dan berencana, pasal 358 KUHP tentang penganiayaan yang dilakukan oleh beberapa orang. Sanksi tindak pidana penganiayaan dalam KUHP berupa pidana penjara dan pidana denda. Berat ringannya hukuman yang diberikan tergantung dengan apa yang dilakukan oleh si pelaku.
Beberapa faktor yang melatar belakangi sebagian orang atau sekelompok orang melakukan tindak pidana penganiayaan misalkan harga diri dan martabatnya direndahkan atau dilecehkan, perasaan dikhianati, keadaan ekonomi pelaku, terlibat perselisihan, perkelahian, emosi pelaku yang belum stabil, pencemaran nama baik, dendam, pertengkaran dan motif-motif lainnya yang mendorong terjadinya tindak pidana penganiayaan dan banyak faktor lainnya.
Pada kasus penganiayaan hingga menimbulkan kematian telah terjadi terutama di kota Cilacap. Sebuah peristiwa pada tanggal 15 Agustus 2015 bahwa terdakwa bernama Eli Rohaeli Bin Kusnan melakukan penganiayaan kepada seorang korban bernama DD Allen. Penyebab kematian korban
11Ahsin Sakho Muhammad, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam jilid 1,… h. 23.
dikarenakan kekerasan benda tumpul pada kepala yang menyebabkan dibagian kepala belakang robek ukuran 7x1/2 cm dan bagian dahi sebelah kanan ukuran 5x1/2 cm. Cidera tersebut diduga akibat benda keras tajam yang mengakibatkan kematian. Berdasarkan putusan hakim menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan kepada korban DD Allen mengakibatkan meninggal, maka majelis hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 2 tahun.
Peristiwa lainnya dilakukan oleh Ardhi Pradana Bin Misri Suparno hingga menimbulkan kematian. Penyebab kematian korban dikarenakan dipukul, ditendang, diinjak hingga mengeluarkan darah dan meninggal.
Berdasarkan putusan hakim menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana penganiayaan mengakibatkan kematian, maka menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 4 tahun.
Maka berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik membahas tentang “Disparitas Putusan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Mengakibatkan Kematian (Analisis
Putusan Nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan Nomor:
174/Pid.Sus/2017/PN Clp)”
B. Identifikasi Masalah
Perbedaan penjatuhan hukuman terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan, maka masalah yang terjadi karena sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku menurut hukum positif dan hukum pidana islam. Oleh karena itu, pokok masalah ialah bagaimana kajian hukum positif dan hukum pidana islam terhadap tindak pidana penganiayaan mengakibatkan kematian serta perbadaan putusan hakim dalam menjatuhkan hukuman. Masalah yang dapat diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut:
1. Banyak tindak kekerasan di tengah-tengah masyarakat.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penganiayaan.
3. Perbedaan sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku menurut hukum positif dan hukum pidana islam.
4. Perbedaan majelis hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana penganiayaan mengakibatkan meninggal.
5. Pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkara putusan nomor:
317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp.
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah penelitian ini, maka penulis memfokuskan terhadap hukuman yang ditetapkan dalam peraturan hukum positif dan hukum pidana islam dalam putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor:
174/Pid.Sus/2017/PN Clp.
D. Rumusan Masalah
Perumusan sangat berguna untuk mencari tahu apa yang menjadi masalah dalam pembahasan ini hingga akhir pembahasan. Penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan hukum dalam putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp berdasarkan pasal 351 ayat (3) KUHP?
2. Apa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan hukum dalam putusan nomor:
317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp
berdasarkan pasal 351 ayat (3) KUHP.
2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor:
174/Pid.Sus/2017/PN Clp.
F. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Akademik
a. Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana penganiayaan, khususnya dalam pasal 351 ayat (3) KUHP.
b. Hasil penelitian ini agar menjadi acuan bagi para mahasiswa yang melakukan penelitian selanjutnya.
2. KegunaanPraktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada masyarakat maupun para akademisi mengenai sanksi bagi pelaku tindak pidana penganiayaan.
G. Review Studi Terdahulu
Pada penelitian ini, penulis merujuk kepada beberapa yang mencakup materi yang menjadi bahan-bahan materi yang diperlukan untuk penelitian ini.
Adapun beberapa rujukan skripsi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Membaca skripsi karya dari Ahmad Febriyanto mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul
“Perpektif Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Tentang Tindakan Pidana Kekerasan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Cacat Permanen (Analisis Putusan Nomor: 443/pid.B/2014/PN Bekasi)”.
Skripsi tersebut membahas tentang faktor penyebab pelaku melakukan
tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat
permanen dalam pandangan hukum islam dan hukum positif. Selain itu,
menjelaskan isi putusan hakim serta pandangan hukum islam dan hukum positif terhadap putusan nomor: 443/pid.B/2014/PN Bekasi terkait perkara kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatan cacat permanen.
Hasil dari penelitian ini adalah memahami dan mengetahui secara spesifik mengenai sanksi dari tindak pidana kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan cacat permanen dari tinjauan Hukum Pidana Islam.
Berbeda dengan penelitian penulis yang menfokuskan terhadap penerapan hukum berdasarkan pasal 351 ayat (3) serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.sus/2017/PN Clp.
2. Membaca skripsi karya dari Muhammad Faruq mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul
“Sanksi Pidana Penganiayaan Oknum Tentara Nasional Indonesia Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Analisa Putusan Militer Nomor: 36-k/PM II-08/AU/II2015)”. Skripsi tersebut membahas tentang faktor penyebab oknum TNI melakukan tindak pidanapenganiayaan, serta bentuk sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana penganiayaan terhadap oknum TNI dalam hukum islam dan hukum positif. Hasil penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan sanksi pidana bagi pelaku penganiayaan seorang tentara dalam hukum pidana Islam. Dengan putusan hakim yang memberikan sanksi hanya lima bulan dan denda 10.000, oleh karena itu penulis membandingkan beberapa pendapat ahli hukum pidana islam yang mengatur tentang sanksi pidana penganiayaan terhadap tentara. Berbeda dengan penelitian penulis yang menfokuskan terhadap penerapan hukum berdasarkan pasal 351 ayat (3) serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.sus/2017/PN Clp.
3. Membaca skripsi dari Muh. Ady Suriady Putra Fakultas Hukum bagin
Hukum Pidana Universitas Hasanuddin tahun 2014 yang berjudul
“Tinjuan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Kematian (Studi Putusan No.001/Pid.B/2013/PN.Mrs)”.
Skripsi tersebut bertujuan untuk mengetahui penerapan hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian dan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian. Dalam skipsi ini hanya menitikberatkan pada aturan hukum positif saja. Hasil penelitian ini yaitu terdakwa secara sah melanggar Pasal 351 ayat (3) dan pertimbangan Majelis Hakim masih terdapat kekurangan terutama dalam pertimbangan subyektif. Berbeda dengan penelitian penulis yang menfokuskan terhadap penerapan hukum berdasarkan pasal 351 ayat (3) serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.sus/2017/PN Clp.
4. Membaca Jurnal Analogi Hukum dari I Kadek Agus Irawan, I Nyoman Sujana, I Ketut Sukadana mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Warmadewa tahun 2019 yang berjudul “Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang”. Karya tulis ilmiah tersebut hanya menitikberatkan pada aturan hukum positif saja. Hasil penelitian ini untuk mengetahui tinjauan hakim dalam menghukum terdakwa tindak pidana penganiayaan dan untuk mengetahui hukuman yang dikenakan oleh hakim kepada terdakwa penganiayaan yang mengakibatkan matinya seseorang. Berbeda dengan penelitian penulis yang menfokuskan terhadap penerapan hukum berdasarkan pasal 351 ayat (3) serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap putusan nomor:
317/PID.B/2015/PN Clp dan nomor: 174/Pid.sus/2017/PN Clp.
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.
12Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan:
a. Pendekatan Perundanganya itu pendekatan dengan mengkaji undang- undang dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang dibahas.
b. Pendekatan Konseptual yaitu pendekatan yang bermula dari doktrin- doktrin dan pandangan-pandangan yang berkembang dalam ilmu hukum.
c. Pendekatan Komparatif yaitu pendekatan dengan membandingkan hukum positif dengan hukum islam mengenai hal yang sama
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang memuat deskripsi terhadap masalah yang diteliti berdasarkan hukum tertulis atau menggunakan dokumen-dokumen lainnya. Metode penelitian ini pada dasarnya mengkaji kaidah hukum dan asas hukum. Penelitian normatif ini mengkaji permasalahan dengan berpedoman pada bahan- bahan hukum , bahan non-hukum, serta studi pustaka.
13Biasanya juga didapatkan berupa norma, nilai, kata-kata, aturan untuk memahami secara mendalam pembahasan tentang tindak pidana penganiyaan yang mengakibatkan meninggal. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dapat diartikan prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan permasalahan penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada.
12Kuntjojo, Metodologi Penelitian, (Kediri, 2009), h. 14.
13Eko Noer Kritiyanto, Jangkauan Hukum Naional Terhadap Prostitusi Daring, (Jurnal Penelitian Hukum, 2018), h. 2.
3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data-data yang meliputi:
a. Bahan primer : peraturan hukum yang memiliki kekuatan hukum bersifat mengikat seperti putusan pengadilan Nomor:
317/PID.B/2015/PN Clp dan Nomor: 174/Pid.Sus/2017/PN Clp, KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana).
b. Bahan sekunder : bahan yang memberikan penjelasan serta informasi terhadap bahan primer. Misalnya artikel, jurnal, buku, ataupun dokumen-dokumen resmi yang berkaitan dengan skripsi.
c. Bahan tersier : bahan hukum yang memberikan penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Misalkan ensiklopedia, kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui pengumpulan dokumen atau data pustaka. Penulis menggunakan data dari hasil kepustakaan (library research) dan menganalisis hukum tersebut yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah.
5. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui studi kepustaaan ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasakan fenomena sosial dan masalah manusia. Di dalam analisa ini penulis mengggunakan metode induktif atau deduktif. Metode induktif adalah berpikir berdasarkan dari fakta, peristiwa yang konkret kemudian dapat ditarik kesimpulan.
Sedangkan metode deduktif adalah metode yang menggunakan dalil-dalil.
Penulis menggunakan metode penulisan skripsi ini berpedoman pada
buku pedoman penulisans kripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Syari’ah dan Hukum, tahun 2017.
I. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah penyusunan, dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yaitu sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA
Bab ini membahas tentang tindak pidana ditinjau dari hukum positif dan hukum pidana islam. Pada bab ini meliputi kerangka teori dan tindak pidana menurut hukum positif dan hukum islam pengertian tindak pidana, macam-macam tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana serta teori pemidanaan.
BAB III : ASPEK HUKUM TINDAK PIDANA PENGANIYAAN
Pada bab ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengruhi terjadinya kejahatan serta sanksi tindak pidana penganiayaan menurut hukum positif dan hukum pidana islam. Pada sub bab tindak pidana penganiayaan menurut hukum positif meliputi pengertian tindak pidana penganiayaan, klasifikasi dan sanksi-sanksi tindak pidana penganiayaan, serta penganiayaan mengakibatkan kematian. Sedangkan sub bab tindak pidana penganiayaan menurut hukum islam meliputi pengertian tindak pidana penganiayaan, klasifikasi dan sanksi-sanksi tindak pidana penganiayaan, serta aspek syari‟
dalam menyelesaikan tindak pidana penganiayaan. Di dalam bab ini pun membahas faktor-faktor penyebab tindak pidana penganiayaan.
BAB IV :DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENGAKIBATKAN KEMATIAN
Pada bab ini membahas tentang analisis hasil penelitian yang berisi
kajian penerapan hukuman dalam putusan nomor: 317/PID.B/2015/PN Clp
dan nomor: 174/Pid.Sus/2017/ PN Clp. Di dalam bab ini ada pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan hasil akhir yang meliputi kesimpulan
berdasarkan apa yang dibahas dalam skripsi ini dan saran untuk lebih baik lagi
kepenulisannya.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA A. Kerangka Teori
Kerangka teori dijabarkan dan disusun berdasarkan tinjauan pustaka, dan akan merupakan suatu bingkai yang mendasari pemecahan masalah serta untuk merumuskan hipotesis. Teori dapat juga berupa model penelitian yang apabila dipersiapkan dengan cermat akan mempermudah proses penelitian.
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa pada penelitian hukum normatif yang sepenuhnya menggunakan data sekunder, penyusun kerangka teoritis dapat ditinggalkan, akan tetapi penyusun kerangka konsepsional mutlak diperlukan.
Namun dalam bagian lain Soejono Soekanto berpendapat bahwa untuk penelitian hukum normatif diperlukan kerangka teoritis lain yang khas ilmu hukum.
14Adanya kerangka teori bertujuan untuk mengorganisasi hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil penelitian yang terdahulu.
Adapun kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Disparitas; perbedaan dalam memutuskan satu perkara dengan perkara yang lain.
2. Pidana; suatu penderitan yang sengaja dijatuhkan Negara pada seseorang sebagai akibat hukum atas pelanggaran terhadap larangan hukum pidana.
3. Kriminal; seseorang yang telah melanggar Undang-Undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman.
4. Penganiayaan; sengaja menyebabkan rasa sakit atau luka.
5. Kematian; seseorang yang berhenti proses aktivitas dalam tubuh biologis.
14Gunardi, Kerangka Konsep Dan Kerangka Teori Dalam Penelitian Ilmu Hukum, (Era Hukum, No.1. 2005), h. 94.
6. Hukuman; suatu cara untuk mengarahkan tingkah laku seseorang agar sesuai seperti yang berlaku secara umum.
Permasalahan pada penelitian ini didasarkan pada kerangka teoritik yang merupakan landasan teoritis. Kerangka teori merupakan uraian tentang dasar teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Teori-teori yang digunakan antara lain:
1. Teori Kriminologi
Teori kriminologi mencoba menjawab pertanyaan ini melalui pemahaman sosiologis, politis, dan variable ekonomi yang dapat juga mempengaruhi hukum, keputusan administrasi implementasi hukum dalam sistem peradilan pidana.
15Terdapat tiga titik pandang dalam melakukan analisis terhadap masalah kejahatan yaitu
16:
a. Macrotheories
Macrotheories adalah teori yang menjelaskan kejahatan dilihat dari segi struktur sosial dan dampaknya. Teori ini menitikberatkan pada rates of crime atau epidemiologi kejahatan, bukan dilihat dari pelaku kejahatan.
Sebagai contoh teori anomi dan teori konflik.
b. Microtheories
Microtheories adalah teori yang menjelaskan alas an seseorang atau kelompok orang dalam masyarakat yang melakukan kejahatan atau orang- orang tertentu yang tidak melakukan kejahatan. Teori ini menitikberatkan pada cara psikologi atau sosiologis atau biologis. Sebagai contoh teori kontrol dan social learning theory.
c. Bridgingtheoriess
Bridging theories adalah teori yang menjelaskan struktur sosial dan juga menguraikan tentang bagaimana seseorang atau kelompok orang menjadi
15Hardianto Djanggi dan Nurul Qamar, Penerapan Teori-Teori Kriminologi dalam Penanggulangan Kejahatan Siber (Cyber Crime), ( Volume 13. Number 1, 2018), h. 11.
16Erlina, Analisa Kriminologi Terhadap Kekerasan Dalam Kejahatan, (Vol. 3 No. 2, 2014), h.
223.
penjahat. Sebagai contoh teori subkultur dari teori differential opportunity.
2. Teori Pemidanaan
Ada beberapa teori pemidanaan yang dapat dijadikan dasar atau alasan oleh negara dalam menjatuhkan pidana. Adapun teori pemidanaan tersebut adalah
17:
a. Teori Pembalasan (Teori Absolut/Retributive/Vergeldingstheorieen) Teori ini menjatuhkan pidana dilihat dari perbuatan atau kesalahan pelaku.
b. Teori Tujuan (Teori Relatif/Utilitarian/Doeltheorieen)
Teori tujuan membenarkan pemidanaan berdasarkan atau tergantung kepada tujuan pemidanaan, yaitu untuk pelindungan masyarakat atau pencegahan terjadinya kejahatan.
c. Teori Gabungan (Virenigingstheorieen)
Menurut teori ini dasar penjatuhan pidana dilihat dari unsur pembalasan dan juga untuk memperbaiki penjahatnya, artinya dasar pemidanaan terletak pada kejahatan dan tujuan dari pidana itu sendiri.
3. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan proses sebuah ide dan cita hukum yang memuat nilai-nilai moral seperti kebenaran dan keadilan kedalam bentuk- bentuk konkrit. Mewujudkan penegakan hukum sangat membutuhkan suatu organisasi seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Pada hakikatnya bahwa penegakan hukum mengandung nilai keadilan.
1817 Puteri Hikmawati, Pidana Pengawasan Sebagai Pengganti Pidana Bersyarat Menuju Keadilan Restoratif, (Negara Hukum: Vol. 7 No. 1, 2016), h. 76.
18 M. Husein Maruapey, Penegakan Hukum Dan Perlindungan Negara (Analisys KritisTerhadap Kasus Penistaan Agama Oleh Patahana Gubernur DKI Jakarta ), (Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, Volume VII No. 1, 2017), h. 24.
Joseph Goldstein dalam buku Waluyadi membedakan penegakan hukum menjadi tiga, yaitu
19:
a. Total enforcement adalah ruang lingkup penegakan hukum yang dirumuskan substantive of crime. Pendekatan ini dibatasi oleh hukum acara pidana, akan tetapi hukum pidana substantive memberikan batasan tersendiri.
b. Full enforcement adalah penegakan hukum yang bersifat total dan dilakukan secara maksimal oleh aparat hukum. Pendekatan ini masih dibatasi area of no anforcement yang masih ada keterbatasan- keterbatasan dalam bentuk waktu, personil, alat-alat investigasi, dna dan sebagainya. Hal ini akan berakhir pada discretions, sehingga yang dapat dilakukan oleh aparat hukum adalah melakukan penegakan hukum yang tersisa.
c. Actual enforcement adalah pendekatan yang memiliki batasan-batasan yang dimiliki oleh aparat hukum, baik yang bersifat yuridis maupun teknis. Hal ini mengakibatkan proses discretion dilakukan dan sisanya disebut actual enforcement.
4. Teori Pertimbangan Hakim
Pada putusan hakim terdapat pertimbangan hakim yang mengandung aspek keadilan dan aspek kepastian hukum. Pada dasarnya prinsip kepastian hukum menekankan pada penegakan hukum yang berdasarkan pembuktian secara formil, artinya suatu perbuatan baru dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hanya jika melanggar aturan tertulis tertentu. Pada kasus ini menggunakan teori keadilan yang merujuk Pasal 351 Ayat (3) KUHP.
Beberapa aspek dalam pertimbangan hakim antara lain:
a. Aspek yuridis
19Theta Murty & Henny Yuningsih, Upaya Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penambangan Timah Ilegal Di Provinsi Bangka Belitung, h. 4355.
Aspek yuridis dengan hukum dalam bentuk peraturan perundang- undangan. Aspek ini berasal dari faktor-faktor yang terungkap dalam persidangan dan tekandung dalam dakwaan Penunut Umum.
b. Aspeksosiologis
Penegak hukum harus memperhatikan kondisi sosiologi dalam menangani perkara supaya tidak terjadi lagi. Aspek ini berkaitan dengan fakta empiris mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat serta Negara. Maka tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
c. Aspekfilosofis
Aspek ini didapatkan dari mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu penulis menggunakan teori kausalitas yang merupakan sebab akibat tindak pidana. Teori kausalitas dibagi menjadi dua yaitu teori Conditio Sine Qua Non (teori syarat) dan teori Adequate Van Buri menyatakanteori Conditio Sinie Qua Non bahwa suatu perbuatan ada penyebab dari suatu akibat, apabila perbuatan itu merupakan syarat dari suatu akibat.
Secara garis besar teori Adequat (faktor penyebab) dapat dibedakan 2 teori:
a. Teori Adequat Subyektif
Menurut J Von Kries dalam teori ini bahwa faktor penyebab adalah faktor yang dapat diketahui atau disadari dan dianggap layak untuk menimbulkan akibat dari perbuatan kejahatan.
20Jadi dalam terjadinya tindak pidana tersebut merupakan kejadian yang normal untuk menimbulkan akibat. Misalnya A melempar batu kearah sungai, akan tetapi mengenai seseorang dan mengakibatkan terluka parah. Maka kejadian ini normal menimbulkan akibat.
20Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa,… h. 63.
b. Teori Adequat Obyektif
Teori ini menyatakan bahwa suatu dapat menimbukan akibat. Seperti A menyalakan kembang api di samping rumah orang yang sedang sakit jantung hingga membuat meninggal. Maka dari peristiwa ini menimbulkan meninggal dan akibatnya sebagai unsur objektif.
5. Teori Disparitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian disparitas yaitu perbedaan atau jarak. Menurut Harkristuti Harkrisnowo disparitas pidana dapat terjadi dalam beberapa kategori yaitu:
a. Disparitas antara tindak pidana yang sama.
b. Disparitas antara tindak pidana yang mempunyai tingkat keseriusan yang sama.
c. Disparitas pidana yang dijatuhkan oleh satu Majelis Hakim.
d. Disparitas antara pidana yang dijatuhkan oleh majelis hakim yang berbeda untuk tindak pidana yang sama.
21Disparitas identik dengan perbandingan dan perbedaan. Jadi, disparitas adalah ketidaksetaraan hukuman antara kejahatan yang serupa (same offence) dalam kondisi atau situasi serupa. Disparitas terjadi dikarenakan faktor internal maupun eksternal pada diri hakim serta tidak ada pedoman pemidanaan dalam menjatuhkan pidana. Hakim pun mempunyai kebebasan dalam menjatuhkan beratnya pidana. Hal ini disebabkan Undang-Undang hanya mengatur batas minimal dan maksimal hukuman yang diberikan.
Adapun kasifikasi penyebab terjadi disparitas selain antara lain:
21Nugraha Azel Putra, Disparitas Putusan Hakim Dalam Perkara Nomor 122/Pid.B/2005/PN.PYK Dengan Putusan Nomor 57/PID/2006/PT.PDG, (JOM Fakultas Hukum:
Volume III No. 1, 2016), h. 5-6.
a. Sistem hukum dan falsafah pemidanaan
Indonesia menggunakan sistem civil law yang mengacu kepada undang-undang. Di dalam undang-undang ataupun peraturan lainnya hanya mengatur ketentuan hukuman batas minimal dan maksimal.
Sistem pemidanaan seperti ini akan sering terjadinya disparitas.
b. Bersumber dari hakim
Seorang hakim merupakan manusia biasa yang mempunyai masalah kepribadian hakim termasuk masalah mental, lingkungan sosial, atau dalam proses pengadilan. Sifat internal seperti emosi, keinginan, rasa empati, simpati, integritas dan lainnya yang mempengaruhi terjadinya diparitas. Kondisi eksternal dapat mempengaruhi seperti pertemanan, penuapan, kepentingan politis dan lain-lain.
c. Bersumber dari terdakwa
22Hakim akan mempertimbangkan sikap dan itikad baik atau buruk dari terdakwa. Hal ini salah satu faktor kondisi yang meringankan terhadap terdakwa.
d. Tidak ada panduan bersama
Perbedaan dalam menjatuhkan hukuman. Selanjutnya dalam hukum pidana positif Indonesia, hakim mempunyai kebebasan yang sangat luas untuk memilih jenis pidana (stafsoort) yang dikehendaki, sehubungan dengan penggunaan sistem alternative pengancaman pidana di dalam undang-undang. Hal ini terjadi karena tidak ada pedoman pemidanaan dalam menjatuhkan pidana
e. Faktor lain-lain
Hakim akan mempertimbangkan kepada terdakwa melihat beberapa aspek seperti jenis kelamin, residivisme, umur.
22Nugraha Azel Putra, Disparitas Putusan Hakim Dalam Perkara Nomor 122/Pid.B/2005/PN.PYK Dengan Putusan Nomor 57/PID/2006/PT.PDG,… h. 13.
B. Tinjauan Menurut Hukum Positif 1. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana biasa disebut strafbaarfeit. Professor simons mendefinisikan straf adalah suatu perbuatan yang melanggar norma oleh seeorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya berdasarkan putusan hakim. Kata Strafbaarfeit disebut juga dengan delict yang artinya tindak pidana, pelanggaran pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, perbuatan yang dapat dan boleh dihukum.
23Strafbaarfeit merupakan suatu perbuatan manusia yang dilarang dan diancam dengan undang-undang serta pelakunya dapat dipertanggungjawabkan.
24Definisi tindak pidana dari penjelasan diatas bahwa suatu perbuatan yang harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Harus ada suatu perbuatan manusia.
b. Perbuatan manusia itu harus melawan hukum.
c. Perbuatan itu diancam dengan pidana yang terdapat dalam undang- undang.
d. Dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab.
e. Perbuatan itu harus terjadi kerena kesalahan si pembuat.
25Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana merupakan suatu perbuatan manusia yang melanggar hukum yang telah ditetapkan sanksinya dan si pelaku mampu dimintai pertanggungjawaban.
2. Macam-macam Tindak Pidana
Prosedur pemidanaan yang diberikan Negara kepada pelaku tindak pidana menurut pasal 10 KUHP hukuman yang dijatuhkan berupa:
23Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia Cetakan ke-4, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 136.
24Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Cetakan ke-2, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 48.
25Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia Cetakan ke-4,… h. 137.
a. Pidana pokok:
1) Pidana mati
Pidana ini dilakukan berbagai macam cara eksekusi seperti pancung, tembak, gantung, setrumlistrik, suntik.
2) Pidana penjara
Bentuk dari pidana ini adalah perampasan kemerdekaan. Ada beberapa sistem dalam pidana penjara seperti: pensylvanian system, auburn system, progressive system.
263) Kurungan
Bentuk pidana ini adalah perampasan kemerdekaan, tetapi lebih ringan dari pada pidana penjara.
4) Denda
Pidana denda adalah membayar sejumlah uang untuk menebus perbuatannya. Hal ini pelaku berkewajiban membayar sebagai bentuk menebus dosanya yang telah diperbuat kepada korban.
b. Pidana tambahan:
1) Pencabutan hak-hak tertentu
Pencabutan ini hanya berlangsung sekitar 2-5 tahun, kecuali dijatuhi pidana mati atau penjara seumur hidup maka pencabutan haknya juga seumur hidup.
272) Perampasan barang-barang tertentu
Barang-barang yang dirampas disini yaitu barang yang digunakan untuk melakukan kejahatan dan hasil dari kejahatan yang diperbuat oleh pelaku.
3) Pengumuman putusan hakim
2826Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Cetakan ke-2,…h. 120-121.
27S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta: BPK Gunung Muria, 1996), h. 142.
28Safaruddin Harefa, Penegakan Hukum TerhadapTindak Pidana Di Indonesia Mealui Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam, (UBELAJ, Volume 4 No.1, 2019), h. 41-43.
Hukuman tambahan ini yang dikeluarkan hakim yang terdapat dalam surat kabar berisi tentang tanggungan biaya terhukum.
Jenis sanksi berupa tindakan antara lain:
a. Bagi orang yang jiwanya cacat atau terganggu penyakit dan tidak dapat dipertanggungjawabkan maka akan ditempatkan di rumah sakit jiwa.
b. Bagi anak dibawah umur melakukan tindak pidana maka hakim mengenakan tindakan sesuai dengan ketentuan UU nomor 35 Tahun 2014.
293. Unsur-unsur Tindak Pidana
Zainal Abidin Farid membagi unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:
a. Unsur actus reus 1) Unsur konstitutif 2) Unsur diam
a) Perbuatan aktif dan pasif
b) Melawan hukum obyektif atau subyektif
Unsur ini ada pada eksternal maupun internal dari si pelaku.
c) Tidak ada dasar pembenar b. Unsur mens rea
1) Kemampuan bertanggungjawab 2) Kesalahan dalam arti luas
a) Kesengajaan (Dolus) (1) Sengaja sebagai niat
29Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana Cetakan ke-1, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 98.
Kesengajaan ini yaitu pelaku menghendaki atau berniat melakukan perbuatan dan akibatnya pun dikehendaki.
Seperti Y sengaja menembak dengan pistol kepada X berakibat mati dan ia pun menghendaki X mati.
(2) Sengaja sadarakan kepastian
Kesengajaan ini bersandar pada akibatnya yang bisa dikatakan delik atau tidak. Seperti X ingin mencuri perhiasan, akan tetapi sebelum mencuri perhiasan harus memecahkan kaca penghalangnya. Dalam hal memecahkan kacabukan kehendaknya tetapi akibat pecahnya kaca itu dapat dipastikan.
(3) Sengaja sadarakan kemungkinan
30Kesengajaan ini terdapat syarat di dalam melakukan perbuatan. Pelaku mungkin menghendaki perbuatan dan akibatnya, akan tetapi terjadi akibat lain yang tidak terduga. Seperti X ingin membunuh Y dengan cara mengirimkan kue yang sudah diracuni kerumahnya.
Kemungkinan yang terjadi bahwa tidak hanya Y saja yang memakannya, akan tetapi keluarganya ikut serta memakannya.
b) Kelalaian (Alpa)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kelalaian merupakan sifat keadaan atau perbuatan kesalahan karena kebodohan.
(1) Kealpaan berat (Culpa Lata)
30 Andi Sofyan & Nur Azisa, Hukum Pidana, (Makasar: Pustaka Pena Press, 2016), h. 104.
Kealpaan ini dapat dipidana sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan dan hukumannya pun sudah ditentukan.
Kealpaan ini bersifat berat maka bisa dipidana.
(2) Kealpaan ringan (Culpa levis)
Kealpaan ini tidak dapat dipidana karena bersifat ringan.
(3) Kealpaan sangat ringan (Culpa Levissima)
Kealpaan ini juga tidak dapat dipidana karena bersifat sangat ringan.
(4) Kealpaan yang disadari (Bewuste Schuld)
Kealpaan ini dapat dipidanakan Karena mengetahui delik akibatnya, akan tetapi tidak dipedulikan. Seperti A mengendarai mobil dengan sangat cepat dan ada murid yang akan menyebrang untuk bersekolah. X percaya diri akan kepandaiannya dalam menyetir mobil, akan tetapi kenyataannya menimbulkan akibat.
314. Teori Pemidanaan
Tujuan dari sanksi pidana harus menyesuaikan dengan kebutuhan untuk melindungi dan memertahankan kepentingan-kepentingan sosial seperti:
a. Pemeliharaan tertib masyarakat.
b. Pelindungan warga masyarakat dari kejahatan, kerugian atau bahaya yang dilakukan oleh orang lain.
c. Resoialisasi para pelanggar hukum.
d. Memelihara atau mempertahankan keadilan sosial, kemanusiaan dan keadilan individual di masyarakat.
32Ada beberapa tujuan dari pemberian hukuman seperti:
31 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana Cetakan ke-3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 9.
32Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana Cetakan ke-1,… h. 46-47.
a. Retribution
Teori pembalasan ini berorientasi pada penjatuhan hukuman terhadap pelaku kejahatan.
b. Deterrence
Teori pencegahan ini menerapkan sanksi untuk mencegah terjadinya tindakan kejahatan.
c. Rehabilitation
Pemulihan atas kejahatan yang ditimbulkan serta mengubah pelaku agar taat hukum dan diterima dengan baik dimasyarakat
d. Incapacitation
Teori pelemahan ini bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kejahatan yang ada dimasyarakat.
e. Restoration
33Teori ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik antara pelaku dan korban dengan memberikan kompensasi kepada korban atas kerugian yang ditimbulkan.
C. Tinjauan Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Tindak Pidana
Tindakan kriminal dikenal dengan jarimah yaitu tindakan yang membahayakan dan mengganggu di masyarakat.
34Jarimah berasal dari kata jarama-yajrimu-jarimatan yang memiliki arti berbuat, maksiat, perbuatan dosa, perbuatan yang buruk. Sedangkan kata ajrama-yajrimu berarti melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, keadilan dan menyimpang dari jalan yang lurus.
35Jarimah merupakan pebuatan
33Nafi’ Mubarak, Tujuan Pemidanaan Dalam Hukum Pidana Nasional Dan Fiqh Jinayah, (Al- qonun, Volume 18 No.2, 2015), h. 301-306.
34Ali Sodiqin, Divinitas Dan Humanitas Dalam Hukum Pidana Islam, (Al-Maza’hib, Volume 5 No. 2, 2017), h. 203.
35 Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2019), h. 1.
yang dilarang oleh syara berupa meninggalkan perintahnya dan mengerjakan larangannya.
Jarimah juga dikenal dengan sebutan jinayah. Secara bahasa jinayah adalah berasal dari kata jana-yajni-jinayatan yang memiliki arti dosa.
Secara istilah jinayah merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara yang dapat menyebabkan kerugian pada jiwa, harta dan lainnya.
36Menurut fiqih untuk tindak pidana adalah jinayah, tetapi para ulama fiqih juga menyebutnya dengan jarimah. Al-mawardi mengemukakan bahwa jarimah merupakan larangan-larangan syariat yang diancam dengan hukuman had atau tazir. Wahbah al-zuhaili mendefinisikan jinayah dengan perbuatan maksiat atau tindakan kriminal yang dilakukan seseorang.
37Para ahli hukum islam mengatakan bahwa jinayah hanya pada perbuatan yang mengancam jiwa dan fisik manusia seperti pembunuhan, penganiayaan, dan aborsi. Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa jinayah mencakup tindak pidana qishas dan hudud.
382. Macam-macam Tindak Pidana
Macam-macam jarimah dalam hukum pidana islam:
a. Jarimah Hudud
Secara bahasa had adalah batasan atau pemisah antara satu dengan yang lain.
39Had merupakan suatu aturan yang bersifat mencegah dan membatasi dari hak-hak Allah yang berkaitan dengan melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan larangannya. Hukuman hudud ditujukan
36 Mardani, Hukum Pidana Islam,… h. 2.
37 Ahmad Syarbini, Teori Ta‟zir Dalam Hukum Pidana Islam, (JurnalIus Civile), h. 3-4.
38M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam,… h. 5.
39Reni Surya, Klasifikasi Tindak Pidana Hudud Dan Sanksinya Dalam Perspekif Hukum Islam, (Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, Volume 2 No.2, 2018), h. 531.
untuk tindak pidana yang telah ditentukan oleh al-quran.
40Hukuman had ini sudah ditentukan oleh syara dan merupakan hak Allah.
Imam Taqiyyudin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini berpendapat bahwa hudud dapat mencegah seseorang dari perbuatan yang kejikarena Allah telah menentukan hukumannya sehingga tidak bisa ditambah maupun dikurangi.
41Golongan yang termasuk jarimah hudud ada tujuh antara lain: had zina (hukuman berzina), had qadzaf (hukuman menuduh zina), had sirqah (hukuman mencuri), had syurbah (hukuman minum khamar), had murtad (hukuman murtad), had harabah (hukuman memberontak), had baghyu (merampok).
Larangn hudud sudah ada di dalam firman Allah yang berbunyi:
أ ُ ُ ُ ُ ح ل ُ ل ك ُ ُ م ُ ل ُ ي ُ ل ُ ة ا ُ ل ي ص ا ُ م ُ ا ُ ل ُرف ُ ُ ث ُ إ ل ُ ُ ُ ن ُ س ُ ائ ك ُ م ُ ه ُ ُ ُ ن ُ ل ُ ب ُ ا س ُ ل ك ُ م ُ وأ ُ ُ ُ ُ ن ت
ُ م ُ ل ُ ب ُ ا س ُ ل ُ ُ ُ ُن ل ُ ل ُ م ا ُ ُ ُ ُ أ ُ ُ ن ُ ُ ك ُ ُ م ُ ن ُ ت ُ ت م ُ خ ُ ُ ت ُ ان ُ ُ ُ أ ُ ُ ُ ن ُ ف ُ ُ س ُ ك م ُ
ح ُ ُ ُ ت ُ ُ ُ ي ُ ت ُ ب ُ ُ ُ ي ُ ُ ُ ل ك ُ ُ م
ا ُ ُ ل ُ ُ ي ط ُ ُ ا ل ُ ُ ُ ب ُ ي ض ُ
ُ ل ُ ت ك ُ م ُ ُ ف ُ ا ُ ل ُ ُ ب ُ ش ُ ر ُ ُ و ه ُ ُ ُ ن وا ُ ب ُ ت ُ غ ا ُ
ُ ما ن ُ ُ ت ب ُ ا ُ ُ ُ ُ ل ُ ُ ك ُ م ُ و ُ ن ُ ُ ل ا ُ وا ُ
ش ُ رب ُ ُ ُ ا
ُ ل ل ُ ُ ي ك ُ
م ُ و ُ
ُ ل ُ ف ُا
ُ ف ُ ت ُ ا ب
ح ُ د ُ ُ و د ا ُ ُ
ُ ُ ُ ُ ل ا ف ُ ُ ُ ُ ُ ف ُ ُ ان ُ ل م ُ س ُ ُ ا ُ ج د ُ ت ُ ُ ل ك
م ُ ُ ن ُ ا ُ ل ُ ُ ي ط ُ ُ ا ُ ل ُ س ُ ُ ُ د ُ م ُ ن ُ ا ل ُ ُ ف ُ ج ُ ُر ُ ث ُ ُ ُ أ ُ ُ ُ ُ ت ُ ُ ا
ُ ال ي ص ا ُ ُ م ُ إ ل ُ ُ ا ُ ُ لل ُ ي ُ ُ ل ُ و ل ُ ُ ت ُ ب ُ ا ُ ش ر ُ و ه ُ ُ ُ ن وأ ُ ُ ن ُ ت م ُ
ف ُ ُ ل ُ ُ ت ُ ُ ق ُ رب ُ ُ ا ه ن ُ ُ ذ ُ ل ك ُ ُ ي ُ ب ُ ُ ي ُ ُ ُ ُ ا ُ ُ ُ ُ ُ اتت ُ ُ
ُ ل لت ُ ُ ُ ا س ل ُ ُ ُ ُ لل م ُ م ُ ُ ي ت ُ ُ ُ ق ُ ُ
Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi dia menerima tobatmu dan memaafkankamu. Maka campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu.
Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnaanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri‟tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah
40Abdur Rahman I Roi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.
6.
41 Mardani, Hukum Pidana Islam,… h. 7.
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia, agar mereka bertaqwa.” (Q.s. Al-Baqarah (2): 187)
ح ُ د ُ ُ و د ا ُ ُ ُ ُ ُ ف ُ ُ ل ُ ُ ت ُ ُ ق ُ رب ُ ُ ها kata bawahi digaris
dapat diatas ayat
kutipan Dalam
ُ ت ُ ُ ل ك
yang memiliki arti “itu merupakan larangan Allah maka jangan mendekatinya.”. Di dalam ayat tersebut tertera dengan jelas larangan mendekati hudud. Hanya mendekati saja tidak diperbolehkan apalagi melakukannya.
b. Jarimah Qishas dan Diyat
Perbedaan jarimah qishas dan had adalah bahwa qishas terdapat hak manusia dan terdapat perdamaian serta pengampunan. Qishas secara bahasa berasal dari س yang artinya mengikuti jejak ف الن ثر نت لاا ع . Maksud qishas disini yaitu mengikuti darah yang tertumpah dengan pembalasan yang sama ( ود ق ع بال م بتت ادل ع )42 berdasarkan Q.s. Al-Kahf (18): 64 yang berbunyi:
ُ ص ا
ُ ث ُ ُ ى ُ ل ُ ل ُ ُ ر ُ ه ُ ا ُ ق ص ُ
ُ ذل ُ ُ ُ ك ُ ما ن ت ُ ُ ا
ُ ن ُ ب ُ غ ُ ف ا رت ُ ُ ُ ُ د ا
ُ ق ا ل ُ
Artinya: “Dia Musa berkataitulah tempat yang kita cari. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.”
Ibnu rusyid membagi qishas menjadi dua antara lain:
1) Qishas an-nafs (Pembunuhan) yaitu suatu perbuatan yang mengakibatkan korban meningal dunia.
2) Qishas ghairu an-nafs (Penganiayaan) yaitu suatu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakitatauluka pada tubuh orang lain.
43Golongan yang termasuk jarimah qishas sebagai berikut:
1) Pembunuhan sengaja
42Muhammad Amin Suma dkk, Pidana Islam Di Indonesia Peluang, Prospek, &Tantangan, (Jakarta: Pustaka, 2001), h. 90.
43Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Cetakan ke-2,…h. 14.
2) Pembunuhan menyerupi sengaja
3) Pembunuhan karena kesalahan (tidak sengaja) 4) Penganiayaan sengaja
5) Pengaiayaan karena kesalahan (tidak sengaja)
44Madzab Syafi’i dan madzab Hambali berpendapat bahwa penganiayaan ada tiga pembagian yaitu sengaja, shibh al-„amd (menyerupai sengaja) dan tidak sengaja. Seperti memukul seseorang dengan tangannya. Hal ini termasuk menyerupai sengaja karena alat yang digunakan itu ringan pada umumnya dan tidak mengakibatan luka-luka bahkan pendarahan namun dalam segi hukumnya tetap dinamakan dengan tidak sengaja.
45Madzab Hambali berpendapat bahwa penganiayaan sengaja berhak dihukum qishas, sedangkan penganiayaan menyerupai sengaja dihukum diyat.
Diyat merupakan ganti rugi akibat jarimah pembunuhan atau penganiayaan yang mendapatkan permaafan dari korban dan keluarga.
Pelaku wajib membayar sejumlah harta yang telah disepakati akibat kerugian yang ditimbukan baik kesengajaan atau tidaknya terhadap jarimah.
46Jadi apabila hukuman qishas digugurkan, maka berlaku hukuman diyat untuk mengganti kerugian yang dialami korban atas perbuatan pelaku. Dasar hukum diyat ada dalam Q.s. Al-Baqarah (2):
178 yang berbuyi:
44Safaruddin Harefa, Penegakan Hukum TerhadapTindak Pidana Di Indonesia Mealui Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam,… h. 53.
45Alfan Maulidin Ichwanto, Tindak Pidana Penganiayaan Dalam Hukum Pidana Islam, (Al- Qanun, Volume 20 No. 1, 2017), h. 195.
46M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam,… h. 41.