• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih Pak Tamanuri, mohon maaf kawan-kawan saya ini hanya menjalankan perintah saja, diizinkan ya? diizinkan ya? Alhamdulillah do’anya terima kasih, ini kawan akrab saya Pak, tapi sering PHP saja ini. Saya demokratis saja pokoknya silakan berbicara tanpa batas sampai pagi ya nggak apa-apa, Pak Bakri, Pak Bakri keluar berarti sudah menyadari bahwa ini covid Pak Hamka.

F-P. NASDEM (Drs. H. TAMANURI, M.M.):

Interupsi Pak Ketua, tambahan sedikit.

KETUA RAPAT (SUDEWO, S.T., M.T.):

Siap Pak Tamanuri! Silakan.

F-P. NASDEM (Drs. H. TAMANURI, M.M.):

Ini kami ini ada anggota baru di Nasdem Pak Fadholi, jadi ini namanya sudah, sudah di tengah-tengah, jadi oleh karena itu kalau beliau sampai nggak kebagian nangis dia. Jadi, tolong diperhatikan.

KETUA RAPAT:

Ya terima kasih diingatkan pak Tamanuri, tapi pada saat raker dengan Menteri PUPR kemarin Pak Fadholi sudah diperkenalkan. Tapi kalau ini di mau diperkenalkan lagi ya nggak masalah kalau ingin tambah populer gitu kan, tapi rasanya sudah populer jadi nggak perlu dikenalkan, insya Allah nanti ada gilirannya untuk pak Fadholi.

Berikutnya Pak Bambang Hermanto, silakan.

F-PG (BAMBANG HERMANTO, S.E.):

Terima kasih Pak Ketua.

Pimpinan dan Anggota Komisi V yang saya hormati.

Pak Sekjen, Pak Irjen, Bapak Kepala BPSDM dan seluruh jajarannya yang hadir pada pagi hari ini.

Yang pertama, saya ingin menyampaikan apresiasi tentunya atas pencapaian kinerja yang selama ini dilakukan mudah-mudahan ini bisa dipertahankan Pak, dan bisa ditingkatkan kembali. Selanjutnya terkait dengan aplikasi Pak, tadi saya melihat ada paparan bapak yang menerangkan terkait dengan aplikasi. Dan, saya tadi langsung chat di Google Play Store memang ada beberapa aplikasi yang memang itu dibuat oleh PUPR.

Tapi saya tidak melihat di dalam aplikasi ini ada aplikasi yang dapat mengakomodir program aspirasi Pak, yang baru saya lihat di dalam aplikasi ini baru BSPS. Tetapi, saya lihat juga di BSPS ini hanya, kita hanya bisa meng, apa namanya? Sepertinya kita mengusulkan, sementara program aspirasi itukan adalah program usulan kita pak. Bagaimana mungkin bisa, nanti bisa menyatukan antara program usulan yang dimasukkan melalui aplikasi, dengan usulan kita? Nah ini juga akan menjadi bahan pertanyaan buat kita.

Apakah program BSPS itu selain dari kita itu ada yang lain Pak? Karena saya melihat di aplikasinya ada, oleh karena itu saya berharap program aplikasi ini yang saya maksud bukan hanya aplikasi BSPS tetapi aplikasi-aplikasi dari program aspirasi yang lain juga.

Dan, kalau bisa datanya bisa kita ambil gitu Pak, jadi artinya bahwa selain kita mengusulkan, kemudian juga kita punya database tersendiri berupa

file yang ada di aplikasi itu, yang kemudian database itu bisa kita pergunakan untuk kepentingan kita pak. Contoh misalnya BSPS ini kita telah memberikan, menyalurkan ke Indramayu misalnya, di Indramayu ke beberapa Kecamatan, lalu kemudian output dari pada aplikasi itu ada peta sebaran pak.

Nah, output-nya itu yang saya maksud apakah nanti bisa nggak dibuatkan data yang terintegrasi semua pak dan kemudian kita punya otoritas untuk bisa ngambil data itu? Karena selama ini, yang kita miliki ini hanya berupa data-data excel pak, oleh karena itu maksud saya dengan adanya aplikasi ini saya kira tujuannya harus bisa mempercepat proses kerja kita, dan bisa mengintegrasikan seluruh data-data yang ada di data program aspirasi maksud saya pak. Nah, ini satu usulan dari saya, mudah-mudahan ini bisa dapat dikaji pak, diteruskan dan dapat diimplementasikan supaya bisa menciptakan atau membangun suatu aplikasi yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan-kebutuhan program-program aspirasi kita pak.

Kemudian dari paparan Pak Irjen tadi saya melihat ada 35% tadi pengaduan yang berupa penyelewengan barang dan jasa Pak. Ini saya juga tidak melihat bagaimana prosesnya? Kemudian tindakannya apa saja yang sudah dilakukan? Kemudian apa namanya, sanksinya apa yang sudah dilakukan itu? Tadi saya belum lihat Pak. Kemudian dari program whistle blowing pak ya, tadi ya, sebentar saya tadi ya, itu prosesnya bagaimana Pak?

Saya juga kayaknya tadi belum ada paparan sampai di situ.

Kemudian dari sisi BPSDM Pak Khalawi saya melihat ini peningkatan SDM di PUPR kalau kita melihat cukup baik Pak, tapi kemudian di tingkatan tim pendamping, nah ini tim pendamping juga tidak lepas daripada peran BPSDM saya kira. Nah, ini kalau bisa Pak, pertama tim pendamping itu harus dari daerah asal, daerah asal atau daerah di mana dia ditempatkan, sehingga dia tahu petanya Pak, tahu kondisi daerah. Yang kedua, tentu saja karena ini selalu berhubungan dengan kita, maka tentu saya berharap usulan-usulan dari kita ini bisa diperhatikan Pak Khalawi.

Saya kira itu saja Pimpinan terima kasih.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh KETUA RAPAT:

Baik selanjutnya Pak Fadholi, siap-siap Pak Hamka, Pak Fadholi keluar, baik Pak Hamka monggo silakan. Silakan Pak Fauzi, Oh ya Bu Cen.

Ya terima kasih.

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

F-PG (MUHAMMAD FAUZI, S.E.):

Terima kasih Pak Pimpinan rapat, terima kasih.

Bapak-Bapak Ibu-Ibu yang saya hormati dari PUPR baik Pak Sekjen, Irjen, Pak kepala BPSDM.

Ada berapa hal yang ingin saya tanyakan pak, saya singkat-singkat saja, yang pertama untuk Sekretaris Jenderal kalau saya melihat Pak serapan yang terendah itu ada di hukum Pak ya. Nah, kenapa ini bisa apa ketinggalan gitu pak penyerapannya? Dan sebenarnya batasan hukum yang di Sekretariat Jenderal dengan irjen itu di mana pak? itu yang pertama.

Yang kedua, kalau kita melihat di apa kita bandingkan antara 2021 – 2022 penurunan yang terbanyak itu ada di data dan teknologi informasi.

Dengan penurunan yang cukup besar Pak ya, apakah nanti akan mengganggu output yang diharapkan? Kemudian ini maaf Pak, target di biro umum yang dilakukan kegiatannya kira-kira dampak real-nya itu seperti apa Pak? Misalkan perbaikan rumah jabatan, taman dan yang lain-lain itu Pak, mengingat hal-hal seperti itu sekarang menurut saya tapi ini kan sudah terserap pak ya, tinggal saya mau tanya dampak riel-nya itu seperti apa pak? Kemudian ini dalam rangka transformasi digital pak, kan agenda utama PUPR kan 2022 salah satunya itu, kira-kira apa strategi bapak dalam mensukseskan itu Pak?

Berikutnya kalau kita melihat Pak ya ASN apa-apa pengembangan ASN Pak di tempat Bapak masih didominasi oleh jabatan-jabatan administrasi, sementara wujud RPJMN kami berpendapat bahwasannya jabatan teknis juga harus ditingkatkan pak. Ini sehingga kalian teman-teman di lapangan juga semakin-semakin baik Pak.

Oleh karena itu apa strategi-strategi yang akan dilakukan Pak agar paling tidak seimbanglah? Untuk bapak yang terakhir, mengenai penyederhanaan alur administrasi, administratif karena ini apa sinergi dengan yang disampaikan Presiden Joko Widodo Pak, di mana harus turun 2 level, sejauhmana apa di sekjen menindaklanjuti hal ini Pak?

Kemudian untuk Pak Irjen yang di sini pak ada penyerapan yang boleh dikatakan masih jauh dari target Pak ya, terutama evaluasi tahun 2021 hanya mencapai 101,1 sepertiga, masih berada jauh dari yang direncanakan. Dari 90 realisasi 31, kira-kira apa pak kendalanya Pak sehingga terjadi seperti itu Pak?

Kemudian untuk apa Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Oh satu lagi untuk irjen Pak, saya ingin mengetahui Pak pengawas, apakah ada di bedakan Pak pengawasan di daerah yang rawan bencana, dengan tidak yang rawan bencana?

Lanjutnya untuk Badan Pengembangan Bencana, eh apa? Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia tadi sama seperti yang disampaikan Pak Bambang, Pak ya mengenai pendamping pak kalau bisa jauh-jauh hari kita sudah tahu persyaratannya begitu Pak, mungkin akan lebih baik pak sehingga apa? Baik yang bersangkutan, apa persangkutan yang akan mendaftar ya, itu akan lebih mempersiapkan diri, kami pun kalau seandainya ada calon kami juga bisa menginformasikan secepat apa yang dibutuhkan begitu.

Kemudian ini usulan Pak, ini kan sekarang ini Pak satu orang itu dia bertanggungjawab ke 60 obyek pendampingan Pak. Nah, apa ini tidak kebanyakan Pak? walaupun ini tarikannya juga tetap ke anggaran Pak ya, kalau saya mengusulkan misalkan bisa tidak 10 sampai 15 obyek apa, yang akan didampingi itu satu orang itu? Mungkin itu hasilnya akan lebih baik, dan lebih maksimal Pak.

Yang terakhir, saya nggak tahu ini Pak, ada di bapak atau di mana Pak ya, mengenai saya beberapa hari yang lalu secara sepintas Pak ya, kemudian ditelepon oleh teman-teman kontraktor yang mungkin tingkatannya sangat di bawah Pak ya CV gitu Pak. Sehubungan dengan katanya ada rencana ada sertifikat tambahan pak, yang harus dimiliki oleh teman-teman yang memiliki CV yang menurut mereka itu biayanya cukup besar Pak.

Nah, saya ingin menanyakan itu, apakah itu benar? Kalau memang itu benar, kalau bisa biayanya jangan terlalu tinggi Pak, karena rata-rata yang ada di situ memang ya kontraktor-kontraktor ya ya memang harus di ini didampingi, ya harus bantulah intinya itu Pak.

Saya pikir itu pak terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih pak Fauzi, Pak Sudewo silakan Pak Sudewo.

F-P. GERINDRA (SUDEWO, S.T., M.T.):

Terima kasih Pimpinan.

Sekjen, Irjen, dan Kepala BPSDM dengan seluruh jajarannya yang saya hormati.

Pertama, saya menyampaikan apresiasi kepada ketiga unit ini, yang telah bekerja dengan sempurna sehingga pencapaian sesuai dengan target yang direncanakan. Saya tidak perlu menyampaikan untuk mengupas satu-persatu berapa target fisik dan keuangan, karena itu sudah diketahui oleh kita sesame.

Saya ingin melakukan pendalaman Sekertariat Jenderal, Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR ini sesungguhnya memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat besar, tidak dilihat dari anggarannya yang kecil daripada direktorat yang lain, tetapi tanggung jawabnya sangat besar. Karena mengkoordinir, mensinkronisasi, mengharmonisasi direktorat-direktorat sehingga memastikan bahwa semua yang direncanakan oleh direktorat itu akan berjalan sesuai sebagaimana mestinya.

Tanggal 27 Januari kemarin, tahun 2022 kami kunjungan spesifik di jalan tol Semarang-Demak, jalan tol Semarang-Demak adalah program strategis nasional, dan ini menjadi perhatian khusus dari Presiden Republik Indonesia, juga menjadi perhatian kita semua oleh karena kehadiran jalan tol Semarang-Demak ini secara mudah bisa diprediksikan akan memberikan satu kontribusi yang besar terhadap peningkatan perekonomian di regional maupun nasional.

Kunjungan spesifik kemaren dipimpin oleh Pak Ridwan Bae dan beberapa kawan, kebetulan banyak kawan yang hadir di sana sehingga menyaksikan secara langsung bagaimana dinamika dan perkembangan pembangunan jalan tol Semarang - Demak.

Semarang - Demak itu dibagi dua seksi, seksi dua itu murni investasi oleh PT Pembangunan Perumahan, dan oleh Wijaya Karya. Progres fisiknya cukup bagus, kemudian pembebasan lahannya sudah mencapai 91%, bahkan yang 90% itu tidak merupakan satu kendala yang berarti, atau bisa dianggap sudah 100%.

Tetapi yang seksi satu, yang skema pembiayaannya hutang luar negeri, yang sudah ditandatangani kontrak pemborongan, kalau tidak salah satu minggu yang lalu, tetapi tidak bisa mengimplementasikan kontrak tersebut oleh karena masih terkendala pembebasan lahan. Pembebasan lahan pada seksi satu itu baru 3%, 97% belum sama sekali, dan ini bukan semata-mata kendalanya adalah persoalan uang, tetapi persoalannya adalah satu keunikan telah terjadi di sana, ya itu namanya lahan musnah.

Lahan musnah ini menjadikan sesuatu yang baru ya terhadap kita barangkali di Komisi V yang ingin mendapatkan satu penjelasan dari Kementerian PUPR, Sekretaris Jenderal karena ada biro hukum di situ, tentu biro hukum yang melakukan harmonisasi dan sinkronisasi terhadap semua direktorat sudah pasti bekerja dari awal.

Pembangunan jalan tol Semarang-Demak itu sudah dimulai sejak 2 tahun, 3 tahun yang lalu, artinya secara hukum legalitas dari berbagai aspek untuk mendukung either implementasinya atau pembangunan jalan tol Semarang-Demak itu sudah dilakukan sejak 2 tahun 3 tahun yang lalu.

Yang ingin saya tanyakan, sudah sejauh mana Sekretariat Jenderal utamanya dari biro hukum melakukan kajian pembebasan lahan dengan kategori lahan musnah ini? Sebenarnya apa yang terjadi di sana terhadap pembebasan lahan ini, dengan warga, kemudian dengan institusi lain misalnya BPN atau Kementerian atau lembaga yang lain? Mekanisme pembebasan lahan musnah ini seperti apa? Ketika kunjungan spesifik kami mendapatkan laporan dari berbagai pihak, baik itu dari balai, baik itu dari BPN, maupun dari kontraktornya bahwa pembebasan lahan musnah untuk jalan tol Semarang-Demak tinggal menunggu Perpres, tinggal menunggu Perpres.

Perpresnya itu bunyinya seperti apa secara substantif untuk mengatasi?

Apakah pembebasan tersebut tanpa ada ganti rugi ataukah ada ganti rugi?

Satu itu, yang kedua siapa yang sesungguhnya menyiapkan materi untuk Perpres? Karena ada informasi lain bahwa Perpres itu belum digodok atau belum menjadi draft, menurut keterangan BPN menunggu Perpres tapi juga belum berupa draft, masih dalam pembahasan.

Ini kan sungguh menjadi sebuah kerugian, kalau kontrak dengan pemborong, kemudian G2G-nya dengan pemerintah yang meminjami sudah clear, lantas terkendala dengan pembebasan lahan, sementara pembebasan lahan itu juga menuntut kinerja pemerintah, baik itu Kementerian PUPR, maupun BPN dan tapi cor atau leading sector untuk pembebasan lahan ini adalah Kementerian PUPR.

Saya ingin mendapatkan penjelasan dari sekjen karena ada biro hukum di situ, jadi sebenarnya upaya kongkrit yang dilakukan oleh Kementerian PUPR terhadap pembebasan lahan, lahan musnah di jalan tol Semarang-Demak ini mekanismenya semacam apa? Sudah sejauh mana? Dan diproyeksikan kapan ini clear? Itu yang pertama.

Yang kedua, ada beberapa kontrak juga, misalnya kayak loji dua ya normalisasi sungai gabus di provinsi Jawa Tengah, ini kan untuk menuntut kajian biro hukum. Di satu pihak Pemerintah Pusat Kementerian PUPR berharap Pemerintah Kabupaten Batang maupun Pemerintah Kota Pekalongan melakukan pembebasan lahan.

Artinya anggaran pembebasan lahan itu disiapkan oleh pemerintah daerah, tetapi di satu sisi pemerintah daerah itu berharap dengan permintaan secara resmi ke Kementerian PUPR supaya pembebasan lahan itu dilakukan oleh Kementerian PUPR. Bagaimana hal ini bisa terjadi sudah kontrak tetapi soal pembebasan lahan tidak clear posisinya, ini harus berada di mana sebagai tanggung, penanggungjawab untuk pembebasan lahan? Yang semacam ini memang patut untuk dipertanyakan.

Berikutnya adalah, bahwa Komisi V DPR RI dengan susah payah melakukan inisiasi dan pembahasan bersama dengan Kementerian PUPR disetujui dalam forum sidang paripurna, sehingga lahirlah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019. Kalau nggak salah sekitar bulan Oktober tahun 2019, sudah 2 tahun lebih, sudah 2 tahun lebih, tetapi turunan undang-undang ini peraturan berikutnya tidak dibuat sama sekali oleh Kementerian PUPR.

Di situ tadi Sekjen memaparkan bahwa di biro hukum itu ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu penyusunan peraturan dan segala macam, tapi mengapa yang Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, yang sudah 2 tahun lebih tidak disenggol sama sekali? Sebenarnya semangatnya itu satu bahasa dengan yang diinginkan oleh DPR atau tidak?

Apakah ini hanya pembahasan secara formal, seremonial sehingga tidak ada tindak lanjut sama sekali.

Kalau saya baca di Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, ada 18 pasal yang harus diturunkan menjadi peraturan

pemerintah satu pun belum. Satu pasal berupa peraturan presiden, 1 Pasal berupa keputusan presiden, 2 Pasal berupa peraturan menteri.

Yang peraturan menteri ini kan sangat mudah, sangat mudah karena di internal kementerian, itu pun tidak, dan anehnya, anehnya unit-unit kerja ataupun di kementerian PUPR baik yang di Jakarta maupun di Provinsi-provinsi yang di daerah-daerah itu masih mengacu undang-undang lama. Kalau sudah terbit Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 yang terkait dengan pasal demi pasal itu, artinya pasal demi pasal pada undang-undang yang sebelumnya, peraturan pemerintah yang sebelumnya secara otomatis enggak berlaku, tapi masih dipakai acuan.

Bagaimana ini bisa terjadi biro hukum kesekjenan itu membiarkan? Saya ingin mendapatkan penjelasan, dan ingin mendapatkan satu target kapan ini bisa menjadi sebuah peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan seterusnya? Kira-kira kapan, termasuk undang-undang tentang jalan yang baru diketok tanggal 16 Desember 2021 kemarin jangan sampai nasibnya sama dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019.

Undang-Undang tentang Jalan termasuk satu peraturan perundang-undangan yang sangat diharapkan oleh pemerintah daerah, diharapkan oleh masyarakat daerah karena banyaknya jalan daerah baik itu jalan kabupaten, maupun jalan provinsi yang hancur di mana pemerintah daerah tidak punya kemampuan untuk menangani, berharap dari pemerintah pusat.

Sehingga kami bersusah-payah, bekerja secara maksimal lahirlah revisi undang-undang yang baru tersebut, tetapi sekarang bola ada di tangan Kementerian PUPR, jangan dibiarkan begitu saja. Ya karena ini merupakan harapan kita Bersama, merupakan harapan secara nasional.

Yang kedua, kepada BPSDM mohon maaf, kepada kembali kepada Sekjen, Sekjen juga hendaknya melakukan harmonisasi dan sinkronisasi program, ada biro perencanaan di situ itu kawan saya lama itu, yang dari SDA itu. Seperti yang disampaikan oleh Pak Tamanuri dan kawan-kawan yang lain, ya jangan sampai ada satu program yang di create oleh satu Direktorat.

Contohnya dari cipta karya atau sumber daya air yang itu sebenarnya tidak sesuai dengan realita di lapangan. Bahwa program tersebut atas dasar persepsi, atas dasar asumsi, tidak berdasarkan kondisi yang di lapangan, misalnya contoh absah, tidak perlu ada absah kita sudah menjalankan program absah artinya kita sudah bisa melakukan evaluasi. Kalau kita itu belum menjalankan program, kita tidak bisa melakukan evaluasi, kita bisa melakukan evaluasi karena atas dasar kenyataan bahwa absah tidak tidak efektif, lebih baik diwujudkan yang lain sumur bor atau bagaimana.

Yang kedua ini masukan juga kepada Sekjen supaya Sekjen melakukan koordinasi dengan direktorat jenderal cipta karya. Yang namanya program Pamsimas saya menyadari bahwa Pamsimas ini adalah mandatory, bahwa sesuatu yang memang harus dilakukan. Tetapi, tolong disesuaikan dengan

kondisi di lapangan, jumlahnya jangan terlalu banyak, karena sekarang ini ibaratnya, ibaratnya mencari satu titik untuk dilaksanakannya program Pamsimas sudah sangat sulit, sudah sangat sulit di desa-desa di mana saja itu sudah seringkali, sudah beberapa kali menerima program Pamsimas.

Bahkan itu faktanya terbengkalai karena nggak ada pemeliharaan nggak ada pengelolaan, terus akhirnya yaitu mubazir begitu saja, sulit untuk mencari titik di mana program Pamsimas itu di laksanakan.

Sumber mata air, syarat utama Pamsimas itu dilaksanakan itu sudah habis, sudah mendapatkan program Pamsimas sampai kesekian kali. Oke kalau memang itu mandatory silakan Pamsimas itu dijalankan, tapi jumlahnya sedikit saja hanya untuk pemenuhan kewajiban saja, yang lain diwujudkan dalam program yang betul-betul dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya dalam bentuk PISEW ya dalam bentuk Sanimas, Sanitasi desa.

Ini juga merupakan masukan kepada sekjen untuk dikordinasikan dengan Cipta Karya. Berubahnya nama Sanitasi desa tahun 2021 menjadi Sanimas di tahun 2022 itu inisiatif Pak Menteri, tapi bukan berarti, bukan berarti itu berubah wujud kegiatannya, jangan sampai itu diwujudkan seperti seolah-olah Pamsimas.

Membuat MCK, ada satu titik kemudian secara komunal dimanfaatkan oleh rumah-rumah sekitarnya. Rumah-rumah sekitarnya itu sangat sulit mencari titik dimana rumah-rumah sekitarnya untuk jumlah MCK tertentu itu, tidak bisa sudah sulit. Di titik tersebut itu sekitarnya rumah-rumah itu sudah banyak mendapat MCK, solusinya bagaimana?

Ya kembali lagi implementasinya seperti sanitasi desa di tahun 2021, bahwa MCK dibangun di tiap-tiap rumah itu lebih tepat sasaran, dan ketika ini kunjungan Pak Menteri pada saat peresmian Bendungan Randugunting di Blora saya satu mobil dengan Pak Menteri, dari siang sampai pagi itu satu mobil dengan Pak Menteri.

Ini saya sampaikan juga kepada Pak Menteri, Pak Menteri sangat setuju karena itu tepat sasaran bahwa MCK itu dibangun di rumahnya masing-masing, begitu. Ini tolong, ini informasi yang saya terima tapi supaya nanti tidak berdebat terlalu panjang dengan Dirjen Cipta Karya, Sekjen tolong turun tangan karena ini ada Biro Perencanaan yang melakukan harmonisasi dan sinkronisasi. Kalau Sekjen sudah senyum itu berarti ada harapan yang bisa ya kan.

Kemudian berikutnya BPSDM, saya itu sebenarnya Pak Sekjen secara pribadi merasa kehilangan dengan Pak Khalawi itu tidak di, tidak di perumahan

Kemudian berikutnya BPSDM, saya itu sebenarnya Pak Sekjen secara pribadi merasa kehilangan dengan Pak Khalawi itu tidak di, tidak di perumahan

Dokumen terkait