• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

(%) 1 Pesatnya pertumbuhan penduduk merupakan

Daerah RML (%) Daerah TRML (%) 1 Pesatnya pertumbuhan penduduk merupakan

kunci yang menyebabkan kualitas kemerosotan lingkungan saat ini

88.3 95.0 91.0 2 Pekarangan rumah merupakan salah satu unsur

aset dalam menjaga kelestarian lingkungan 98.3 100.0 99.0 3 Pemanfaatan sumberdaya terbarukan (renewable

resources) tidak boleh melebihi potensi lestarinya 50.0 47.5 49.0 4 Emisi gas oksigen mempunyai peranan yang besar

dalam menurunkan temperatur permukaan bumi 22.3 22.5 23.0 5 Penanaman pohon di Gunung Putri, Desa Tipar

Kidul bertujuan untuk mengatasi tanah longsor 90.0 97.5 93.0 6 Limbah rumah tangga berupa sampah anorganik

dapat dijadikan sebagai pupuk alami atau kompos 50.0 40.0 46.0 7 Limbah cair rumah tangga dapat digunakan untuk

menyiraman berbagai jenis tanaman 58.3 35.0 49.0

8 Salah satu ciri khas produk ramah lingkungan adalah mencantumkan label antieco-friendly pada kemasannya

15.0 30.0 21.0

9 Perdes no. 10 Tahun 2009 dikeluarkan oleh Desa Tipar Kidul yang berisi denda bagi warga yang merokok di sembarang tempat

38.3 32.5 36.0

10 Pemisahan sampah organik dan anorganik berfungsi untuk menjaga kelestarian dan kesehatan lingkungan

78.3 72.5 76.0

11 Produk pembersih rumah yang mengandung CFC atau chlorofluorocarbon dapat diuraikan lagi menjadi senyawa yang ramah lingkungan

23.3 42.5 31.0

12 LSM Bestari Wyakti Kec. Ajibarang menjalankan

program penanaman pohon pada bulan April 2010 26.7 32.5 29.0 13 Resiko kesehatan perokok pasif sama saja dengan

perokok aktif 33.3 72.5 49.0

14 Hari lingkungan hidup diperingati setiap tanggal 5

Juli 46.7 30.0 40.0

15 Masalah lingkungan menurunkan kualitas hidup

Banyaknya pernyataan yaitu kurang lebih 10 pernyataan yang tidak dijawab dengan baik oleh responden dengan persentase jumlah responden yang menjawab sebesar kurang dari 66 persen dapat disebabkan karena adanya pengetahuan subjektif, yaitu pengetahuan seseorang tersebut mungkin tidak selalu sesuai dengan realitas yang sebenarnya (Engel et al. 2004).

Menurut Khomsan (2002) tingkat pengetahuan lingkungan responden dibagi menjadi 3 (tiga) ketegori, yaitu kategori kurang (nilai <60), kategori sedang (nilai 60 – 80), dan kategori baik (nilai >80). Secara keseluruhan sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan mengenai lingkungan menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55%) responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu dengan skor nilai antara 60 – 80.

Hampir separuh (43.3%) responden di daerah RML memiliki tingkat pengetahuan sedang dan hampir seluruh (72.5%) responden di daerah RML memiliki tingkat pengetahuan sedang. Jumlah persentase yang menjawab dengan benar pernyataan di daerah RML lebih tinggi yang disebabkan karena banyaknya responden yang menyadari adanya permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar responden. Menurut Strong (1998) diacu dalam Rahayu (2008) pengetahuan dasar mengenai lingkungan hidup akan mampu mengembangkan perhatian terhadap lingkungan dan mempunyai perilaku positif serta lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Rataan pengetahuan mengenai lingkungan responden di daerah TRML lebiih tinggi dibandingkan dengan rataan pengetahuan responden di daerah RML. Rataan pengetahuan responden di daerah RML adalah sebesar 54.00 sedangkan rataan pengetahuan responden di daerah TRML adalah sebesar 62.83. Hal ini menjelaskan bahwa pengetahuan responden di daerah TRML lebih baik daripada pengetahuan responden di daerah RML. Berdasarkan data yang disajikan (Tabel 20) uji beda rataan terdapat perbedaan signifikan (p = 0.000). Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang

lingkungan

Pengetahuan Daerah RML Daerah TRML Total

n % n % n % Kurang (skor <60) 34 56.7 9 22.5 43 43.0 Sedang (skor 60-80) 26 43.3 29 72.5 55 55.0 Baik (skor >80) 0 0.0 2 5.0 2 2.0 Total 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Min-max 33.33-80 33.33-86.67 33.33-86.67 Mean ± SD 54.00±11.09 62.83±11.78 57.53±12.12 P.value t-test 0.000*

57

Faktor-faktor Pembentuk Intensi Perilaku Pro lingkungan Kesadaran

Kesadaran berperilaku adalah adanya rasa sadar yang diyakini untuk melakukan sesuatu yang aktif dan pasif sesuai dengan norma yang berlaku, serta unsur dalam diri manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap lingkungan. Secara epistemologi dasar dari segala pengetahuan manusia adalah tahap perseptual, yaitu kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persepsi dimana manusia memahami fakta dan memahami realitas. Kesadaran berperilaku dalam penelitian ini adalah menyadari pentingnya peningkatan kesadaran hidup dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan dalam perilaku pro lingkungan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Kesadaran berperilaku pro lingkungan diukur dengan 8 (delapan) item pernyataan yang dapat dipilih responden untuk pilihan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tingkat kesadaran responden dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu kategori rendah (skor <60), kategori sedang (skor 60 – 80), dan kategori tinggi (skor >80). Secara keseluruhan sebaran responden berdasarkan tingkat kesadaran menunjukkan bahwa lebih dari tiga per lima (62%) responden memiliki tingkat kesadaran sedang yaitu dengan skor 60 – 80.

Berdasarkan penelitian, lebih dari tiga per lima (61.7%) responden di daerah RML memiliki tingkat kesadaran sedang, begitu pula lebih dari tiga per lima (62.5%) responden di daerah TRML memiliki tingkat kesadaran sedang. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang menyatakan bahwa responden menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan alam, menyadari pentingnya melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan, serta meninggalkan kegiatan yang merugikan lingkungan maupun masyarakat sekitarnya. Konsumen yang memiliki kesadaran lingkungan disebut green orientation yang pada masa mendatang diprediksikan akan meningkat. Konsumen yang memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan akan memilih produk-produk yang ramah lingkungan walaupun harganya relatif lebih mahal (Vlosky et al 1999; Laroche et al 2001 dalam Junaedi 2008).

Rataan nilai kesadaran responden di daerah RML lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai kesadaran responden di daerah TRML. Rataan nilai kesadaran responden di daerah RML adalah sebesar 76.68 sedangkan

rataan kesadaran conto di daerah TRML adalah sebesar 70.02. Berdasarkan uji beda rataan (Tabel 21) dalam penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang nyata (p = 0.711).

Tabel 21 Sebaran responden berdasarkan tingkat kesadaran lingkungan

Kesadaran Daerah RML Daerah TRML Total

n % n % n % Rendah (skor <60) 0 0.0 0 0.0 0 0 Sedang (skor 60-80) 37 61.7 25 62.5 62 62.0 Tinggi (skor >80) 23 38.3 15 37.5 38 38.0 Total 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Min-max 65.63-93.75 65.63-93.75 65.63-93.75 Mean ± SD 76.68±9.21 70.02±7.57 76.41±8.56 P.value t-test 0.711

Sebaran jawaban pernyataan kesadaran yang telah dijawab responden dibagi menjadi tiga kategori rataan skor, yaitu negatif (skor 1 – 2.6), netral (skor 2.61 – 3.4), dan positif (skor 3.41 – 5). Secara keseluruhan, rataan skor pada pernyataan kesadaran berada pada skor positif yang artinya responden telah menyetujui atau menyadari bahwa kesadaran lingkungan mutlak diperlukan. Tabel 22 Persentase responden berdasarkan tingkat kesadaran dan rataan skor

No Pernyataan

Persentase

Rataan skor Tidak

setuju Netral setuju

1 Menjaga kelestarian lingkungan 0 0 100 4.79

2 Keseimbangan alam adalah kenyamanan dan kemudahan di dalamnya

0 0 100 4.38

3 Menjaga kelestarian lingkungan tidak berdampak baik terhadap kegiatan yang saya jalankan

69 25 6 3.95

4 Produk ramah lingkungan banyak

dicari oleh masyarakat 7 30 63 3.57

5 Kegiatan penanaman pohon dapat mencegah kebanjiran dan tanah longsor

0 7 93 4.64

6 Jumlah limbah rumah tangga yang saya keluarkan tidak melebihi mengganggu dan kelestarian lingkungan

58 21 21 2.41

7 Dampak dari polusi kendaraan

bermotor sangat buruk bagi kesehatan masyarakat

1 1 98 4.46

8 Merokok di tempat umum tidak

berbahaya bagi kesehatan orang lain 82 8 10 4.25

Rataan skor 4.06

Proporsi terbesar responden telah menyetujui bahwa pentingnya kesadaran akan menjaga kelestarian lingkungan, keseimbangan alam, produk ramah lingkungan, dan buruknya dampak polusi bagi kesehatan, serta

59

responden tidak menyetujui bahwa menjaga kelestarian lingkungan tidak berdampak baik terhadap kegiatan yang dijalankan, jumlah limbah rumah tangga tidak melebihi dan mengganggu kelestarian lingkungan, dan merokok di tempat umum tidak berbahaya bagi kesehatan.

Telah terbentuk kesadaran global bahwa persoalan lingkungan merupakan persoalan bersama dan hanya bisa teratasi kalau setiap individu secara aktif baik sendiri-sendiri atau pun melalui gerakan kolektif memberikan sumbangannya. Perkembangan terakhir bahkan sampai pada kesadaran bahwa lingkungan yang sehat dan lestari tidak saja memberikan kehidupan yang sehat namun menjamin pula efisiensi pada level mikro perusahaan dan sustainable development pada level makro pembangunan sebuah negara (Rahayu 2008). Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus dilakukan agar menerima sesuatu yang dinamakan hak. Menurut Siahaan (2004) asas baru dalam hukum lingkungan adalah asas tanggung jawab yang bersifat khusus yang disebut dengan strict liability. Asas ini oleh sarjana-sarjana hukum lingkungan disebut sebagai asas tanggung jawab langsung dan seketika.

Tanggung jawab berperilaku dalam penelitian ini adalah sesuatu yang harus dilakukan agar menerima sesuatu yang dinamakan hak dalam pelestarian lingkungan, bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan, bertanggung jawab menggunakan barang-barang agar tidak menimbulkan konsekuensi yang membahayakan lingkungan dan masyarakat sekitar, serta bertanggung jawab melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan.

Tanggung jawab berperilaku pro lingkungan diukur dengan delapan item pernyataan yang dapat dipilih responden untuk pilihan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tingkat tanggung jawab responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (skor <60), kategori sedang (skor 60 – 80), dan kategori tinggi (skor >80). Secara keseluruhan sebaran responden berdasarkan tingkat tanggung jawab menunjukkan bahwa hampir seluruh (72%) responden memiliki tingkat tanggung jawab sedang yaitu dengan skor 60 – 80.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Tabel 23) hampir seluruh (83.3%) responden di daerah RML memiliki tingkat tanggung jawab sedang, begitu pula tiga per lima (60%) responden di daerah TRML memiliki tingkat tanggung jawab sedang. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang menyatakan bahwa

responden bertanggung jawab dan perhatian terhadap kelestarian lingkungan, bertanggung jawab terhadap pemanfaatan sumberdaya yang ada di sekitar, serta bertanggung jawab untuk meninggalkan hal-hal buruk yang dapat merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar.

Rataan nilai tanggung jawab responden di daerah TRML lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai tanggung jawab responden di daerah RML. Rataan nilai tanggung jawab responden di daerah RML adalah sebesar 71.98 sedangkan rataan nilai tanggung jawab responden di daerah TRML adalah sebesar 75.39. Hal ini menjelaskan bahwa tanggung jawab responden di daerah TRML lebih baik daripada di daerah RML. Berdasarkan data yang disajikan (Tabel 23) bila diuji beda rataan terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0.036). Tabel 23 Sebaran responden berdasarkan tingkat tanggung jawab lingkungan

Tanggung jawab Daerah RML Daerah TRML Total

n % n % n % Rendah (skor <60) 3 5.0 2 5.0 5 5.0 Sedang (skor 60-80) 50 83.3 24 60.0 74 74 Tinggi (skor >80) 7 11.7 14 35.0 21 21 Total 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Min-max 43.75-87.50 56.25-96.88 43.75-96.88 Mean ± SD 71.98±7.57 75.39±8.26 73.35±7.99 P.value t-test 0.036*

Sebaran jawaban pernyataan tanggung jawab yang telah dijawab responden dibagi menjadi 3 (tiga) kategori rataan skor, yaitu negatif (skor 1 – 2.6), netral (skor 2.61 – 3.4), dan positif (skor 3.41 – 5). Secara keseluruhan, rataan skor pada pernyataan tanggung jawab berada pada skor positif yang artinya responden telah menyetujui atau menyadari bahwa tanggung jawab lingkungan diperlukan untuk membentuk perilaku pro lingkungan yang baik.

Rataan skor terbesar terdapat pada pernyataan pertama bahwa hampir seluruh (90%) responden bertanggung jawab dan perhatian terhadap lingkungan di sekitarnya sebesar 4.30, sedangkan rataan skor terkecil yaitu 3.37 pada pernyataan ketidaksetujuan responden yang merasa tidak bertanggung jawab terhadap konsekuensi limbah rumah tangga seperti sampah dan air bekas cucian. Hal ini disebabkan karena responden tidak menyadari dampak limbah yang dihasilkan akan berpengaruh pada lingkungan sekitar sehingga tanggung jawab yang dirasa tidak terlalu besar.

Menurut Siahaan (2004) asas baru dalam hukum lingkungan adalah asas tanggung jawab yang bersifat khusus yang disebut dengan strict liability. Asas ini oleh sarjana-sarjana hukum lingkungan disebut sebagai asas tanggung jawab

61

langsung dan seketika, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggung jawab lingkungan yang dilakukan responden berasal dari pribadi masing-masing dan berdampak kembali di sekitar lingkungannya sehingga responden memberi perhatian yang khusus untuk berpatisipasi dalam kelestarian lingkungan.

Tabel 24 Persentase responden berdasarkan tingkat tanggung jawab dan rataan skor No Pernyataan Persentase Rataan skor Tidak

setuju Netral setuju 1 Bertanggung jawab dan perhatian

terhadap lingkungan di sekitar saya 4 6 90 4.30

2 Rasa tanggung jawab terhadap

lingkungannya 4 3 93 4.29

3 Tidak bersalah jika merokok di depan

umum 62 31 7 3.79

4 Menyebarkan informasi tentang produk

ramah lingkungan 8 29 63 3.70

5 Mengatasi masalah lingkungan di

sekitar 1 20 73 4.15

6 Tidak bertanggung jawab terhadap

konsekuensi limbah rumah tangga 50 33 17 3.37

7 Tidak menanami tumbuhan atau

pepohonan di pekarangan rumah 5 13 82 3.94

8 Tidak bersalah jika menebang pohon di

hutan milik pemerintah 70 19 11 3.39

Rataan skor 3.93

Norma Personal

Salah satu pembentuk intensi pro lingkungan adalah norma personal yang melibatkan adanya kesadaran dan tanggung jawab dari pelaku yang bersangkutan (Garling et al 2001). Norma personal didefinisikan sebagai bentuk etika moral maupun kewajiban terhadap sesuatu yang menyangkut orientasi dalam memperlakukan sesuatu (Parwiyanto 2010). Norma personal dalam penelitian ini adalah sikap etika yang ditujukan dalam menyikapi masalah lingkungan sekitar serta menyikapi keadaan yang terjadi dalam lingkungan.

Norma personal perilaku pro lingkungan diukur dengan delapan item pernyataan yang dapat dipilih responden untuk pilihan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tingkat norma personal responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (skor <60), kategori sedang (skor 60 – 80), dan kategori tinggi (skor >80). Secara keseluruhan sebaran responden berdasarkan tingkat norma personal menunjukkan bahwa hampir seluruh (84%) responden memiliki tingkat norma personal sedang yaitu dengan skor 60 – 80.

Berdasarkan penelitian, hampir seluruh responden di daerah RML (86.7%) dan TRML (80%%) memiliki tingkat norma personal sedang. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang menyatakan bahwa sebagian besar responden merasa secara moral wajib untuk menjaga kelestarian lingkungan, melaksanakan kegiatan yang bermanfaat, serta meninggalkan hal-hal yang merugikan lingkungan maupun masyarakat sekitar.

Rataan nilai norma personal di daerah TRML lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai norma personal di daerah RML. Rataan nilai norma personal di daerah RML sebesar 68.80, sedangkan di daerah TRML sebesar 69.61. Berdasarkan uji beda rataan yang dilakukan (Tabel 25) untuk nilai norma personal tidak ada perbedaan nyata yang dihasilkan (p = 0.583).

Tabel 25 Sebaran responden berdasarkan tingkat norma personal

Norma personal Daerah RML Daerah TRML Total

n % n % n % Rendah (skor <60) 0 0.0 3 7.5 3 3.0 Sedang (skor 60-80) 52 86.7 32 80.0 84 84.0 Tinggi (skor >80) 8 13.3 5 12.5 13 13.0 Total 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Min-max 62.50-84.38 46.88-90.63 46.88-90.63 Mean ± SD 71.04±6.38 70.08±9.75 70.66±787 P.value t-test 0.583

Sebaran jawaban pernyataan norma personal yang telah dijawab responden dibagi menjadi tiga kategori rataan skor, yaitu negatif (skor 1 – 2.6), netral (skor 2.61 – 3.4), dan positif (skor 3.41 – 5). Secara keseluruhan, rataan skor norma personal berada pada skor positif yang artinya responden menyetujui bahwa norma personal dibutuhkan dalam intensi perilaku pro lingkungan. Tingginya skor akan mempengaruhi intensi perillaku individu (Wall et al 2007). Tabel 26 Persentase responden berdasarkan tingkat norma personal dan rataan

skor No Pernyataan Persentase Rataan skor Tidak

setuju Netral setuju

1 Menjaga kelestarian lingkungan 3 4 93 4.28 2 Bersepeda satu minggu sekali 7 5 88 4.12 3 Tidak wajib untuk mengatasi masalah

lingkungan 79 20 1 3.99

4 Wajib mengkonsumsi produk-produk ramah

lingkungan 7 45 48 3.55

5 Memisahkan limbah rumah tangga organik

dan anorganik adalah penting 0 9 91 4.03 6 Tidak perlu menanami tumbuhan atau

pepohonan di pekarangan rumah 61 20 19 3.5 7 Kampanye anti rokok 4 27 69 3.75 8 Tidak wajib mendukung pemerintah dalam

kegiatan car free day 54 38 8 3.39

63

Rataan skor terbesar terdapat dalam pernyataan secara moral responden wajib menjaga kelestarian lingkungan sebanyak hampir seluruh (88%) responden sebesar 4.28. Sedangkan rataan skor terendah terdapat dalam pernyataan penolakan responden untuk tidak mendukung pemerintah dalam kegiatan car free day (hari bebas kendaraan) sebanyak lebih dari separuh (54%) responden sebesar 3.39. Hal ini disebabkan kurangnya informasi yang diterima dan banyaknya kegiatan yang dilakukan responden sehingga tidak mengikuti kegiatan tersebut.

Intensi Perilaku Pro lingkungan

Faktor intensi atau maksud perilaku pro lingkungan mencakup kesadaran, norma personal, dan peranan tanggung jawab dari masing-masing individu dalam menjalankan fungsi sosialnya dalam menjaga kelestarian pro lingkungan (Garling et al 2001). Intensi adalah maksud berperilaku menurut cara-cara tertentu dan merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan lingkungan sekitar.

Intensi perilaku pro lingkungan diukur dengan delapan item pernyataan yang dapat dipilih responden untuk pilihan sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tingkat intensi responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (skor <60), kategori sedang (skor 60 – 80), dan kategori tinggi (skor >80). Secara keseluruhan sebaran responden berdasarkan tingkat intensi perilaku pro lingkungan menunjukkan bahwa hampir seluruh (76%) responden memiliki tingkat intensi sedang yaitu dengan skor 60 – 80.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan hampir seluruh responden di daerah RML (76.7%) dan TRML (75%) memiliki tingkat intensi perilaku pro lingkungan sedang. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang berkeinginan melestarikan lingkungan dan berkeinginan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung keseimbangan lingkungan untuk masyarakat sekitar. Intensi atau maksud atau keinginan seseorang itu sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian, yaitu sikap, locus of control dan rasa tanggung jawab intensi untuk bertindak ditentukan oleh faktor-faktor internal pelaku (Wibowo 2009).

Rataan nilai intensi pro lingkungan di daerah TRML lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai intensi pro lingkungan di daerah RML. Rataan nilai intensi pro lingkungan di daerah RML adalah sebesar 68.80 sedangkan

rataan nilai intensi pro lingkungan di daerah TRML adalah sebesar 69.61. Berdasarkan uji beda rataan yang disajikan (Tabel 27) diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0.677).

Tabel 27 Sebaran responden berdasarkan tingkat intensi pro lingkungan

Intensi Daerah RML Daerah TRML Total

n % n % n % Rendah (skor <60) 6 10.0 5 12.5 11 11.0 Sedang (skor 60-80) 46 76.7 30 75.0 76 76.0 Tinggi (skor >80) 8 13.3 5 12.5 13 13.0 Total 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Min-max 46.88-87.50 46.88-93.75 46.88-93.75 Mean ± SD 68.80±9.39 69.61±9.55 69.13±9.41 P.value t-test 0.677

Sebaran jawaban pernyataan norma personal yang telah dijawab responden dibagi menjadi tiga kategori rataan skor, yaitu negatif (skor 1 – 2.6), netral (skor 2.61 – 3.4), dan positif (skor 3.41 – 5). Secara keseluruhan, rataan skor intensi perilaku pro lingkungan berada pada skor positif yang artinya responden menyetujui bahwa perilaku pro lingkungan membutuhkan intensi atau maksud atau niat untuk dapat sampai ke tujuan perilakunya.

Tabel 28 Persentase responden berdasarkan tingkat intensi dan rataan skor No Pernyataan

Persentase

Rataan skor Tidak

setuju Netral setuju 1 Akan menjaga kelestarian lingkungan 6 11 83 4.08 2 Akan berpatisipasi dalam program car

free day (hari bebas kendaraan) 8 10 82 4.11

3 Tidak berkeinginan mengatasi

permasalahan lingkungan 76 20 4 3.90

4 Berkeinginan untuk memboikot

produk-produk yang tidak ramah lingkungan 16 53 31 3.19

5 Akan menerapkan cara pengelolaan limbah rumah tangga dengan memisahkan sampah organik dan anorganik

0 22 78 3.96

6 Tidak akan menegur orang-orang yang merokok di tempat umum atau di kendaraan umum

41 24 35 3.14 7 Akan memanfaatkan pekarangan

rumah dengan menanami tanaman 3 4 93 4.16

8 Tidak akan mengikuti kegiatan

penanaman pohon yang dilakukan oleh pemerintah

56 40 4 3.58

Rataan skor 3.77

Rataan skor tertinggi sebesar 4.16 terdapat dalam pernyataan bahwa responden akan memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanami tumbuhan atau pepohonan sebanyak hampir seluruh (93%) responden. Sedangkan skor

65

terendah sebesar 3.14 terdapat dalam pernyataan bahwa responden tidak menyetujui untuk tidak akan menegur orang-orang yang merokok di tempat umum atau di kendaraan umum sebanyak hampir separuh (41%) responden. Hal ini disebabkan karena masih banyak responden, khususnya responden laki-laki yang masih sering merokok dan adanya rasa enggan untuk menegur karena bagi sebagian dari responden merokok adalah suatu keadaan privasi dan urusan pribadi masing-masing yang tidak perlu ditegur oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibowo (2009) bahwa individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, mempunyai sikap positif terhadap lingkungan serta terhadap perilaku pro lingkungan, biasanya memiliki intensi untuk mewujudkan tindakan perilaku bertanggung jawab. Namun faktor-faktor situasional, seperti keadaan ekonomi, tekanan sosial dan peluang yang tersedia, dapat menghambat atau memperkuat kemungkinan munculnya perilaku yang dimaksud.

Perilaku Pro lingkungan

Menurut Felix (2008) perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Pro lingkungan adalah tindakan masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungannya dengan mencegah polusi udara dari asap rokok, kebanjiran maupun kekurangan air bersih, limbah rumah tangga, dan penggunaan produk-produk ramah lingkungan. Perilaku pro lingkungan adalah tindakan atau aksi nyata individu terhadap intensi pro lingkungan.

Tingkat perilaku pro lingkungan dalam penelitian ini diukur dengan delapan pernyataan yang mencakup berbagai kebiasaan responden sesuai dengan faktor intensi yang mendukungnya. Perilaku pro lingkungan dibagi menjadi tiga kategori kebiasaan aktual responden, yaitu tidak pernah, kadang-kadang, dan sering. Sedangkan tingkat perilaku pro lingkungan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori rendah (skor <60), kategori sedang (skor 60 – 80), dan kategori tinggi (skor >80). Secara keseluruhan sebaran responden berdasarkan tingkat perilaku pro lingkungan menunjukkan bahwa seluruh (100%) responden memiliki tingkat intensi rendah yaitu dengan skor nilai kurang dari 60.

Rendahnya tingkat perilaku pro lingkungan di kedua daerah ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang didapat (berdasarkan penelitian variabel pengetahuan dalam Tabel 19 oleh lebih dari separuh

responden. Berdasarkan wawancara mendalam, lebih dari separuh responden hanya peduli pada lingkungan dalam cakupan wilayah tempat tinggalnya sendiri dan jarang melaksanakan kegiatan-kegitan umum atau missal yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Rataan nilai perilaku pro lingkungan di daerah TRML lebih tinggi dibandingkan dengan rataan nilai perilaku pro lingkungan di daerah RML. Rataan nilai perilaku pro lingkungan di daerah RML adalah sebesar 29.69 dan rataan nilai perilaku pro lingkungan di daerah TRML adalah sebesar 35.46. hal ini menjelaskan bahwa perilaku responden di daerah TRML lebih baik daripada di daerah RML. Berdasarkan uji beda rataan yang dilakukan (Tabel 29) terdapat perbedaan yang nyata pada kedua kelompok responden (p = 0.008).

Tabel 29 Sebaran responden berdasarkan tingkat perilaku pro lingkungan

Perilaku Daerah RML Daerah TRML Total

n % n % n % Rendah (skor <60) 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Sedang (skor 60-80) 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Tinggi (skor >80) 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 60 100.0 40 100.0 100 100.0 Min-max 0-50 0-50 0.00-50.00 Mean ± SD 29.69±10.20 35.46±10.99 32.00±10.85 P.value t-test 0.008*

Perilaku pro lingkungan tergantung dari norma personal yang berasal dari kesadaran dan tanggung jawab yang sangat penting untuk masing-masing responden dan juga orang lain. Rendahnya perilaku pro lingkungan juga disebabkan banyaknya item pernyataan yang tidak dijawab sesuai dengan orientasi sosial responden (Garling et al 2001). Kesatuan antara kesadaran, tanggung jawab, dan norma personal mempengaruhi intensi dan perilaku individu dalam tindakan pro lingkungan (Wall et al 2007).

Berdasarkan data yang disajikan (Tabel 30) dalam persentase jawaban pernyataan perilaku pro lingkungan, hampir semua pernyataan dijawab pada pilihan jawaban kadang-kadang. Hampir seluruh (97%) responden dalam penelitian ini tidak pernah mengikuti organisasi atau LSM pro lingkungan selama enam bulan terakhir. Hal ini disebabkan karena responden tidak dikenalkan pada organisasi pro lingkungan bersangkutan yang aktif di daerahnya dan tidak ingin andil dalam perkumpulan organisasi atau LSM tersebut. Responden biasanya hanya mengikuti kegiatan-kegiatan pro lingkungan yang diadakan oleh organisasi sekitar.

67

Hampir seluruh (80%) responden kadang-kadang menanami pekarangan rumah dengan tumbuhan atau pepohonan. Hal ini disebabkan karena adanya lahan selain lahan rumah yang mendukung untuk ditanami sehingga responden memanfaatkannya untuk ditanami berbagai macam tumbuhan atau pepohonan. Sebanyak lebih dari seperlima (27%) responden sering bersama-sama

Dokumen terkait