• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEKITAR MASALAH WAKAF

C. Perwakafan di Indonesia

32

Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 38.

33

Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia, h. 39.

34

Berbicara mengenai pengelolaan wakaf di Indonesia, khususnya pengembangan konsep wakaf tunai yang terhitung masih sangat baru, tidak bisa lepas dari periodesasi pengelolaan wakaf secara umum. Paling tidak ada tiga periode besar pengelolaan wakaf di Indonesia35 :

1. Periode Tradisional.

Pada periode ini, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang murni dimasukkan dalam kategori ibadah mahdhah (pokok). Yaitu Kebanyakan benda wakaf diperuntukkan untuk pembangunan fisik, seperti masjid, mushola, pesantren, kuburan, yayasan, dan sebagainya. Sehingga keberadaan wakaf belum memberikan kontribusi social yang lebih luas karena hanya untuk kepentingan konsumtif. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya36 :

 Kebekuan paham terhadap wakaf

 Nazhir wakaf yang masih tradisional

 Peraturan perundangan yang belum memadai

2. Periode Semi Professional.

35

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2006), h. 1.

36

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, h. 1.

Periode semi-profesional merupakan pola pengelolaan wakaf yang kondisinya relatif sama dengan periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf secara produktif, meski belum maksimal. Sebagai contoh adalah pembangunan masjid-masjid yang letaknya strategis dengan menambah bangunan gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar dan acara lainnya seperti masjid sunda kelapa, masjid pondok indah, masjid at-taqwa Pasar Minggu, Masjid Ni‟matul Ittihad Pondok Pinang

(semua terletak dijakarta) dan lain-lain.37

Selain hal tersebut juga sudah mulai dikembangkan pemberdayaan tanah-tanah wakaf untuk bidang pertanian, pendirian usaha kecil seperti toko ritel, koerasi, penggilingan padi, usaha bengkel, dan sebagainya yang hasilnya untuk kepentingan pengembangan di bidang pendidikan (pondok pesantren), meskipun pola pengelolaannya masih dikatakakan tradisional. Pola pemberdayaan seperti ini sudah dilakukan oleh Pondok Pesantren Modern As-Salam Gontor, Ponorogo. Yang secara khusus mengembangkan wakaf untuk kesehatan dan pendidikan seperti yang dilakukan oleh Yayasan Wakaf Sultan Agung, Semarang. Ada lagi yang memberdayakan wakaf dengan pola pengkajian dan penelitian secara intensif terhadap

37

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, h. 4.

pengembangan wacana pemikiran Islam modern seperti yang dilakukan oleh Yayasan wakaf Paramadina, dan seterusya.38

Namun, karena kebanyakan kendala dalam pemberdayaan wakaf secara lebih agresif, pada periode ini, dimana kita sekarang masih berada dalam periode ini, pemberdayaan wakaf terlihat belum dinamis.

3. Periode Professional.

Yaitu sebuah kondisi dimana daya tarik wakaf sudah mulai dilirik untuk diberdayakan secara profesional produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi aspek: manajemen, SDM keNazhiran, pola kemitraan usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya berupa harta tidak bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya, dukungan political will pemerintah secara penuh, seperti lahirnya Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf.39

Dalam periode ini, isu yang paling menonjol untuk bisa mencapai pengelolaan wakaf secara profesional adalah munculnya gagasan wakaf uang yang digulirkan oleh tokoh ekonomi asal Bangladesh, Prof. M.A Manna. Kemudian muncul pula gagasan wakaf investasi,

38

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, h. 5.

39

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, h. 6.

yang di Indonesia sudah dimulai oleh Dompet dhuafa Republika bekerja sama dengan Batasa (BTS) Capital beberapa waktu yang lalu.40

Semangat pemberdayaan potensi wakaf secara profesional produktif tersebut semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia, khususnya muslim Indonesia yang sampai saat ini masih dalam keterpurukan ekonomi yang sangat menyedihkan, baik dibidang pendidikan, kesehatan, teknologi maupun bidang sosial lainnya. Pada masa ini, kita mulai menepaki jenjang periodesasi pemberdayaan wakaf secara total melibatkan seluruh potensi keummatan dengan dukungan penuh, seperti lahirnya UU wakaf baru, peran UU Otonomi daerah, peran Perda, Kebijakan Moneter Nasional, UU Perpajakan dan lain sebagainya.41

Tidak hanya di Indonesia,Perkembangan wakaf di Malaysia sejak tahun 1800-an tidak mengalami perubahan secara signifikan dan bernilai ekonomi. Sebab perundang-undangan Malaysia sampai sekarang hanya terbatas kepada tanah. Itupun mayoritas masih berupa wakaf khas yang dalam pengelolaannya terikat dengan ketentuan-ketentuan yang disyariatkan oleh wakif. Disamping itu, masih banyak tanah wakaf yang dikelola oleh luar majelis agama, nazhirnya bukan

40

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, h. 6.

41

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Srategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, h. 6.

ahli ekonomi dan tidak punya latar belakang manajemen, sehingga perwakafan di Malaysia kurang produktif dan kurang bernilai ekonomi.42

Jenis wakaf Malaysia dapat dikategorikan menjadi dua model, yaitu wakaf „am dan wakaf khash. Wakaf „am adalah harta yang diwakafkan untuk kepentingan umat Islam dan untuk pengembangan sosio-ekonomi umat Islam. Wakaf khash adalah harta yang diwakafkan disertai dengan syarat-syarat tertentu oleh yang mewakafkan (waqif).43

Wakaf di Arab Saudi, ketetapan No. 574 tanggal 16 Rajab 1386 H. Sesuai dengan surat keputusan kerajaan No. M/35, tanggal 18 Rajab 1386 H. Departemen wakaf resmi dibentuk oleh kerajaan Arab Saudi. Dimana departemen ini bertugas untuk mengurus aset-aset wakaf dan dikelola secara produktif. Akan tetapi ada pengelolaan khusus terhadap harta wakaf yang ada di Mekkah dan Masjid Nabawi dibangun hotel, pertokohan dan rumah yang dikembangkan secara ekonomi yang hasilnya untuk perawatan aset-aset dua kota tersebut dan membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kerajaan.44

42

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 16.

43

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 16

44

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 18.

Dalam pengelolaan wakaf di Arab Saudi tentu dengan menunjukan pengelola (nazhir). Dimana nazhir tersebut bertugas untuk membuat perencanaan dalam pengembangan harta wakaf, mensosialisasikan program yang telah disepakati, melaksanakan tugas dalam mendistribusikan hasil wakaf kepada yang membutuhkan, memelihara dan mengawasi untuk kelanggengan aset wakaf dan membuat laporan kepada kerajaan (mamlakah) dalam pelaksanaan dan pengelolaan wakaf. 45

Wakaf di Turki, pada tahun 1928 di Turki terdapat tanah wakaf yang jumlahnya hampir separoh dari seluruh tanah-tanah subur yang ada di negeri tersebut. Pada tahun itu penghasilan harta wakaf tercatat meliputi sebesar T.k. 3.489.000,00 (tiga juta empat ratus delapan puluh sembilan ribu ringgit mas turki). Kesemuanya berasal dari hasil sawah, kebun anggur, rumah-rumah gedung yang disewakan, dan lain sebagainya.46

Di Turki ada dua jenis wakaf, yaitu: Wakaf Sholih dan Wakaf Ghair Sholih. Wakaf Shohih yaitu wakaf yang berasal dari tanah milik, dan wakaf ghair Shohih adalah wakaf yang bukan dari tanah milik (dari tanah negara). Disamping itu pengurusnya ada tanah-tanah wakaf yang langsung diurus negara, ada pula tanah-tanah wakaf yang diurus

45

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji. Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf , h. 18.

46

masing-masing badan hukum/masyarakat, sedang negara hanya mengawasi saja.47

Dokumen terkait