• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumb uhan (%)

Dalam dokumen BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH (Halaman 54-58)

2008 2009 2010 2011

1 Drainase (3a+3b)

1.a Pendanaan Investasi

Drainase 10.292.857.000 13.990.828.000 6.956.765.000 7.384.577.000 9.656.256.750 -25

- - - -

Tabel 3.42 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Lingkungan

No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun

(Rp)

Pertumb uhan (%) n-4 n-3 n-2 n-1 n

1 Retribusi Air Limbah

2 Retribusi Sampah

3 Retribusi Drainase

3.a Realisasi retribusi

3.b Potensi retribusi

3.4.7 Permasalahan mendesak dan Isu strategis

Tabel 3.43 Permasalahan Mendesak dan Issue Strategis

Permasalahan Mendesak Isu Strategis

1. Banjir 1. Perlunya pengerukan drainase setiap tahun untuk

daerah yang padat penduduknya akibat buangan sampah di saluran.

2.Sebagiandesa/KelurahanSering Tergenang ± 3 jam

s/d 9 jam

2. Harus dibuatkan Saluran induk yang tembus ke pembuangan akhir.

3. Perencanaan harus memperhatikan elevasi pengaliran pada daerah tersebut.

4. Pada perencanaan saluran drainase harus memperhatikan dimensi saluaran induk (Dimensi saluran primer harus lebih besar dari saluran sekunder)

5. Untuk daerah yang dilalui sungai atau sekitar danau harus di buatkan bendung untuk menghindari banjir besar.

6. Perlu adanya suatu perencanaan masterplan darinase minimal untuk tiap kecamatan.

3. Saluran sering mampet akibat buangan

sampah di got 7. Pada pengelolaan drainase pemerintah harus

kerjasama dengan swasta.

8. Dana untuk pengelolaan drainase yang bersumber dari APBD sangat terbatas.

9. Pemda dan pejabat setempat harus membuat kesepakatan dengan masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran drainase/got.

10. Perlu pengadaan alat berat (Exavator ) untuk pengerukan darinase.

3.5 Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi

3.5.1 Pengelolaan Air Bersih

Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan air minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air bersih dapat dibedakan atas: 1) Air Hujan; 2) Air Sungai dan Danau; 3) Mata Air; 4) Air Sumur Dangkal; dan 5) Air Sumur Dalam.

Pencemaran air, udara, dan tanah masih belum tertangani secara optimal karena aktivitas pembangunan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan (AMDAL). Pencemaran air di Kabupaten Sidenreng Rappang pada umumnya, adalah adanya indikasi tingginya baktericoly ,kandungan kapur, dan Fe. Pada lokasi-lokasi khusus, terindikasi adanya logam berat pada kandungan air minum pada daerah penambangan dan

penggunaan pestisida yang kurang terkontrol pada daerah pertanian sangat menganggu keseimbangan kualitas air tanah disekitarnya. Pada musim kemarau panjang mengalami masalah kekeringan. Selain kekurangan air untuk mengairi lahan pertanian, masyarakatpun menghadapi kekurangan suplai kebutuhan air untuk konsumsi dan kebutuhan sanitasi (MCK).

Asumsi yang digunakan dalam menghitung jumlah pengguna air bersih adalah meliputi:

a. Jumlah pelanggan PDAM

b. Jumlah pengguna air dari mata air terlindung (BPAM) c. Jumlah pengguna air bersih dari sumur terlindung;) dan

d. Jumlah pengguna air bersih dari Penampungan Air Hujan (PAH).

Dari 66.380 rumah tangga yang ada pada tahun 2011 terdapat sejumlah 5.780 SR rumah tangga yang telah menggunakan air bersih sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.44 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air bersih Perpipaan Kabupaten Sidenreng Rappang

No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan

1 Pengelola PDAM/ BPAM

2 Tingkat Pelayanan % 12.14 +18.76 = 30.9 Utk .Non perpipaan 69.10 %

3 Kapasitas Produksi Lt/detik 192.50

4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 223,50

5 Jumlah Sambungan Rumah

(Total) Unit 5780

6 Jumlah Kran Air Unit 139

7 Kehilangan Air (UFW) % 20.59

8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 1100 9 Jumlah pelanggan per

kecamatan

- Kecamatan maritengngae Pelanggan 1.935 - Kecamatan watang pulu Pelanggan 1.064 - Kecamatan panca rijang Pelanggan 895 - Kecamatan Dua pitue Pelanggan 1.215 - Kecamatan Tellu limpoe Pelanggan 1.899 - Kecamatan Panca lautang Pelanggan 700

- Kecamatan Baranti Pelanggan 720

- Kecamatan Kulo Pelanggan 1.789

- Kecamatan Watang sidenreng Pelanggan 1.797 - Kecamatan Pitu riawa Pelanggan 1.997 - Kecamatan Pitu riase Pelanggan 2.114

Gambar 3.14 Grafik Akses Terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak

3.5.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga

Pengelolaan air limbah indusri rumah tangga di Kabupaten Sidenreng Rappang sampai sekarang belum ada.

Dan ini disebabkan oleh belum ada data rinci pengelola industri RT dan aturan yang mendasari untuk kegiatan tersebut, sehingga buangan limbah industri rumah tangga ini tidak terkoordinir sehingga sangat menganggu warga masyarakat di sekitarnya, terutama untuk gangguan kesehatan.

Olenya itu dalam membuat pengolahan air limbah industry RT harus diperhatikan sbb:

1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air di permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.

2. Tidak mengotori permukaan tanah.

3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah.

7.Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10m.

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0%

Air Botol Kemasan Air Isi Ulang Air Ledeng dari PDAM Air Hidran Umum PDAM Air Kran Umum Air Sumur Pompa Tangan Air Sumur Gali Terlindungi Air Sumur Gali Tdk Terlindungi

4,7%

Grafik Penggunaan Sumber Air Untuk Minum dan Memasak di Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2013

Masak Minum

yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, dimana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organic melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi didaerah tropis yang dapat dimanfaatkan.

Industri rumah tangga seperti industry tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu dikelola. Limbah dari industry rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya.

Tabel 3.45 Pengeleloaan Limbah Industri Rumah Tangga Kabupaten Sidenreng Rappang Jenis Industri Rumah

Tangga Lokasi Jumlah industri RT Jenis

Pengolahan Kapasitas (m3/hari)

Dst

3.5.3 Pengelolaan Limbah Medis

Tabel 3.46 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-fasilitas Kesehatan

Nama Fasilitas

Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah

Medis Kapasitas (m3/hari) Puskesmas Bilokka Kec. Panca

Lautang

Incinerator (Padat) 0,25 (m3/hari)

Pusekesmas Tanrutedong

Kec. Dua Pitue Incinerator (Padat) 0,25 (m3/hari)

Puskesmas Belawae Kec. Pitu Riase Incinerator (Padat) 0,25 (m3/hari) RSU Arifin Nu’mang Kec. Panca Rijang Incinerator (Padat) 0,25 (m3/hari) RSU Nene Mallomo Kec. maritengngae Incinerator (Padat) 0,5 (m3/hari)

Dalam dokumen BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH (Halaman 54-58)

Dokumen terkait