• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penutupan Lahan Kota Surakarta

5.1.2 Perubahan luas penutupan lahan tahun 2000 dan 2011

Berdasarkan hasil pengolahan data citra landsat 7 tahun 2000 dan 2011 dapat diketahui luasan tiap kelas klasifikasi yang selanjutnya dilakukan analisis perubahan tutupan lahan dari tahun 2000 sampai tahun 2011. Sebelum dilakukan analisis perubahan luas, sebelumnya dilakukan penyamaan luas tutupan lahan yang berupa awan dan stripping yang masuk ke dalam kelas tidak ada data. Hal ini dimaksudkan agar kedua citra mendapat perlakuan yang sama sebelum kedua citra ini dibandingkan luasan perubahan lahannya.

Tabel 6 Perubahan penutupan lahan Kota Surakarta Tahun 2000 dan 2011

No Kelas Klasifikasi Luas Tahun 2000 Luas Tahun 2011 Perubahan luas

Ha (%) Ha (%) Ha (%) 1 Lahan terbangun 1518,03 34,37 1705,93 38,63 187,90 12,38 2 Vegetasi rapat 175,41 3,97 240,17 5,44 64,76 36,92 3 Vegetasi jarang 538,02 12,18 693,12 15,69 155,10 28,83 4 Lahan terbuka 356,40 8,07 261,47 5,92 -94,93 -26,64 5 Rumput 365,22 8,27 277,74 6,29 -87,48 -23,95 6 Badan Air 32,22 0,73 25,70 0,58 -6,53 -20,25 7 Sawah 174,96 3,96 139,48 3,16 -35,48 -20,28 8 Tidak ada data 1072,66 24,29 1072,66 24,29 0,00 0,00

Jumlah 4416,26 100,00 4416,26 100,00

Keterangan : (+) Luas tutupan lahan meningkat, (-) Luas tutupan lahan menurun.

Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan untuk tiap kelas klasifikasi lahan dari tahun 2000 dan 2011. Hal ini terjadi karena untuk menyesuaikan kebutuhan manusia akan tempat tinggal, sarana prasarana dan kebutuhan lainnya yang tentunya akan mengalih fungsikan lahan sesuai dengan kebutuhan manusia. Perubahan lahan Kota Surakarta mempunyai hasil perubahan luas yang menarik untuk dipelajari, perubahan lahan terbesar terdapat pada tutupan lahan yang berupa vegetasi rapat yang mengalami peningkatan luas terbesar dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya yaitu sebesar 64,76 Ha atau sebesar 36,92 % dibandingkan dengan tahun 2000. Berbeda dengan kota lain yang pernah diteliti perubahan lahannya seperti berdasarkan Fajar (2010) yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan yang signifikan pada tutupan lahan berupa vegetasi rapat

di Kota Palembang yaitu sebesar 5.522,23 Ha (167,80%) pada kurun waktu tahun 2001 sampai tahun 2010. Selain itu juga telah terjadi penurunan luas vegetasi rapat di Kota Bandung pada kurun waktu 2001 sampai tahun 2009 sebesar 8.657 Ha atau sebesar 40,65% dari luas Kota Bandung tahun 2000 (Heksaputri 2010). Perubahan luas vegetasi rapat yang terjadi di Surakarta jika dlihat dari segi perluasan memang cukup besar, namun dilihat dari penambahan luas vegetasi rapat masih cukup kecil penambahan luasnya sehingga perlu untuk terus dilakukan upaya penambahan luasan wilayah bervegetasi. Perubahan luas vegetasi rapat dan vegetasi jarang di Kota Surakarta dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Diagram perubahan luas vegetasi rapat dan vegetasi jarang Kota Surakarta tahun 2000-2011.

Perubahan luas vegetasi rapat ini dipengaruhi adanya penambahan luas yang berupa wilayah yang sebelumnya merupakan vegetasi jarang yang tumbuh menjadi vegetasi rapat. Selain itu juga adanya Perda kota Surakarta No.29 Tahun 1981 tentang Penghijauan dan Keindahan Kota Surakarta dan diperkuat kembali dengan Perda No. 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup yang melarang adanya penebangan pohon di wilayah Kota Surakarta ini turut mendukung bertambahnya luas vegetasi rapat di Kota Surakarta.

Perubahan luas tutupan lahan yang cukup besar dalam periode tahun 2000 sampai tahun 2011 terjadi pada tutupan lahan yang berupa vegetasi jarang yaitu seluas 538,02,87 Ha menjadi 693,12 Ha yang mengalami peningkatan sebesar 155,10 Ha (28,83 %). Perubahan luas vegetasi jarang di Kota Surakarta ini

19.98 13.46 3.58 6.46 20.57 56.70 125.28 -4.90 7.36 -29.77 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00

Banjarsari Jebres Pasar Kliwon Serengan Laweyan

L ua s (H a ) Kecamatan Keterangan : Vegetasi rapat Vegetasi jarang

37

membuktikan bahwa adanya komitmen dari pemerintah daerah untuk menambah luasan wilayah bervegetasi guna mencukupi kebutuhan luas lahan terbuka hijau yang berupa kawasan bervegetasi. Adapun besar luas konversi tutupan lahan menjadi vegetasi rapat dan vegetasi jarang periode tahun 2000 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas konversi tutupan lahan menjadi vegetasi rapat dan vegetasi jarang di Kota Surakarta periode tahun 2000 sampai tahun 2011

No Tutupan lahan 2000

Konversi lahan menjadi tutupan lahan tahun 2011 Vegetasi rapat Vegetasi Jarang Luas (Ha) (%) Luas (Ha) (%)

1 Lahan terbangun 27,06 35,34 129,26 20,19 2 Vegetasi rapat 44,98 20,63 53,53 8,36 3 Vegetasi jarang 54,90 25,18 211,82 33,09 4 Lahan terbuka 13,52 6,20 61,43 9,60 5 Rumput 18,70 8,57 130,93 20,45 6 Badan air 3,55 1,63 2,48 0,39 7 Sawah 5,33 2,45 50,74 7,93

8 Tidak ada data 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 178,04 100% 193,92 100 %

Selama periode tahun 2000 sampai tahun 2011 Kota Surakarta berupaya untuk menambahan jumlah maupun luasan ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan luas ruang terbuka hijau agar mencapai 30% dari luasan kota Surakarta. Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa telah terjadi konversi tutupan lahan tahun 2000 menjadi tutupan lahan berupa vegetasi jarang dan vegetasi rapat pada tahun 2011. Tutupan lahan berupa vegetasi jarang pada tahun 2000 mengalami perubahan lahan menjadi vegetasi rapat paling besar pada tahun 2011, hal ini diduga di beberapa lokasi seperti di beberapa ruas jalan telah ditanam vegetasi sebagai jalur hijau telah mengalami pertumbuhan menjadi vegeatsi rapat. Kegiatan penanaman yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta yaitu dengan menanam tumbuhan asli setempat yaitu pohon sala (Couroupita guianensis) dan tanaman berkayu yang cepat tumbuh seperti tanaman, pohon kenari (Canarium ovatum), pohon jati putih (Gmelina arborea), jabon (Anthocephalus cadamba) dan beberapa jenis tumbuhan lain. Tumbuhan ini ditanam di wilayah publik maupun wilayah privat yang dimiliki oleh masyarakat. Adapun wilayah publik yang menjadi lokasi dalam pembangunan RTH ini yaitu

di sepanjang jalan di Kota Surakarta yang banyak dibangun hutan kota berbentuk jalur sehingga membuat beberapa ruas jalan di Kota Surakarta menjadi tampak lebih asri dikarenakan vegetasi yang ditanam memiliki tajuk yang rapat.

Pemerintah daerah Kota Surakarta dalam hal ini yaitu Badan Lingkungan Hidup juga sering melakukan penyuluhan terhadap masyarakat untuk menanam tumbuhan berkayu selain bermanfaat ekonomi maupun bermanfaat dari segi lingkungan. Kegiatan penanaman yang dilakukan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Gambar 16. Hasil dari kegiatan penanaman yang digiatkan oleh pemerintah Kota Surakarta ini telah berhasil di beberapa lokasi yang sebelumnya berupa lahan kosong ataupun sawah kering banyak dijadikan kebun tanaman kayu milik masyarakat.

Gambar 16 a) Penanaman pohon sala oleh Walikota Surakarta dan b) Kebun jabon milik masyarakat di Kecamatan Jebres.

Perubahan luas yang cukup besar yaitu pada tutupan lahan berupa lahan terbangun yaitu bertambah luas sebesar 187,90 Ha atau 12,38% dari luas lahan terbangun tahun 2000. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase perubahan luas lahan terbangun lebih kecil dibandingkan dengan persentase perubahan luas vegetasi rapat, namun dari segi pertambahan luasnya lahan terbangun mempunyai perubahan yang paling besar dibandingkan dengan tutupan lahan lainnya. Perubahan lahan menjadi lahan terbangun menjadi yang terbesar pertambahannya secara luas dikarenakan adanya konversi beberapa tutupan lahan yang dijadikan lahan permukiman maupun bangunan dengan peruntukan lainnya. Data mengenai perubahan konversi lahan menjadi lahan terbangun dan konversi menjadi lahan terbuka dapat dilihat pada Tabel 8.

39

Tabel 8 Luas konversi tutupan lahan menjadi lahan terbangun dan lahan terbuka

.di Kota Surakarta periode tahun 2000 sampai tahun 2011

No Tutupan lahan 2000

Konversi lahan menjadi tutupan lahan tahun 2011 Lahan terbangun Lahan terbuka Luas (Ha) Luas (%) Luas (Ha) Luas (%)

1 Lahan terbangun 1164,02 71,25 57,69 27,57 2 Vegetasi rapat 25,99 1,59 14,56 6,96 3 Vegetasi jarang 140,60 8,61 51,03 24,39 4 Lahan terbuka 172,89 10,58 31,32 14,97 5 Rumput 72,41 4,43 32,63 15,59 6 Badan air 4,84 0,30 0,72 0,34 7 Sawah 53,06 3,25 21,29 10,17

8 Tidak ada data 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 1633,81 100% 209,24 100%

Ditinjau di tiap kecamatan, lahan terbangun cenderung meningkat di semua kecamatan di Kota Surakarta. Peningkatan luas lahan terbangun terbesar terdapat di Kecamatan Laweyan yaitu meningkat sebesar 69,44 Ha atau 21,67 % dibandingkan dengan tahun 2000. Hal ini dikarenakan adanya konversi lahan untuk dijadikan permukiman warga dengan dibangunnya perumahan. Luas tutupan lahan tahun 2000 yang paling banyak dikonversi menjadi lahan terbangun pada tahun 2011 yaitu tutupan lahan berupa lahan terbuka di Kecamatan Laweyan yaitu sebesar 55,19 Ha.

Gambar 17 Diagram peningkatan luas lahan terbangun di Kota Surakarta tahun 2000-2011

Selain itu juga, kecamatan yang mengalami peningkatan luas lahan terbangun yang cukup besar yaitu Kecamatan Jebres yaitu meningkat sebesar 50,54 Ha atau meningkat sebesar 14,08 % dibandingkan dengan tahun 2000.

14.58 50.54 28.33 7.36 69.44 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Banjarsari Jebres Pasarkliwon Serengan Laweyan

L ua s (H a ) Kecamatan

Peningkatan luas lahan terbangun ini disebabkan karena adanya konversi lahan menjadi lahan permukiman warga.

Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa peningkatan luas tutupan lahan hanya terjadi di tiga tutupan lahan saja yaitu lahan terbangun, vegetasi rapat dan vegetasi jarang. Namun untuk kelas tutupan lahan lainnya mengalami penurunan seperti penurunan luas pada tutupan lahan berupa sawah, badan air, rumput maupun lahan terbuka. Penurunan luas tutupan lahan terbesar terjadi pada tutupan lahan berupa lahan terbuka yang mengalami penurunan luas sebesar 94,93 Ha dengan persentase penurunan sebesar 26,64 %. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun merupakan salah satu desakan paling besar terhadap perubahan luas terutama tutupan lahan berupa lahan terbuka. Berdasarkan analisis citra didapatkan data bahwa perubahan penggunaan lahan terbuka ini sebagian besar dijadikan lahan terbangun yang berupa permukiman maupun bangunan dengan peruntukan lainnya. Penurunan luas lahan terbuka terbesar terjadi di Kecamatan Laweyan yang mengalami penurunan luas sebesar 39,55 Ha sedangkan penurunan luas lahan terbuka terjadi di Kecamatan Jebres seluas 8,28 Ha. Penurunan luas lahan terbuka dapat dilihat di Gambar 18.

Gambar 18 Diagram penurunan luas lahan terbuka di Kota Surakarta tahun 2000-2011

Perubahan luas yang paling kecil terdapat pada tutupan lahan berupa rumput dan badan air. Perubahan lahan di kedua tutupan lahan ini mempunyai luas perubahan di bawah 10 Ha yaitu seluas berturut-turut sebesar 8,27 Ha dan 0,73 Ha. Perubahan tutupan lahan Kota Surakarta pada tahun 2000 dan 2011 dapat dilihat pada Gambar 19.

-22.59 -8.28 -15.66 -8.53 -39.55 -45.00 -40.00 -35.00 -30.00 -25.00 -20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00

Banjarsari Jebres Pasarkliwon Serengan Laweyan

L ua s (ha ) Kecamatan

41

Dokumen terkait