• Tidak ada hasil yang ditemukan

perubahan pada penutupan lahan yang telah dimanfaatkan masyarakat dalam penggunaan penutupan lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga semangkin tinggi pemanfaatan terhadap penggunaan lahan maka semakin besar akan terjadinya perubahan untuk nilai Koefisien

2000 2003 2006 2009 2011 2012 2013 2014 2015

SubDAS Bah Banai 0.114 0.114 0.116 0.116 0.117 0.117 0.118 0.118 0.119 SubDAS Bah Karai 0.1 0.1 0.152 0.1 0.1 0.1 0.101 0.101 0.102 SubDAS Buaya 0.096 0.096 0.094 0.094 0.095 0.095 0.096 0.096 0.097 SubDAS Ular Hilir 0.283 0.228 0.227 0.253 0.265 0.226 0.226 0.226 0.227

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

C total

Perubahan koefisien aliran permukaan (C)

Aliran Permukaan (C) dan salah satu yang sangat berpengruh yaitu meningkatnya jumlah penduduk.

Pada Sub DAS Bah Karai dapat dilihat bahwa perubahan nilai Koefisien Aliran Permukaan (C) yang tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 0.152. Sub DAS Bah Karai ini merupakan Sub DAS terluas dari diantara Sub DAS yang lainnya. Perubahan yang terjadi pada tahun 2006 memiliki penyebab yang berbeda-beda diantaranya yaitu meningkatnya jumlah pemukiman sehingga hal ini menjadi salah satu fakktor bertambahnya aktivitas masyarkat dalam memanfaatkan penggunaan lahan sehingga jumlah peningkatan nilai koefisien aliran permukaan (C) pada tahun 2006 meningkat. Selain karena jumlah penduduk meningkat namun terdapat hal lain yang memicu terjadinya penggunaan lahan terhadap penutupan lahan yaitu pemanfaatan penutupan lahan seperti pada belukar, perkebunan dan tanah terbuka. Aktivitas yang terjadi dapat meningkatkan perubahan pada untuk nilai koefisien aliran permukaan (C) dimana banyak aktivitas pembukaan lahan seperti pada perkebunan dan tanah terbuka. hal ini dapat dilihat dari peningkatan kegiatan manusia terhadap penutupan lahan tersebut sehingga menyebabkan berubahnya nilai koefisien aliran permukaan (C) pada Sub DAS Bah Karai di tahun 2006. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada grafik .1bahwa di Sub DAS Bah Karai perubahan yang terjadi pada nilai koefisien aliran permukaan (C) membaik dimana dapat dilihat pada tahun 2006 memilikinilai yaitu 0.152 dan menurun menjadi 0.100 namun membaiknya nilai koefisien aliran permukaan (C) ini bukan hanya pada tahun 2009 tetapi sampai dengan tahun 2015 juga miliki nilai koefisien aliran permukaan (C) yang kecil hal ini bisa dikearenakan untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 berkurangnya aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan penutupan lahan seperti memanfaatkan tanah terbuka sebagai tempat aktivitas masyarakat untuk memenuhi sehari-hari dan nilai koefisien aliran permukaan (C) pada perkebunan yang menurun karena pada perkebunan tersebut bukan hanya ditanami dengan tumbuhan yang memiliki masa hidup lama seperti sawit, karet dan sebagainya namun hal ini dikarenakan banyaknya pemanfaatan penutupan lahan perkebunan sebagai berkebun semusim seperti menanam ubi, kacang kedelai, cabai, sayur-sayuran, dan tanaman yang memiliki waktu tumbuh dengan jangkawaktu yang tertentu sehingga jumlah penggunaan lahan pada untuk penutupan lahan perkebunan tahun 2009 sampai dengan 2015 tidak memiliki nilai koefisien aliran permukaan (C) yang tinggi dan stabil hal ini dikarena adanya peraturan tentang pemanfaatan penutupan lahan agar tidak merusak dan menjaga kelestarian untuk Daerah Aliran Sungai tersebut.

Pada Sub DAS Buaya terdapat nilai koefisien aliran permukaan (C) yang tidak stabil naik atau turunnya setiap tahun. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 perubahan yang terjadi sangat berbeda-beda. Perubahan yang terjadi tidak membawa perubahan nilai koefisien aliran permukaan (C) yang tinggi dikarenakan tidak banyaknya aktivitas masyarakat dan perubahan yang terjadi karena adanya pertumbuhan pada lahan secara alami dan perubahan yang terjadi karena adanya pemanfaatan dalam penggunaan lahan karena adanya aktivitas masyarakat yaitu pemanfaatan penutupan lahan sawah. Namun aktivitas yang terjadi tidak memicu untuk perubahan nilai koefisien aliran permukaan (C) pada daerah Sub DAS Buaya.

Pada Sub Ular Hilir berada di daerah kecamatan pantai labu dan kecamatan pantai cermin.

Daerah ini merupakan daerah yang memiliki jumlah masyarakat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya nilai perubahan nilai koefisien aliran permukaan (C) untuk setiap tahunnya.

Pada tahun 2011terjadi peningkatan untuk nilai koefisien aliran permukaan (C) yaitu sebesar 0.265 dari hal ini dapat dilihat bahwa perubahan yang terjadi karena adanya pemanfaatan dalam penggunaan lahan dengan banyaknya aktivitas masyarakat dan perubahan secara alami pada lahan.

Dari hal tersebut seharusnya dilakukan tindakan oleh pihak berwajib agar mengontrol aktivitas masyarakat yang dapat merusak daerah vital pada DAS sehingga tidak terjadi kerusakan pada DAS yang dapat menyebabkan semakin buruknya nilai koefisien aliran permukaan (C) setiap tahunnya.

4.2.4 Perubahan Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) ULar

Perubahan penggunaan lahan merupakan bentuk peralihan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lainnya. Perubahan penggunaan lahan pada wilayah DAS sebagian besar akan mempengaruhi pengurangan penutupan lahan, baik untuk kegiatan pemanfaatan sumber daya alam maupun perubahan fungsi pemanfaatan. Dari peningkatan pemanfaatan sumber daya alam disebabkan karena terjadinya pertambahan penduduk sehingga pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan kehidupannya. Dari permasalahan yang terjadi akan mendorong terjadinya perubahan penutupan lahan dan dapat memicu timbulnya kerusakan pada DAS sehingga terjadinya perubahan tata guna lahan di DAS Ular.

Perubahan tata guna lahan pada DAS Ular diperoleh dengan membandingkan data penutupan lahan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 yang diperlihatkan pada Tabel 4.14 sampai dengan Tabel 4.28 dengan jumlah penutupan lahan 13 jenis yaitu Badan Air, Belukar, Hutan Lahan Kering Primer, Hutan Lahan Kering Sekunder, Hutan Rawa Sekunder, Hutan Tanaman Industri, Pemukiman, Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur Semak, Sawah, Tambak dan Tanah Terbuka.

Dalam penelitian ini diketahui perubahan dari masing-masing penutupan lahan pada setiap tahunnya di subDAS dengan perbandingan data tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 dengan pengolahan menggunakan aplikasi ArcView GIS 3.3.

Untuk lebih jelasnya perubahan yang terjadi pada SubDAS dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

A. Perubahan Luas Penutupan Lahan di SubDAS Bah Banai.

Berdasarkan dari hasil pengolahan data dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 bahwasaannya terjadi perubahan luas pada masing-masing penutupan lahan dengan perubahan yang berbeda-beda. Pada SubDAS Bah Banai dapat dilihat perubahan yang terjadi pada tabel 4.14 sampai dengan 4.17 dan pada grafik 4.1 sampai dengan 4.4 serta gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.9.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagi berikut:

Tabel 4.17 Perubahan Luas Penutupan Lahan di SubDAS Bah Banai Tahun 2000-2006

Sumber : Perhitungan, 2017.

Keterangan :

= = Terdapat perubahan luas pada penutupan lahan

Tahun 2000 Tahun 2003 Perubahan (Ha)Tahun

2003

Tahun 2003 Tahun 2006 Perubahan (Ha) Tahun

2006

PL Ha % Ha % Ha % Ha %

A 37.091 0.28 37.091 0.28 0 37.091 0.28 37.091 0.28 0

B 1149.07 8.80 1149.07 8.80 0 1149.07 8.80 1335.14 10.23 186.07 Hs 3573.53 27.37 3573.53 27.37 0 3573.53 27.37 3387.46 25.95 -186.07 Pc 7216.81 55.28 7216.81 55.28 0 7216.81 55.28 7216.81 55.28 0 Pk 1038.86 7.96 1038.86 7.96 0 1038.86 7.96 1038.86 7.96 0

T 40.393 0.31 40.393 0.31 0 40.393 0.31 40.393 0.31 0

TOTAL 13055.7 100 13055.7 100 0 13055.7 100 13055.7 100 0

Sumber : Perhitungan, 2017.

Grafik 4.2 Perubahan Penutupan Lahan Tahun 2000-2006

Dari Tabel 4.14 dapat dilihat perbandingan data perubahan di SubDAS Bah Banai untuk tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dengan jumlah penutupan lahan sebanyak enam kelas yaitu Badan Air (A), Belukar (B), Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs), Pertanian Lahan Kering Campur Semak (Pc), Perkebunan (Pk) dan Tanah Terbuka (T) dengan jumlah total luas yaitu 13055.7 Ha pada SubDAS Bah Banai.

Untuk perubahan penutupan lahan tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada grafik 4.1.dimana diketahui pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 terjadi perubahan luas penutupan lahan di SubDAS Bah Banai. Di tahun 2006 terjadi perubahan pada penutupan lahan Belukar (B) dan Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs). Perubahan luas yang terjadi di penutupan lahan Belukar (B) yaitu pada tahun 2003 memiliki luas 1149.07Ha dan pada tahun 2006 yaitu 1335.14 Ha sehingga mengalami peningkatan dengan luas perubahan yaitu 186.07 Ha atau 10.23% dari total luas penutupan lahan. Untuk perubahan yang terjadi pada penutupan lahan Hutan Lahan Kering Sekunder (Hs) terjadi penuruan yaitu -186.07 Ha atau 25.95% dari total luas penutupan lahan. Dari luas perubahan yang terjadi tidak ada penutupan lahan yang hilang hanya terjadi perubahan luas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 sampai dengan gambar 4.3.

A B Hs Pc Pk T

Tahun 2000 37.091 1149.07 3573.53 7216.81 1038.86 40.393 Tahun 2003 37.091 1149.07 3573.53 7216.81 1038.86 40.393 Tahun 2006 37.091 1335.14 3387.46 7216.81 1038.86 40.393

0

Dokumen terkait