• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Dalam dokumen Paper Kelompok SKP Pertumbuhan Ekonomi (Halaman 38-45)

BAB II: PEMBAHASAN

H. Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Proses pemulihan ekonomi dunia tidak berjalan sesuai harapan, dalam arti lebih lambat dari perkiraaan semula. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Tingkat pertumbuhan yang masih mengecewakan di negara berkembang 2. Resesi di kawasan Eropa lebih parah dari yang diprediksi

3. Perekonomian AS tumbuh lebih lambat akibat kontraksi fiskal yang lebih kuat dari perkiraan.

Namun Indonesia sebagai salah satu emerging market di dunia, menunjukkan data-data pertumbuhan ekonomi yang positif, di saat negara-negara lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat bahkan pertumbuhan negatif. Pada tahun 2014 kinerja perekonomian nasional diprediksi akan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini didukung oleh stabilitas ekonomi makro. Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun ke depan akan tercermin pada penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Dalam lima tahun terakhir (2008-2012), perekonomian nasional mampu tumbuh cukup kuat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,9 persen. Tiga tahun terakhir pertumbuhan ekonomi selalu berada di atas 6,0 persen. Pada tahun 2008 ekonomi Indonesia tumbuh 6,0 persen dengan

36

dorongan dari permintaan domestik yang cukup tinggi. Namun pada tahun 2009, perekonomian

nasional mengalami perlambatan yang cukup signifikan akibat dampak krisis sehingga hanya tumbuh 4,6 persen. Pada tahun tahun selanjutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh stabil di tengah kondisi perekonomian global yang belum pulih .

Pada tahun 2012, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 6,2 persen, melambat bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang sebesar 6,5 persen. Lemahnya kinerja ekonomi global memberikan dampak terhadap sisi eksternal PDB. Pertumbuhan ekspor belum signifikan untuk mendorong pertumbuhan, sehingga kekuatan permintaan domestik utamanya konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi sumber pendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012.

37

1. Trend Pertumbuhan Ekonomi 2008-2013

Grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam rentang waktu 2008-2014 + proyeksi 2014

38

2. Faktor Pendukung dan Kendala Pertumbuhan Ekonomi Nasional

a. Perbaikan Infrastruktur Nasional

Dalam rangka mendukung pertumbuhan perekonomian nasional, maka pemerintah mencanangkan program MP3EI untuk pembangunan infrastruktur nasional pada enam koridor ekonomi. Peningkatan infrastruktur bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi yang pada akhirnya akan mempunyai dampak pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur nasional menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, mengingat masih banyak daerah di Indonesia yang belum ditopang dengan infrastruktur yang modern dan memadai. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah antara lain peningkatan belanja modal dan infrastruktur pemerintah serta mendorong keterlibatan swasta melalui skema Public Private Partnership.

b. Likuiditas global

Krisis global yang dihadapi oleh negara-negara maju mendorong pemerintah masing-masing negara untuk mengambil kebijakan untuk memberikan stimulus pertumbuhan

39

ekonomi salah satunya adalah pelonggaran likuiditas melalui pengucuran dana

tambahan, penurunan suku bunga, dan pembelian obligasi. Atas kebijakan tersebut negara-negara berkembang di Asia, seperti Indonesia mendapat manfaat. Hal ini disebabkan stabilitas dan kinerja negara-negara di Asia yang lebih baik meningkatkan kepercayaan investor terhadap potensi dan peluang investasi, sehingga arus modal asing yang masuk cukup besar pasca resesi global. Dengan masuknya dana asing maka nilai tukar rupiah akan menguat sehingga ekonomi lebih stabil, namun di samping itu pemerintah juga harus berhati-hati untuk menjaga arus modal yang masuk untuk jangka panjang agar untuk menjaga kestabilan nilai tukar.

c. Pertumbuhan permintaan eksternal (perlambatan ekspor) dan fluktuasi harga komoditas

Komponen ekspor dan impor merupakan komponen pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi yang sangat erat kaitannya dengan kondisi ekonomi global. Khusus untuk komponen ekspor, performanya sangat tergantung dengan tingkat permintaan dan daya beli perekonomian global dan mitra dagang Indonesia. Salah satu isu terkait ekspor yang dihadapi Indonesia adalah masih terdapat ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor komoditas primer. Pada umumnya, harga komoditas primer di pasar internasional relatif lebih bergejolak bila dibandingkan dengan harga produk manufaktur, yang antara lain disebabkan besarnya pengaruh iklim dan alam terhadap produk primer. Pada tahun 2012, gejolak harga komoditas primer di pasar global turut menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia. Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan Pemerintah untuk lebih mendorong peningkatan kinerja ekspor produk manufaktur. Pada tahun 2014, Pemerintah akan terus melanjutkan strategi dan kebijakan disinsentif ekspor barang-barang mineral mentah dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri dan pengembangan industri hilir dalam negeri.

Arah kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong aktivitas industri dalam negeri untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produk-produk manufaktur, baik di pasar domestik maupun pasar global. Kebijakan tersebut dapat mendorong dan mengakselerasi peningkatan peran produk-produk manufaktur di pasar internasional. Pelaksanaan kebijakan tersebut akan didukung pula dengan insentif fiskal pada industri-industri pengolahan barang mentah di dalam negeri (intermediate industry) sehingga mampu memberikan nilai tambah lebih pada perekonomian domestik.

40

Dalam beberapa survei, iklim investasi yang baik berperan dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam salah satu survei, Indonesia ditempatkan di peringkat 124 dari 180 negara, hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi Indonesia masih belum baik, hal penilaian kurang baik dan perlu mendapat perhatian untuk perbaikan iklim investasi, yaitu:

1. kemudahan untuk memulai usaha; 2. ketersediaan tenaga listrik;

3. masalah perpajakan; dan

4. kepastian penyelesaian permasalahan terkait kebangkrutan (insolvency), dan isu terkait kepatuhan kontrak kerja.

Isu-isu tersebut baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan permasalahan layanan birokrasi dan administrasi publik, kepastian hukum, fasilitas perpajakan dan fiskal, serta ketersediaan infrastruktur.

e. Demografis Penduduk dan Kualitas Sumber Daya Manusia

Indonesia memiliki demografis penduduk yang jumlahnya besar pada katagori usia produktif. Hal ini menjadi faktor dasar yang mendorong relatif tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Jumlah penduduk usia produktif merupakan salah satu faktor produksi penting dalam mendukung aktivitas produksi dan kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk produktif ini tentunya mendukung kegiatan ekspansi ekonomi dalam hal ketersediaan tenaga kerja. Di samping itu kelompok usia produktif merupakan kelompok dengan tingkat konsumsi yang relatif tinggi.

41

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, maka upaya pemerintah diarahkan pada

penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang masih rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya, khususnya Asia Tenggara, menjadi kendala tersendiri. Oleh sebab itu peningkatan pendidikan dan kesehatan penduduk diperlukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga Indonesia memiliki daya saing yang tinggi.

42

Dalam dokumen Paper Kelompok SKP Pertumbuhan Ekonomi (Halaman 38-45)

Dokumen terkait