SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH EARNING PER SHARE, DIVIDEND PER SHARE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2009
OLEH:
SABRINA ELICIA 070503192
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Earning Per Share, Dividend Per Share dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2006-2009” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi untuk Program Reguler S-1 Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar adanya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan kuasaNya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Earning Per Share, Dividend
Per Share dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009” disusun
dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas
Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya mendapat dukungan,
bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntasi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris
Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara,
3. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, S.E, Ak, M.Si selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan membimbing selama proses penyusunan
iii
4. Ibu Prof. Erlina, S.E, M.Si, Ak, Ph.D selaku dosen pembanding I dan
Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku dosen pembanding II yang
telah memberikan masukan dan saran selama penyelesaian skripsi ini,
5. seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan yang baik serta
berguna bagi setiap anak didiknya dan seluruh Staff dan Civitas
Akademi di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
yang telah membantu selama perkuliahan,
6. kedua orang tua saya, Hendri Purba dan Ellen Simatupang yang
senantiasa melimpahkan kasih sayang, perhatian dan dukungan kepada
saya.
Saya menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
membacanya.
Medan, Juni 2011 Peneliti,
iv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share, dividend per share, dan pertumbuhan penjualan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal.Populasi penelitan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 138 perusahaan manufaktur diperoleh 51 perusahaan sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data berasal dari situs www.idx.co.id dan ICMD 2010. Metode pengumpulan data adalah melalui studi pustaka dan studi dokumentasi. Metode analisis data adalah menggunakan regresi linear berganda setelah memenuhi syarat-syarat uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial earning per share dan dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Secara simultan earning per share, dividend per share dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
v
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of earnings per share, dividends per share, and sales growth partially or simultaneously to share price. This research is a kind of causal research. The population research is the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2009. The sample selection is done by purposive sampling method and from 138 manufacturing companies acquired 51 companies in the sample study. The data used are secondary data. Sources of data derived from site www.idx.co.id and ICMD 2010. Methods of data collection is through library and documentation study. Data analysis method is multiple linear regression with the classic assumption test further advance the hypothesis testing.
The results showed that partial earnings per share and dividend per share significantly influence stock prices, while sales growth has no effect on stock prices. Simultaneously earnings per share, dividend per share and sales growth significantly influence stock prices.
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8
1. Saham………... 8
2. Harga Saham ... 10
3. Earning Per Share ... 13
vii
5. Pertumbuhan Penjualan………..17
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C. Jenis Data dan Sumber Data ... 26
D. Metode Pengumpulan Data ... 27
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27
F. Metode Analisis Data ... 28
G. Jadwal Penelitian ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Secara Deskriptif ... 34
B. Hasil Analisis ... 35
1. Uji Asumsi Klasik ... 35
a. Uji Normalitas ... 35
b. Uji Multikolinearitas ... 40
c. Uji Autokorelasi ... 41
viii
2 Pengujian Hipotesis ... 44
a. Uji Signifikansi Parsial ... 46
b. Uji Signifikansi Simultan ... 48
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Keterbatasan Penelitian ... 52
C. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 21
Gambar 4.1 Histogram Uji Normalitas 37
Gambar 4.2 Histrogram Data 39
Gambar 4.3 Grafik Normal P-Plot 40
x
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu 20
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan 25
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian 33
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif 34
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data 36
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Setelah Transformasi 38
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas 41
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi 42
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi 44
Tabel 4.7 Uji Signifikansi Parsial 47
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel Penelitian 56
Lampiran ii Data Variabel Tahun 2006 60
Lampiran iii Data Variabel Tahun 2007 62
Lampiran iv Data Variabel Tahun 2008 64
Lampiran v Data Variabel Tahun 2009 66
Lampiran vi Deskriptif Statistik 68
Lampiran vii Hasil Uji Normalitas 68
Lampiran viii Data Variabel Setelah Transformasi 70
Lampiran ix Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi 75
Lampiran x Hasil Uji Multikolinearitas 77
Lampiran xi Hasil Uji Autokorelasi 77
Lampiran xii Hasil Uji Heterokedastisitas 78
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan (Husnan,1998:3). Sebagai fungsi ekonomi pasar modal menyediakan
fasilitas untuk mempertemukan antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dan
pihak yang membutuhkan dana. Dalam menjalankan fungsi keuangan, pasar
modal memberikan kesempatan bagi pemilik dana untuk memperoleh keuntungan
sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan di
pasar modal. Harga saham selalu mengalami fluktuasi yaitu naik dan turun dari
satu waktu ke waktu. Fluktuasi tersebut tergantung pada kekuatan penawaran dan
permintaan di pasar. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, harga
akan cenderung naik. Sebaliknya, bila terjadi kelebihan penawaran, harga saham
akan cenderung turun.
Ada dua keuntungan yang dapat dinikmati investor jika melakukan investasi
saham yaitu memperoleh dividen dan capital gain. Dividen merupakan
keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan
capital gain diperoleh dari kegiatan jual beli saham. Capital gain akan tercipta
2
Untuk dapat memilih investasi saham yang aman diperlukan analisis yang
tepat serta didukung dengan data-data yang akurat. Dengan melakukan analisis
saham akan mengurangi risiko bagi investor dalam berinvestasi. Ada dua
pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis saham yaitu pendekatan
fundamental dan pendekatan teknikal.
Pada penelitian ini analisis saham yang digunakan adalah dengan
pendekatan fundamental. Analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai
intrinsik atau nilai sebenarnya. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik
saham dengan harga saham di pasar dengan tujuan untuk mengetahui apakah
harga saham tersebut telah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.
Harga saham yang selalu berfluktuasi di pasar seringkali berbeda dengan
nilai intrinsiknya. Beberapa faktor penyebabnya adalah harga saham cenderung
dipengaruhi oleh tekanan psikologi atau tindakan irrasional investor dalam
berinvestasi saham. Selain itu disebabkan oleh adanya unsur permainan yang
dilakukan oleh spekulator untuk mendapat keuntungan dalam waktu singkat
sehingga harga pasar dapat naik ataupun merosot tajam. Spekulator ini adalah
investor yang memiliki orientasi jangka pendek (Koetin, 1997:411).
Dengan pertimbangan yang logis dan sehat serta menempatkan investasi
saham sebagai investasi jangka panjang dapat mengurangi masalah perbedaan
nilai intrinsik yang terjadi di pasar. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis
saham dengan menggunakan informasi yang akurat dan aktual. Salah satu
informasi yang yang bisa digunakan investor adalah laporan keuangan
3
intrinsik saham dengan menggunakan data-data keuangan seperti laba, dividen,
penjualan dan sebagainya.
Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan earning dan
dividen yang diharapkan dari perusahaan di masa yang akan datang (Tandeililin
2001:209). Gambaran earning perusahaan di masa depan dapat diperoleh dari
informasi Earning Per Share (EPS). EPS merupakan perbandingan antara jumlah
earning atau jumlah laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham
dengan jumlah lebar saham yang beredar.
EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk
tiap lembar sahamnya. EPS memberi gambaran mengenai sejumlah rupiah yang
akan diperoleh investor dari setiap jumlah saham yang dimilikinya. Dengan
mengetahui EPS perusahaan maka investor dapat menilai potensi pendapatan
yang akan diterimanya.
Komponen lain yang diperhatikan investor dalam menilai saham selain
earning adalah dividen. Dividen merupakan sebagian dari earning yang dibagikan
kepada pemegang saham. Besarnya jumlah pendapatan per lembar saham yang
akan didistribusikan kepada para pemegang saham dapat dilihat melalui Dividend
Per Share (DPS). Semakin tinggi DPS menunjukkan bahwa semakin tinggi
jumlah rupiah per lembar saham yang diterima oleh para pemegang saham. DPS
dapat diukur dengan membagi jumlah dividen yang dibayar perusahaan dengan
jumlah lembar saham yang beredar.
Selain earning dan dividen, hal lain yang juga perlu dipertimbangkan
4
penjualan merupakan perubahan penjualan pertahun. Perusahaan yang mampu
mengembangkan hasil penjualannya menunjukkan bahwa perusahaan dapat
menyelamatkan usahanya dalam persaingan di pasar. Volume penjualan yang
luas, stabil dan diversifikasi yang luas dapat menghindarkan perusahaan dari
resesi dunia bisnis, perubahan preferensi konsumen maupun penurunan
permintaan. (Syamsuddin,2000:6). Pertumbuhan penjualan yang selalu naik
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa datang.
Banyak perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
diantaranya adalah perusahaan manufaktur. Menurut Associate Analyst Vibiz
Research Center, perusahaan manufaktur semasa krisis global lalu (2008-2009)
termasuk salah satu dari beberapa perusahaan yang paling merasakan pahitnya
krisis ekonomi global. Perusahaan manufaktur terutama yang berorientasi ekspor
terpuruk cukup tajam seiring rendahnya permintaan dari negara-negara lain,
melambungnya harga bahan baku seiring melemahnya nilai tukar rupiah, dan
sulitnya likuiditas pinjaman terutama dari dana perbankan.
Menurut data BPS, pada tahun 2010 pertumbuhan produksi perusahaan
manufaktur mengalami kenaikan sebesar 5,41 persen dari tahun 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan manufaktur mulai membaik setelah
berhasil bertahan dari krisis ekonomi global beberapa tahun lalu. Berdasarkan
nilai pertumbuhan produksi yang mulai membaik, maka perusahaan manufaktur
memiliki ekspektasi dan prospek positif yang cukup menjanjikan bagi para
5
Jika prospek perusahaan membaik maka harga saham akan meningkat.
Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka saham perusahaan tersebut akan
menguntungkan investor. Sebab kinerja yang baik akan meningkatkan laba dan
akan membangun sentimen positif di pasar, sehingga saham akan naik
(Widoatmodjo, 2004:44).
Penelitian yang berkaitan dengan harga saham pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu. Abdul (2005) meneliti tentang pengaruh EPS dan
pertumbuhan penjualan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan
makanan dan minuman di BEJ. Hasil penelitiannya adalah bahwa secara simultan
EPS dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap perubahan harga saham,
sedangkan secara parsial EPS berpengaruh secara signifikan dan pertumbuhan
penjualan tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Intan (2009)
melakukan penelitian mengenai pengaruh DPS dan EPS terhadap harga saham
perusahaan pada perusahaan go public di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa secara parsial DPS tidak berpengaruh signifikan dan EPS berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara simultan DPS dan EPS
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Izhar (2010) meneliti tentang pengaruh EPS dan DPS terhadap harga saham
perusahaan go public di Indonesia. Hasil penelitiannya yaitu bahwa secara parsial,
EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan DPS tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara simultan, EPS dan DPS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Subrata (2010) meneliti
6
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara
simultan EPS dan DPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu dalam mengukur nilai
perusahaan, mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel
independen yang sama yang digunakan oleh masing-masing peneliti terdahulu,
dan menambah satu variabel independen, dengan harapan mendapatkan hasil
yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul analisis pengaruh earning per share, dividend
per share dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah earning
per share (EPS), dividend per share (DPS), dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan terhadap harga saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh earning per share (EPS),
dividend per share (DPS) dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham
7 D. Manfaat Penelitan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi peneliti, untuk memberikan pengetahuan tambahan peneliti
sehubungan dengan pasar modal,
2. bagi investor, penelitian ini bisa menjadi dasar pertimbangan dalam
mengambil keputusan investasi saham pada perusahaan manufaktur di
BEI,
3. bagi manajemen perusahaan, sebagai masukan dalam kebijakan
perusahaan tentang EPS, DPS dan penjualan,
4. bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi untuk pengembangan
iv ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share, dividend per share, dan pertumbuhan penjualan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal.Populasi penelitan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 138 perusahaan manufaktur diperoleh 51 perusahaan sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data berasal dari situs www.idx.co.id dan ICMD 2010. Metode pengumpulan data adalah melalui studi pustaka dan studi dokumentasi. Metode analisis data adalah menggunakan regresi linear berganda setelah memenuhi syarat-syarat uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial earning per share dan dividend per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Secara simultan earning per share, dividend per share dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
v
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of earnings per share, dividends per share, and sales growth partially or simultaneously to share price. This research is a kind of causal research. The population research is the manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2009. The sample selection is done by purposive sampling method and from 138 manufacturing companies acquired 51 companies in the sample study. The data used are secondary data. Sources of data derived from site www.idx.co.id and ICMD 2010. Methods of data collection is through library and documentation study. Data analysis method is multiple linear regression with the classic assumption test further advance the hypothesis testing.
The results showed that partial earnings per share and dividend per share significantly influence stock prices, while sales growth has no effect on stock prices. Simultaneously earnings per share, dividend per share and sales growth significantly influence stock prices.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Saham
a. Pengertian Saham
Saham menurut Anoraga (2006:57) didefinisikan sebagai “surat
berharga atas bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi
dalam suatu perusahaan.” Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut. Dengan memiliki saham, investor
mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan dimana
setelah dikurangi dengan semua kewajiban perusahaan.
Saham memiliki ciri high risk-high return, artinya saham merupakan
surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga
berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk
mendapatkan return atau keuntungan dalam jumlah besar dengan waktu
singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka
saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian dalam waktu
singkat.
Menurut Widioatmodjo (2004:42) terdapat keuntungan dan kerugian
dalam investasi saham yaitu:
9
a) dividen, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham,
b) capital gain, yaitu keuntungan dari hasil jual/beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli saham,
c) saham perusahaan, seperti tanah atau aktiva berharga sejenis, nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan perkembangan atau kinerja perusahaan,
d) saham dapat dijaminkan ke bank sebagai agunan untuk memperoleh kredit.
2) kerugian:
a) capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual/beli saham berupa selisih antara nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham,
b) opportunity loss, kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi, seandainya terjadi penurunan harga dan tidak dibaginya dividen,
c) kerugian karena perusahaan dilikuidasi, dimana nilai likuidasi yang dibagikan lebih rendah dari harga beli saham.
b. Karakteristik Saham
Fakhruddin dan Hadianto (2001:8) menyebutkan bahwa saham
memiliki karakteristik, antara lain:
1) dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba, 2) memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS),
3) memiliki hak akhir dalam pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi dan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi,
4) memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya,
5) hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.
c. Klasifikasi Saham
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:8), klasifikasi saham dapat
dibedakan atas beberapa hal:
10
a) saham atas unjuk, yaitu dimana pada saham tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya,
b) saham atas nama, merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu,
2) hak tagihan atau klaim:
a) saham biasa, yaitu saham yang menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi,
b) saham preferen, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor,
3) kinerja saham:
a) blue-chip stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen,
b) income stocks, yaitu saham dari suatu perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya, c) growth stocks, yaitu saham-saham dari perusahaan yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi, d) speculative stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti,
e) counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum, dimana perusahaannya mampu memberikan dividen yang tinggi, contohnya perusahaan barang konsumsi.
2. Harga Saham
a. Pengertian Harga Saham
Harga saham menurut Tandeililin (2001:211) merupakan “cerminan
dari ekspektasi investor terhadap faktor-faktor earning, aliran kas dan
11
Menurut Anoraga (2006: 58) nilai suatu saham berdasarkan
fungsinya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) par value (nilai nominal)
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan. Jumlah saham yang dikeluarkan dikali dengan nilai nominalnya merupakan modal disetor penuh bagi suatu perseroan. Dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat sebagi modal ekuitas perseroan di dalam neraca.
2) base price (harga dasar)
Harga dasar dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi perusahaan. Untuk saham baru, harga dasar merupakan harga perdananya, 3) market price (harga pasar)
Harga pasar adalah harga pada pasar riil. Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup. Jadi harga pasar adalah harga penutupannya (closing price).
b. Pendekatan Penilaian Harga Saham
Menurut Halim (2005:5) ada dua pendekatan yang dapat digunakan
dalam menilai harga saham yaitu:
1) pendekatan fundamental
Ide pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Analisis ini menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya untuk mengetahui apakah harga saham sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental yang memengaruhinya seperti laba dan penjualan.
2) pendekatan teknikal
Pendekatan ini berdasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Para analis memperkirakan pergeseran penawaran dan permintaan dalam jangka pendek, serta berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan.
12 1) pendekatan nilai sekarang
Perhitungan nilai sekarang dilakukan dengan
mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan diterima
di masa depan dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return
yang diisyaratkan investor.
t
Vo= nilai sekarang dari suatu saham
CFt = aliran kas yang diharapkan pada periode t
Kt = return yang diisyaratkan pada periode t
N = jumlah periode aliran kas
2) pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Pendekatan ini juga disebut sebagai pendekatan multiplier
yaitu menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin
dalam harga saham.
EPS
saham
harga
PER
c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga Saham
Menurut Warsono (2003:113) ada empat macam faktor yang
memengaruhi besar kecilnya harga saham yaitu:
13
Besarnya dividen yang diberikan kepada pemegang saham berdasarkan pada besarnya laba yang diperoleh pada periode tertentu dan kebijakan dividen yang ditetapkan perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh maka dividen yang diberikan juga semakin besar.
2) tingkat risiko dari arus yang diharapkan
Tingkat risiko yang diharapkan berkaitan dengan kemungkinan adanya variasi dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar variasi arus kas yang dihasilkan dari arus kas estimasinya, semakin besar pula risikonya. Risiko dari arus kas di masa yang akan datang yang semakin tinggi akan menyebabkan tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh para pemegang saham semakin tinggi. Akibatnya, harga saham akan semakin tinggi.
3) harga jual yang diharapkan
Selisih antara harga pembelian dengan harga penjualan saham disebut dengan keuntungan modal (capital gains). Besarnya capital gains yang diharapkan akan berpengaruh terhadap harga saham.
4) tingkat pengembalian yang diharapkan
Tingkat pengembalian yang diharapkan berfungsi sebagai tingkat diskonto, sehingga jika tingkat pengembalian meningkat akan berakibat pada penurunan nilai sahamnya.
3. Earning Per Share (EPS)
EPS menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
kepada pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS perusahaan bisa
diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa
perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS dalam laporan
keuangannnya, tetapi besarnya EPS perusahaan dapat dihitung berdasarkan
informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Rumus untuk
menghitung EPS adalah sebagai berikut:
14
Menurut Ang (1997), dalam perhitungan EPS, terdapat dua jenis EPS,
yaitu :
1. EPS historis
EPS yang dihitung berdasarkan kinerja perusahaan pada tahun buku yang telah lampau. EPS historis merupakan nilai yang telah terjadi pada masa lampau,
2. EPS proyektif
EPS yang diperkirakan akan terjadi dengan asumsi sesuai dengan proyeksi kinerja perusahaan.
Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap
paling mendasar dan berguna, karena dapat menggambarkan prospek laba
perusahaan di masa depan (Tandeililin,2001:234).
Pada umumnya pemegang saham dan calon pemegang saham sangat
tertarik pada EPS, karena hal ini menggambarkan berapa jumlah rupiah yang
diperoleh untuk setiap lembar saham. Para calon pemegang saham tertarik
pada EPS yang besar, karena EPS merupakan salah satu indikator
keberhasilan suatu perusahaan (Syamsuddin,2000:89). Tidak berarti bahwa
semua jumlah EPS akan didistribusikan kepada pemegang saham, karena
jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijaksanaan perusahaan
dalam hal pembayaran dividen.
EPS yang besar menandakan kemampuan perusahaan juga besar dalam
menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS
menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran
investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah
15 4. Dividend Per Share (DPS)
DPS merupakan perbandingan antara besarnya dividen total yang
dibayar perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Secara matematis,
besarnya DPS dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
beredar
Besarnya hasil perhitungan DPS menunjukkan besarnya distribusi
sebagian laba yang dihasilkan perusahaan setiap unit saham kepada para
pemegang sahamnya.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:7) dividen adalah “pembagian
keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham atas
keuntungan yang dihasilkan perusahaan.”
Pembayaran dividen merupakan komunikasi secara tidak langsung
kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang dicapai
perusahaan. Dividen dapat digunakan investor sebagai alat penduga
mengenai prestasi perusahaan di masa akan datang karena dividen
menyampaikan pengharapan-pengharapan manajemen mengenai masa
depan (Halim,2005:78)
Menurut Warsono (2003:272), dividen dalam suatu perusahaan dapat
dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. dividen tunai
Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum dan banyak digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham melalui cek atau terkadang para pemegang saham menginvestasikannya kembali dalam saham di perusahaan.
16
Dividen saham dibayarkan dalam lembar saham tambahan dan bukan dalam bentuk uang tunai. Perusahaan yang akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut dalam persentase tertentu.
c. dividen kekayaan
Dividen kekayaan adalah distribusi rata suatu aset fisik. Aset tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan. Deviden kekayaan diberikan apabila jumlah pemegang saham perusahaan masih sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang mudah didistribusikan.
Kebijakan dividen antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lain dapat berbeda. Hal ini tergantung pada jenis kebijakan dividen yang
dianutnya. Menurut Halim (2005:94) ada tiga jenis kebijakan pembayaran
dividen:
a. dividen dalam jumlah stabil
Perusahaan menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Pembayaran dividen ini dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.
b. dividen dengan rasio pembayaran konstan
Perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Jika laba berfluktuasi maka jumlah dividen juga akan berfluktuasi. Kebijakan ini tidak akan memaksimalkan nilai saham perusahaan, karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberikan informasi tentang perusahaan di masa mendatang.
c. dividen tetap yang rendah ditambah ekstra
Pembayaran dividen ini merupakan modifikasi dari kedua cara pembayaran diatas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan, tetapi mengakibatkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya dividen yang diterima. Apabila laba perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini menjadi pilihan yang terbaik.
Perusahaan akan berusaha untuk menyeimbangkan antara dividen yang
17
memaksimumkan harga sahamnya. Menurut Warsono (2003:281) hal itu
dapat dijelaskan dengan teori kebijakan dividen yaitu:
1) argumen kerelevanan dividen
Semakin tinggi dividen akan menyebabkan harga saham semakin tinggi. Hal ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak penting, secara implisit mengasumsikan bahwa seorang investor pasti menggunakan tingkat pengembalian yang sama untuk pendapatan dividen maupun capital gains. Namun, pendapatan dividen memiliki sifat yang lebih pasti daripada capital gains. Ini berarti capital gains mempunyai kadar risiko yang lebih besar dibandingkan dividen. Dengan dasar pemikiran diatas, maka menurut pandangan ini dividen yang besar dapat meningkatkan harga saham.
2) teori kebijakan dividen yang terkena pajak
Menurut pandangan ini, bahwa dividen itu sebenarnya merugikan investor. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan perlakuan pajak terhadap pendapatan dividen dan capital gains. Bagi seorang investor, tujuan yang ingin dicapai adalah hasil investasi yang maksimal setelah dipotong pajak tanpa harus menanggung risiko yang terlalu besar. Pajak untuk pendapatan dividen harus langsung dibayarkan pada saat dividen diterima, sedangkan untuk pajak capital gains tertunda sampa saham benar-benar terjual.
3) argumen ketidakrelevanan dividen
Pendekatan ini menyatakan bahwa dividen tidak relevan, dengan menyatakan bahwa pendekatan ini merepresentasikan suatu sisa laba lebih baik daripada variabel keputusan aktif yang memengaruhi nilai perusahaan. Dividen yang besar berpengaruh terhadap harga saham dalam arah yang sama, dalam arti kenaikan dividen akan menghasilkan kenaikan harga saham, dan penurunan dividen menghasilkan penurunan harga saham. Pengaruh ini diakibatkan oleh dividen itu sendiri tetapi lebih disebabkan oleh isi informasi dividen dengan tanggapan untuk laba di masa mendatang.
5. Pertumbuhan Penjualan
Menurut Kotler (2006:45) penjualan merupakan “sebuah proses dimana
kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar
pertukaran informasi dan kepentingan.”
Menurut Swasta (2000: 422), faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
18 1. kondisi dan kemampuan penjual
Penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk itu penjual harus memahami bebarapa hal yaitu: jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan, harga produk, dan syarat penjualan.
2. kondisi pasar
Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan. Adapun faktor – faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah jenis pasar, kelompok pembeli, daya belinya, frekuensi pembeliannya, dan keinginan serta kebutuhannya.
3. modal
Untuk melaksanakan kegiatan penjualan maka penjual harus memiliki sejumlah modal.
4. kondisi organisasi
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian tersendiri / bagian penjualan yang dipegang oleh orang – orang tertentu atau yang ahli dibidang penjualan. Sedangkan pada perusahaan kecil masalah penjualan masih ditangani oleh orang yang juga melaksanakan fungsi – fungsi lain.
5. faktor – faktor lain
Faktor – faktor lain tersebut di antaranya adalah periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah.
Tahap perkembangan perusahaan dapat digunakan untuk mengestimasi
besarnya penjualan suatu perusahaan. Untuk mengestimasikan penjualan
perusahaan perlu menentukan lamanya waktu masing-masing tahap dalam
daur hidup perusahaan. Menurut Tandeililin (2001 : 224), ada empat tahap
daur hidup produk yang mempengaruhi pertumbuhan penjualan dan laba
perusahaan, yaitu:
1. tahap permulaan
Tahap permulaan merupakan masa-masa awal perkembangan sebuah perusahaan. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan laba yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negative karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan perusahaan.
2. tahap pertumbuhan
19
begitu ketat, sehingga profit pada tahap pertumbuhan akan tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan perusahaan pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
3. tahap kedewasaan
Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai menurun, karena banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah relatif stabil. Oleh karena itu, profit pada tahap ini akan mengalami pertumbuhan yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan yang normal.
4. tahap stabil
Tahap stabil mungkin merupakan tahap yang paling panjang dalam daur hidup perusahaan. Pertumbuhan perusahaan akan cenderung sama dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau segmen ekonomi di mana perusahaan berada. Pada tahap ini investor dapat mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan terkait erat dengan kondisi ekonomi, tetapi besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan akan berbeda dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manejerial dari masing-masing perusahaan.
5. tahap penurunan
Pada tahap penurunan, tingkat penjualan profit industri semakin menurun. Oleh karena itu, pada tahap ini ada perusahaan yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir untuk mencari alternatif perusahaan lain yang lebih menguntungkan,
Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan per tahun.
Secara matematis pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan rumus:
Dengan mengetahui tahap daur hidup suatu perusahaan, secara umum
akan dapat mengestimasi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan
(Tandeililin, 2001:225). Jika pertumbuhan penjualan per tahun meningkat,
maka investor akan percaya pada perusahaan bahwa perusahaan dapat
20 B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian
Judul Penelitian Variabel Independen
Secara simultan, EPS dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Secara parsial EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham
dan pertumbuhan penjualan tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perubahan harga saham.
2. Taranika Share Terhadap Harga Saham Perusahaan pada
Perusahaan Go Public di BEI
Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS)
Secara parsial, DPS tidak berpengaruh signifikan dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Secara simultan, EPS dan DPS berpengaruh secara signifikan. Perusahaan Go
Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS)
21
Public di Indonesia
secara signifikan terhadap harga saham/
4. Yuda baik secara parsial maupun bersama terhadap harga saham.
Hasil penelitian dari peneliti terdahulu menunjukkan hasil yang
berbeda-beda baik secara parsial maupun secara simultan. Masing-masing peneliti
terdahulu menggunakan analisis regresi linear berganda dengan melakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Pemilihan sampel
penelitian dari peneliti terdahulu menggunakan metode purposive sampling
dengan populasi penelitian yang berbeda-beda. Abdul (2005) meneliti perusahaan
makanan dan minuman di BEJ dari tahun 2000-2003, Intan (2009) meneliti
perusahaan go public di BEI periode 2005-2007, Izar (2010) meneliti perusahaan
go public di Indonesia dari tahun 2006-2008 dan Subrata (2010) meneliti
perusahaan manufaktur di BEI periode 2006-2008.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan
22
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di
awal maka kerangka konseptual penelitan ini dapat dilihat dibawah ini
Gambar 2.1
EPS menggambarkan laba yang akan dibagikan kepada investor atas
kepemilikan saham perusahaan. Jika laba yang dihasilkan perusahaan tinggi maka
akan besar pula laba yang akan diperoleh investor. Investor mengharapkan tingkat
pengembalian/ return yang menguntungkan dari investasi saham Perusahaan yang
memiliki laba yang tinggi akan menarik para investor untuk menanamkan
modalnya. Semakin banyak investor yang membeli saham perusahaan akan
meningkatkan permintaan saham sehingga harga saham akan cenderung naik.
DPS merupakan pendapatan yang akan didistribusikan kepada para
pemegang saham. Perusahaan yang membayar DPS dalam jumlah yang besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kondisi keuangan yang baik
dan dapat memakmurkan para pemegang saham. Hal ini akan menarik para Earning Per Share
(X1)
Dividend Per Share (X2)
Pertumbuhan Penjualan (X3)
Harga
23
investor untuk membeli saham perusahaan yang kemudian akan menaikkan harga
saham.
Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan per tahun
perusahaan. Pertumbuhan penjualan yang selalu meningkat menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki prospek yang baik dan menguntungkan. Investor akan
memperoleh return yang besar jika melakukan investasi saham pada perusahaan
yang dapat memberikan keuntungan yang besar. Hal ini akan mendorong para
investor untuk berinvestasi sehingga permintaan saham akan naik. Meningkatnya
permintaan saham akan diikuti oleh kenaikan harga saham.
D. Hipotesis Penelitan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitan (Sugiyono, 2007:51). Berdasarkan tinjuaun teoritis dan kerangka
konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut: earning per share (EPS), dividend per share (DPS) dan
tingkat pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap harga saham baik secara
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasual. Menurut Sugiyono
(2007:30) desain kasual adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan
sebab akibat antara variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini
menguji pengaruh earning per share (EPS), dividend per share (DPS) dan tingkat
pertumbuhan penjualan terhadap harga saham.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2006-2009 yaitu berjumlah 138 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut dimana sampel yang diambil harus benar-benar representatif
(Sugiyono, 2007:73). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007:78).
Kriteria-kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
25
2. perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan yang telah
diaudit dari tahun 2006-2009,
3. perusahan tersebut memperoleh laba setiap tahun selama 2006-2009.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas, maka diperoleh sebanyak
51 perusahan sebagai sampel penelitian.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Perusahaan
No. Kode Perusahaan
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk 3 ARNA Arwana Citramulia Tbk 4 ASII Astra International Tbk
5 AUTO Astra Otoparts Tbk 6 BATA Sepatu Bata Tbk 7 BRAM Indo Kordsa Tbk
8 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
9 BUDI Budi Acid Jaya Tbk 10 CEKA Cahaya Kalbar Tbk 11 CTBN Citra Tubindo Tbk 12 DLTA Delta Djakarta Tbk
13 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 14 EKAD Ekadharma International Tbk 15 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 16 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
17 HMSP HM Sampoerna Tbk 18 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk 19 INAF Indofarma Tbk
20 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
21 INDR Indorama Synthetics Tbk 22 INDS Indospring Tbk
26
25 KAEF Kimia Farma Tbk 26 KBLM Kabelindo Murni Tbk
27 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
28 LION Lion Metal Works Tbk 29 LMSH Lionmesh Prima Tbk 30 MAIN Malindo Feedmill Tbk
31 MERK Merck Tbk
32 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 33 MRAT Mustika Ratu Tbk
34 MYOR Mayora Indah Tbk 35 NIPS Nipress Tbk
36 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
37 PYFA Pyridam Farma Tbk
38 RMBA Bentoel International Investama Tbk 39 SIPD Sierad Produce Tbk
40 SKLT Sekar Laut Tbk 41 SMCB Holcim Indonesia Tbk 42 SMGR Selamat Sempurna Tbk
43 SQBI Bristol-Myers Squibb Indo. (PS) Tbk
44 SRSN Indo Acidatama Tbk 45 STTP Siantar Top Tbk
46 TCID Mandom Indonesia Tbk 47 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 48 TRST Trias Sentosa Tbk
49 TSPC Tempo Scan Pacifi c Tbk 50 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 51 UNVR Unilever Indonesia Tbk
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
27
sekunder tersebut diperoleh dari situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital
Market Directory (ICMD).
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi. Metode pengumpulan data tahap
pertama melalui studi pustaka, yaitu buku-buku dan jurnal akuntansi yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data tahap kedua melalui
studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa harga saham dan
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y) : harga saham
Harga saham dalam penelitian ini menggunakan harga saham pada saat
penutupan (closing price) setiap tahun dari periode 2006-2009.
2. Variabel Independen (X) terdiri dari :
a. Earning Per Share (EPS) : X1
Earning Per Share (EPS) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh
untuk setiap lembar saham . EPS dapat dihitung dengan rumus :
beredar yang
saham jumlah
pajak setelah laba
EPS
28
Dividend Per Share (DPS) adalah besarnya jumlah pendapatan per
lembar saham yang akan didistribusikan pada para pemegang saham.
DPS dihitung dengan rumus:
beredar
Pertumbuhan penjualan menunujukkan perubahan penjualan
pertahun. Pertumbuhan penjualan dihitung dengan rumus:
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan
menggunakan SPSS versi 17. Penelitan melakukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu sebelum melakukan uji hipotesis.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas data
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis
data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data
berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data,
peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Pedoman untuk pengambilan keputusannya didasarkan sebagaimana
diungkapkan Ghozali (2005 : 114) “apabila nilai probabilitas > 0,05,
29
Apabila nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data dikatakan tidak
normal, dan perlu dilakukan transformasi data.”
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.
Deteksi multikolinearitas dalam suatu model dapat ditentukan
berdasarkan nilai variance inflation factor (VIF) yang tidak lebih dari 10
dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinearitas (Ghozali, 2005 : 91).
c. Uji Autokolerasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya, hal ini sering
ditemukan pada time series (Erlina 2008 : 109).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin Watson. Menurut
Santoso (2005:242) kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
30 d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari variabel penganggu atau residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedasitas dan jika
berbeda disebut heterokedasitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedasitas atau tidak terjadi heterokedasitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedasitas dapat dilihat dari grafik
scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Dasar analisis menurut Ghozali (2005 : 105):
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik yang menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
2. Pengujian hipotesis
Model penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dimana
menggunakan lebih dari satu variabel independen untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap variabel independen.
Persamaan regresi linear berganda yaitu:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
dimana :
Y = harga saham
31 X1 = EPS
X2 = DPS
X3 = Pertumbuhan penjualan
β1β2β3 = koefisien regresi
e = kesalahan pengganggu
a. Uji signifikansi parsial
Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Menurut
Ghozali (2005 : 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variabel dependen.”
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 = variabel independen tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen
H1= variabel independen berpengaruh secara sparsial terhadap
variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung
dengan ketentuan :
1. jika t hitung < t tabel pada α 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
2. Jika t hitung > t tabel pada α 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Uji signifikansi simultan
Secara simultan, pengujian hipotesisi dilakukan dengan uji F.
Menurut Ghozali (2005 : 84) “uji statistik F pada dasarnya
32
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.”
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha = tidak semua variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen.
Hb = semua variabel independen berpengaruh secara simultan
terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F hitung
dengan ketentuan :
1. jika F hitung < F tabel pada α 0,05 maka Ha diterima dan Hb ditolak
33 G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Rencana Jadwal Penelitan
34 BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Statistik Secara Deskriptif
Analisis deskriptif menggambarkan fenomena dan karakteristik data. Dalam
suatu penelitian analisis deskriptif perlu dilakukan karena karakterisktik dari suatu
data akan menggambarkan fenomena dari data (Erlina,2007: 82).
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dari tahun 2006-2009. Setelah melakukan pemilihan sampel
dengan teknik purposive sampling diperoleh 51 perusahaan sebagai sampel.
Berikut ini merupakan data statistik secara umum dari seluruh data variabel yang
digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Harga Saham 204 50.000 244800.000 10509.167 28591.182
Earning Per Share 204 .120 16158.000 985.387 2319.307
Dividend Per Share 204 .000 16150.000 617.455 2056.877
Pertumbuhan Penjualan 204 -.590 1.420 .173 .254
Valid N (listwise) 204
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:
1. variabel Harga Saham (HS) menunjukkan harga saham perusahaan
35
adalah 10.509,167. Nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi 244.800
sedangkan nilai standar deviasi adalah sebesar 28.591,182.
2. variabel Earning Per Share (EPS) menggambarkan besar laba per
lembar saham perusahaan manufaktur periode 2006-2009 dengan nilai
rata–rata EPS adalah 985,387. Nilai terendah adalah 0,12 dan nilai
tertinggi 16.158 sedangkan nilai standar deviasi adalah 2.319,307.
3. variabel Dividend Per Share (DPS) menggambarkan pendapatan per
lembar saham perusahaan manufaktur periode 2006-2009 dengan nilai
rata-rata DPS adalah 617,455. Nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi
16.150 sedangkan nilai standar deviasi adalah 2.056,877.
4. variabel Pertumbuhan Penjualan (PP) merupakan perubahan penjualan
perusahaan manufaktur dari tahun 2006-2009 dengan nilai rata-rata
pertumbuhan penjualan adalah sebesar 0,173. Nilai terendah adalah
-0,59 dan nilai tertinggi adalah 1,42 sedangkan nilai standar deviasi
adalah 0,254.
B. Hasil Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi data berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang digunakan
adalah uji Kolmogorov–Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
36
Ha : data tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima (Ghozali 2006)
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data
Dari hasil uji normalitas diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
variabel harga saham, EPS, DPS adalah 0,000 dan pertumbuhan
penjualan bernilai 0,008. Nilai signifikansi dari keempat variabel
ternyata lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti data tidak berdistribusi normal.
Normal tidaknya suatu data juga dapat dideteksi melalui plot grafik
histogram. Berikut ini hasil tampilan grafik histogram variabel HS:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parametersa Mean 1.051 9.854 6.175 .173
Std. Deviation 2.859 2.319 2.057 .254
Most Extreme Differences Absolute .357 .335 .382 .116
Positive .340 .318 .380 .116
Negative -.357 -.335 -.382 -.084
Kolmogorov-Smirnov Z 5.103 4.792 5.456 1.656
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .008
a. Test distribution is Normal.
37 Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas
Data yang tidak berdistribusi normal dapat ditransformasikan
menjadi normal dengan cara mengetahui terlebih dahulu bagaimana
bentuk grafik histogram dari data yang ada (Ghozali, 2006). Berdasarkan
gambar 4.1 bentuk grafik histogramnya adalah positive skewness yaitu
dimana gunung distribusi menceng disebelah kiri median dan kaki
gunung distribusi lebih panjang sebelah kanan. Berdasarkan hasil grafik
histogram data maka akan dilakukan dengan transformasi ke model
38
Setelah dilakukan transformasi data ke model LN, data diuji kembali
dengan uji Komolgrov – Simirnov. Berikut ini merupakan hasil
transformasi data ke model LN:
Tabel 4.3
Uji Normalitas Setelah Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LNHS LNEPS LNDPS LNPP
N 204 204 128 167
Normal Parametersa Mean 7.101 4.588 4.637 -1.767
Std. Deviation 2.082 2.383 2.277 .922
Most Extreme Differences Absolute .077 .054 .063 .083
Positive .077 .054 .063 .044
Negative -.063 -.049 -.049 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.094 .775 .713 1.071
Asymp. Sig. (2-tailed) .182 .585 .690 .202
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa setelah dilakukan
transformasi data dengan model LN, semua data variabel yang diuji
menjadi normal dan nilai signifikan setiap variabel > 0,05.
Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melihat pola distribusi
data pada histogram dan dari penyebaran data pada grafik p-plot. Setelah
39
Gambar 4.2 Grafik Histogram
Histogram di atas terlihat membentuk gunung distribusi data dengan
kaki gunung yang simetris baik kanan maupun kiri. Hal ini menunjukkan
40
Gambar 4.3 Grafik Normal P-Plot
Dari grafik di atas terlihat bahwa data berdistribusi secara normal
dan menyebar di sekitar garis kenormalan. Hal ini menunjukkan data
penelitian normal dan dapat digunakan untuk pengujian lebih lanjut.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance
41
menunjukkan adanya gejala multikolinearitas adalah nilai tolerance <
0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.078 .286 10.744 .000
LNEPS .628 .095 .642 6.630 .000 .114 8.740
LNDPS .276 .086 .312 3.221 .002 .114 8.763
LNPP -.057 .086 -.022 -.664 .508 .971 1.030
a. Dependent Variable: LNHS
Sumber : Output SPSS
Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinearitas antara variabel bebas yang diindikasikan dari nilai
tolerance setiap variabel bebas > 0,1 dan nilai VIF < 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan
pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Model regresi
yang baik adalah model regresi yang terbebas dari autokorelasi. Cara
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah
42
Kriteria yang dapat digunakan untuk melihat besaran Durbin-Watson
sebagai berikut (Santoso, 2005 : 242):
1. angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3. angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi
D
a
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai D-W adalah sebesar
1,682 yang menunjukkan nilai D-W termasuk pada kriteria kedua dan
dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .942a .887 .884 .705 1.682
a. Predictors: (Constant), LNPP, LNEPS, LNDPS
b. Dependent Variable: LNHS
43
prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu,
seperti titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa titik – titik menyebar
secara acak diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak
membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini menunjukkan bahwa
44 2. Pengujian Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Uji hipotesis menggunakan uji signifikansi
parsial dan uji signifikansi simultan.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, perlu diketahui nilai koefisien
determinasi (R2) yaitu untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan keterbatasan kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
Hasil pengolahan data terlihat dibawah ini:
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .942a .887 .884 .705
a. Predictors: (Constant), LNPP, LNEPS, LNDPS
b. Dependent Variable: LNHS
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan hasil model summary dapat diketahui bahwa nilai R2 adalah
45
EPS,DPS dan pertumbuhan penjualan dapat menjelaskan variabel
dependennya yaitu harga saham sebesar 88,7%. Sedangkan sisanya 11,3%
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model
regresi.
a. Uji Signifikansi Parsial
Uji signifikansi parsial atau uji t digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel
dependen. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 = variabel independen tidak berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen
H1= variabel independen berpengaruh secara sparsial terhadap
variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung
dengan ketentuan :
1. jika t hitung < t tabel pada α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
2. Jika t hitung > t tabel pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
46
Tabel 4.7
Uji Signifikansi Parsial
Sumber : Output SPSS
Hasil uji parsial dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai t hitung variabel EPS adalah sebesar 6,63 sedangkan nilai ttabel
pada α = 0,05 diketahui sebesar 1,972. Dengan demikian thitung >
t tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Maka EPS secara
parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
2. Nilai t hitung variabel DPS adalah sebesar 3,321 sedangkan nilai
ttabel pada α = 0,05 diketahui sebesar 1,972. Dengan demikian
thitung > t tabel sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Maka DPS
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap harga
saham.
3. Nilai t hitung variabel pertumbuhan penjualan adalah sebesar
-0,664 sedangkan nilai ttabel pada α = 0,05 diketahui sebesar
1,972. Dengan demikian thitung < t tabel sehingga H0 diterima dan
H1 ditolak. Maka pertumbuhan penjualan secara parsial tidak
berpengaruh secara segnifikan terhadap harga saham. Coefficientsa