• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertimbangan Yuridis

C. Analisis Pertimbangan Hakim

1. Pertimbangan Yuridis

A. Pertimbangan Hakim Terhadap Dakwaan

Dalam dakwaan yang di ajukan oleh Jaksa penutut umum bersifat alternative karena terdapat 2 karena dalam surat dakwaan terdapat 2 kemungkinan hukuman yang dapat dipindanakan terhadap terdakwa yaitu pasal 112 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan didakwa dengan pasal 127 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Berdasarkan dakwaan alternatif tersebut maka majelis hakim akan memilih dakwaan yang berpotensi terpenuhi diantara Dakwaan kesatu dan Dakwaan kedua. Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan dan berdasarkan penilaian Majelis Hakim bahwa dakwaan kedua yang memiliki kesesuaian dengana fakta yang berada di persidangan. Dan sesuai dengan alat bukti serta fakta-fakta persidangan dimana bbahwa barang bukti berupa :

- 1 (satu) paket kecil bening yang diduga berisi narkotika jenis shabu.

- 1 (satu) alat hisap sahbu (bong),

- 1 (satu) buah alat sendok shabu, - 5 (lima) batang rokok sampoerna, - 1 (satu) buah HP Vivo putih gold

Serta keterangan saksi-saksi yang dapat dilihat bahwa mengakui secara langsung perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut. Dan saksi-saksi yang merupakan anggota kepolisian yang menagkap langsung terdakwa ketika hendak memakai kembali narkoba yang di beli sebelum nya.

Dari penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa tidak mengacu pada pasal 127 ayat 2 jo pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 tentang Narkotika karena berdasarkan fakta-fakta, alat bukti, dan keterangan saksi maka dari itu jaksa tidak menggunakan pasal 127 ayat 2 jo pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 tentang Narkotika sebagai acuan dalam medakwa pelaku tersebut.

Tetapi hakim tidak dapat memutus Terdakwa rehabilitasi karena hakim tidak dapat memutus diluar dakwaan maka dari itu hakim tidak bisa memutus terdakwa menggunakan pasal 127 (2) Undang-Undang Nomor 35 Tentang Narkotika.

B. Pertimbangan Hakim Terhadap Tuntutan

Dalam tuntutan jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan Menyatakan Terdakwa RUSTAM SITORUS ALS RUSTAM terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak Pidana penyalahguna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri sebagaimana diatur dan diancam pidana melanggar Pasal 127 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam dakwaan Penuntut Umum, Menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa RUSTAM SITORUS Als RUSTAM. dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dikurangi masa penahanan selama Terdakwa ditahan.

Karena menurut jaksa penutut umum bahwa terdakwa tidak termasuk dalam kategori korban penyalahgunaan narkotika kemudian yakin bahwa terdakwa memelanggar Pasal 127 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika maka dari itu jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan Pasal 127 Ayat (1) Undang-Undang nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

C. Dalam Putusan

Pertimbangan yuridis maksudnya adalah hakim mendasarkan putusannya pada ketentuan peraturan perundang-undangan secara formil. Hakim secara yuridis, tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti yang sah dimaksud adalah: (a) Keterangan Saksi; (b) Keterangan Ahli; (c) Surat; (d) Petunjuk; (e) Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184). Selain itu dipertimbangkan pula bahwa perbuatan terdakwa melawan hukum formil dan memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan.

Didalam pertimbangan hakim memiliki pertimbangan bahwa terdakwa terbukti bersalah atas kepimilikan sabu berdasar barang bukti 0,29 gram yang sudah di tampilkan di muka persidangan.

Sesuai dengan hasil penelitian dapat kita lihat bahwa hakim dalam melakukan putusan terhadap terdakwa mempertimbangan kan bahwa terdakwa telah terbukti bersalah dengan minimal 2 alat bukti beserta saksi sesuai dengan teori pembuktian secara Undang-Undang positif dan juga sesuai dengan ketentuan pembuktian pidana pada KHUP pasal 138.

Dalam memutus perkara ini hakim telah malakukan pertimbangan dengan hasil bahwa terdakwa telah terbukti bersalah sesuai dengan dakwaan Kedua pasal 127 ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Maka dari itu menurut penulis, hakim dalam memutus perkara ini telah sesuai dengan teori pertimbangan hakim dan juga KUHP dimana sekurang-kurang 2 alat bukti.

Unsur-unsur dalam Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Setiap penyalahguna Unsur “setiap penyalahguna” menurut pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang-orang yang menggunakan narkotika secara tanpa hak atau melawan hukum, maksud dari “tanpa hak”

pada umumnya merupakan bagian dari “melawan hukum” yaitu setiap perbuatan yang melanggar hukum tertulis dan asas-asas hukum umum dari hukum tertulis. Unsur “setiap penyalahguna” menurut penulis telah terpenuhi dalam diri terdakawa karena terdakwa mendapatkan narkotika jenis ganja dengan cara membeli dan tidak memiliki izin khusus dalam mendapatkannya.

2. Bagi diri sendiri Unsur “bagi diri sendiri” memiliki pengertian untuk dipergunakan atau dikonsumsi sendiri bukan untuk dijual kepada orang lain. Unsur “bagi diri sendiri”

menurut penulis telah terpenuhi dalam diri terdakwa karena terdakwa membeli narkotika jenis sabu dari saksi terdakwa mengaku untuk digunakan atau dikonsumsi sendiri.

Didalam pertimbangan nya hakim memberikan penjelasan mengenai pemilihan pasal yang di gunakan dalam mempertimbangkan putusan tersebut di dalam pertimbangan hakim langsung merujuk pada dakkwaan yang menggunakan Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagai pasal yang di gunakan untuk memutus perkara ini.

Didalam pertimbangan hakim dapat kita lihat bahwa pembuktian yang dilakukan oleh hakim terhadap kaksus tersebut lebih mengarah pada dakwaan kedua yang di ajukan oleh jaksa penuntut umum karena hakim melihat Alat-alat bukti sebagai berikut yaitu Barang Bukti yang di hadirkan oleh kejaksaan dan juga saksi-saksi yang memberikan kesaksian di muka persidangan mempekuat hakim untuk memutus dengan menggunakan dakwaan kedua yaitu Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Hakim dalam hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebenaran materil yang didasarkan atas 2 (dua) alat bukti yang sah ditambah dengan keyakinan hakim.9 Dalam pencarian kebenaran materil tersebut nantinya akan memperoleh kesimpulan mengenai hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Tentunya dalam hukum pidana dan hukum acara pidana sangat terikat erat dengan asas legalitas. Hakim tidak hanya memperhatikan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika tetapi juga SEMA No.

4 Tahun 2010 Tentang Penetapan Penyalahgunaan Dan Pencandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial. Hal itu disebabkan karena pasal tersebut tidak membuat parameter atau konstruksi yang jelas seseorang dapat dikenakan penyalahguna bagi diri sendiri didalam Pasal 127 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Kondisi di atas dengan hakim memperhatikan SEMA No. 4 Tahun 2010 Tentang Penetapan Penyalahgunaan Dan Pencandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial maka hakim dalam kedua putusan tersebut memperhatikan manfaat yang diperoleh oleh terdakwa jika dijatuhi sebuah hukuman. Hal tersebut sesuai dengan premis pertama dari the utilitarian theory of punishment, yakni hukuman yang dijatuhkan itu pantas atas dasar pembenaran bahwa hukuman itu akan membawa manfaat kepada kebaikan secara umum terutama untuk mencegah orang melakukan kejahatan.

9 Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori & Hukum Pembuktian, Erlangga , Jakarta. hlm. 17

Artinya, saat hakim menggunakan SEMA No. 4 Tahun 2010 Tentang Penetapan Penyalahgunaan Dan Pencandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial sebagai pertimbangannya maka dapat dianggap hakim mencoba mencari hukuman yang bermanfaat bagi terdakwa. 10

Hakim tidak memutuskan rehabilitasi terhadap terdakwa karena terdak tidak memenuhi :

a. Terdakwa pada saat ditangkap oleh penyidik Polri dan penyidik BNN dalam kondisi tertangkap tangan ;

b. Pada saat tertangkap tangan sesuai butir a dimas ditemukan barang bukti pemakaian I (satu) hari dengan perincian antara lain sebagai berikut :

1. Kelompok metamphetamine (shabu) : 1 gram 2. Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4 gram = 8 butir 3. Kelompok Heroin 1,8 gram

4. Kelompok Kokain : 1,8 gram 5. Kelompok Ganja : 5 gram 6. Daun Koka : 5 gram 7. Meskalin : 5 gram

8. Kelompok Psilosybin : 3 gram

9. Kelompok LSD (d-lysergic acid diethylamide : 2 gram 10. Kelompok PCP (phencyclidine) : 3 gram

11. Kelompok Fentanil : 1 gram 12. Kelompok Metadon : 0,5 gram 13. Kelompok Morfin : 1,8 gram 14. Kelompok Petidin : 0,96 gr 15. Kelompok Kodein : 72 gram 16.Kelompok Bufrenorfin : 32 mg

10 Ratna WP, 2017, Aspek Pidana Penyalahgunaan Narkotika: Rehabilitasi Versus Penjara (Menyoroti Pasal 127 UU No. 35 Tahun 2009), Legality, Yogyakarta, hlm 32

c. Surat uji Laboratorium positif menggunakan Narkotika berdasarkan permintaan penyidik.

d. Perlu Surat Keterangan dari dokter jiwa psikiater pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim.

e. Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap Narkotika.

syarat yang terdapat dalam SEMA No. 4 Tahun 2010 Tentang Penetapan Penyalahgunaan Dan Pencandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial yaitu Perlu Surat Keterangan dari dokter jiwa psikiater pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim. Dapat kita lihat dalam fakta-fakta persidangan tidak keterangan dari Dokter jiwa atau psikiater atau bukti surat yang menyatakan bahwa terdakwa dapat di hukum dengan hukuman rehabilitasi.

Saya berpendapat bahwa dalam putusan hakim telah memutus sesuai dengan dakwaan sebagaimana pasal 127 (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. yang di dakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa hakim juga mempertimbangkan tidak dapat memutus diluar dari dakwaan yang di berikan terhadap terdakwa pertimbangan selanjuta mengapa hakim tidak memutus rehabilitasi karena terdakwa tidak memenuhi salah satu syarat dalam SEMA SEMA No. 4 Tahun 2010 Tentang Penetapan Penyalahgunaan Dan Pencandu Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi Sosial. Hakim juga memiliki pertimbangan bahwa tempat rehabilitasi belum tersedia di daerah pengadilan Sorong.

Dokumen terkait