• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1 Pertumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.)

Pada sistem pertanian organik pertumbuhan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes L.) sangat baik dengan persentase penutupan mencapai 90 – 95 %, sedangkan pada sistem pertanian konvensional hampir tidak ada pertumbuhan tanaman kayu apu. Adapun pertumbuhan kayu apu pada sistem pertanian organik dan konvensional disajikan pada Gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4.

Gambar 4.1 Pertumbuhan (penutupan) kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada sistem pertanian organik ulangan I

19

Gambar 4.2 Pertumbuhan (penutupan) kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada sistem pertanian organik ulangan II

Gambar 4.3 Pertumbuhan (penutupan) kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada sistem pertanian konvensional ulangan I

20

Gambar 4.4 Pertumbuhan (penutupan) kayu apu (Pistia stratiotes L.) pada

sistem pertanian konvensional ulangan II 4.2 Pertumbuhan Padi Varietas Local Merah

Pertumbuhan padi Varietas Lokal Merah diukur dari bagian vegetative tanaman padi, yaitu berat jerami per rumpun dan berta akar per rumpun. Berat kering jerami per rumpun pada sistem pertanian organik dan masing-masing perlakuan pemupukan pada sistem pertanian konvensional disajikan pada Tabel 4.1 dan 4.2. Pertumbuhan tanaman padi secara visual, baik pada sistem pertanian organik maupun pertanian konvensional disajikan pada Gambar 4.1, 4.2, 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 dan 4.8.

Tabel 4.1

Berat kering akar dan jerami padi pada sistem pertanian organik No. Sampel pada pertanian organik

Berat rata-rata per rumpun (gram)

Akar Jerami 1. Pertanian organik 4 tahun ulangan I 9,08 138,43 2 Pertanian organik 4 tahun ulangan II 10,64 147,36

21 Tabel 4.2

Berat kering akar dan jerami padi pada sistem pertanian konvensional

No. Kode / perlakuan pemupukan (kompos + ponska) kg/ha

Berat rata-rata per rumpun (gram)

Akar Jerami

1. O0K0 = tanpa pupuk 5,06 53,95

2. O4K0 = 0 kompos +75 ponska 7,04 71,85 3. O3K1 = 625 kompos + 0 ponska 9,61 90,11 4. O2K2 = 1250 kompos + 300 ponska 10,08 105,39 5. O1K3 = 1875 kompos + 225 ponska 9,63 97,20 6. O0K4 = 2500 kompos + 150 ponska 8,57 90,59

Gambar 4.1

Perbandingan visual pertumbuhan vegetatif maksimal tanaman padi pada sistem pertanian organik 4 tahun dan pertanian konvensional (tanpa pupuk dan dengan

pupuk 0 kompos + 75 kg ha-1 ponska)

22

Gambar 4.2

Perbandingan visual pertumbuhan vegetatif maksimal tanaman padi pada sistem pertanian organik 4 tahun dan pertanian konvensional (tanpa pupuk dan dengan

pupuk 2500 kg ha-1 kompos + 150 kg ha-1 ponska)

Gambar 4.3

Perbandingan visual pertumbuhan vegetatif maksimal tanaman padi pada sistem pertanian organik 4 tahun dan pertanian konvensional (tanpa pupuk dan dengan

pupuk 1250 kg ha-1 kompos + 300 kg ha-1 ponska)

23

Gambar 4.4

Perbandingan visual pertumbuhan vegetatif maksimal tanaman padi pada sistem pertanian organik 4 tahun dan pertanian konvensional (tanpa pupuk dan dengan

berbagai kombinasi puouk kompos + ponska)

Gambar 4.5

Kenampakan visual fase pertumbuhan generatif tanaman padi pada umur 128 HST sistem pertanian organik 4 tahun

24 Gambar 4.6

Kenampakan visual fase pertumbuhan generatif tanaman padi pada umur 128 HST sistem pertanian konvensional

Gambar 4.7

Kenampakan visual fase pertumbuhan generatif tanaman padi pada umur 154 HST (saat panen) sistem pertanian organik

25

Gambar 4.8

Kenampakan visual fase pertumbuhan generatif tanaman padi pada umur 154 HST (saat panen) sistem pertanian konvensional 4.3 Hasil Padi Varietas local Merah

Hasil pengamatan terhadap hasil padi varietas merah, dihitung berat kering bulir padi pada kadar air 12 %. Pengamatan dilakukan pada kedua jenis sistem pertanian organik dan konvensional. Berat kering bulir gabah padi pada sistem pertanian organik dan masing-masing perlakuan pemupukan pada sistem pertanian konvensional disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4.

Tabel 4.3

Berat kering bulir gabah padi pada sistem pertanian organik

No. Sampel pada pertanian organik

Berat rata-rata per hektar (ton ha-1)

1. Pertanian organik 4 tahun ulangan I 7,376 2 Pertanian organik 4 tahun ulangan II 7,845

26 Tabel 4.2

Berat kering bulir gabah padi pada sistem pertanian konvensional

No. Kode / perlakuan pemupukan (kompos + ponska) kg/ha

Berat rata-rata per hektar (ton ha-1)

1. O0K0 = tanpa pupuk 4,078

2. O4K0 = 0 kompos + 75 ponska 4,092 3. O3K1 = 625 kompos + 0 ponska 6,252 4. O2K2 = 1250 kompos + 300 ponska 6,440 5. O1K3 = 1875 kompos + 225 ponska 5,752 6. O0K4 = 25000 kompos + 150 ponska 5,010

Hasil tanaman padi pada sistem pertanian organik dan konvensional secara visual disajikan pada Gambar 4.9, 4.10, 4.11, 4.12, dan 4.13.

Gambar 4.9

Perbandingan visual hasil padi pada pertanian organik dan pertanian konvensional (tanpa pepumpukan)

27

Gambar 4.10

Perbandingan visual hasil padi pada pertanian organik dan pertanian konvensional (2500 kg ha-1 kompos + 150 kg ha-1 ponska)

Gambar 4.11

Perbandingan visual hasil padi pada pertanian organik dan pertanian konvensional ( 1875 kg ha-1 kompos + 225 kg ha-1 ponska)

28 Gambar 4.12

Perbandingan visual hasil padi pada pertanian organik dan pertanian konvensional ( tanpa pupuk dan 625 kg ha-1 kompos + 0 kg ha-1 ponska)

Gambar 4.13

Perbandingan visual hasil padi pada pertanian organik dan pertanian konvensional ( tanpa pupuk dan berbagai kombinasi kompos + ponska)

29 BAB V PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman air kayu apu (Pistia Stratiotes L.) pada sistem perttanian organik dapat mencapai penutupan lahan antara 90 – 95 %, sedangkan pada sistem pertanian konvensional hampir tidak ada pertumbuhan kayu apu (Gambar 4.1 dan 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lahan pertanian organik lebih baik untuk media pertumbuhan kayu apu yang kemungkinan disebabkan oleh kandungan bahan organik mapun unsur hara lainnya lebih baik daripada pertanian konvensional. Dengan pertumbuhan tanaman kayu apu yang mencapai penutupan sampai 90 -95 % merupakan suatu indikasi bahwa tingkat kesuburan tanah akan semakin baik, karena setelah mencapai umur tertentu tanaman tersebut akan mati dan kembali ke tanah sebagai sumber bahan organik. Selain itu tanaman kayu apu merupakan salah satu tanaman air yang mampu berfungsi sebagai fitorimediasi, sehingga akan dapat memperbaiki kualitas air maupun tanah dari pencemaran. Secara fisiologis tumbuhan kayu apu (Pistia stratiotes L.) memiliki kemampuan untuk menyerap bahan radioaktif sehingga dapat digunakan untuk mengurangi limbah akibat pencemaran radioaktif di lingkungan karena kemampuannya tersebut, maka tumbuhan ini dapat digunakan sebagai fitoremidiasi. Bahan radioaktif tersebut diserap oleh akar, kemudian mengalami translokasi di dalam tumbuhan dan dilokasikan padan jaringan.

Menurut Ulfin (2001) kayu apu mengandung fitokelatin yaitu suatu protein yang terdiri dari atom belerang pada sistein yang berfungsi untuk

30

mengikat logam berat selanjutnya bila logam berat masuk ke dalam tanaman, maka akan dikelat oleh suatu protein yang ada dalam akar kemudian disimpan sebagian ke daun. Umumnya tanaman ini tahan terhadap unsur hara yang sangat rendah dalam air tetapi responnya terhadap kadar hara yang tinggi juga sangatlah besar. Kayu apu mampu menyerap logam berat seperti Pb dan Cd pada insudtri batik dengan waktu 12 hari (Kao et al., 2001) dan Cr di atas 2 mg/kg setelah 1 minggu (Zayed and Terry, 2003).

Selanjutnya pertumbuhan padi yang dicerminkan oleh berat akar dan jerami pada sistem pertanian organik secara umum lebih baik daripada pertanian konvensional. Berat rata-rata akar padi per rumpun pada pertanian organik dapat mencapai 9,86 gram/rumpun, dan berat jerami dapat mencapai 143,89 gram/rumpun. Berat jerami per rumpun pada pertanian konvensional tertinggi dicapai pada kombinasi pemupukan 1250 kg ha-1 kompos + 300 kg ha-1 ponska yang dapat mencapai 105,39 gram/rumpun. Jika dibandingkan dengan berat jerami pada sistem pertanian organik, maka terdapat peningkatan sebesar 35,58 %. Selanjutnya bila dilihat dari kombinasi penggunaan pupuk pada pertanian konvensional, maka ternyata penggunaan kombinasi pupuk 1250 kg ha-1 kompos + 300 kg ha-1 ponska memberikan perumbuhan akar dan jerami terbaik. Masing-masing mencapai 10,08 gram/rumpun dan 105,39 gram/rumpun, terdapat peningkatan berturut-turut sebesar 99,20 % dan 95,34 % dibandingkan dengan tanapa pupuk yang hanya mencapai 5,06 gram/rumpun dan 53,05 gram/rumpun. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dinyatakan

31

bahwa sangat diperukan kombinasi pupuk organik dan organik dalam rangka meningkatkan produksi tanaman padi.

Hasil padi yang dicerminkan oleh berat kering bulir gabah, ternyata hasil gabah kering pada pertania organik lebih tinggi daripada pertanian konvensional. Hasil gabak kering pada pertanian organik sebesar 7,61 ton ha-1, sedangkan pada pertanian konvensional berkisar dari 4,078 ton ha-1 sampai 6,44 ton ha-1 sesuai dengan perlakuan kombinasi pupuk organik dan kimia yang diaplikasikan (Tabel 4.3 dan 4.4). hasil gabah kering tertinggi dicapai pada kombinasi pupuk 1250 kg ha-1 kompos + 300 kg ha-1 ponska yang dapat mencapai 6,44 ton ha-1 atau meningkat sebesar 57,92 % dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk yang hanya mencapai 4,078 ton ha-1.

Berdasarkan hasil penelitian ini kombinasi dosis pupuk 1250 kompos + 300 ponska yang diaplikasikan petani memberikan hasil gabah kering giling tertinggi. Perlakuan kombinasi pupuk(625 kompos + 0 ponska) dan kombinasi pupuk (1250 kompos + 300 ponska) dari dosis pupuk yang diaplikasikan petani in situ memberikan hasil gabah tertinggi, yaitu masing-masing 6,252 ton ha-1 dan 6,440 ton ha-1 yang berturut-turut 57,92% dan 53,31% lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk (4,078 ton ha-1). Hasil tersebut lebih tinggi sebesar 34,56% dan 36,49% jika dibandingkan perlakuan (25% kompos + 0 % ponska) (4,09 ton ha-1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk dosis pupuk yang diaplikasikan petani in situ (2500 kg ha-1

32

kompos dan 300 kg ha-1 ponska) memberikan hasil gabah tertinggi, yaitu masing-masing 6,25 dan 6,44 ton ha-1.

Data tersebut menunjukkan bahwa walaupun diberikan pupuk organik 100% dari dosis yang biasa diaplikasikan oleh petani pada daerah tersebut (2500 kg ha-1), jika tanpa pupuk anorganik (ponska), hasil gabah kering giling masih rendah terutama jika pupuk organik belum cukup lama diberikan (±158 hari). Efek positif dari pemberian pupuk organik 100% dalam meningkatkan hasil gabah mungkin baru dapat dilihat setelah lebih dari tiga tahun pemberian pupuk tersebut.

Oleh karena itu untuk memperoleh hasil gabah kering giling yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat, maka akan lebih baik memilih menggunakan kombinasi pupuk (1250 kg ha-1 pupuk kompos + 300 kg ha-1 pupuk ponska), karena mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan peningkatan penambahan pupuk organik untuk meningkatkan simpanan C-organik tanah dan memperbaiki kualitas tanah dalam jangka waktu yang lebih dari 4 tahun dapat tercapai.

33 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait