• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2.2. Pertumbuhan Tinggi Badan Balita Pada Keluarga

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada keluarga perokok, pertumbuhan tinggi badan balitanya lebih banyak yang pendek yaitu 29 balita (64,4%) dan yang sangat pendek ada 6 balita (100%). Sedangkan untuk tinggi badan normal lebih tinggi pada keluarga bukan perokok yaitu 63 balita (58,9%). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ada hubungan antara status merokok keluarga dengan pertumbuhan tinggi badan balita. Balita yang bertubuh pendek lebih banyak terdapat pada keluarga yang perokok dan balita bertubuh normal lebih banyak pada keluarga bukan perokok.

Berdasarkan penelitian Semba (2006) terhadap anak umur 0-59 bulan yang menderita malnutrisi pada keluarga miskin di daerah kumuh urban di Indonesia, dimana dapat diketahui bahwa anak dengan orang tua yang perokok memiliki resiko bertubuh pendek sebesar 1,11 kali (95% CI 1,08-1,14, P<0,0001) dan resiko bertubuh sangat pendek sebesar 1,09 kali (95% CI 1,04-1,15, P<0,001) dibanding anak dengan orang tua yang bukan perokok.

Berdasarkan jenis kelamin balita diperoleh bahwa dari 107 balita yang pertumbuhan tinggi badannya termasuk kategori normal, paling banyak ada pada balita dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 58 balita (54,2%). Begitu juga dari 6 balita yang pertumbuhan tinggi badannya termasuk kategori sangat pendek, paling banyak pada balita dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 4 balita (67%). Untuk balita dengan kategori pendek, jumlah yang paling tinggi ada pada balita dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 26 balita (58%). Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pertumbuhan tinggi badan balita dengan jenis kelamin.

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 6 balita yang sangat pendek, ada 3 balita (50%) yang mengalami ISPA dan 3 balita (50%) tidak mengalami ISPA. Dari 45 balita yang pendek, ada 34 balita (75,55%) mengalami ISPA. Dan dari 107 balita yang tinggi badannya normal, jumlah paling tinggi adalah balita yang tidak mengalami ISPA yaitu 59 balita (55,14%).Dalam hal ini terlihat bahwa balita yang bertubuh pendek lebih banyak mengalami ISPA dibandingkan dengan balita yang bertubuh normal lebih banyak tidak mengalami ISPA. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa ada hubungan antara tinggi badan balita dengan kejadian ISPA.

Berdasarkan Depkes RI (2004) menyatakan bahwa status gizi berdasarkan indeks PB/U

atau TB/U menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Namun indeks TB/U relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Status gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BB/TB merupakan indeks yang baik untuk menilai status gizi saatkini (sekarang), serta dapat memberikan gambaran lingkungan yang tidak baik, kemiskinan, dan akibat tidak sehat yang menahun.

5.2.3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan Balita Pada Keluarga Perokok Dan Bukan Perokok

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk pertumbuhan BB/TB balita yang termasuk kategori sangat kurus, jumlah yang paling tinggi ada pada keluarga perokok yaitu 8 balita (89%). Untuk kategori kurus, jumlah balita yang paling banyak ada pada keluarga perokok yaitu 16 balita (73%). Sedangkan untuk kategori normal, jumlah yang paling sedikit ada pada keluarga perokok yaitu 44 balita (44%). Untuk balita yang gemuk, jumlah yang paling banyak ada pada keluarga bukan perokok yaitu 7 balita (64%) dan balita resiko gemuk paling banyak pada keluarga bukan perokok yaitu 8 balita (53%). Dari hasil ini terlihat bahwa ada hubungan antara status gizi berdasarkan BB/TB balita dengan status merokok keluarga. Tampak jelas bahwa balita yang BB/TB nya kurus lebih tinggi pada keluarga perokok dibandingkan keluarga bukan perokok. Sedangkan balita yang BB/TB nya normal, jumlah paling tinggi ada pada keluarga bukan perokok.

Hasil peneitian ini sesuai dengan penelitian Dianti dan Lailatul yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara besar pengeluaran keluarga untuk rokok dengan status gizi balita berdasarkan indikator BB/U (p = 0,020) dan PB/BB atau TB/BB (p = 0,004). Hasil ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok ayah dapat meningkatkan risiko gizi buruk dan gizi kurang akibat belanja tembakau yang sangat menguras ketahanan panganrumah tangga.

Berdasarkan hasil silang antara status kesehatan dengan pertumbuhan balita berdasarkan BB/TB menunjukkan bahwa dari 22 balita yang BB/TB nya kategori kurus, jumlah paling banyak adalah balita yang mengalami ISPA. Sedangkan dari 101 balita yang normal, terdapat jumlah paling tinggi ada balita yang tidak mengalami ISPA. Hasil ini menggambarkan bahwa ada hubungan antara status gizi berdasarkan BB/TB balita dengan kejadian ISPA.

5.3. Distribusi Rata-rata Frekuensi Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap, Pengeluaran Untuk Rokok Dan Umur Pertama Kali Merokok Pada Keluarga Perokok Di Kecamatan Berastagi

Hasil penelitian pada jumlah rokok yang dihisap anggota keluarga per hari menunjukkan bahwa anggota keluarga yang merokok paling banyak menghabiskan 6-12 batang rokok per harinya yaitu 69 orang (87,34%). Secara rata-rata status merokok di Kecamatan Berastagi termasuk dalam kategori perokok sedang. Sesuai dengan kategori perokok oleh Depkes, dimana kategori perokok dibagi dalam kategori perokok ringan (1 sampai 10 batang perhari), perokok sedang 11 sampai 20 batang perhari dan perokok berat lebih dari 20 batang perhari (Depkes,2009).

Untuk umur pertama kali merokok pada responden keluarga perokok di kecamatan Berastagi, paling banyak pada kelompok umur 15-20 tahun yaitu 55 orang

(69,62%). Sedangkan pada kelompok umur 21-25 tahun hanya 24 orang (30,37%). Dari hasil ini tampak jelas bahwa mayarakat perokok di daerah Kecamatan Berastagi rata-rata merokok di umur 15-20 tahun.

Jumlah pengeluaran per minggu yang dikeluarkan untuk membeli rokok, paling banyak dengan pengeluaran sekitar 50000-100000 yaitu 56 orang (70,88%). Untuk pengeluaran <50000 ada 13 orang (16,45%). Sedangkan untuk pengeluaran >200000 hanya ada 1 orang (1,26%). Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa masyarakat perokok di Kecamatan Berastagi rata-rata menghabiskan dana 50.000-100.000 per minggu untuk membeli rokok.

Dari tabel 4.21juga dapat dilihat bahwa dari 69 responden yang menghabiskan rokok 6-12 batang per hari ternyata jumlah penderita ISPA pada balitanya lebih tinggi yaitu 44 balita (63,8%). Begitu juga untuk responden perokok yang menghabiskan rokok 13-24 batang per hari, jumlah balitanya yang menderita ISPA yaitu 6 balita (66,7%). Dan untuk responden yang menghabiskan 25-36 batang rokok per hari, terdapat 1 balita (100%) yang menderita ISPA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah rokok yang dihisap, maka akan semakin mempertinggi angka kejadian ISPA pada balita yang tinggal di keluarga perokok.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Lubis (2009) yang menghubungkan antara jumlah perokok dan rokok yang dihisappada keluarga penderita ISPA menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah perokokdan rokok yang dihisap keluarga, maka akan semakin memperparah episode ISPAyang diderita oleh penderita.

Berdasarkan hasil penelitian Yuli dan Juwarni pada tahun 2012 tentang hubungan perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada balita menyatakan

bahwa adanya kecenderungan orang tua dengan semakin berat perilaku merokok orangtua maka semakin besar potensi anak balitanya menderita ISPA.Hasil ini diperkuat dengan uji statistik yang diperoleh nilai korelasi ChiSquare diperoleh nilai p value= 0.000 (< 0,05) yang berarti ada hubungan antara perilaku merokok orang tua terhadap kejadian ISPA pada balita.Dengan nilai OR 13,325 berarti balita dengan orang tua perokok mempunyai resiko 13,325 kali terkena penyakit ISPA daripada orang tuayang bukan perokok.

Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik padaanak-anak. Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat dewasa. Semakin banyak rokokyang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi(Depkes RI, 2002).

Analisis WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap olehperokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasilpembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandungkarbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, ammonia 46 kali lipat, nikel

3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kankerkadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama (WHO, 2008).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran status kesehatan balita di kecamatan Berastagi yang menderita ISPA paling banyak adalah balita pada keluarga perokok yaitu 61,44% dibandingkan dengan keluarga bukan perokok yaitu 38,55%.

2. Gambaran pertumbuhan balita berdasarkan indeks BB/U dengan kategori gizi kurang di Kecamatan Berastagi, jumlah paling tinggi adalah balita pada keluarga perokok yaitu 84,21% dibandingkan dengan keluarga bukan perokok yaitu 15,78%. Sedangkan pada kategori gizi baik, jumlah paling tinggi adalah balita pada keluarga bukan perokok yaitu 54,34% dibandingkan dengan keluarga perokok yaitu 45,65%.

3. Gambaran pertumbuhan tinggi badan balita di kecamatan Berastagi yang termasuk dalam kategori sangat pendek hanya ada pada keluarga perokok yaitu 100%. Sedangkan untuk tinggi badan balita yang tergolong pendek, jumlah yang paling tinggi ada pada keluarga perokok yaitu 64,44% dibandingkan dengan keluarga perokok yaitu 35,55%. Dan untuk tinggi badan balita yang tergolong normal, lebih banyak pada keluarga bukan perokok yaitu 58,87% dibandingkan dengan keluarga perokok yaitu 41,12%.

4. Gambaran pertumbuhan balita di kecamatan Berastagi berdasarkan indeks BB/TB yang tergolong sangat kurus, paling banyak ada keluarga perokok yaitu 89% dibandingkan dengan keluarga bukan perokok yaitu 11%. Sedangkan pada balita yang indeks BB/TB nya tergolong kurus, jumlah yang paling tinggi ada pada keluarga perokok yaitu 73% dibandingkan dengan keluarga bukan perokok yaitu 27%. Untuk balita yang pertumbuhan BB/TB nya normal, lebih tinggi pada keluarga bukan perokok yaitu 56% dibandingkan dengan keluarga perokok yaitu 44%. Kategori gemuk lebih tinggi pada keluarga bukan perokok yaitu 64% dibandingkan dengan keluarga perokok yaitu 36%. Untuk balita resiko gemu lebih tinggi pada keluarga bukan perokok yaitu 53% dibandingkan dengan keluarga perokok 47%.

6.2. Saran

1. Diharapkan pada Dinas Kesehatan untuk melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat atau pun pemuka-pemuka agama untuk bekerja sama mencari solusi guna menurunkan kebiasaan merokok masyarakat di Kecamatan Berastagi. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya rokok dengan disertai gambar-gambar yang menunjukkan akibat dari konsumsi rokok dalam waktu yang cukup lama. Memberikan gambaran gizi kurang dan gizi buruk yang akan dialami oleh anak yang mengalami gangguan pertumbuhan.

2. Untuk ibu-ibu yang memiliki balita dan anggota keluarga yang merokok di Kecamatan Berastagi diharapkan agar dapat lebih memperhatikan pertumbuhan balitanya.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Salemba Medika. Jakarta

Dachroni, 2002. Jangan Biarkan Hidup Dikendalikan Rokok. Interaksi Media Promosi Kesehatan Indonesia No XII. Jakarta.

Dep.Kes RI. 1995. Hasil Pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Dep.Kes RI. 1996. Program Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Anak Ditinjau Dari Peningkatan Penggunaan ASI dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak.

Dep.Kes RI. 1999. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak Balita, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.

Dep.Kes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita. Ditjen PPM-PLP. Jakarta.

Dep.Kes RI. 2008. Bahaya Perokok Pasif yang Terabaikan.

Dep.Kes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Dep.Kes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Dep.Kes RI. 2009. Perokok Pasif Mempunyai Resiko yang Lebih

Besar.http://www.depkes.go.id. [ 15 Maret 2014 ].

Fitria, Cholida. 2009. Pengetahuan Keluarga Tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Lingkungan Amalia Kelurahan Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.

FK UI.2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta.

Hafrida, Elisa. 2004. Studi Positive Deviance Pada Keluarga Miskin Yang Mempunyai Anak Usia 12-24 Bulan Di Kelurahan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan Medan.

Hidayat N. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Ispa Pada Balita Di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. http://www.springerlink.com [11 Mei 2014 ].

Imran L. 1991. Pengaruh Lingkungan terhadap Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Depkes RI. Jakarta.

Julia, Anita. 2011. Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Keluarga Yang Kebiasaan Merokok Di Dalam Rumah Dengan Di Luar Rumah Di Jorong Saroha Kecamatan Lambah Melintang Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011. Universitas Andalas.

Juli, Soemirat Slamet. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan pengembangan Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI,2011. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementrian Kesehatan RI,2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk

Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Maryani, Diana. 2012. Hubungan antara Kondisi Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Mushoffa, A. 2009. Panduan Ummahat Merawat dan Mendidik Sang Balita. Penerbit Gara Ilmu. Yogyakarta.

Nur, Rizkya. 2008, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Baduta Berdasarkan IMT menurut umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Depok.

Nursalam. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika. Jakarta.

Nutrisiani, F. 2010. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada anak usia 0-24 bulan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Pahimah. 2007. Hubungan antara tingkat paparan asap rokok dengan fungsi paru pada perokok pasif di kabupaten Gunungkidul Propinsi DIY. http://www.akademik..ac.[ 23 April 2014 ].

Pradono, J, Kristanti Ch. M, 2003. Perokok Pasif Bencana Yang Terlupakan. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 31, No.4 Tahun 2003, Jakarta

Profil Kecamatan Berastagi. Data Dasar Profil Kecamatan Berastagi. 2014 Profil. Kesehatan Sumatera Utara. 2008.

Profil Puskesmas Berastagi. Hasil Capaian Program Gizi Puskesmas Berastagi. 2014

Rachmawaty, Evy. 2009. Laporan Wartawan Kompas.

[10 Maret 2014].

Rasmaliyah. 2004. ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut ) dan Penanggulangannya. USU Library. Medan

Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta. Semba, Richard D, et al. 2006. Ayah Perokok Dikaitkan dengan Malnutrisi Anak

yang Meningkat pada Keluarga Miskin Pedesaan di Indonesia.

Mei

2014]

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sudaryati. 2013. Proporsi Rumah Tangga Perokok Berdasarkan Ketahanan Keluarga Sehat di Kecamatan Berastagi.

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Siswono, 2002. Pedoman Umum Penanganan Daerah Rawan pangan. Badan

Ketahanan pangan Departemen Pertanian Jakarta.

Tjiong, Roy. 2008. Rokok dan Hilangnya Sebuah Generasi.

Trisnawati, Yuli dan Jurwani. 2012. Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Purwokerto.

Gambaran Pola Pertumbuhan Balita Pada Keluarga Perokok dan Bukan

Perokok Di Kecamatan Berastagi Tahun 2014

Form Kuesioner Keluarga Perokok dan Bukan Perokok

- Hari/Tanggal : - Waktu : - Alamat : Responden : (1) Ibu (2) Ayah (3) Lainnya ……….

IDENTITAS ANAK BALITA DAN HASIL PENGUKURAN

NO NAMA IBU NAMA BALITA JENIS KELAMIN TANGGAL LAHIR UMUR BB TB STATUS GIZI (BB/U, TB/U, BB/B)

STATUS KESEHATAN

1. Apakah anak ibu pernah menderita sakit selama 3 bulan terakhir ini ?

a. Ya b. Tidaak

2. Jika ya, siapa yang mendiagnosa penyakit anak ibu? a. Dokter

b. Bidan/Perawat

c. Lain-lain ……… (Ibu/Dukun)

3. Sakit apa yang di derita anak ibu atas diagnose tersebut ? a. Diare

b. ISPA c. Alergi

d. Lain-lain ……….

4. Berapa lama anak menderita sakit ? a. ≤ 1 minggu ( …… hari)

b. ≥ 1 minggu ( ……minggu)

c. bulan (……. Bulan)

5. Berapa kali dalam 3 bulan anak ibu sakit ? a. 1 kali

Gambaran Pola Pertumbuhan Balita Pada Keluarga Perokok dan Bukan

Perokok Di Kecamatan Berastagi Tahun 2014

Form Kuesioner Keluarga Perokok dan Bukan Perokok

- Nama : - Hari/Tanggal : - Waktu : - Alamat : Responden : (1) Ibu (2) Ayah (3) Lainnya ……….

b. 2 kali

c. lain-lain …….

6. Apakah ada anggota keluarga lain yang sakit dalam 3 bulan terakhir selain anak ibu?

a. Ya b. Tidak

7. Jika ya, siapa yang sakit ? a. Ayah

b. Ibu

c. Anggota keluarga lain (………..) 8. Sakit apa yang di derita ? (………)

a. Diare b. ISPA c. Alergi

d. lain-lain (………)

9. Siapa yang mendiagnosa penyakit tersebut ? a. Dokter

b. Bidan/Perawat

c. Lain-lain ……… (Ibu/Dukun) 10.Berapa lama menderita sakit ?

a. ≤ 1 minggu ( …… hari)

b. ≥ 1 minggu ( ……minggu) c. bulan (……. Bulan)

Gambaran Pola Pertumbuhan Balita Pada Keluarga Perokok dan Bukan

Perokok Di Kecamatan Berastagi Tahun 2014

Form Kuesioner Keluarga Perokok dan Bukan Perokok

- Nama : - Hari/Tanggal : - Waktu : - Alamat : Responden : (1) Ibu (2) Ayah (3) Lainnya ………..

DATA STATUS MEROKOK KELUARGA

1. Apakah ada salah satu atau lebih anggota keluarga yang merokok?

a. Ya b. Tidak

2. Berapa orang anggota keluarga yang merokok ?

a. 1 b. 2 c. Lainnya …….

3. Siapa yang merokok ? a. Ayah

b. Ibu

c. Anggota Keluarga Lain

4. Apakah sampai sekarang masih merokok ? a. Ya / Setiap hari

b. Ya / Kadang-kadang c. Tidak

5. Umur berapa pertama kali merokok ? ……. Tahun

6. Dalam 24 jam berapa batak rokok yang dihisap ? ……. Batang

8. Apakah anggota keluarga lainnya yang tidak merokok khususnya balita sering berada berdekatan saat anda merokok ?

a. sering b. Jarang

9. Biasanya merokok di dalam ruangan atau di luar ruangan ?

a. Dalam Ruangan b. Luar Ruangan

10. Jenis rokok apa yang anda hisap ? a. rokok putih

b. rokok kretek c. cerutu

I. DATA BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI TAHUN 2014 GAMBARAN POLA PERTUMBUHAN BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DAN

BUKAN PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI TAHUN 2014

FROM PENGUMPULAN

DATA DASAR

Pewawancara : Dwinta, Maria, dan Afriani Hari/Tanggal : Rabu -Sabtu / 18 - 28 Juni 2014 Waktu : 08.00 s/d selesai

NO Nama Balita Nama Orang Tua Alamat

Jenis Kelamin Balita Tgl Lahir UMUR (BLN) Status Kesehatan

1 Donmax Russel Panda Siska Finanty Br.Purba Gundaling I L 19/06/2010 48 TIDAK ISPA

2 Adhelia Zhepayona T Nir Rahayu Br. Barus Gundaling I P 06/11/2012 24 ISPA

3 Decty Natalya Duha Taman Riang Halawa Gg. Aneke P 25/12/2012 18 ISPA

4 Ariyani Laia Emiria Nuri Ima Hondo Gg. Aneke P 24/07/2012 23 ISPA

5 Raditya Elyasta Murlani Gg. Aneke L 16/10/2010 44 TIDAK ISPA

6 Riski Ananda Samawati Susoh Gg. Aneke L 29/01/2013 17 TIDAK ISPA

7 Zaskia Tri Anggraini Siti Nuriah Gg. Aneke P 02/03/2011 40 ISPA

8 M. Alif Sulastri Jln. Surya Indah L 16/06/2010 48 ISPA

9 Radiyah M Irmawati Silalahi Jln. Surya Indah P 06/01/2012 24 TIDAK ISPA

10 Putri Afeni Wahyu Vitriani Jln. Surya Indah P 14/06/2011 36 ISPA

11 April Abadi Netty Herlina Br.Batubara Lorong Ikuten L 17/04/2010 50 TIDAK ISPA

13 Gracia Ellona S Anni Raoyta Br.Purba Lorong Ikuten P 18/01/2013 17 ISPA

14 Raisafikha Al Zahra Herlina Sinambela Lorong Ikuten P 13/04/2013 14 ISPA

15 Sundawa Bintang Endang Sulastri Lorong Ikuten L 20/08/2010 46 TIDAK ISPA

16 Canada Samuel P Enni Tiur Marlina Lorong Ikuten L 20/07/2011 35 ISPA

17 Yedija Doanta T Melta Br.Sinulingga Lorong Ikuten L 24/4/2013 14 TIDAK ISPA

18 M. Dayu Aji Sutinem Lorong Ikuten L 05/05/2013 13 ISPA

19 Fauziah Meliza Meli Inda Hajriany Lorong Ikuten P 26/02/2013 16 ISPA

20 Gom Gom Benediki Hotma Masinta Br.Sagala JLn. Abdi Ujung L 07/11/2010 47 ISPA

21 Trsia G Aksina Andelina Br.Barus JLn. Abdi Ujung P 11/12/2011 31 ISPA

22 Silslia Yevaoma G Dartiani Jln. Abdi P 07/01/2010 47 TIDAK ISPA

23 Keyzia Apprila G Erlinta Br.Purba Jln. Abdi P 04/08/2010 50 TIDAK ISPA

24 Rindu Humaira P Yenny Jln. Abdi P 24/09/2010 45 ISPA

25 Tya G Fransiska Br.Sembiring Jln. Kolam Renang P 26/06/2010 48 TIDAK ISPA

26 Dwi Syahri Hastari Nurlaily Jln. Kolam Renang P 19/04/2013 14 ISPA

27 Faeyza Dwi Azmi Lia Maya Sari Jln. Kolam Renang P 16/05/2012 25 ISPA

28 Anju Agustya S Siti Farida Jln. Kolam Renang P 21/05/2013 13 TIDAK ISPA

29 Evans Corneliasta B Syah Ulina Jln. Kolam Renang L 27/09/2012 21 ISPA

30 Soraya Silvina P Siti Anisa Br.Sembiring Jln. Kolam Renang P 02/03/2012 28 ISPA

31 Tittah Shabanar Rini SR Jln. Kolam Renang P 31/08/2012 22 TIDAK ISPA

32 Laurencia Bernadetta Purnam Br.Manik Jln. Kolam Renang P 20/09/2010 45 ISPA

34 Cintia Puan Maharani Jui Jln. Kolam Renang P 17/01/2013 17 ISPA

35 Winda Ayudia Pratiwi Fitri Ningsih Jln. Kolam Renang P 15/01/2010 53 ISPA

36 Dilla Fitriani Ella Paila Lembah Berkah P 14/03/2013 15 ISPA

37 Sofwa As-Syifa Nurfadilah Lembah Berkah P 19/05/2013 13 ISPA

38 Rifky Sandi Eli Amalia Br.Milala Lembah Berkah L 13/01/2011 41 ISPA

39 Ray Wilgyziah Hilmi

NST Ike Rosanna Br.Sitepu Listrik Atas Berastagi L 06/11/2013 12

ISPA

40 Kenzie Adha Prananda Maya Anggreni Listrik Atas Berastagi L 17/11/2010 43 ISPA

41 M. Alfatah Darlina Listrik Atas Berastagi L 08/06/2012 22 TIDAK ISPA

42 Ucok Limbong Lindawaty Listrik Atas Berastagi L 07/07/2011 35 ISPA

43 Syafiq Faiz Salwa Razeqi Listrik Atas Berastagi L 31/01/2013 17 ISPA

44 Evriansa Pandapotan M Remince Br.Manulang Listrik Atas Berastagi L 06/07/2011 36 ISPA

45 Rita Sartika Pesta Ria Br.simajuntak Listrik Atas Berastagi P 10/10/2011 32 TIDAK ISPA

46 Rai Raehan N Murni Mariani Listrik Atas Berastagi L 04/09/2012 26 ISPA

47 Gibril Khair Nst Nena Indriani Listrik Atas Berastagi L 02/07/2012 28 ISPA

48 Dinda Aulia Dorna Br.Sianturi Listrik Atas Berastagi P 24/04/2012 26 ISPA

49 Nanda Ariyanti N Rohani Elsaida Listrik Atas Berastagi P 16/02/2013 16 TIDAK ISPA

50 Fahira Nur Hafifa Ersupriani Listrik Atas Berastagi P 02/08/2013 16 ISPA

51 Ghali Arif Farhan Erline Br.Bangun Listrik Atas Berastagi L 18/05/2010 49 ISPA

52 Maykel Saputra P Risna Br.Sinaga Listrik Atas Berastagi L 17/05/2011 37 ISPA

53 Raihanah Windi Utami Jln. Kejora P 03/09/2013 15 ISPA

55 Tuah Putra S Nurhayati Br.Sembiring Jln. Kejora L 05/02/2010 49 TIDAK ISPA

56 Avara Fajar Adelia Diah Novita Jln. Kejora P 28/03/2013 15 ISPA

57 Naupal Hidayat Risnawati Br.Hrp Jln. Kejora L 01/06/2011 41 TIDAK ISPA

58 Riffat Thaqif Si Ulina Jln. Kejora L 19/03/2011 39 TIDAK ISPA

59 M. Baiman Niarti Syafrida Jln. Udara Ujung L 10/02/2010 44 TIDAK ISPA

60 Maikel Ardiansyah S Nursinta Br.Simajuntak Jln. Udara Ujung L 05/09/2010 49 ISPA

61 Jocelyn Jodina T Wartalina Br.Sembiring Jln. Udara Ujung P 20/08/2012 22 TIDAK ISPA

62 Kasih Putri S Darlia Sitorus Jln. Udara Ujung P 03/11/2012 27 TIDAK ISPA

Dokumen terkait