• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. KARAKTERISTIK TANAH HUTAN PADA SISTEM

5.3.1. Perubahan Kualitas Tanah dalam Penerapan Sistem

5.3.1.2. Perubahan Sifat Fisik Tanah

Sebagaimana ditunjukan Tabel 15, Perubahan juga terjadi pada sifat fisik tanah, hal ini dapat terlihat pada nilai rata-rata dari Permeabilitas, Bulk density, Porositas, Kandungan Air Tersedia serta Persentase Pasir dan Debu. Pada semua parameter tersebut Jalur Antara mengalami perbedaan yang nyata dibandingkan dengan Jalur Tanam. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan Jalur Tanam ternyata dapat merubah sifat fisik tanah.

Sifat fisik tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaru-hi kesuburan tanah secara keseluruhan dan akan menentukan pertumbuhan tega-kan hutan yang diusahatega-kan, bahtega-kan lebih penting pengaruhnya dibanding dengan sifat kimia dan biologi tanah (Wasis 2005).

Produktivitas hutan tanaman sangat bergantung pada produktivitas lahan dimana hutan tanaman tersebut diusahakan. Tingkat produktivitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat kesuburan kimia tanah yang tinggi (unsur-unsur hara yang cukup dan tak ada toksisitas) tetapi juga ditentukan oleh sifat-sifat fisik

ta-nah yang ditunjukkan oleh kandungan air (kelembaban), oksigen (udara dalam tanah) dan energy thermal (panas) yang optimum di dalam tanah (Hillel 1980). Parameter sifat fisik tanah yang berkaitan dengan kandungan air dan udara dalam tanah dapat diduga dari hasil pengamatan lapangan maupun hasil analisis labora-torium dari contoh tanah tidak terganggu besaran-besaran fisika tanah seperti: be-rat jenis tanah, porositas total, ruang pori makro dan mikro, air tersedia dan per-meabilitas tanah.

Pengusahaan hutan tanaman secara terus menerus pada lahan yang sama di-duga akan menyebabkan pergeseran besaran sifat-sifat fisik tanah, baik ke arah positif (lebih baik) maupun ke arah negatif (kurang baik) dari segi kesuburan fisik tanah. Perubahan tersebut tergantung pada sistem pengelolaan lahan atau teknik sivikulktur yang di terapkan mulai saat kegiatan penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, penebangan dan penanaman kembali.

Berat Jenis (Bulk Density).

Bulk density (BD) adalah kerapatan lindak atau bobot isi menunjukan per-bandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk pori-pori ta-nah. Berat jenis tanah (bulk density) adalah salah satu parameter sifat fisik tanah yang sangat penting dan berhubungan dengan pertumbuhan tanaman karena dapat memberi gambaran mengenai kondisi fisik tanah secara keseluruhan. Berat jenis tanah merupakan gambaran tingkat kepadatan tanah dimana makin besar nilai be-rat jenis suatu tanah berarti tingkat kepadatan tanah makin tinggi dalam keadaan lapang. Apabila tanah makin padat maka pertumbuhan tanaman akan mengalami hambatan karena perkembangan akar terhambat kondisi fisik tanah yang makin padat. Berat jenis tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Berat jenis tanah pada Jalur Antara sebesar 0,849 g/cc dan pada Jalur Tanam sebesar 0,927 g/cc, terjadi peningkatan nilai BD dari Jalur Antara ke Jalur Tanam sebesar 0,078 g/cc. berdasarkan hasil uji T peningkatan nilai BD tersebut berbeda nyata pada taraf 95%. Meskipun terjadi kenaikan namun kedua jalur tertebut masih mempunyai kriteria nilai BD yang sama yaitu pada tingkatan sedang. Kisa-ran nilai BD di atas termasuk sedang (moderate) jika dibanding kondisi berat jenis tanah di hutan alam yang tidak terganggu sekitar 1,00 gr/cc (Lutz dan Chandler 1951).

Tabel 15. Perubahan sifat fisik tanah dalam penerapan sistem silvikultur TPTII

Sifat Fisik Tanah

Jalur Antara Jalur Tanam Perubahan Nilai Katagor

i

Nilai Katagori Nilai %

Permeabiltas (cm/jam)

14,7* Cepat 11,78 Agak

cepat 2,92 19,86

Bulk density 0,849* Sedang 0,927 Sedang -0,078 9,19

Porositas 67,99* Tinggi 65,06 Tinggi 2,93 4,31

Air Tersedia 44,84** Sangat tinggi

41,62 Sangat

tinggi 3,22 7,18

Debu 36,77** 41,22 -4,45 12,10

Pasir 32,51* 26,30 6,21 19,10

Keterangan : ** dan * = masing-masing berbeda nyata pada tarap 99 % dan 95 %

Hadjowigeno (2005) membatasi nilai BD pada batas normal kesuburan tanah berkisar pada nilai 0,9. Pada Tabel 15 Jalur Antara mempunyai nilai BD yang lebih kecil dibandingkan dengan Jalur Tanam. Nilai BD pada Jalur Antara sebesar 0,849 sedangkan Jalur Tanam mempunyai nilai BD 0,927. Nilai BD tanah terkait dengan kepadatan tanah, semakin tinggi nilai BD maka tanah tersebut semakin padat. Tanah pada Jalur Tanam mempunyai BD yang lebih besar dibandingakan Jalur Antara. Pada kodisi tesebut dapat disimpulkan tanah pada Jalur Tanam lebih padat bila dibandingkan dengan tanah pada Jalur Antara.

Kepadatan tanah sangat berpengaruh buruk terhadap tanaman, jika tanah terlalu padat akar tanaman tidak dapat menembus tanah dan meraih unsur hara, laju respirasi terhambat dan aerasi tanah jelek. Kepadatan tanah akan menyebab-kan tanaman berada pada titik layu permanen, akar tidak bisa lagi menyerap air di dalam tanah sehingga tanaman menjadi kekeringan. Sebaliknya, pada kondisi air berlebih akan menyebabkan akar tanaman menjadi busuk karena terendam air. Tanah yang memilki bulk density yang baik akan terlihat gembur, hal ini dis-ebabkan oleh banyaknya bahan organik di dalam tanah. Kandungan bahan organik mempunyai peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah.

Porositas.

Porositas adalahProporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat da-lam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara. Ruang pori merupakan bagian volume dari massa tanah yang ditempati molekul-molekul air dan udara sewaktu tanah dalam keadaan lapang atau porsi volume tanah yang

ti-dak ditempati partikel tanah. Jumlah ruang pori menggambarkan jumlah kandun-gan oksigen tanah bagi akar untuk melakukan proses respirasi walaupun tanah dalam kondisi lembab. Hardjowigeno (2005) membatasi nilai porositas yang toleran berkisar pada nilai 50 %.

Jumlah ruang pori tanah pada Jalur Antara sebesar 67,99 % dan pada Jalur Tanam sebesar 65,05 %. Terjadi penurunan jumlah ruang pori dari Jalur Antara ke Jalur Tanam. Penurunan nilai tersebut secara statistic berbeda nyata pada taraf 95 %, pembuatan Jalur Tanam menyebabkan perubahan yang berarti terhadap nilai porositas tanah. Meskipun demikian kedua jalur sama-sama mempunyai tingkat porositas yang tinggi.

Porositas sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air dan pertukaran udara pada tanaman. Porositas tanah yang tinggi akan berpengaruh terhadap penyerapan air. Tanah tersebut cenderung tidak bisa menyimpan air, air akan mudah hilang sehingga tanaman akan mudah mengalami kekeringan sebagaimana terjadi pada tanah yang didominasi tekstur pasir. Sebaliknya, porositas rendah banyak terjadi pada tanah yang didominasi oleh tekstur liat, tanah cenderung pa-dat sehingga air susah menyerap ke dalam tanah.

Air Tersedia.

Air tersedia dalam tanah menggambarkan sejumlah kadar air yang mampu dipegang (diretensi) massa tanah dan tersedia bagi tanaman. Parameter air tersedia secara alami ditentukan oleh sifat tekstur tanah dan kadar bahan organik tanah (Lutz dan Chandler 1951). Pada tanah bertekstur sangat ringan dengan partikel-partikel yang berukuran besar (berpasir) maka kemampuan meretensi air dalam tanah lebih rendah dibanding fraksi debu (tekstur sedang) atau liat (tekstur berat). Hal sebaliknya terjadi pada tanah-tanah bertekstur berat atau tanah-tanah sangat liat, kemampuan meretensi air dalam tanah lebih tinggi. Kemampuan meretensi air yang tinggi merupakan kondisi yang mendukung kesuburan tanah.

Air Tersedia adalahselisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi dengan kadar air pada titik layu permanen. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya gravitasi dan titik layu permanen adalah kandungan air dimana air tanah tidak dapat diserap lagi oleh akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu. Ambang batas Air Tersedia adalah

11-17 (kategori sedang) dan 18-30 (kategori tinggi). Pada Tabel 15 tertera kedua jalur memiliki ketersediaan air yang baik dengan kategori sangat tinggi.

Air tersedia pada Jalur Antara lebih banyak dibandingkan pada Jalur Tanam. Air tersedia pada Jalur Antara dengan Jalur Tanam sangat berbeda nyata pada taraf 99 %, artinya pembuatan Jalur Tanam mengakibatkan penurunan air tersedia tanah disekitar perakaran. Peningkatan air tersedia pada Jalur Antara ke Jalur Tanam sebesar 3,22, yaitu dari awalnya 44,84 menurun menjadi 41,62. Meskipun demikian kedua jalur tersebut masih mempunyai katagori air tersedia yang sama yaitu ada pada tingkat sangat tinggi. Hal ini lebih disebabkan adanya kenaikan jumlah bahan organik setelah penebangan dimana sisa- sisa biomassa bagian te-gakan tidak di angkut ke luar areal tetapi dibiarkan tetap tinggal di lahan tersebut sebagai bagian dari input hara bila terdekomposisi.

Apabila Air Tersedia berlebih atau sebaliknya akan mempengaruhi tehadap tanah dan tanaman. Pada tanah kandungan air yang terlalu banyak akan menga-kibatkan tanah mejadi tereduksi sehingga banyak mengandung Asam Sulfida yang menyebabkan tanah tersebut masam, karatan dan akan meningkatkan kandun-gan unsur Fe. Kondisi tanah tersebut akan berdampak buruk pada tanaman karena mengandung racun dan menyebabkan akar tanaman busuk. Kebalikannya jika air tersedia semakin kecil dibawah 10 menandakan tanah tersebut padat dan berpori halus sehingga sifatnya liat /lempung, tanah ini tidak baik untuk ditanami karena tidak subur dan perlu adanya perbaikan Agregat dan Tekstur tanahnya.

Permeabilitas.

Permeabelitas adalah Kecepatan tanah dalam menyerap air, satuannya ada-lah liter/jam. Ambang batas Permeabilitas adalah 12,7 - 25,4 (kategori sedang sampai cepat) dan di atas 25,4 (cepat) (Hardjowigeno 2005)

.

Permeabilitas tanah menggambarkan kelancaran aliran lateral air pada masa tanah. Nilai permeabilitas rendah berarti kondisi tanah terlalu padat. Pada umumnya nilai permeabilitas sua-tu tanah akan lebih besar atau cepat pada tegakan yang lebih rapat karena struksua-tur tanah lebih sarang (porous) dan kadar bahan organik lebih tinggi dibanding pada tegakan yang lebih terbuka.

Permeabilitas tanah pada Jalur Antara 14,7 cm/jam dan pada Jalur Tanam 11,78 cm/jam. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembuatan Jalur Tanam terjadi

penurunan permeabilitas. Hal tersebut lebih diyakinkan lagi dengan hasil uji T yang berbeda nyata pada taraf 95 %. Tingkat katagori permeabilitas juga mengalami penurunan, Jalur Antara mempunyai tingkat permeabiltas yang terkatagori cepat dan menurun menjadi katagori agak cepat pada Jalur Tanam.

Tanah yang subur mempunyai Permeabelitas cepat dan sebaliknya jika Permeabilitas rendah maka tanah tersebut tidak subur. Hal yang mempengaruhi perbaikan kondisi Permeabilitas tanah adalah struktur tanah yang baik, kandungan bahan organik yang tinggi dan biota tanah. Biota tanah aktif dalam memperbaiki agregat dan pori tanah maupun struktur dan tektur tanah.

Kandungan hara dan air akan menjadi baik jika tanah memilki daya serap air yang tinggi. Tanaman dan tanah tidak akan mengalami kekeringan (kekuran-gan air) dan kekurangan mineral jika tanah mempunyai daya serap air yang tinggi. Sebaliknya jika tanah kelebihan air maka akan berdampak buruk pula se-perti yang dijelaskan pada bagian air tersedia yang menyebabkan tanah masam karena air merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah. Tanah yang memiliki daya serap yang lambat biasanya banyak mengandung unsur liat dan debu sehing-ga porinya padat dan air sulit untuk diserap. Pengaruhnya pada tanaman adalah menyebabkan akar tanaman tidak mampu menembus tanah untuk mengambil un-sur hara dan mineral. Tanah yang memiliki kecepatan daya serap yang baik bi-asanya akan terlihat pada tanah yang telah diolah karena dalam proses pengolahan tanah terdapat sebuah sistem yaitu sistem pembalikan tanah yang mana bertujuan untuk mempermudah pertukaran unsur gas yang ada didalam tanah.

Tekstur tanah.

Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara partikel liat, debu dan pasir dalam satu satuan massa tanah. Tekstur tanah di plot penelitian dapat dilihat di Tabel 15. Persentase masing-masing partikel tanah memberikan gambaran kondisi fisik tanah yang berhubungan erat dengan pertumbuhan karena akan mempengaruhi perkembangan akar dalam menyerap unsur hara dan kemampuan tanah menahan air. Di lokasi penelitian baik pada Jalur Antara maupun Jalur Tanam mempunyai kelas tektur sama yaitu bertekstur sedang karena bersifat lem-pung berliat. Jalur Antara mempunyai komposisi tekstur tanah 36,77 % debu,

32,51 % pasir dan 30,72 % liat. Jalur Tanam 41,22 % debu, 26,30 % pasir dan 32,48 % liat

Dokumen terkait