• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.2. Perumusan Masalah

Produksi padi nasional masih didominasi padi sawah sedangkan sumbangan padi ladang masih sangat rendah karena produktivitas dan luas tanam padi ladang yang jauh lebih rendah daripada produktivitas dan luas tanam padi sawah. Produktivitas rata-rata padi ladang pada tahun 2004 baru mencapai 25.68 kwintal per hektar, sementara sumbangan padi ladang terhadap produksi padi nasional pada tahun yang sama hanya sekitar 5.3

persen dengan luas panen sekitar 9.4 persen dari total luas panen padi nasional2.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Indonesia Tahun 2004

Jenis Luas Panen

(Ha) Produktivitas* (Ku/Ha) Produksi* (Ton) Padi Sawah 10.843.004 47,45 51.446.191 Padi Ladang 1.127.034 25,68 2.895.112 Padi Total 11.970.038 45,40 54.341.303

Sumber : Situs Deptan (www.deptan.go.id/ditjentp), 2004 *)Gabah Kering Giling

Jika dibandingkan dari segi laju pertumbuhan produksi, padi ladang juga masih jauh lebih rendah daripada padi sawah, dimana dari tahun 1969 hingga 1989 produksi padi ladang hanya mengalami peningkatan kira-kira sebesar 45 persen yaitu dari 1.622 ribu ton pada tahun 1969 menjadi 2.345 ribu ton pada tahun 1989, sementara produksi padi sawah mengalami peningkatan kira-kira sebesar 140 persen atau meningkat sebesar 24.6 juta ton.

Menurut Ruchyat (1993) dalam Maryono (1996), rendahnya produktivitas padi ladang tidak terlepas dari keterbatasan faktor tanah, topografi dan iklim pada lahan kering. Lahan kering mempunyai karakteristik antara lain : (1) tanah kurang subur, (2) topografi umumnya berlereng sehingga mudah tererosi, (3) curah hujan rendah. Di samping itu kenyataan juga menunjukkan bahwa keterbatasan faktor produksi usahatani (lahan, tenaga kerja dan modal) serta pengetahuan petani di daerah lahan kering menyebabkan pola tanam yang selama ini diusahakan masih bersifat subsisten. Dari kenyataan tersebut adalah hal yang wajar bila produktivitas rata padi ladang jauh lebih rendah daripada produktivitas

rata padi sawah dengan tingkat kesuburan tanah yang jauh lebih tinggi, pengairan yang lebih teratur, dan topografi yang lebih baik untuk usahatani padi.

Tingkat produktivitas padi ladang yang rendah dan laju perkembangan produksi padi ladang yang relatif lamban juga diakibatkan permasalaha n yang dihadapi usahatani padi ladang relatif lebih kompleks daripada permasalahan padi sawah. Kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah dibandingkan padi ladang merupakan salah satu contohnya, meskipun hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat produktivitas padi sawah yang jauh lebih tinggi dengan kendala peningkatan produktivitas padi sawah yang jauh lebih ringan daripada kendala peningkatan produktivitas padi ladang.

Meskipun sumbangan padi ladang terhadap produksi nasional relatif kecil, tetapi padi ladang ditanam hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan sebagian daerah sangat menggantungkan ketersediaan dan kebutuhan berasnya pada produksi padi ladang. Pertanian padi ladang banyak dijumpai di daerah transmigrasi lahan kering dan daerah yang topografi lahannya didominasi perbukitan atau lahan kering dan tidak mendapat fasilitas irigasi (Wana, 2000).

Berdasarkan uraian di atas, maka posisi usahatani padi ladang akan semakin penting bagi masa depan pertanian Indonesia secara umum dan sangat potensial bagi peningkatan ketahanan pangan nasional. Permasalahan usahatani padi ladang relatif lebih kompleks daripada padi sawah. Usahatani padi ladang memerlukan identifikasi lebih rinci dan jelas pada masing- masing daerah produsen padi ladang. Identifikasi yang dimaksud antara lain meliputi penelitian tentang peningkatan teknik budidaya yang ada supaya produktivitas lahan kering

terutama padi ladang dapat ditingkatkan hingga dapat mengimbangi produktivitas padi sawah bahkan mungkin melampauinya.

Analisis terhadap aspek produksi merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam kebijaksanaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama yang menjadi makanan pokok masyarakat. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas dan efisiensi ekonomi pengusahaan padi ladang. Dengan pendekatan ini akan diketahui alternatif produksi yang paling tepat dalam waktu yang telah ditentukan sehingga nantinya dapat menjadi salah satu informasi yang berguna dalam pembuatan kebijakan pertanian seperti halnya dalam usahatani padi ladang. Penentuan alternatif produksi padi ladang tentu juga harus mempertimbangkan karakteristik agroklimat yang khas atau unik pada masing- masing daerah produksi disamping karakteristik sosial ekonominya.

Karawang merupakan salah satu sentra produksi padi di Indonesia. Tabel 5 menunjukkan perbandingan produksi gabah kering giling Kabupaten Karawang dengan Propinsi Jawa Barat dan produksi total keseluruhan di Indonesia. Pada tahun 1992 total produksi Kabupaten Karawang mencapai 1,007 juta ton atau mencapai 8,89 persen total produksi Jawa Barat dan 2,08 persen dari seluruh total produksi di Indonesia.

Tabel 3. Produksi Padi Gabah Kering Giling di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, dan Indonesia Tahun 2004

Tahun Karawang (Ton) Jawa Barat (Ton) Indonesia (Ton) 1992 1.007.499 11.320.445 48.240.009 1993 1.007.689 11.188.421 48.181.087 1994 997.796 10.218.744 46.641.524 1995 991.974 11.094.735 49.744.140 1996 997.071 11.152.628 51.101.506

1997 989.304 10.746.730 49.377.000

1998 737.429 10.209.499 49.237.000

1999 917.879 10.400.411 50.866.000

2000 917.951 11.154.267 51.898.852

Sumber : Situs Deptan (www.deptan.go.id/ditjentp), 2004

Pada tahun 2000 produksi Kabupaten Karawang mencapai 917 ribu ton sehingga memberikan kontribusi sebesar 8,22 persen dari produksi Jawa Barat dan 1,76 persen dari seluruh total produksi padi nasional yang mencapai 51,8 juta ton. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat mengenai adanya fluktuasi produksi yang terjadi tahun demi tahun yang menggambarkan adanya ketidakstabilan produksi padi yang disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain2 :

a. Semakin berkurangnya lahan pertanian yang ada yang disebabkan oleh berubah fungsinya lahan pertanian menjadi kawasan perumahan dan industri. b. Belum berfungsinya saluran irigasi secara maksimal untuk mengairi lahan

sawah dengan merata. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan yang ketat sehingga saluran irigasi banyak dikuasai oleh beberapa orang untuk kepentingan sendiri dan kelompok tertentu.

c. Pengaruh faktor cuaca dan iklim yang terus berfluktuasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Mengapa produktivitas padi ladang lebih rendah dari padi sawah ? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas padi ladang ?

3. Bagaimana mencapai tingkat penggunaan faktor- faktor produksi yang efisien secara ekonomis pada cabang usahatani padi ladang ?

Dokumen terkait