• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Perumusan Masalah 5

Dari uraian Latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Strategi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh informasi dan gambaran mengenai strategi Dinas Pendidikan,

Pemuda dan Olahraga (Dinas Dikpora) Kota Surakarta dalam proses pengadaan

kepala sekolah.

2. Sebagai syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Diperoleh Informasi dan gambaran mengenai strategi Dinas Pendidikan, Pemuda

dan Olahraga (Dinas Dikpora) Kota Surakarta dalam proses pengadaan kepala

sekolah guna memperoleh calon kepala sekolah yang berkualitas.

2. Memberikan masukan dan sumbangan saran bagi Badan atau Dinas terkait sebagai

pertimbangan dalam menentukan strategi guna memperoleh pegawai negeri

khususnya Kepala Sekolah yang berkompeten, unggul dan profesional, serta

mampu menghadapi tuntutan global.

3. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani “ stratego” , yaitu gabungan

dari kata stratos yang berarti tentara dan ego yang berarti pemimpin (Bryson, 2007

: 25). Strategi disini diartikan sebagai taktik atau cara bagi seorang pemimpin

perang dalam memobilisasi pasukannya untuk memenangkan peperangan.

Konotasi ini berlaku selama masa perang dan berkembang dalam manajemen

ketentaraan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 1092) strategi

memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang baik

menurut siasat perang atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian tersebut dapat

dikatakan bahwa strategi berkaitan erat dengan peperangan. Namun dewasa ini

istilah strategi sudah digunakan oleh semua jenis organisasi, dan ide-ide pokok

yang terdapat dalam pengertian semula yang di pertahankan, hanya saja lebih

diaplikasikan sesuai dengan jenis organisasi yang menerapkan.

Pengertian strategi juga dikemukakan oleh Kolonel CKU Drs. Anthon

Simbolon, M.Si dalam tulisannya di materi workshop penyusunan rencana

strategis dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Departemen Pertahanan pada tahun 2003 menyatakan bahwa startegi adalah cara

mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan kedalam kebijakan-kebijakan dan

dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun. Sasaran

adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam

rumusan yang spesifik, terukur dalam waktu yang lebih pendek dari tujuan,

kemudian dijabarkan didalam kebijakan. Kebijakan pada dasarnya merupakan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk

dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun

pelaksanaan program/ kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan

dalam perwujudan sasaran, tujuan, visi, dan misi instansi pemerintah. Sedangkan

program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk

mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi pemerintah

ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat guna mencapai sasaran

tertentu.

Strategi adalah semua keputusan untuk melakukan perubahan dan

mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan. Sehingga organisasi

mampu menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang

akan dihadapi. Dengan demikian, beberapa ciri strategi yang utama adalah :

1) Goal-directed actions, yaitu aktivitas yang menunujukkan “apa” yang

diinginkan organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya.

2) Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan

kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan (Mudrajad

Kuncoro, 2006 : 12).

Strategi dipandang sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan,

atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi itu, apa yang

commit to user

strategi merupakan perluasan misi guna menjembatani organisasi dan

lingkungannya. Strategi biasanya di kembangkan untuk mengatasi isu strategis,

strategi menjelaskan respon organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok.

Dilihat dari sudut etimologi, strategi diartikan sebagai kiat, cara, atau

taktik. Oleh karena itu, menurut Hadari Nawawi (2005 : 147) strategi dalam

sebuah manajemen organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara, atau taktik utama

yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen

yang terarah pada tujuan strategis organisasi.

Frederica Ricceri dan James Guthrie dalam 3rd Workshop on

Usualizing, Measuring, and Managing Intangibles & Intellectual Capital (2007 :

7) mengemukakan :

“Strategication involves two concepts strategic formulation and implementation, these concepts are seen as being interactive and part of a continous process of innovation that occurs throughout the organization when emergent strategies and the workface, within or outside the current strategy .“

Dalam jurnal diatas dijelaskan bahwa strategi meliputi dua konsep yaitu

pembuatan startegi dan implementasi. Konsep-konsep tersebut merupakan proses

yang saling berhubungan dan berkelanjutan dalam inovasi dan penetapan, berupa

inovasi secara perlahan ataupun radikal yang muncul dalam sebuah organisasi

ketika sebuah strategi baru digunakan oleh semua pimpinan.

Setiap strategi menuntut adanya suatu implementasi, karena tanpa

adanya suatu implementasi, strategi menjadi tidak berarti. Impelemntasi strategi

berfokus pada aktivitas-aktivitas administratif yang merupakan suatu proses

tersendiri dari sering tidak dipandang sebagai bagian integral dari pengambilan

dari berbagai aktivitas guna mencapai suatu sasaran tertentu. Implementasi suatu

strategi menuntut suatu kehati-hatian, karena menyangkut bagaimana

melaksanakan startegi tersebut. Apabila strategi tersebut merupakan hasil

keputusan strategis yang inkrimental maka implementasinya tidak menimbulkan

masalah yang terlalu banyak, tetapi kalau merupakan keputusan yang baru

ditetapkan, maka akan sulit pelaksanaannya. Untuk menjamin bahwa strategi akan

berhasil, diperlukan adanya kebijaksanaan yang berkaitan dengan pedoman

pelaksanaan, metode kerja, prosedur dan peraturan-peraturan, dan segala sesuatu

yang diperlukan untuk memberikan dorongan dan motivasi bagi yang

bersangkutan dalam menyukseskan pencapaian sasaran organisasi.

Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi agar lebih

mudah dipahami oleh setiap individu dalam suatu instansi atau organisasi seperti

Dinas Pendidikan, pemuda dan Olahraga Kota Surakarta, sebagai sebuah instansi

pemerintah yang bergerak dalam bidang pendidikan, pemuda dan olahraga.

Menurut Donelly dalam Salusu (2004 : 109), ada enam informasi yang tidak boleh

dilupakan dalam strategi, yaitu : (1) Apa, apa yang dilakukan; (2) Mengapa

demikian, suatu uraian tentang alasan yang dipakai dalam menentukan apa diatas;

(3) Siapa yang bertanggung jawab untuk atau mengoperasionalkan strategi; (4)

Berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi; (5)

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk operasionalisasi strategi tersebut; (6)

Hasil apa yang diperoleh dari strategi itu.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas,

dapat disimpulkan bahwa strategi dapat diartikan sebagai suatu cara yang

commit to user

proses pengadaan kepala sekolah agar diperoleh calon kepala sekolah yang

berkualitas dan berkompeten.

2. Pengadaan

Pengadaan (procurement) adalah fungsi operasional pertama dari

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Dalam pengadaan sumber daya

manusia merupakan masalah penting, sulit, dan kompleks karena untuk

mendapatkan dan menempatkan orang-orang yang kompeten, serasi serta efektif

tidaklah semudah membeli dan menempatkan mesin. (Hasibuan, 2006: 27).

Pengadaan SDM dimaksudkan untuk memperoleh jumlah dan jenis

tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja guna mencapai

tujuan organisasi. (Samsudin, 2006). Pengadaan SDM adalah proses pencarian

dan ‘pemikatan’ para calon karyawan (pelamar). (Handoko, 2000).

Pengadaan harus didasarkan pada prinsip apa baru siapa. Apa artinya

harus terlebih dahulu menetapkan pekerjaan-pekerjaannya berdasarkan uraian

pekerjaan (job description). Siapa artinya mencari orang-orang yang tepat untuk

menduduki jabatan berdasarkan spesifikasi pekerjaan (job specification).

Pengadaan ini harus mendapat perhatian yang serius serta di dasarkan pada

analisis pekerjaan (job analysis), uraian pekerjaan (job description), spesifikasi

jabatan (job specification), persyaratan pekerjaan (job requirement), dan evaluasi

pekerjaan (job evaluation), pengayaan pekerjaan (job enrichment), perluasan

pekerjaan (job enlargement), dan penyederhanaan pekerjaan (work simplification).

(Hasibuan, 2006: 28).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengadaan

sumber daya manusia untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu.

3. Kepala Sekolah

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah”.

Kata “kepala” dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau

sebuah lembaga. Sedangkan “sekolah” adalah sebuah lembaga di mana menjadi

tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat

diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan

memberi pelajaran. (Wahjosumidjo, 2005:83) mengartikan bahwa:

“Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor

0296/U/1996, tanggal 1 Oktober 1996 tentang Penugasan Guru Pegawai Negeri

Sipil sebagai Kepala Sekolah di lingkungan Depdikbud, disempurnakan dengan

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 162/U/2003 tentang Pedoman

Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah menerangkan bahwa :

“Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah dan masa jabatan Kepala Sekolah selama 4 (empat) tahun serta dapat diperpanjang kembali selama satu masa tugas berikutnya bagi kepala sekolah yang berprestasi sangat baik.”

Status Kepala Sekolah adalah guru dan tetap harus menjalankan tugas-tugas guru,

mengajar dalam kelas minimal 6 jam dalam satu minggu di samping menjalankan

tugas sebagai seorang manajer sekolah. Begitu juga ketika masa tugas tambahan

berakhir maka statusnya kembali menjadi guru murni dan kembali mengajar di

commit to user

Ruth dalam J. Ukko, J. Tenhunen and H. Rantanen dalam The impacts

of performance measurement on the quality of working life (Int. J. Business

Performance Management, Vol. 10, No. 1, 2008 : 89-90), mengemukakan :

“ …the main qualities of leadership are abilities for long-term strategic thinking, communication skills, integrity and ambition. In the popular language leadership usually refers to motivating and committing people – in a word, leading people.”

Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa kualitas utama dari pemimpin adalah

kecakapan untuk berpikir stratejik, keterampilan berkomunikasi, intregitas dan

keinginan. Dalam kepemimpinan biasanya ditujukan untuk memotivasi dan

menempatkan orang, dengan kata lain orang yang memimpin.

Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa “Kepala

sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki

jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah adalah seorang guru yang diangkat untuk menduduki jabatan sebagai

kepala sekolah dan mempunyai kemampuan untuk memimpin sumber daya yang

ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk

mencapai tujuan bersama.

4. Strategi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dalam proses Pengadaan Kepala Sekolah

Proses Pengadaan jabatan kepala sekolah tidak dapat diisi oleh

sembarang orang tanpa adanya pertimbangan dan prosedur serta

oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dalam mendapatkan

calon kepala sekolah yang paling memenuhi kualifikasi untuk mengisi formasi

kepala sekolah di satuan pendidikan tertentu. Dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia melalui pendidikan formal, berbagai upaya telah dan terus

dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

pengembangan karir guru di lingkungan pendidikan dasar dan menengah. Dengan

demikian seorang guru akan dapat dipromosikan sebagai kepala sekolah setelah

melalui proses seleksi dan ketentuan lainnya.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 162/U/2003 dan Keputusan Walikota Surakarta tentang

pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah. Kepmendiknas dan Keputusan

Walikota tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah ini dilampirkan

mengenai Pedoman untuk memperoleh kepala sekolah yang meiputi : Kepala

Sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah

Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Pedoman ini secara eksplisit

mencantumkan syarat umum dan syarat khusus kepada calon kepala sekolah.

Persyaratan umum dan khusus yang ada dalam Kepmendiknas nomor 162/U/2003

dan Keputusan Walikota Surakarta tentang pedoman penugasn guru sebagai

kepala sekolah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

Madrasah. Dengan adanya Pedoman ini Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Kota Surakarta berharap arah pembinaan dan pengembangan untuk mendaptkan

calon kepala sekolah yang berkualitas dan berkompeten dapat lebih terarah.

commit to user

Kota Surakarta dalam memperoleh Kepala Sekolah yang bermutu dan berkualitas

sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan dilakukan melalui

berbagai proses, yaitu dari proses penarikan, seleksi, dan penempatan calon kepala

sekolah.

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang merupakan instansi

yang berkaitan dengan proses pengadaan kepala sekolah, senantiasa memberikan

advice dan pendampingan dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan

kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Adapun proses-proses tersebut dijabarkan

sebagai berikut :

a. Penarikan

Penarikan adalah usaha mencari dan mempengaruhi pegawai, agar

mau melamar lowongan pekerjaan yang ada dalam suatu perusahaan/

organisasi (Hasibuan, 2006 : 40). Menurut Edwin B. Fillppo dalam Hasibuan

“ Recruitment is the process of searching for prospective employees and stimulating them to apply for job in the organizational”. (Penarikan adalah proses pencarian dan pemikatan para calon pegawai yang mampu bekerja di dalam organisasi).

Agus Tulus (1994 : 60) berpendapat bahwa maksud dan tujuan

rekrutmen adalah untuk memperoleh suatu persediaan seluas mungkin dari

calon-calon pelamar, sehingga organisasi akan mempunyai kesempataan untuk

melakukan pilihan tenaga kerja bermutu yang diperlukan. Rekrutmen sendiri

dibedakan menjadi dua yaitu : rekrutmen umum dan rekrutmen khusus.

1) Rekrutmen umum dilakukan bila organisasi memerlukan sekelompok

orang tenaga kerja jenis tertentu, terutama karyawan pelaksana

2) Rekrutmen khusus dilakukan bila organisasi memerlukan

individu-individu dari jenis yang khusus, terutama bagi tenaga pimpinan

(eksekutif) atau ahli-ahli khusus.

Dari definisi penarikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

proses penarikan merupakan langkah awal dimana proses kegiatan untuk

menarik pegawai dalam hal ini kepala sekolah harus dilakukan secara proaktif

dalam rangka mendapatkan guru yang paling menjanjikan untuk menjadi calon

kepala sekolah.

Proses penarikan pegawai yang baik menurut Hasibuan (2006 :

41-46) adalah sebagai berikut :

1. Penentuan jumlah dan kualitas SDM yang diperlukan.

Penetapan Jumlah pegawai terdiri dari 2 jenis, yaitu :

a. Penetapan Pegawai dengan menggnakan metode Ilmiah, artinya

penetapan jumlah pegawai yang dibutuhkan hanya berdasarkan atas

perkiraan-perkiraan saja, bukan atas perhitungan cermat dari volume

pekerjaan dan standar prestai kerja.

b. Penetapan Pegawai dengan menggnakan metode nonIlmiah,

merupakan penetapan jumlah pegawai yang dibutuhkan benar-benar

sesuai atas perhitungan dan analisis beban kerja.

2. Penentuan dasar penarikan

Menentuan dasar penarikan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang

diuraikan secara rinci guna mengetahui kualifikasi yang dibutuhkan,

commit to user dan berkedudukan sebagai tenaga fungsional.

3. Penentuan sumber-sumber penarikan

Penentuan Sumber Penarikan atau perekrutan calon pegawai berasal dari

sumber internal dan sumber eksternal organisasi.

a. Sumber internal, adalah pegawai yang akan mengisi lowongan kerja

diambil dalam organisasi atau perusahaan tersebut, dengan cara

memutasikan atau memindahkan pegawai yang memenuhi spesifikasi

pekerjaan.

b. Sumber Ekstrenal, adalah pegawai yang akan mengisi jabatan yang

lowong dilakukan penarikan atau perekrutan dari sumber-sumber

tenaga kerja di luar organisasi/ perusahaan, antara lain berasal dari :

1) Kantor penempatan tenaga kerja

2) lembaga-lembaga pendidikan

3) referensi karayawan atau rekanan

4) serikat-serikat buruh/ pegawai

5) pencangkokan dari perusahaan/ organisasi lain

6) nepotisme atau leasing

7) pasar tenaga kerja dengan memasang iklan pada media massa,

dan,

4. Metode-metode Penarikan atau perekrutan

Metode penarikan atau perekrutan akan berpengaruh besar terhadap

banyaknya lamaran yang akan masuk kedalam perusahaan/ organisasi.

Metode penarikan atau perekrutan calon pegawai baru adalah dengan

a. Metode tertutup, adalah ketika proses penarikan atau perekrutan hanya

diinformasikan kepada pegawai atau orang-orang tertentu saja.

b. Metode terbuka, adalah ketika dalam proses penarikan atau perekrutan

tersebut diinformasikan kepada para pegawai secara luas dengan

memasang iklan di media massa.

5. Kendala-kendala penarikan atau perekrutan

Agar proses penarikan atau perekrutan berhasil dengan baik, maka setiap

organisasi/ perusahaan perlu menyadari berbagai kendala yang bersumber

dari organisasi, pelaksana penarikan atau perekrutan dan lingkungan

eksternal. Kendala-kendala yang dihadapi oleh setiap organisasi/

perusahaan tidaklah sama, tetapi umumnya kendala itu meliputi

kebijaksanaan organisasi, persyaratan jabatan, metode pelaksanaan

penarikan atau perekrutan, kondisi pegawai, solidaritas organisasi, dan

lingkungan eksternal. Gambar 2.1 Konsep penarikan Sumber : - Internal - Eksternal Metode : -Terbuka -tertutup

commit to user Penarikan atau recruitment

Dasar : - Job spesification - Peraturan Pemerintah Kendala : - Internal - Ekstern Organisasi

Dari uraian diatas, peneliti akan mengkaji hal-hal apa saja yang

dilakukan oleh Dikpora (dalam hal ini sebagai instansi yang terkait dengan proses

penarikan kepala sekolah) dan berikut adalah cara atau metode yang digunakan

oleh Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam proses penarikan/perekrutan, antara lain

:

a) Dasar penarikan calon kepala sekolah yang dilakukan oleh Dikpora harus

berpedoman pada spesifikasi pekerjaan yang diuraikan secara rinci guna

mengetahui kualifikasi yang dibutuhkan, meliputi : usia minimal dan

maksimal, pangkat/golongan, masa kerja, pengalaman, dan berkedudukan

sebagai tenaga fungsional. Hal ini terdapat dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang

standar kepala sekolah/madrasah.

b) Penetapan Jumlah Pegawai yang dilakukan oleh Dinas Dikpora berdasarkan

pada perhitungan analisis beban kerja dan bukan hanya pada perkiraan saja.

internal organisasi sendiri, hal ini sangat penting untuk memberikan

kesempatan promosi bagi guru-guru yang ada.

d) Metode atau cara yang digunakan oleh Dinas Dikpora dalam proses

penarikan adalah metode tertutup. Jadi penarikan pegawai hanya ditujukan

untuk guru-guru yang ada dibawah naungan Dinas Dikpora Kota Surakarta.

e) Kendala-kendala Penarikan

Jika banyak hambatan yang menghalangi proses penarikan maka akan

mengakibatkan terkendalanya proses pelaksanaan memperoleh pegawai.

Dengan demikian proses tersebut akan berhasil bila program tersebut

terlebih dahulu diinformasikan dengan jelas dan konsisten serta mudah

dipahami oleh calon tersebut.

b. Seleksi (Selection)

Menurut James A. F Stoner dalam Hasibuan (2006 : 47),

berpendapat bahwa :

“ The selection process involved evaluating and closing among job candidates. Apllication form resumes, interview, and reference checks are commonly uses selection decress” .

(proses seleksi meliputi penilaian dan penetapan diantara calon-calon pengisi jabatan. Aplikasi dari penilaian, wawancara, dan pengecekan referensi adalah yang biasa digunakan dalam penetapan keputusan seleksi)

Seleksi merupakan suatu proses pengambilan keputusan terhadap

individu yang dipilih karena kebaikan yang dimilikinya daripada yang lain,

untuk mengisi satu jabatan yang didasarkan pada karakter atau sifat-sifat baik

commit to user (Wahyusumidjo, 2005 : 351).

Pengertian seleksi menurut Alex Nitisemito (1991 : 44), adalah

kegiatan suatu perusahaan untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat

dan dalam jumlah yang tepat pula dari calon-calon yang dapat ditariknya.

Untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat

pula, maka diperlukan suatu metode seleksi yang tepat pula. Tetapi sebenarnya

untuk dapat memilih karyawan yang paling tepat sebenarnya tidak dapat

digantungkan pada metode seleksi saja, tapi juga bergantung pada ketepatan

dalam menganalisa jabatan.

Menurut Wahyusumidjo (2005 : 351), Seleksi adalah suatu proses

pengambilan keputusan terhadap individu yang dipilih karena kebaikan yang

dimilikinya daripada yang lain, untuk mengisi satu jabatan yang didasarkan

pada karakter atau sifat-sifat baik daripada individu tersebut, sesuai dengan

persyaratan jabatan yang diinginkan. Dari definisi tersebut dapat diketahui,

bahwa tujuan seleksi adalah guna mendapatkan :

a. pegawai yang qualified dan potensial.

b. pegawai yang jujur dan berdisiplin.

c. pegawai yang cakap dengan penempatannya yang tepat.

d. pegawai yang terampil dan bersemangat dalam bekerja.

e. pegawai yang memenuhi persyaratan perUndang-Undangan

f. pegawai yang dapat bekerjasama secara vertical maupun

horizontal

g. pegawai yang dinamis dan kreatif.

i. pegawai yang loyal dan berdedikasi tinggi.

j. mengurangi tingkat absensi dan turnover pegawai.

Salah satu usaha agar proses seleksi dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya, diperlukan standar kriteria seleksi yang didefinisikan lebih

sempurna dan spesifik. Standar seleksi, adalah satu degree atau level yang

menunjukkan derajat keunggulan yang menjadi syarat (excellence of

recruitment) untuk penugasan seseorang menjadi kepala sekolah. Standar

kriteria seleksi jabatan kepala sekolah, seharusnya ditentukan dari berbagai

facet yang mencakup aspek-aspek:

1. intelligence (tingkat kecakapan mental)

2. preparation

3. pengalaman

4. specialized skills

5. karakter pribadi (kecakapan bergaul); dan 6. kualitas latar belakang.

Wahyusumidjo (2005 : 354) berpendapat bahwa dalam proses

seleksi itu terdiri dari empat tahap, yaitu : tahap awal, tahap pra seleksi, tahap

seleksi dan tahap sesudah seleksi. Masing-masing secara singkat kegiatan

pokoknya adalah sebagai berikut

Gambar 2.2

Model proses Pemilihan Kepala sekolah (Wahyusumidjo, , 2005 : 354)

Tahap III Past Seleksi Tahap II Seleksi Tahap I Pra Seleksi

Dokumen terkait