• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Pengetahuan

2.2.5. Perubahan-Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan

Berikut ini diuraikan beberapa perubahan yang dialami ibu selama kehamilannya adalah:

1) Sistem Reproduksi a. Uterus

1. Ukuran. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saati ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.

Jika penambahan ukuran uterus TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam tabel berikut ini.

Tabel 1-1. TFU menurut penambahan per tiga jari

Usia Kehamilan

(Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU) 12 3 jari di atas simfisis

16 Pertengahan pusat-simfisis 20 3 jari dibawah pusat 24 Setinggi pusat 28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px) 40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)

Sumber: Hanifa, Prawirodhardjo, 2002

2. Berat. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan.

Tabel 1-2. Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus Bulan pertama Seperti buah alpukat

Isthmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak, keadaan seperti ini yang disebut dengan tanda Hegar.

2 bulan Sebesar telur bebek. 3 bulan Sebesar telur angsa. 4 bulan Berbentuk bulat.

5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim terasa tipis, itulah sebabnya mengapa bagian-bagian janin ini dapat dirasakan melalui perabaan dinding perut.

Sumber: Hanifa, Prawirodhardjo, 2002 3. Posisi rahim dalam kehamilan

a. Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi. b. Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam rongga pelvis.

c. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.

d. Pada ibu hamil, rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen kanan atau kiri.

4. Vaskularisasi. Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pebuluh darah vena mengembang dan bertambah.

5. Serviks uteri. Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi lipid, dan ini disebut dengan tanda Chadwick.

6. Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron.

7. Vagina dan Vulva

Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah ataiu kebiruan, kondisi ini yang disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2011).

2) Sistem Urinaria

Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar).

Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring/tidur.

Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung (sulistyawati, 2011).

3) Sistem Kardiovaskular

Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 30- 50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit jantung, ia dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis.

Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Selama persalinan curah jantung meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% di atas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas kehamilan.

Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah ke rahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu.

Saat ibu melakukan aktivitas/olahraga, curah jantung, denyut jantung, dan laju pernafasan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak sedang hamil. Rontgen dada dan EKG menunjukkan sejumlah perubahan dalam jantung, dan kadang terdengar murmur jantung tertentu serta ketidakteraturan irama jantung. Semua perubahan tersebut adalah normal terjadi pada masa kehamilan, tetapi beberapa kelainan irama jantung mungkin akan memerlukan pengobatan khusus.

Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan kembali normal pada trimester ketiga. Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%.

Untuk alasan yang belum jelas, jumlah sel darah putih ( yang berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi ) agak meningkat selama kehamilan, saat persalinan, dan beberapa hari setelah persalinan. Protein darah (gambaran protein dalam serum) berubah. Jumlah protein, albumin, dan gamaglobulin menurun pada trimester I dan meningkat bertahap sampai akhir kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat.

Pada hitung jenis dan Hb ditemukan adanya hematokrit yang cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport O₂ yang sangat diperlukan

selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan dengan Hb pada orang yang tidak hamil, kondisi ini disebut anemia fisiologis. Anemia fisiologis ini disebabkan oleh meningkatnya volume plasma darah.

Pada ibu hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester II, kemudian akan naik lagi seperti masa pra-kehamilan. Tekanan vena pada ekstremitas atas dan bawah dalam batas-batas normal, namuncenderung naik setelah trimester pertama. Nadi biasanya naik menjadi 84 kali/menit.

4) Sistem Gastrointestinal a. Rongga Mulut

Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesukaran menelan akibat nausea. Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak, kadang berdarah apabila hanya terkena cedera ringan, misalnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan gusi sangat vaskular disebut epulis kehamilan yang terkadang dapat timbul, tetapi secara khas mengecil secara spontan setelah kelahiran. Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh hormon esterogen yang meningkat atau kadang terjadi pada pengguna konrasepsi oral dan ibu yang mengalami defisiensi vitamin C. Tidak ada bukti yang menjelaskan bahwa kehamilan mendorong proses pembusukan pada gigi.

b. Motilitas Saluran Gastrointestinal

Biasanya pada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lkambung dan transit usus. Hal ini mungkin merupakan akibat jumlah progesteron yang besra selama proses

kehamilan dan menurunnya kadar motalin-suatu peptida hormonal yang diketahui memengaruhi otot-otot halus (Christofides dkk, 1982)- atau keduanya. Pada saat persalinan, khususnya setelah pemberian analgesik, waktu pengosongan lambung secara khas sangat memanjang. Bahaya utama anastesi adalah regurgitasi dan aspirasi, baik isi makanan maupun asam lambung.

Hormon esterogen membuat pengeluaran asam lambung emningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari yang disebut morning sickness. Muntah yang terjadi pada ibu hamil disebut emesis gravidarum. Apabila muntah berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari disebut hiperemesis gravidarum.

c. Lambung dan Esofagus

Pirosis merupakan kejadian yang umum pada kehamilan, paling mungkin disebabkan oleh refluks sekret-sekret asam ke esofagus bagian bawah. Posisi lambung yang berubah mungkin ikut menyumbang pada seringnya terjadi peristiwa ini. Tonus esofagus dan lambung berubah selama kehamilan dengan tekanan intraesofagus yang lebih rendah dari tekanan lambung lebih tinggi. Selain itu, pada saat yang bersamaan peristaltik esofagus mempunyai kecepatan gelombang dan amplitudo yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom, 1978). Perubahan-perubahan tersebut menyokong terjadinya refluks gastroesofageal yang menimbulkan heart burn.

d. Usus Kecil, Besar, Dan Apendiks

Oleh karena kehamilan yang berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang membesar ke arah atas dan lateral. Sebagai akibatnya, apendiks

sebagai contoh biasanya bergeser ke arah atas, lateral, dan sering kali emncapai pinggang kanan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tonus serta motilitas dari lambung dan usus berkurang selama kehamilan.

Hormon progesteron menimbulkan gerakan usus makin berkurang (relaksasi otot-otot polos) sehingga makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicerna lebih lama di dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi dapat menimbulkan konstipasi dimana hal ini merupakan salah satu keluhan dari ibu hamil. Konstipasi juga dapat terjadi karena kurangnya aktivitas/senam dan penurunan intake cairan.

e. Hati

Pertumbuhan ukuran hati pada beberapa binatang dapat terlihat dengan jelas, tetapi sebaiknya pada kehamilan manusia, pembesaran hati tersebut tidak dapat terlihat (Combes dan Adams, 1971). Selain itu, dengan evaluasi histologis hati yang didapat dengan biopsi, termasuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron menyatakan tidak ada perbedaan yang jelas dari morfologi hati yang terjadi sebagai respon terhadap kehamilan normal (Ingerslev dan Teilum, 1946). Perubahan terjadi secara fungsional yaitu dengan menurunnya albumin plasma dan globulin plasma dalam rasio tertentu. Kejadian ini merupakan kejadian yang normal pada wanita hamil. Pada wanita yang tidak hamil kondisi tersebut dapat menunjukkan adanya penyakit pada hati.

f. Kandung Empedu

Fungsi kandung empedu berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotoni dari otot-otot halus. Selama melakukan SC, potter (1936) cukup sering menemukan empedu teregang namun hipotonik dan aspirat empedu cukup kental.

Secara umum diterima bahwa kehamilan menjadi predisposisi pembentukan batu empedu.

Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut:

1) Trimester 1

Pada bulan-bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin dikarenakan kadar hormon esterogen yang meningkat. Tonus otot- otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumapai adanya gejala muntah (emesis) pada bulan-bulan pertam kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning sickness. Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya dalah Pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 97).

2) Trimester 2 dan 3

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus

yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah uterus termasuk vena henoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian bawah (Sunarsih, 2011).

5) Metabolisme

Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester akhir. Oleh karena itu peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium mencapai 70% dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu sarapan karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal dengan “cepat merasakan lapar” yang mungkin berbahaya pada janin.

Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah dan 300 mg untuk transportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata 3,5 mg/hari.

Pada metabolisme lemak terjadi peningkatan kadar kolesterol sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit lemak lainnya tersimpan di badan, perut, paha, dan lengan.

Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram. 2. Fosfor. Dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari.

3. Air. Wanita hamil cenderung mengalami retensi air (sulistyawati, 2011).

6) Sistem Muskuloskeletal

Esterogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligamen pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari esterogen. Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan sakrooksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian belakang.

Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh selalu berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus ke depan karena tidak adanya otot abdomen.

Bagi wanita yang kurus lekukan lumbalnya lebih dari normal dan menyebabkan lordosis dan gaya beratnya berpusat pada kaki bagian belakang. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang berulang terutama di bagian punggung. Oleh karena rasa sakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk relaksasi, biasanya wanita hamil menganggap apa yang ia rasakan adalah suatau penderitaan yang kadang memengaruhi suasana psikologisnya. Selain sikap tubuh yang

lordosis, gaya berjalan juga menjadi berbeda dibandingkan ketika tidak hamil, yang kelihatan seperti akan jatuh dan tertatih-tatih (sulistyawati, 2011).

7) Sistem Integumen

Sehubungan dengan tinggginya kadar hormonal, terjadi peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva, serta wajah. Ketika terjadi pada kulit muka dikenal sebagai cloasma atau topeng kehamilan. Pada wajah biasanya terjadi pada daerah pipi dan dahi sehingga dapat mengubah penampilan wanita tersebut.

Linea alba adalah garis putih tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra. Peningkatan pigmentasi ini akan berkurang sedikit demi sedikit setelah masa kehamilan.

Tingginya kadar hormon yang tersirkulasi dalam darah dan peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha, dan payudara bertanggung jawab pada timbulnya garis-garis yang berwarna merah muda atau kecokelatan pada daerah tersebut. Tanda tersebut dikenal dengan nama striae gravidarum dan bisa menjadi lebih gelap warnanya pada multigravida dengan warna kulit gelap atau hitam. Striae gravidarum ini akan berkurang setelah masa kehamilan dan biasanya nampak seperti garis-garis yang berwarna keperakan pada wanita kulit putih atau warna gelap/hitam yang mengilap.

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone

(MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Terkadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung yang disebut cloasma gravidarum. Esterogen dan progesteron telah dilaporkan menimbulkan efek perangsangan melanosit (Diczfalusy dan Troen, 1961).

a. Striae Garvidarum

Terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan, garis-garis sedikit cekung kemerahan umumnya timbul pada kulit abdomen, terkadang pada kulit paha dan payudara. Terjadi pada separuh wanita hamil. Pada wanita multipara sering kali ditemukan bersamaan dengan sikatriks striae kehamilan sebelumnya (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 97-98).

b. Diastasis Rekti

Terkadang otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang diberikan kepadanya dan muskuli rekti terpisah di garis tengah sehingga membentuk diastasis rekti dengan lebar yang bervariasi. Jika berat banyak bagian dari dinding uterus anterior yang hanya tertutp oleh kulit, fasia yang menipis, dan peritoneum.

c. Perubahan-Perubahan Vaskular Kulit

Angioma, nevus, dan telangiektasis (vaskular spider) timbul pada sekitar ²/₃ wanita kulit putih dan kira-kira 10% wanita kulit hitam selama kehamilan (Bean dkk, 1949). Angioma adalah bintik-bintik/garis menonjol kecil merah pada kulit, khususnya terjadi pada wajah, leher, dada atas, dan lengan dengan radikel-radikel bercabang keluar dari badan sentralnya. Paling mungkin disebabkan oleh hiperesterogenemia. Palmar erythema merupakan bintik-bintik merah pada bagian

telapak tangan. Sering ditemukan pada kehamilan, namun tidak ada arti klinis yang akan segera menghilang setelah kehamilan berakhir.

Perubahan sistem intugumen yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut.

1. Trimester 1

a. Palmar eritema (kemerahan di telapak tangan) dan spider nevi. b. Linea alba/nigra.

2. Trimester 2 dan 3.

a. Chloasma dan perubahan warna areola.

b. Striae gravidarum (bulan 6-7) (Sunarsih, 2011).

8) Payudara

Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut:

a. Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan berat. b. Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli. c. Bayangan vena-vena lebih membiru.

d. Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.

e. Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning (Mochtar, 1998).

Perkembangan payudara ini terjadi karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu esterogen, progesteron, dan somatomamotropin.

Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI, antara lain sebagai berikut.

a. Esterogen.

1) Menimbulkan hipertropi sistem saluran payudara.

2) menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak semakin besar.

3) Tekanan serat saraf akibatpenimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

b. Progesteron

1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi. 2) Menambah sel asinus.

c. Somatomamotropin.

1) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin.

2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara (hanifa wiknjosastro, 2002:95).

Perubahan payudara pada ibu hamil: a. Payudara menjadi lebih besar.

b. Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.

c. Glandula Montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola mammae. d. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu akan keluar cairan putih

jernih (kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.

e. Pengeluaran ASI belum terjadi karena prolaktin ini ditekan oleh PHH (Prolactine Inhibiting Hormone).

f. Setelah persalinan, dengan dilahirkannya plasenta, maka pengaruh esterogen, progesteron, dan somatomamotropin terhadap hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi (Hanifa Wiknjosastro, 2002:95).

9) Sistem Endokrin

Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan esterogen merangsang poliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang terbentuk secra sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi esterogen dan progesterone.

Karakteristik hormon esterogen dan progesteron dapat di cermati dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1-3. Karakteristik hormon esterogen dan progesteron

Esterogen Progesteron

Pengaruh Umum

Menyebabkan pertumbuhan, baik ukuran maupun jumlah sel.

Peningkatan sekresi.

Mengendurkan (relaksasi) otot-otot polos.

Pengaruh Khusus

1. menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga ovum yang sudah dibuahi dapat berimplantasi

2. menyebabkan hipertropi dari dinding uterus dan peningkatan ukuran pembuluh- pembuluh darah dan limfatik

1. Menyebabkan penebalan dari endometrium sehingga sel telur yang sudah dibuahi dapat berimplantasi dan menyebabkan relaksasi.

2. Mengistirahatkan otot-otot polos yang berakibat pada:

yang mengakibatkan vaskularisasi, kongesti, dan

udema.

Perubahan-perubahan ini mengakibatkan munculnya:

• tanda chadwick (serviks, vulva, dan vagina berubah

menjadi berwarna biru/ungu);

• tanda goodle (serviks menjadi lembut pada perabaan);

• tanda hegar (isthmus- segmen bawah rahim menjadi lembut pada perabaan).

3. Hipertropi dan hiperplasi otot- otot uterus.

4. Hipertropi dan hiperplasi jaringan payudara, termasuk sistem pembuluh/pipa.

pengosongan lambung dan peristaltik usus;

• Meningkatnya gastrik refluk karena relaksasi kardiak

sfingter sehingga menyebabkan rasa panas

dalam perut (heartburn);

• Penurunan motilitas

gastrointestinal, sehingga menyebabkan konstipasi.

• Pembuluh arteri dan dinding vena relaksasi dan dilatasi sehingga meningkatkan kapasitas vena dan venule

yang menyebabkan hemorroid (wasir).

3. Menjaga peningkatan suhu basal ibu.

4. Merangsang perkembangan

sistem alveolar payudara.

5. Dengan hormon relaksin melembutkan/mengendurkan

jaringan ikat, ligamen-ligamen, otot-otot sehingga dapat mengurangi sakit punggung dan nyeri ligamen.

Sumber: Pusdiknakes, 2003

10) Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Berat Badan

Peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencakup produksi konsepsi (janin, plasenta dan cairan amniotik), dan hipertropi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan ekstraselular dan ekstravaskular). Sebagian besar protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada uterus, darah, plasenta dan payudara. Sebaliknya, sebagian besar deposit

Dokumen terkait