EPS saham
5. Pertumbuhan Penjualan
5. Pertumbuhan Penjualan
Menurut Kotler (2006:45) penjualan merupakan “sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan.”
Menurut Swasta (2000: 422), faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penjualan adalah:
18 1. kondisi dan kemampuan penjual
Penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk itu penjual harus memahami bebarapa hal yaitu: jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk, dan syarat penjualan.
2. kondisi pasar
Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun faktor – faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah jenis pasar, kelompok pembeli, daya belinya, frekuensi pembeliannya, dan keinginan serta kebutuhannya.
3. modal
Untuk melaksanakan kegiatan penjualan maka penjual harus memiliki sejumlah modal.
4. kondisi organisasi
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri / bagian penjualan yang dipegang oleh orang – orang tertentu atau yang ahli dibidang penjualan. Sedangkan pada perusahaan kecil masalah penjualan masih ditangani oleh orang yang juga melaksanakan fungsi – fungsi lain.
5. faktor – faktor lain
Faktor – faktor lain tersebut di antaranya adalah periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah.
Tahap perkembangan perusahaan dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan suatu perusahaan. Untuk mengestimasikan penjualan perusahaan perlu menentukan lamanya waktu masing-masing tahap dalam daur hidup perusahaan. Menurut Tandeililin (2001 : 224), ada empat tahap daur hidup produk yang mempengaruhi pertumbuhan penjualan dan laba perusahaan, yaitu:
1. tahap permulaan
Tahap permulaan merupakan masa-masa awal perkembangan sebuah perusahaan. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan laba yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negative karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan perusahaan.
2. tahap pertumbuhan
Pada tahap pertumbuhan, penjualan tumbuh sangan cepat. Permintaan semakin meningkat, sedangkan persaiangan belum
19
begitu ketat, sehingga profit pada tahap pertumbuhan akan tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan perusahaan pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
3. tahap kedewasaan
Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai menurun, karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah relatif stabil. Oleh karena itu, profit pada tahap ini akan mengalami pertumbuhan yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan yang normal.
4. tahap stabil
Tahap stabil mungkin merupakan tahap yang paling panjang dalam daur hidup perusahaan. Pertumbuhan perusahaan akan cenderung sama dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau segmen ekonomi di mana perusahaan berada. Pada tahap ini investor dapat mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan terkait erat dengan kondisi ekonomi, tetapi besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan akan berbeda dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manejerial dari masing-masing perusahaan.
5. tahap penurunan
Pada tahap penurunan, tingkat penjualan profit industri semakin menurun. Oleh karena itu, pada tahap ini ada perusahaan yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir untuk mencari alternatif perusahaan lain yang lebih menguntungkan,
Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan per tahun. Secara matematis pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan rumus:
) 1 ( 1 ) ( n penjualan n penjualan n penjualan penjualan n PertumbuhaDengan mengetahui tahap daur hidup suatu perusahaan, secara umum akan dapat mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan (Tandeililin, 2001:225). Jika pertumbuhan penjualan per tahun meningkat, maka investor akan percaya pada perusahaan bahwa perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa depan.
20 B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama
Peneliti dan Tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel Independen Hasil Penelitian 1. Mohamad Abdul (2005) Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di BEJ Earning Per Share (EPS) dan Pertumbuhan Penjualan
Secara simultan, EPS dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Secara parsial EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham
dan pertumbuhan penjualan tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perubahan harga saham.
2. Taranika Intan (2009) Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan pada Perusahaan Go Public di BEI Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS)
Secara parsial, DPS tidak berpengaruh signifikan dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Secara simultan, EPS dan DPS berpengaruh secara signifikan. 3. Muhammad Izhar (2010) Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS)
Secara parsial, EPS dan berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan DPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Secara simultan, EPS dan DPS tidak berpengaruh
21 Public di
Indonesia
secara signifikan terhadap harga saham/
4. Yuda Subrata (2010) Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) EPS dan DPS berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun bersama terhadap harga saham.
Hasil penelitian dari peneliti terdahulu menunjukkan hasil yang berbeda-beda baik secara parsial maupun secara simultan. Masing-masing peneliti terdahulu menggunakan analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Pemilihan sampel penelitian dari peneliti terdahulu menggunakan metode purposive sampling dengan populasi penelitian yang berbeda-beda. Abdul (2005) meneliti perusahaan makanan dan minuman di BEJ dari tahun 2000-2003, Intan (2009) meneliti perusahaan go public di BEI periode 2005-2007, Izar (2010) meneliti perusahaan go public di Indonesia dari tahun 2006-2008 dan Subrata (2010) meneliti perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2008.