• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II

Dalam dokumen Standar Pelayanan Medis Spm Obsgyn (Halaman 43-47)

 No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2 PROSEDUR  TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Direktur  Pengertian

Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic lengkap dan  berakhir saat bayi dilahirkan.

Tujuan

Sebagai pedoman agar setiap persalinan Kala II fisiologis dikerjakan secara  benar.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Prosedur

1. Persiapan

1.1. Satu set partus pak. 1.2. Satu set resusitasi bayi. 1.3. Gelas ukur.

1.4. Bengkok. 1.5. Timba.

1.6. Bahan dekontaminasi (larutan lysol 0,5 %). 1.7. Tempat kotoran.

1.8. Persiapan pasien, posisi litotomi/jonggens.

2. Pelaksanaan

2.1. Penolong berada di depan vulva/disamping kanan pasien. 2.2. Menutup daerah sekitar vulva dengan duk steril.

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II

 No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

PROSEDUR  TETAP

Tanggal terbit 2 Agustus 2008

2.3. Memberi penjelasan pada pasien proses persalinan dan langkah yang akan dikerjakan serta cara mengejan yang benar.

2.4. Meminta ibu mengejan waktu ada his.

2.5. Melakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat eposiotomi menggunakan lidocain 1%.

2.6. Melakukan efisiotomi pada waktu perineum sudah tipis. 2.7. Melahirkan kepala bayi i dengan secara klasik.

2.7.1. Menahan perineum dan menekan ke arah kranial menggunakan ibu ari dan jari II, III penolong yang tertutup duk steril.

2.7.2. Menahan defleksi kepala dengan tangan kiri.

2.7.3. Berturut-turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut dan dagu. 2.7.4. Membersihkan lendir, mulut, dan hidung.

2.8. Membiarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar, bila perlu membantu putar paksi luar.

2.9. Melahirkan bahu, dengan melnegang kepala secara biparietal dan menahan ke bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian menari ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.

2.10. Melahirkan badan dengan memegang kepala secara bifarietal, melakukan tarikan ke arah lengkung panggul sampai lahir seluruh badan  bayi.

2.11. Meletakkan badan bayi pada duk steril di atas perut ibu. 2.12. Membersihkan jalan nafas bayi dan menilai APGAR. 2.13. Membersihkan badan bayilmemandikan dan kemudian membungkusnya.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III

(MELAHIRKAN PLASENTA)

 No. Dokumen No. Revisi Halaman

½ PROSEDUR  TETAP Tanggal terbit Ditetapkan Direktur 

Pengertian Pertolongan persal.inan yang dimulai saat bayi lahir dan berakhir   pada.kelahiran plasenta dan selaput janin.

Tujuan Sebagai pedoman agar persalinan Kala III dikerjakan dengan benar 

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Prosedur

1. Persiapan

1.1. Nelaton atau folley cateter. 1.2. Kapas savlon.

1.3. Bengkok. 1.4. Gelas ukuran. 1.5. Timba.

1.6. Bahan dekontaininasi (larutan lysol 0.5 %). 1.7. Tempat plasenta.

2. Pelaksanaan

2.1. Penolong berada didepan vulva atau sampaing kanan pasien 2.2. Memasang duk steril untuk menutup daerah vulva

2.3. Melakukan vulva hygiene dengan kapas savlon 2.4. Mengosongkan kandung kemih dengan katheter  PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III

(MELAHIRKAN PLASENTA)

 No. Dokume  No. Revisi Halaman

2/2

PROSEDUR  TETAP

Tanggal terbit

2.5. Melakukan observasi tanda pelepasan plasenta dengan memperhatikan  parameter sebagai berikut 2.5.1 Perut ibu Glubuler/cembung

2.5.2 Tali pusat menjulur sedikit 2.5.3 Keluar darah baru dari vagina

2.6 Melakukan tes separasi dengan cara merenggangkan tali pusat dengan tangan kanan, menekan fundud uteri dengan tangan kiri, bila tali pusat tidak  tertarik ke dalam artinya plasenta sudah lepas atau separasi.

2.7. Bila plasenta sudah separasi, lahirlah plasenta dengan menekan fundus uteri ke arah bawah. Tali pusar ditarik pelan sampai plasenta lahir.

2.8 Melakukan message uterus sampai terasa ada kontrasi 2.9 Memeriksa plasenta apakah ada yang tertinggal

2.10 Memberikan suntikan oksitosin 10 unit intra maskuler  2.11 Mengukur jumlah darah yang keluar 

2.12 Membersikan dan merapikan pasien.

2.13 Melakukan dekontaminasi alat dengan laruran klorin 0,5% 2.14 Mengukur gejala cardinal dan mencatat

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP

PADA PERSALINAN

 No. Dokumen  No. Revisi Halaman

1/3

PROSEDUR  Tanggal terbit

Ditetapkan Direktur 

TETAP

Pengertian Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun Yang belum inpartu dengan memasukkan Inf. D 5% dan oksitosin.

Tujuan

Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi maupun akselerasi persalinan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Prosedur

1 Persiapan

1.1. Persiapan alat/obat. 1.1.1. Medicuth, infus set. 1.1.2. 2 kolf Dextrose 5%. 1.1.3. Obat oksitosin 5 unit. 1.2. Persiapan pasien.

1.3. Pesiapan penolong. 2. Pelaksanaan

2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi  pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.

2.2. Dipergunakan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah dengan 5 U oksitosin.

2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama 15 menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi 4 tetes/menit sampai timbul his yang adekuat

2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40

tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis his te tap belum adekuat maka oksitosin dianggap gagal.

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP PADA PERSALINAN

 No. Dokumen  No. Revisi 1 Halaman 2/3 PROSEDUR  TETAP Tanggal terbit

2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his yang mempunyai sifat sebagai berikut:

2.5.1. Interval setiap 3 – 5 menit, dengan fase relaksasi yang sempurna. 2.5.2. Lamanya: 40 – 60 detik.

2.5.3. lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan dengan menekan fundus uteri dengan jari-jari tangan puncak kontraksi. lntensitas dianggap cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak menjadi cekung. 2.6. Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang adekuat. 2.7. Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:

2.7.1. Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis tidak  didapatkan his yang adekuat.

2.7.2. Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak terjadi kemajuan persalinan. Juga tennasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.

2.7.3. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress, tetania uteri, ruptura uteri irroninens dan lain-lain. Bila terjadi penyulit- penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh diulang kembali.

2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukart oleh dokter jaga sendiri.

2.9. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip dilanjutkan dalam kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam post partum.

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP PADA PERSALINAN

Dalam dokumen Standar Pelayanan Medis Spm Obsgyn (Halaman 43-47)

Dokumen terkait