• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUSAHAAN EFEK

Dalam dokumen Thesis Good Corporate Governance (Halaman 80-99)

- Penjamin Emisi Efek - Perantara Pedagang Efek - Manajer Investasi LEMBAGA PENUNJANG - BAE - Bank Kustodian - Penasehat Investasi - Pemeringkat Efek PROFESI PENUNJANG - Akuntan Publik - Konsultan Hukum - Penilai - Notaris PERUSAHAAN PUBLIK - Emiten

- Perusahaan Publik Reksa Dana

Dalam rangka menuju era globalisasi dan perkembangan Pasar Modal yang pesat, BAPEPAM selalu berusaha untuk mengikuti dan mengakomodasi, serta melindungi kepentingan investor, pelaku pasar modal dan masyarakat umum dengan membuat peraturan-peraturan baru dan merevisi peraturan yang telah ada.

Hal diatas dilakukan dengan pertimbangan bahwa Pasar Modal merupakan sumber dana jangka menengah dan jangka panjang yang sangat penting bagi pembangunan Nasional, pasar modal memungkinkan bagi dunia usaha yang membutuhkan dana atau modal untuk menggerakkan roda usaha dengan memperoleh langsung dari masyarakat melalui penerbitan saham atau berbagai jenis efek lainnya.

Dengan demikian Pasar Modal mempunyai peran penting dalam mengembangkan dan menjaga stabilitas sistem ekonomi secara keseluruhan. Dengan pertimbangan pentingnya Pasar Modal bagi perekonomian Nasional maka independensi BAPEPAM sebagai regulatory organization sangat diperlukan.

Independensi tersebut dimaksudkan untk menegakkan persatuan, konsistensi dan efisiensi dalam pengawasan dan pengembangan Pasar Modal. Saat ini BAPEPAM sedang diarahkan untuk menjadi suatu lembaga independen dan keinginan pemerintah

untuk mewujudkan hal tersebut secara jelas tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sebagai implementasinya saat ini BAPEPAM sedang merevisi Undang-Undang Pasar Modal, dimana salah satu masalah yang akan ditegaskan adalah masalah independensi BAPEPAM.

Kebijakan umum adalah kebijakan dibidang Pasar Modal yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan ekonomi makro pada umumnya. Menteri Keuangan menetapkan kebijakan umum dibidang Pasar Modal.

Selaras dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pasar Modal yaitu Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 maka Pemerintah juga telah mengeluarkan peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan kegiatan di Pasar Modal dan PP No. 46 Tahun 1995 Tentang Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional dibidang Pasar Modal telah banyak dilakukan penyempurnaan dan pembaharuan dalam upaya mendorong masyarakat termasuk pihak asing untuk memiliki saham perusahaan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 90/KMK/010/2001 tanggal 20 Februari 2001 tentang Pemilikan Saham perusahaan efek oleh pemodal asing.

Pasar modal yang fair, teratur dan efisien adalah pasar modal yang memberi pelindungan kepada investor publik terhadap praktik bisnis yang tidak sehat dan tidak jujur sehingga setiap badan yang ada di Pasar Modal semuanya harus mendapat izin dari BAPEPAM.

Hal ini menunjukkan prinsip akuntabilitas, pihak yang menjalankan kegiatan memang yang ahli dibidangnya dan telah mendapat ijin untuk bekerja di pasar modal sehingga apabila terjadi kerugian akibat kelalaiannya maka dengan jelas pihak tersebut harus mendapatkan sanksi, kerugian yang dimaksud disini adalah diluar normal business risk.

Resiko diluar normal business risk yang mengharuskan pemerintah untuk mengatur dan mengawasi pasar menyangkut :

1. Integritas finansial para perantara (intermediaries) dimana aset investor yang dititipkan uang maupun efek kepada broker-dealer tidak hilang karena broker-dealer mengalami bangkrut, mismanagement atau kelalaian, karenanya Undang-Undang Pasar Modal mengharuskan seluruh financial intermediaries diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di BAPEPAM.

2. Penipuan efek (securities fraud), penipuan didefinisikan dalam Undang-Undang Hukum Pidana akan tetapi dalam rangka menjalankan fungsinya untuk melindungi investor, BAPEPAM perlu diberi wewenang untuk investigasi dan menyeret pelaku penipuan ke pengadilan. Alasan kewenangan tersebut karena securities fraud menyangkut tehnik tinggi dan memerlukan keahlian khusus untuk dapat menyeret pelaku ke pengadilan, penipuan yang paling umum adalah menggunakan pernyataan yang salah atau menyesatkan yang mengakibatkan suatu pihak membeli atau menjual efek. Mengingat efek merupakan intangible legal rights maka investor harus mengandalkan statement yang dibuat intermediary tersebut. Dalam rangka membatasi kemungkinan securities fraud pasar modal menerapkan sanksi yang berat

bagi siapa saja yang tanpa izin bertindak sebagai financial intermediaries di pasar modal dan bagi siapa saja yang terlibat aktivitas penipuan tersebut.

3. Manipulasi pasar (market manipulation).

Investor di pasar modal berhak mengetahui bahwa harga yang dibentuk di bursa merupakan hasil proses permintaan dan penawaran yang fair dan bukan harga yang terbentuk dari hasil kolusi karena harga tersebut bukan merupakan parameter investasi yang tepat. Undang-Undang Pasar Modal mengatur bahwa barang siapa yang memberikan gambaran yang salah mengenai transaksi yang ada di bursa merupakan perbuatan melawan hukum.

4. Jenis manipulasi lainnya adalah menciptakan gambaran yang salah mengenai harga saham sehingga mendorong terjadinya jual beli saham pada harga yang sebenarnya merupakan harga rekayasa (artificial). BAPEPAM mempunyai wewenang untuk memonitor pasar agar dapat dideteksi kemungkinan adanya aktivitas manipulasi.

5. Ketentuan emiten, keterbukaan dipasar modal terutama ditujukan kepada keterbukaan perusahaan yang menawarkan efeknya dipasar modal atau emiten. Emiten dituntut untuk mengungkapkan informasi mengenai keadaan bisnisnya masyarakat, informasi tersebut haruslah dijamin kebenarannya dan emiten harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita masyarakat investor.

Peraturan BAPEPAM yang disempurnakan diantaranya adalah Peraturan Nomor IX.A.2 mengenai Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum yang

dimaksudkan untuk menyederhanakan proses dan mempersingkat jangka waktu penawaran umum dari 90 hari kerja menjadi maksimum 15 hari kerja.

Sementara itu penyempurnaan Peraturan IX.A.8 mengenai Prospektus Awal dan Info Memo dimaksudkan untuk mengatur ketentuan tentang Penawaran Awal (book building) sehingga Emiten dan Penjamin Emisi dapat melakukan Penawaran Awal setelah pengumuman Prospektus Ringkas.

Penawaran Awal (book building) adalah ajakan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan Prospektus Awal yang bertujuan untuk mengetahui minat calon pembeli atas efek yang akan ditawarkan dan atau perkiraan harga penawaran efek.

Peraturan ini menganut asas transparansi (keterbukaan) kepada masyarakat agar masyarakat tertarik untuk membeli perusahaan tersebut namun informasi yang diberikan haruslah benar, bukan penipuan dan tidak ada yang disembunyikan karena investor berhak akan informasi yang sebenar-benarnya.

Selanjutnya untuk memfasilitasi percepatan pemulihan ekonomi, Bapepam telah menyempurnakan Peraturan Nomor IX.E.1 mengenai Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu. Penyempurnaan peraturan ini dimaksudkan untuk memperluas pengertian benturan kepentingan dan pengertian Pemegang Saham Independen sehingga mempermudah penentuan Pihak yang berhak hadir dan memberikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham Independen apabila terdapat suatu transaksi yang mempunyai benturan kepentingan. Dengan penyempurnaan peraturan ini maka

perlindungan kepada pemegang saham, khususnya Pemegang Saham Independen meningkat.

Dibidang penegakan hukum, seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap perlindungan hukum di bidang pasar modal, Bapepam bersikap lebih proaktif terhadap dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal. Upaya tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah pemeriksaan dan penyidikan serta meningkatnya keterbukaan dalam pelaporan hasil-hasil pemeriksaan kepada para pelaku pasar dan masyarakat pada umumnya.33

Selain memberikan sanksi administratif, Bapepam juga mewajibkan kepada pihak yang melanggar ketentuan pasar modal untuk melakukan tindakan tertentu antara lain meminta Emiten untuk melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Independen, melakukan pemaparan publik, menanggung biaya registrasi saham dalam rangka scripless trading dan mengenakan denda kepada pengurus Emiten dengan membayar sejumlah uang kepada kas negara.

Sejalan dengan perkembangan keadaan pasar, saat ini Bapepam juga lebih aktif dalam mencermati kecenderungan (trend) pelanggaran yang terjadi seperti adanya Perusahaan yang melakukan kegiatan yang menyerupai Perusahaan Efek tanpa terlebih dahulu memperoleh izin dari Bapepam. Pemeriksaan terhadap kasus yang menyangkut pelanggaran keterbukaan informasi merupakan kasus terbanyak, kemudian diikuti dengan pemeriksaan terhadap pelanggaran benturan kepentingan dan manipulasi pasar.

Di bidang penegakan hukum, pada tahun 2000 ini Bapepam lebih proaktif dan dinamis dalam menangani sekaligus menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran. Dari 39 kasus yang ditangani, 28 di antaranya dapat diselesaikan di tahun 2000. Jenis sanksi juga lebih variatif, dengan lebih menekankan pada upaya penanaman kesadaran kepada manajemen Emiten dan Perusahaan Publik serta Perusahaan Efek agar menjunjung tinggi sekaligus menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance.34

Disamping itu, perlu kiranya disadari oleh semua pihak bahwa penerapan prinsip-prinsip corporate governance tidak hanya memerlukan perangkat regulasi dan penegakan atas peraturan tersebut saja. Namun jauh lebih penting adalah upaya penanaman pemahaman atas pentingnya penerapan prinsip tersebut oleh semua pihak.

Berdasarkan hal tersebut, Bapepam senantiasa mendukung upaya berbagai pihak seperti Komite Nasional Corporate Governance, Indonesian Institute on Corporate Governance (IICG) dan Forum on Corporate Governance in Indonesia (FCGI) untuk lebih memasyarakatkan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance.

Ringkasan hasil pemeriksaan suatu kasus berikut sanksi yang dijatuhkan kepada pelanggar juga diumumkan secara luas kepada masyarakat pada saat yang bersamaan dengan diputuskannya suatu sanksi. Hal ini selain sebagai perwujudan dari pertanggungjawaban Bapepam kepada masyarakat (public accountability) juga dimaksudkan agar masyarakat dapat memberikan penilaian, kritik, saran dan komentarnya guna lebih meningkatkan lagi kinerja Bapepam di masa mendatang.

Dari sisi regulasi, selain penerbitan beberapa aturan yang berkaitan dengan kemajuan dan kegiatan yang telah diutarakan sebelumnya, telah diterbitkan pula aturan lain dengan standar dan kualifikasi internasional baik baru maupun yang bersifat penyempurnaan.

Aturan dibidang penawaran efek selain semakin menyederhanakan proses emisi juga memungkinkan penerapan book building system yang di negara lain terbukti mampu meningkatkan animo masyarakat terhadap penawaran efek dari suatu emiten. Dapat dicatat pula bahwa beberapa aturan yang dikeluarkan di tahun 2000 seperti aturan mengenai benturan kepentingan, penawaran tender, transaksi material maupun perubahan kegiatan usaha, serta pengambilalihan perusahaan terbuka, langsung tidak langsung turut memberikan kontribusi dalam proses percepatan pemulihan perekonomian nasional.

Akhirnya, yang juga sangat penting untuk dicatat di tahun 2000 adalah penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang selain dimaksudkan guna meningkatkan independensi Bapepam selaku lembaga pengawas sebagaimana diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), juga sebagai respon untuk menyesuaikan Pasar Modal Indonesia dengan perkembangan dan perubahan paradigma yang terjadi di pasar modal dunia, seperti kecenderungan untuk mengizinkan Bursa Efek dimiliki pihak lain di luar Anggota Bursa atau demutualisasi bursa.

Momentum penyusunan RUU tersebut juga merupakan kesempatan berharga bagi pelaku Pasar Modal Indonesia sebagai salah satu warga industri sekuritas dunia,

untuk menunjukkan kepada masyarakat pasar modal internasional mengenai komitmennya dalam memenuhi resolusi yang dikeluarkan oleh IOSCO, khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan terhadap Objectives and Principles of Securities Regulation.

Dengan semakin majunya infrastruktur, semakin berdayanya pelaku pasar, semakin efektifnya penegakan hukum, dan semakin sempurnanya regulasi yang dipayungi pula oleh keberadaan Undang-Undang Pasar Modal dengan standar dan kualifikasi internasional.

Standar dan kualifikasi internasional selain akan meningkatkan daya saing Pasar Modal Indonesia di tingkat internasional, juga akan semakin mendekatkan Bapepam pada pencapaian visinya, yakni "Menjadi otoritas pasar modal yang berkualitas internasional, yang mampu mendorong, mengawasi, dan memelihara pasar sehingga berdaya saing global, dan mampu mendukung perkembangan ekonomi nasional".

Memang diakui bahwa Disclosure merupakan terminologi yang teramat sering dikumandangkan dalam dunia hukum pasar modal dan hukum pasar modal sendiri seakan belum sah jika belum mengatur tentang disclosure ini, karenanya banyak peraturan perundang-undangan mengaturnya secara cukup rinci.

Ada suatu dilema dalam hukum pasar modal itu sendiri apabila satu pihak hukum terus mengejar dengan memperinci sedetil-detilnya tentang hal-hal apa saja yang mesti didisclose oleh pihak-pihak penyandang kewajiban disclosure akan tetapi di lain pihak hukum juga harus memproteksi kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut.

Kepentingan tersebut seringkali bertentangan dengan kewajiban disclosure. Misalnya kepentingan suatu emiten untuk tidak mendisclose tentang informasi yang.tergolong rahasia perusahaan. Dalam hal ini, sektor hukum harus jeli menimbang- nimbang dan menyelaraskan kepentingan investor dan pasar terhadap suatu disclosure, dengan kepentingan emiten atau pihak-pihak lain pemilik informasi.

Keselarasan diantara dua kepentingan yang kontradiktif tersebut tercermin dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa suatu disclosure di pasar modal tidaklah semata- mata "full" tetapi juga mestilah "fair," seperti yang tersinipul dalam istilah full and fair disclosure.

Selain daripada itu, sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem hukum Perdata kita, secara hukum dalam suatu jual beli, si penjual antara lain drwajibkan untuk "menanggung" atas seluruh cacat yang tersembunyi dari barang yang dijualnya tersebut, tetapi didalam jual beli saham di pasar modal, kewajiban menanggung cacat yang tersembunyi saja masih belum cukup.

Untuk itu berkembanglah suatu teori hukum tentang kewajiban bagi suatu perusahaan terbuka, yaitu yang dikenal dengan kewajiban "buka-bukaan" yang dalam bahasa lnggrisnya disebut full and fair disclosure. Doktrin hukum tentang kewajiban buka-bukaan bagi suatu perusahaan terbuka ini mempunyai karakteristik yuridis sebagai berikut :

1. Prinsip ketinggian derajat akurasi informasi. 2. Prinsip ketinggian derajat kelengkapan informasi.

3. Prinsip equilibrium antara efek negatif kepada emiten di satu pihak, dengan dipihak lain efek positif kepada publik jika dibukanya informasi tersebut.

Di samping itu, beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang salah sama sekali.

2. Memberikan informasi yang setengah benar.

3. Memberikan informasi yang tidak lengkap.

4. Sama sekali diam terhadap fakta atau informasi material.

Keempat model pelanggaran ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan "misleading" bagi investor dalam memberikan judgementnya untuk membeli atau tidak membeli suatu efek. Alasan utama mengapa suatu disclosure diperlukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu informed decision untuk membeli atau tidak membeli suatu efek.

Harga pasar dari suatu efek dipengaruhi oleh informasi yang diberikan kepada publik, jadi informasi publik tersebutlah yang menentukan apakah seseorang akan melakukan tindakan jual-beli atau hold suatu efek. Karena itu, kedudukan suatu prospektus tentunya sangat penting.

Hal ini melahirkan teori Market Hypothesis dan teori ini sangat mengecam tindakan insider trading karena dengan informasi yang tidak kesampaian kepada publik tersebut, berarti publik sangat dirugikan, dan seorang insider dapat mengail di air keruh.

Selain teori tersebut diatas ada juga teori Capital Asset Pricing yang membedakan antara risk yang sistematis dan risk yang tidak sisteniatis, dan mengajarkan

pula bahwa risiko dalam melakukan investasi di pasar modal dapat dieliminir dengan melakukan diversifikasi. Karena itu, informasi tentang suatu perusahaan tertentu tidak begitu penting. Yang terpenting justru apa yang disebut sebagai Beta dari suatu efek. Yang dimaksud dengan "beta" dari suatu efek adalah semacam pengukuran terhadap suatu efek dalam hubungan dengan pasar secara keseluruhan.

Dari teori-teori tersebut diatas terlihat bahwa informasi tentang sesuatu perusahaan, antara lain seperti yang terdapat dalam prospektus, ditempatkan pada posisi yang berbeda-beda. Tentu saja semua teori tersebut masih menganggap bahwa informasi tersebut perlu, tetapi tingkat keperluannya yang berbeda-beda. Bahkan ada yang meyakini bahwa keadaan dan data industri dan ekonomi secara makro justru lebih penting dan mempengaruhi harga pasar ketimbang informasi tertertu dari suatu perusahaan.

Peraturan perundang-undangan dan praktek di pasar modal Indonesia meniperkenalkan 3 macam prospektus sebagai berikut :

1. Prospektus biasa.

2. Prospektus ringkas (wajib dimuat dalam dua surat kabar).

3. Prospektus dalam rangka penawaran umum oleh perusahaan menengah atau kecil.

Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan rambu-rambu yuridis bagi suatu prospektus, yaitu sebagai berikut :

1. Dilarang memuat hal-hal :

b. Tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material.

2. Memuat semua rincian tentang fakta material yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal.

3. Fakta dan pertimbangan yang paling penting ditempatkan pada tempat yang paling awal.

4. Extra hati-hati dalam menggunakan foto, diagram atau tabel karena sangat potensial untuk terjadinya misleading.

5. Diungkapkan dalam bahasa yang jelas dan komunikatif.

6. Pengungkapan fakta material harus ditekankan sesuai bidang usaha atau sektor industrinya.

7. Mestilah terdapat pernyataan bahwa semua lembaga dan profesi penunjang pasar modal yang disebut dalam prospektus tersebut bertanggung jawab sepenuhnya atas data yang disajikan sesuai dengan fungsi mereka, sesuai dengan peraturan yang berlaku diwilayah Republik Indonesia dan kode etik, norma serta standar profesi masing-masing.

Selanjutnya harus ada pula pernyataan bahwa sehubungan dengan penawaran umum setiap pihak terafiliasi dilarang memberikan keterangan atau pernyataan mengenai data yang tidak dimasukkan dalam prospektus tanpa persetujuan tertulis dari emiten dan penjamin pelaksana emisi.

Menurut penjelasan atas Pasal 78 ayat (3) dan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, maka suatu prospektus sekurang-kurangnya harus memuat :

2. Tujuan dan Penggunaan Dana Penawaran umum.

3. Analisis dan pembahasan mengenai.kegiatan dan keuangan. 4. Risiko usaha.

5. Data keuangan.

6. Keterangan dari segi hukum.

7. Informasi mengenai pemesanan pembelian efek, dan 8. Keterangan tentang Anggaran dasar.

9. Harus ada "klausula Huruf Besar" (yakni klausula yang dicetak dengan huruf besar), yaitu terhadap hal-hal sebagai berikut :

“ BAPEPAM TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL-HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM “

“ EMITEN DAN PENJAMIN EMISI EFEK (Jika ada) BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL SERTA KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM PROSPEKTUS INI.”

Apabila direncanakan untuk menstabilisasi harga efek tertentu, maka mesti ada klausula huruf besar sebagai berikut :

“ DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN HARGA PASAR EFEK YANG SAMA, BAIK JENIS MAUPUN KELASNYA, DENGAN YANG DITAWARKAN PADA

PENAWARAN UMUM INI, PENJAMIN EMISI DAPAT MELAKUKAN STABILISASI HARGA PADA TINGKAT HARGA YANG LEBIH TINGGI DARI YANG MUNGKIN TERJADI DI BURSA EFEK SEKIRANYA TIDAK DILAKUKAN STABILISASI HARGA. JIKA PENJAMIN EMISI MELAKUKAN STABILISASI HARGA, MAKA BAIK STABILISASI HARGA MAUPUN PENAWARAN UMUM TERSEBUT DAPAT DIHENTIKAN SEWAKTU-WAKTU.”

Pada kenyataannya, isi dari suatu prospektus mempunyai ciri-ciri, yaitu : 1. Informasi banyak bersifat kualitatif.

Umumnya informasi yang disajikan mernang banyak yang bersifat kualitatif, yang diduga banyak berpengaruh terhadap jalannya suatu perusahaan.

2. Taksiran-taksiran.

Kalaupun ada informasi yang kuantitatif, umumnya dibuat atas dasar taksiran- taksiran atau dengan menggunakan metode-metode penilaian.

3. Belum Siap Pakai

Banyak informasi dalam prospektus yang belum siap pakai, sehingga agar dapat dipakai untuk pengambilan keputusan perlu interpretasi dan analisis lebih lanjut.

Membahas prinsip full dislosure didalam kacamata yuridis, berarti kita membicarakan sesuatu yang bersifat filosofis tentang sistem dan mekanisme yang berlaku di industri sekuritas tersebut. Prinsip keterbukaan itu sendiri memiliki implikasi

dan pengertian yang sangat luas, sehingga untuk membahasnya kita harus dapat mengerti terlebih dahulu hubungan dan prinsip dasar yang saling terkait.35

Aspek keterbukaan adalah aspek yang mengukur sejauh mana integritas pelaku pasar menjalankan kewajiban transparansi dan good corporate governance didalam penyelenggaraan usaha perseroan. IOSCO didalam guidelines yang disampaikan kepada anggotanya, menekankan penerapan ketentuan pasar modal yang mengandung kewajiban dan kepatuhan dalam menjalankan prinsip-prinsip keterbukaan.

Dalam impelementasinya yang tertuang didalam peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh regulator maupun SRO, kewajiban transparansi diwajibkan kepada setiap pihak yang termasuk didalam komponen utama industri sekuritas dalam bentuk kepetahuan untuk memberikan dan menetapkan informasi yang segera untuk disampaikan kepada publik, dimana informasi tersebut tidak dimanfaatkan untuk tujuan yang dapat menyesatkan pasar.

Kepatuhan inilah yang menjadi wewenang dari regulator dan SRO untuk setiap saat menetapkan kewajiban dan sanksi-sanksi bila timbulnya pelanggaran. Prinsip keterbukaan dapat dirumuskan didalam setiap keputusan tanpa harus menegaskan adanya keberlukaan dari prinsip transparansi itu sendiri. Namun didalam pelaksanaannya secara praktis pihak-pihak yang menjadi objek dari peraturan itu sendiri memiliki kewajiban untuk menyampaikan dan membuat laporan ataupun pernyataan yang dapat digolongkan sebagai informasi dengan cara dan waktu yang ditentukan.

35 Prinsip Full Disclosure Di Pasar Modal, Analisa Yuridis oleh Indra Safitri, http://business.fortunecity.com/buffett/842/art220299_prinsipfulldisc.htm

Tingkat kepatuhan untuk menjalankan kewajiban itu sendiri harus dapat diawasi dan diberikan reaksi yang cepat dari pihak yang mengawasi, sehingga pelanggaran atas kewajiban itu sendiri tidak dijadikan sebagai sarana atau kesempatan untuk memanfaatkan atau menyimpan informasi tersebut untuk tujuan dan kepentingan mereka dan bukan untuk publik.

Secara yuridis prinsip keterbukaan tersebut, yang secara tegas dapat dilihat didalam peraturan-peraturan di pasar modal, adalah meyangkut kewajiban-kewajiban untuk menyampaikan informasi material, kewajiban pelaporan keuangan, dan kewajiban-kewajiban lainnya yang dirasakan perlu dan dapat mempengaruhi jalan usaha perseroan. Prinsip keterbukaan tersebut secara yuridis memiliki derajat hukum dengan

Dalam dokumen Thesis Good Corporate Governance (Halaman 80-99)

Dokumen terkait