• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harjadi (1989) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif berhubungan dengan pembelahan sel yang terjadi pada saat pembentukan sel-sel baru, dan terjadinya perpanjangan sel karena adanya perkembangan sel-sel baru dan jaringan primer. Pertumbuhan vegetatif tanaman meliputi pertumbuhan akar, daun dan batang baru. Jika pembentukan sel-sel dan jaringan baru berjalan dengan cepat, maka pertumbuhan akar, daun, dan batang juga berjalan cepat

Pada minggu 8-9 setelah tanam perlakuan yang dicobakan terhadap tanaman belum memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap peubah vegetatif, kecuali terhadap tinggi tanaman. Tinggi lanjaran 150 cm menghasilkan pertambahan tinggi tanaman terbesar. Hal ini mungkin disebabkan tanaman mendapat dukungan untuk membelitkan batang dan cabang-cabang baru. Menurut Gultom (2004) perlakuan teknis pemasangan lanjaran dapat memberikan dukungan bagi tanaman untuk tumbuh dan menjadi percabangan produktif.

Lanjaran bermanfaat sebagai pendukung untuk meninggikan cabang-cabang yang lemah (Onwueme, 1978). Selain itu, tunas-tunas pucuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dengan adanya lanjaran, sedangkan tanaman tanpa lanjaran (kontrol) menghasilkan tinggi tanaman terendah. Hal ini dikarenakan tanaman tidak mendapatkan dukungan untuk merambat dan membelitkan batang dan cabang sesuai dengan karakter hidupnya. Tunas dan cabang-cabang muda (baru berkembang) tidak bisa berdiri kokoh (lemah), sehingga merayap atau merambat di permukaan tanah. Kondisi ini sangat merugikan bagi tunas-tunas dan daun muda yang sedang dalam pertumbuhan dan perkembangan. Tanaman yang diberi lanjaran akan membelit lanjaran secara keseluruhan hingga kanopi terbentuk sepenuhnya. Pemberian lanjaran memungkinkan tunas-tunas dari setiap cabang tumbuh baik karena memperoleh kondisi tumbuh yang menguntungkan.

Antara kontrol dengan tinggi lanjaran 50 cm dan 100 cm memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata pada 14-23 MST. Kondisi ini mungkin dikarenakan ruang tumbuh yang tersedia belum optimal untuk perkembangan tanaman. Lanjaran 50 cm dan 100 cm belum dapat mendukung sepenuhnya daun-daun

untuk berfotosintesis secara optimal karena banyaknya daun yang saling menutupi. Pada umur 13-23 MST, tinggi tanaman dengan perlakuan lanjaran cenderung konstan. Kondisi ini mungkin disebabkan tajuk tanaman lanjaran sudah membeliti keseluruhan lanjaran. Biasanya cabang-cabang akan saling membelit satu sama lain dalam satu tanaman jika lanjaran tidak dapat lagi dirambati oleh tanaman.

Daun secara umum dipandang sebagai organ produsen fotosintat utama, meskipun proses fotosintesis dapat berlangsung pada bagian lain dari tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tinggi lanjaran 150 cm menghasilkan jumlah daun per tanaman terbesar dibanding taraf perlakuan lainnya. Keadaan tersebut diduga karena tanaman mendapatkan kondisi ruang tumbuh yang lebih baik. Daun-daun dapat berkembang dan melakukan aktivitas metabolismenya dengan lancar. Gultom (2004) menyatakan bahwa pemasangan lanjaran mengakibatkan cahaya alami yang berasal dari matahari dapat diterima oleh tanaman secara optimal.

Pemasangan lanjaran pada tanaman dapat meningkatkan jumlah daun yang terbuka penuh, mengurangi efek saling menaungi antara daun (mutual shading), dan memelihara tunas pucuk serta cabang-cabang tanaman sehingga tidak kontak langsung dengan permukaan tanah. Menurut Maryasa (1990) tanaman dapat menangkap cahaya matahari secara efisien dengan berkurangnya efek saling menaungi.

Tanaman kontrol cenderung menunjukkan pertumbuhan jumlah daun yang rendah. Daun-daun tidak mendapatkan ruang tumbuh yang optimal karena tanaman tidak memperoleh dukungan untuk merambatkan dan membelitkan batang dan cabang. Tanaman merambat di permukaan tanah, bahkan cabang dan batang saling membelit. Kondisi ini meningkatkan efek saling menaungi antara daun, sehingga tanaman bisa terserang penyakit karena selalu bersentuhan dengan tanah. Tanaman yang ternaungi mengakibatkan sedikit cahaya yang menembus sehingga fotosintesis terbatas pada daun-daun yang di atas saja dan translokasi asimilatnya juga terbatas.bagi tanaman. Hal ini sangat mempengaruhi inisiasi dan perkembangan daun-daun baru. Jumlah daun pada tanaman dengan tinggi lanjaran 50 cm lebih besar dibanding dengan tinggi lanjaran 100 cm. Kondisi ini mungkin

karena kondisi vigor awal tanaman yang dipengaruhi oleh fisiologi bahan tanam. Tetapi pada peubah panjang dan lebar daun dapat kita lihat bahwa tanaman dengan lanjaran 100 cm berniali lebih besar dibanding lanjaran 50 cm. Lanjaran yang lebih tinggi memberikan kondisi ruang tumbuh yang baik bagi perkembangan daun. Daun-daun terbuka sempurna dan cabang dapat tumbuh dan berkembang cepat.

Peningkatan tangkapan intensitas cahaya matahari oleh daun menyebabkan kapasitas fotosíntesis lebih besar. Asimilat yang terbentuk bermanfaat untuk inisiasi bakal daun baru. Jumlah daun terus mengalami peningkatan mulai 8-17 MST, setelah itu jumlah daun cenderung konstan. Hal ini mungkin disebabkan tanaman sudah mulai memasuki fase inisiasi umbi. Menurut Onwueme (1978) pada umur 10 minggu setelah berkecambah (bertunas) dimulai fase ketiga, dimana umbi mulai terisi sehingga akar sejati mulai berkembang. Hasil fotosíntesis yang terbentuk akan ditranslokasikan ke bagian akar tanaman. Penurunan jumlah daun cenderung terjadi pada semua taraf perlakuan pada 23 MST. Kondisi ini diduga karena kematian dan absisi daun-daun tua lebih cepat daripada pembentukan daun-daun baru. Menjelang pemanenan tunas-tunas pucuk menunjukkan pertumbuhan (vigor) yang mulai berkurang daripada sebelumnya, malah sebagian darinya sudah mati. Akibatnya pertumbuhan daun-daun baru menurun drastis.

Pertumbuhan tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya ILD karena intersepsi cahaya lebih besar, sehingga fotosíntesis akan besar juga. Penambahan jumlah daun menyebabkan daun-daun pada bagian bawah tidak mendapatkan cahaya yang cukup untuk fotosíntesis. Pada umur 22 MST, tanaman sudah menunjukkan gejala senescence, yaitu daun menguning dan kehilangan zat klorofil sebelum absisi (layu).

Laju fotosintesis per satuan tanaman ditentukan sebagian besar oleh luas daun (Sitompul dan Guritno, 1995). Daun pada tanaman terdiri dari daun muda yang belum berkembang penuh dan daun yang sudah berkembang penuh. Bagian daun yang terakhir ini masih dapat dipisahkan menjadi daun yang aktif berfotosintesis dan daun tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ILD tertinggi dihasilkan oleh tanaman dengan lanjaran 150 cm. Taraf perlakuan ini menghasilkan panjang dan lebar daun terbesar dibandingkan taraf perlakuan

lainnya. Daun berkembang dengan baik karena terekspos bebas oleh cahaya matahari dan efek saling menaungi antara daun rendah.

Peningkatan luas daun penting karena menentukan rata-rata peningkatan kapasitas fotosíntesis dari tanaman (Brown, 1978). Besarnya kapasitas fotosíntesis pada tanaman dengan lanjaran 150 cm berpengaruh sekali terhadap penampilan vegetatif tanaman yang prima. Sebaliknya, pertumbuhan vegetatif tanaman kontrol lebih jelek dibanding taraf lainnya. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh translokasi asimilat yang dihasilkan. Daun-daun yang berukuran kecil cenderung akan menghasilkan asimilat yang rendah karena kapasitas fotosintesisnya rendah.

Osiru dan Hahn (1994) menyatakan bahwa NAR (Net Assimilation Rate) atau tingkat asimilasi bersih secara konsisten tinggi pada tanaman dengan lanjaran, karena daun-daun terbuka dengan baik sehingga mampu menangkap radiasi matahari dengan efisien serta efek saling menaunginya (mutual shading) rendah. Brown (1988) menyatakan bahwa pada saat ILD rendah, NAR atau efisiensi daun akan tinggi dan ketika ILD meningkat NAR akan turun walaupun tingkat pertumbuhan tanaman meningkat selama periode yang sama. Penurunan efisiensi daun merupakan hasil dari peningkatan efek saling menaungi antara daun-daun tanaman. Biasanya efisiensi daun tertinggi terjadi pada fase pertumbuhan awal, karena pada fase ini sedikit atau hampir tidak ada efek saling menaungi antara daun tanaman (Osiru dan Hahn, 1994).

Indeks luas daun cenderung meningkat pada 8-16 MST, kemudian konstan mulai 16-20 MST. Setelah 20 MST terjadi penurunan ILD tanaman. Hal ini mungkin berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman. Menurut Onwueme (1978) ketika tanaman memasuki umur 6-10 minggu setelah berkecambah (MSB) pertumbuhan daun cenderung meningkat, setelah 10 MSB tanaman memasuki fase ketiga dimana inisiasi umbi mulai terjadi dan akar sejati mulai berkembang. Peningkatan dan penurunan ILD tersebut berkaitan erat dengan pembentukan dan translokasi asimilat pada daun. Osiru dan Hahn (1994) menyatakan bahwa kompetisi antara umbi-umbi yang sedang berkembang dengan tunas atau cabang untuk asimilat dalam satu tanaman membatasi perkembangan luas daun.

Dokumen terkait