• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

3. Perubahan yang dialami Para Anak Asuh Siswa SMP

Perubahan fisik yang nampak meliputi tingi badan, berat badan, proporsi tubuh, dan organ seks. Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi badan yang matang antara usia 17-18 tahun, dan rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun sesudahnya. Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan. Berbagai anggota badan tumbuh lambat laun dan mencapai perbandingan tubuh yang lebih simetris seperti badan melebar dan memanjang. Organ seks pria maupun wanita mencapai ukuran yang matang pada akhir remaja. Perubahan yang tak menampak meliputi sistem pencernaan,

jaringan tubuh. Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan lebih kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan apabila jantung sudah matang. Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia 17 tahun dan anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian. Perkembangan kelenjar gonad pada masa ini mengakibatkan ketidakseimbangan diri pada anak asuh SMP. Kelenjar-kelenjar seks berkembang dengan pesat dan berfungsi pada saat anak asuh SMP namun mengalami kematangan saat akhir masa remaja atau pada anak asuh di kelas tiga SMA. Rata-rata pada usia 18 tahun perkembangan kerangka terhenti (Hurlock, 1980:211).

b. Perubahan Reaksi Perasaan

Anak asuh siswa SMP mengalami perkembangan emosi yang menunjukan sifat yang sensitif dan reaktif seperti mudah tersinggung, mudah sedih/murung. Perilaku para anak asuh siswa SMP terlihat lebih tegang dan selalu bertanya serta melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Adanya ketegangan-ketegangan emosional pada diri anak asuh karena mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan harapan-harapan masyarakat sekitarnya seperti aturan di Panti, sekolah, dan masyarakat sekitar. Kadang mereka merasa gembira

namun tiba-tiba mereka langsung merasa sedih, putus asa, rendah diri dan tidak mau bergaul.

Perubahaan reaksi perasaan pada anak asuh siswa SM pada umumnya lebih matang dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada yang berkaitan dengan dirinya. Reaksi emosi sudah mulai diatur namun dapat meningkat dengan tiba-tiba jika ia sedang jatuh cinta, memikirkan masa depan atau sedang menghadapi rasa marah yang besar.

c. Perubahan Sikap Sosial

Anak asuh siswa SMP harus menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial baik dalam keluarga, panti asuhan, sekolah, dan masyarakat sehingga hal ini sering menimbulkan konflik peran sosial dalam diri mereka. Di satu pihak mereka sudah ingin mandiri, tetapi di pihak lain mereka masih harus mengikuti kemauan orang tua, panti, dan aturan-aturan masyarakat sekitar. Mereka juga memiliki status yang tidak menentu, apakah mereka bersikap sebagai kanak-kanak atau orang dewasa karena pada saat ini mereka berlaku sebagai anak-anak namun oleh sebagian kelompok masyarakat hal tersebut tidak diperkenankan.

Anak asuh siswa SM biasanya mereka sudah lebih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Mereka mendapatkan tugas dan tanggungjawab dalam membimbing para anak asuh yang masih SD.

Untuk dapat menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan orang dewasa, para anak asuh harus membuat banyak penyesuaian baru seperti penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam sleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam sleksi pemimpin. Para anak asuh di Panti Asuhan hidup bersama dengan kelompok teman sebaya. Pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1980:213).

d. Perubahan Minat

Minat pada anak asuh siswa SMP dianggap sangat penting, seperti minat pada pakaian dan penampilan. Sedangkan minat pada anak asuh siswa SM lebih pada masalah karier. Hurlock menyebutkan minat-minat yang terdapat pada anak asuh yang seusia antara lain; minat rekreasi (permainan dan olah raga, bersantai, berpergian, hobi, membaca, menonton film dan TV, mendengarkan radio, melamun) yang sering dialami oleh anak asuh siswa SMP; minat sosial yang bergantung pada kesempatan yang diperoleh para anak asuh untuk mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok (minum minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang, percakapan, menolong orang lain, peristiwa dunia, kritik dan pembaruan) yang juga dialami oleh anak asuh siswa SMP dan SM; minat pribadi (minat pada penampilan, minat pada pakaian, minat pada prestasi, minat pada kemandirian, minat pada uang) yang banyak dialami oleh anak asuh siswa SM; minat pada pendidikan seperti minat

pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya, minat pada pekerjaan seperti pemantapan kursus-kursus untuk menambah keterampilan sebagai modal bekerja yang sering dialami oleh anak asuh siswa SM; minat pada agama seperti semakin mendalami ajaran agama dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan saat anak asuh bersekolah di SM, dan minat pada simbol status yang merupakan prestise yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi atau mempunyai status yang lebih tinggi dalam kelompok seperti merokok, minum minuman keras, dan penggunaan obat-obatan terlarang yang sering dialami pula oleh anak asuh siswa SM (Hurlock, 1980:217-213).

e. Perubahan Moral

Para anak asuh siswa SMP dan SM diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 1980:225). Para anak asuh harus mengendalikan perilakunya sendiri yang sebelumnya menjadi tanggungjawab orang tua, guru dan pengasuh.

Ketika memasuki usia remaja, para anak asuh tidak lagi begitu saja menerima kode moral dari orang tua, guru, pengasuh bahkan dari teman-temannya yang sebaya. Ia sendiri ingin membentuk konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang dan yang telah

dilengkapi dengan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang dipelajari dari orang tua, guru dan juga pengasuhnya. Ada diantara para anak asuh yang bahkan melengkapi kode moral mereka dengan pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran agama (Hurlock 1980). f. Perubahan Kepribadian

Pada para anak asuh siswa SMP, pada umumnya anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karena itu mereka terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka misalnya dengan membaca buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai masalah mereka dengan harapan untuk mendapatkan dukungan sosial.

Sedangkan pada anak asuh siswa SM, sudah menyadari apa yang membentuk ”kepribadian yang menyenagkan.’ Ia mengetahui sifat-sifat yang dikagumi oleh teman-teman sejenis maupun teman-teman lawan jenis. Mereka menggunakan standar kelompok sebagai konsep dasar mereka mengenai kepribadian ”ideal” terhadap mana mereka memiliki kepribadian mereka sendiri (Hurlock 1980)

C. Kebutuhan-Kebutuhan Para Anak Asuh

Dokumen terkait