• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Percobaan Pot di Rumah Kaca

4.1.3. Pertumbuhan Tanaman Sengon

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian bahan humat dan kompos pada lahan bekas tambang nikel terhadap tinggi tanaman sengon pada saat panen yaitu 9 MST. Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian bahan humat dan kompos memberikan pengaruh dan interaksi nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan H1P0 dan H2P0 memberikan pengaruh yang sama terhadap rata-rata tinggi tanaman pada kontrol, namun berbeda dengan H0P1, H0P2, H1P1, H1P2, H2P1 dan H2P2. Rata-rata tinggi tanaman yang paling besar dimiliki perlakuan kombinasi H1P2 sebesar 21.57 cm dibandingkan perlakuan

lainnya. Pada perlakuan bahan humat maupun kompos, parameter tinggi tanaman yang paling tinggi diperoleh dari perlakuan kompos dibandingkan bahan humat. Tabel 7 Pengaruh pemberian bahan humat dan kompos terhadap tinggi tanaman

sengon umur 9 MST pada percobaan rumah kaca Bahan Humat Kompos P0 P1 P2 ---cm--- H0 7.40 ± 0.98a 11.77 ± 1.60bc 12.87 ± 2.67c H1 7.72 ± 0.54a 14.00 ± 3.06cd 21.57 ± 1.72e H2 8.83 ± 0.58ab 11.60 ± 3.35bc 16.53 ± 1.53d Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Pertambahan tinggi tanaman sengon yang dihubungkan dengan fungsi waktu mulai 3 sampai 9 MST disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Tinggi tanaman sengon pada umur 3 sampai 9 MST percobaan rumah kaca

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan sengon yang paling baik yaitu sengon yang ditanam pada media campuran H1P2, yaitu bahan humat 0.5 ml dengan kompos 2.5 kg. Selain itu, gambar di atas juga menunjukkan bahwa terjadi pertambahan tinggi tanaman yang terus meningkat seiring bertambahnya waktu. Perlakuan H1P2 cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Namun pada perlakuan kontrol, H1P0 dan H2P0 cenderung mengalami pertumbuhan yang melambat.

Dikemukakan oleh Tan (1998) bahwa senyawa humat mempunyai peranan yang sangat menguntungkan terhadap peningkatan unsur hara tanah dan juga pertumbuhan tanaman. Senyawa tersebut dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam mempercepat proses respirasi, meningkatkan permeabilitas sel serta meningkatkan penyerapan air dan hara. Selain humat, kompos juga memiliki peran meningkatkan kesuburan tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi, kandungan unsur hara makro dan mikro tinggi,

meningkatkan efisiensi phytoextraction tanah tercemar logam berat (Smolinska 2014), dan meningkatkan jumlah mikroorganisme tanah (Zhen et al. 2014). Menurut Francis et al. (2010), penambahan kompos juga dapat meningkatkan kadar bahan organik dan meningkatkan porositas tanah, stabilitas struktural, kelembaban, dan ketersediaan hara, serta aktivitas biologis.

b) Panjang Akar

Perakaran tanaman sengon mungkin berbeda dengan tanaman tahunan lainnya karena mampu bersimbiosis dengan mikroba untuk memfiksasi unsur hara nitrogen dari udara maupun air hujan. Pada penelitian ini tidak dilakukan penghitungan bintil akar karena belum ditemukan pada akar saat pencabutan tanaman, sehingga pengukuran dilakukan hanya panjang akar. Hasil penelitian (Tabel 8) menunjukkan bahwa pemberian bahan humat dan kompos memberikan pengaruh dan interaksi yang nyata terhadap panjang akar. Perlakuan H0P1, H1P0, H1P1, H2P0 dan H2P1 memberikan pengaruh yang sama terhadap panjang akar pada kontrol, namun berbeda dengan H0P2, H1P2 dan H2P2. Hasil penelitian menggambarkan bahwa parameter panjang akar yang lebih tinggi dimiliki oleh perlakuan kombinasi H1P2 sebesar 5.90 cm dibandingkan perlakuan lainnya. Tabel 8 Pengaruh pemberian bahan humat dan kompos terhadap panjang akar

tanaman sengon umur 9 MST pada percobaan rumah kaca Bahan Humat Kompos P0 P1 P2 ---cm--- H0 4.33±0.15a 4.63±0.15ab 4.80±0.10b H1 4.37±0.12a 4.47±0.15ab 5.90±0.36d H2 4.40±0.17a 4.57±0.31ab 5.38±0.06c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Bahan humat dan kompos berfungsi dalam menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman dan memperbaiki aerasi tanah sehingga terjadi aktivitas mikroorganisme untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan akar (Djajadi dan Gilkes 1997). Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Herjuna (2011) bahwa pada tanah-tanah dengan kandungan P tersedia cukup besar (percobaan rumah kaca) terjadi perkembangan perakaran yang cukup pesat. Lebih lanjut dikemukakan oleh Leiwakabessy et al. (2003) bahwa kandungan fosfat yang cukup dalam tanah dapat memperbesar pertumbuhan akar. Penelitian yang dilakukan oleh Canellas et al. (2002) menjelaskan bahwa asam humat yang diisolasi dari kompos kotoran ternak cacing menunjukkan adanya peningkatan perkembangan akar lateral tanaman jagung (Zea mays) dan merangsang membran plasma H+- ATPase.

c) Biomassa Tanaman

Biomassa tanaman merupakan berat keseluruhan atau volume tanaman dalam suatu area atau volume tertentu (Sutaryo 2009). Berikut disajikan biomassa tanaman sengon hasil percobaan rumah kaca pada Tabel 9.

Tabel 9 Pengaruh bahan humat dan kompos terhadap biomassa tanaman sengon umur 9 MST pada percobaan rumah kaca

Perlakuan Komponen Biomassa Bagian Bawah Tanah (Akar = A) Bagian Atas Tanah (Pucuk = P) Total Biomassa Rasio P/A ---g--- H0P0 0.02 0.07 0.09 ± 0.00ab 0.28 H0P1 0.02 0.16 0.18 ± 0.07b 0.13 H0P2 0.03 0.30 0.33 ± 0.04c 0.10 H1P0 0.02 0.03 0.05 ± 0.00a 0.67 H1P1 0.03 0.42 0.45 ± 0.04d 0.07 H1P2 0.08 0.61 0.69 ± 0.09f 0.13 H2P0 0.02 0.07 0.09 ± 0.00ab 0.28 H2P1 0.03 0.39 0.42 ± 0.01cd 0.07 H2P2 0.05 0.52 0.57 ± 0.12e 0.09 Rata-rata 0.03 0.29

Keterangan : Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

menurut uji DMRT (taraf α=5%)

Hasil penelitian (Tabel 9) menunjukkan bahwa perlakuan bahan humat dan kompos memberikan pengaruh dan interaksi yang nyata terhadap biomassa tanaman. Perlakuan H1P0 dan H2P0 memberikan pengaruh yang sama terhadap biomassa tanaman pada kontrol namun berbeda dengan H0P1, H0P2, H1P1, H1P2, H2P1 dan H2P2. Hasil uji terlihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan H1P2 memiliki rata-rata biomassa yang terbaik dibandingkan tanaman yang diberi perlakuan lainnya. Besarnya biomassa pohon di bawah permukaan tanah berada pada kisaran 0.02-0.08 g/tanaman (rata-rata 0.03), sedangkan besarnya biomassa pohon di atas permukaan tanah berkisar antara 0.03-0.61 g/tanaman (rata-rata 0.29). Nisbah yang dihasilkan dari biomassa tanaman bagian bawah tanah (akar) dan bagian atas tanah berkisar antara 0.07-0.67.

Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian bahan organik dapat menciptakan kondisi tanah lebih baik untuk penyediaan unsur hara yang cukup, sehingga akar tanaman sengon dapat menyerap air dan unsur hara dalam tanah dengan baik. Sebagaimana dijelaskan oleh Hardjowigeno (2010) bahwa membaiknya faktor lingkungan akan mempengaruhi perkembangan akar tanaman untuk menyerap unsur hara lebih baik dan meningkatkan biomassa tanaman. Selain itu, melalui pemberian kompos mampu merangsang metabolisme dan proses fisiologi pertumbuhan tanaman sehingga produksi tanaman akan meningkat (Valarini et al. 2009). Penambahan kompos, vermikompos dan humat ke media pot menunjukkan perbaikan kesuburan tanah yang ditandai pertumbuhan

tanaman yang meningkat, peningkatan produksi bahan kering, efisiensi penggunaan hara (Lazcano dan Dominguez 2011; Petrus et al. 2010).

4.2. Percobaan Lapangan

4.2.1. Kandungan Unsur Hara Tanah

Dinamika unsur hara sangat menentukan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Sebagian besar tanaman menyerap unsur hara dari tanah untuk digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Hasil analisis sifat-sifat kimia tanah pada percobaan lapangan Perlakuan pH C-organik N-total P KTK Ca-dd Mg-dd K-dd Na-dd KB H2O KCl ---% --- -ppm- ---cmolc/kg--- --%-- H0P0 6.8 6.3 1.79 0.09 5 8.45 0.63 2.57 0.07 0.06 39 H0P1 6.9 6.3 1.39 0.14 13 9.25 2.77 2.35 0.07 0.10 57 H0P2 6.7 6.2 1.75 0.20 27 9.72 3.72 2.55 0.25 0.10 68 H1P0 7.0 6.4 0.95 0.07 9 7.35 1.27 2.50 0.05 0.10 53 H1P1 6.7 6.3 1.68 0.15 21 7.97 2.39 2.42 0.06 0.05 62 H1P2 6.5 6.3 1.79 0.21 17 8.62 2.20 2.39 0.09 0.03 55 H2P0 7.0 6.4 1.08 0.13 5 7.88 0.57 2.40 0.01 0.04 38 H2P1 6.8 6.4 1.23 0.08 12 7.75 2.39 2.48 0.10 0.15 66 H2P2 6.8 6.3 1.25 0.14 10 9.69 1.95 2.60 0.07 0.07 52 PT.Antam 7.0 6.3 2.98 0.26 11 11.40 5.88 2.84 0.78 0.13 84

Hasil analisis (Tabel 10) menunjukkan bahwa perlakuan bahan humat dan kompos tidak berpengaruh terhadap pH tanah. Perlakuan kombinasinya menunjukkan bahwa keberadaan kompos dalam jumlah yang tinggi dengan campuran bahan humat dapat mempengaruhi pH menjadi sedikit mengalami penurunan. Penurunan pH tanah diduga akibat proses mineralisasi dari kompos yang berasal dari campuran kotoran guano, kotoran kambing dan sekam padi sehingga menghasilkan senyawa asam organik yang dapat membuat tanah menjadi lebih masam.

Kandungan C-organik tanah setelah penambahan kompos relatif lebih tinggi dibandingkan setelah penambahan bahan humat. Semua perlakuan menunjukkan bahwa hanya perlakuan H1P2 yang mengalami peningkatan kandungan C-organik tanah dibandingkan kontrol. Demikian pula pada kandungan N-total tanah menunjukkan bahwa penambahan kompos dapat meningkatkan N-total tanah dibandingkan bahan humat. Kombinasi bahan humat dan kompos dapat meningkatkan ketersediaan N-total tanah lebih besar dibandingkan kontrol, kecuali perlakuan perlakuan H2P1. Penambahan bahan organik mampu meningkatkan kandungan C dan N, sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman serta membantu bakteri dalam mineralisasi sehingga unsur hara meningkat (Judoamidjojo et al. 1989; Djajadi dan Gilkes 1997).

Perlakuan bahan humat dan kompos maupun kombinasinya dapat meningkatkan kadar P lebih tinggi dibandingkan kontrol, kecuali pada perlakuan H1P0 yang relatif sama. Hal ini diduga bahwa penambahan bahan organik yang

berasal dari kotoran hewan memiliki kandungan P yang tinggi. Pengaruh bahan humat dalam meningkatkan P tersedia dalam tanah adalah karena kemampuan bahan humat dalam menjerap Al dari ikatan Al-P sehingga ion P menjadi tersedia dalam tanah (Suwarno dan Idris 2007; Herjuna 2011).

Kapasitas tukar kation (KTK) dalam tanah dengan perlakuan kompos meningkat lebih tinggi dibandingkan bahan humat. Jika dilihat dari kombinasinya, perlakuan H1P2 dan H2P2 memiliki nilai KTK yang tinggi dibandingkan kontrol serta perlakuan H1P1 dan H2P1. Analisis ini juga menjelaskan bahwa semakin tinggi kadar kompos yang dicampur dengan bahan humat maka nilai KTK dalam tanah semakin meningkat. Pada parameter kejenuhan basa (KB) menunjukkan bahwa perlakuan kompos lebih tinggi dibandingkan perlakuan bahan humat. Secara umum perlakuan bahan humat dan kompos serta kombinasinya memiliki nilai KTK lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol dan H2P0.

Pada parameter kation basa tanah yang dapat dipertukarkan (Ca, Mg, K dan Na) menunjukkan bahwa perlakuan bahan humat dan kompos secara keseluruhan belum memperlihatkan perubahan yang berarti dalam meningkatkan kation basa tanah yang dipertukarkan, terutama pada unsur Mg, K, dan Na. Namun pada unsur Ca dapat dipertukarkan menunjukkan bahwa perlakuan kompos serta kombinasi bahan humat dan kompos dapat meningkatkan kandungan Ca dipertukarkan lebih tinggi dibandingkan perlakuan bahan humat dan kontrol.

Brady (1974) mengemukakan bahwa dilihat dari sifat kimia tanah, bahan humat dan kompos telah terbukti mampu meningkatkan KTK dan berpengaruh terhadap perbaikan daya jerap kation sehingga memungkinkan peningkatan kation-kation yang dapat dipertukarkan. Pengikatan unsur N, P dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme akan menghindarkan tercucinya unsur-unsur tersebut dan kemudian akan tersedia kembali. Dengan menambah aktivitas mikroba yang berguna bagi tanah dapat mengembalikan kesuburan tanah dan memperbaiki tanaman yang kurang sehat dan stagnasi.

Dokumen terkait