• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

5. Pestisida Organik

Perlindungan tanaman merupakan sebuah proses yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Perlindungan tanaman tidak hanya terdiri dari satu tindakan yang spesifik tetapi memerlukan kombinasi yang cocok tergantung faktor tanaman, iklim, dan kondisi wilayah (Stoll, 1992). Salah satu bentuk dari perlindungan tanaman adalah dengan adanya penggunaan pestisida organik. Saat ini berkembang tren baru dikalangan petani, mereka beramai-ramai menggunakan pestisda organik sebagai pengganti pestisida kimia. Bahannya cukup beragam mulai dari laos, daun mimba, serai, tembakau sampai dengan gadung (Utami, 1999).

Menurut Andoko (2007) terdapat 2 jenis pestisida organik yakni pestisida nabati dan pestisida hewani. Sesuai namanya, bahan-bahan pembuatan pestisida nabati berasal dari tumbuhan. Secara alami tanaman memproduksi senyawa beracun untuk melindungi spesiesnya dari kepunahan akibat serangan OPT. Senyawa-senyawa ini disebut metabolit sekunder. Spesies tanaman yang tidak pernah diserang OPT dan atau menjadi pengganggu tanaman lain bisa jadi mengandung bahan metabolit sekunder yang dapat dipakai sebagai pestisida (Novizan, 2002).

commit to user

Pestisida nabati bersifat pukul dan lari, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu, dan setelah terbunuh maka residunya akan cepat hilang di alam, dengan demikian akan terbebas dari residu dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan atau menggagalkan tetapi meminimalkan penggunaan pestisida sintesis, sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkannya pun dapat dikurangi (Purnomo, 2006).

Pestisida hewani berasal dari hewan dan sampai saat ini urine telah banyak diketahui berkhasiat sebagai pestisida hewani khususnya untuk memberantas penyakit virus dan cendawan. Meskipun dikatakan dengan istilah pestisida organik, bahan-bahan yang digunakan untuk beberapa ramuan masih mengandung unsur lain seperti garam dan sabun (detergen) yang berfungsi sebagai pencampur dan peningkat daya bunuh. Namun, persentase bahan tersebut sangat kecil dan masih dibawah ambang bahaya baik terhadap kualitas tanah maupun kesehatan manusia. Sifat pestisida organik tidak berlaku umum, tetapi berlaku khusus lokasi. Ini disebabkan jenis tanaman atau hewan sebagai bahan pestisida organik tersebut hidup di suatu tempat yang kandungan bahan aktifnya berbeda dengan ditempat lain. Oleh karena itulah ramuan pestisida organik termasuk dosis atau ukuran pemakaiannya akan berbeda untuk suatu tempat, dengan demikian efektivitas ramuan pestisida organik tersebut sangat tergantung dari percobaan atau pengalaman setempat.

Adanya pestisida hayati saat ini banyak mendapatkan perhatian sebagai salah satu usaha kearah pengembangan teknologi pertanian alternatif. Tingkat penggunaanya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan (Suwahyono, 2010).

Manfaat atau keunggulan pestisida organik dalam OISCA (1998) antara lain sebagai berikut:

a. Daya kerjanya selektif

b. Hanya mematikan hama tertentu sehingga keseimbangan alam tetap terjaga

commit to user

d. Tidak mengakibatkan pencemaran air dan udara

e. Serangga-serangga berguna (predator hama) tidak ikut musnah

f. Murah, karena dapat dibuat dengan sumber daya yang ada dan dibuat sendiri oleh petani

g. Tidak berbahaya bagi petani.

B. Kerangka Berpikir

Pembangunan pertanian diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk selalu menambah produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usahatani. Salah satu bagian dari pembangunan pertanian adalah pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan dan holtikultura, dimana kedua sub sektor ini merupakan salah satu faktor penting bagi kesejahteraan masyarakat. Selama empat periode terakhir ini, kontribusi sektor tanaman pangan khususnya padi di Jawa tengah mengalami fluktuasi oleh karenanya sistem ketahanan pangan perlu ditingkatkan untuk membantu produktivitas pangan kita.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan pestisida yang dapat meminimalkan kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), namun dilain pihak penggunaan pestisida yang kurang bijaksana semisal pestisida kimia sering merugikan keseimbangan lingkungan. Kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan tersebut mendorong masyarakat petani desa karangbangun khususnya, untuk kembali ke sistem pertanian organik yang salah satunya dengan menerapkan pembuatan dan penggunaan pestisida organik dalam budidaya tanaman pertanian.

Keputusan petani untuk menerapkan atau tidak menerapakan pestisida organik, sebagai sebuah inovasi saat ini, hal tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor. Faktor tersebut antar lain adalah pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan, pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran komunikasi, kredibilitas penyuluh serta persepsi petani terhadap karakteristik inovasi seperti keuntungan relatif, kompatibilitas inovasi, kerumitan inovasi, tingkat pengujian inovasi, dan observabilitas. Berdasar uraian diatas diduga

commit to user

faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik, dimana dalam tahap ini akan menghasilkan keputusan akhir apakah petani di desa Karangabangun mau menerapkan atau bahkan menolak adanya inovasi.

Kerangka pemikiran di atas secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:

: Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Menerapkan pestisida Organik.

C.Hipotesis

Diduga terdapat pengaruh antara faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan (pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan, pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran komunikasi, kredibilitas penyuluh serta persepsi petani terhadap karakteristik inovasi seperti keuntungan relatif, kompatibilitas inovasi, kerumitan inovasi, tingkat pengujian inovasi, dan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pestisida organik:

1. Pendidikan formal (Tahun) 2. Pendapatan usahatani (Rp) 3. Luas usahatani (Ha)

4. Pengalaman berusahatani (Tahun) 5. Frekuensi penggunaan saluran

komunikasi 6. Kredibilitas penyuluh 7. Sifat inovasi: a. Keuntungan relatif b. Kompatibilitas inovasi c. Kerumitan inovasi d. Tingkat pengujian invasi e. observabilitas

 

Variabel bebas (X) 

Tingkat Partisipasi  dalam  kelompok dan organisasi diluar 

lingkunganya sendiri.  urgensitas masalah (dampak  revolusi hijau yang harus segera 

ditangani)  Dampak Revolusi

Hijau

Lingkungan budaya Lingkungan biofisik

Kebijakan pemerintah PHT yang diatur dalam UUBT.

no 12 tahun 1992 (contoh aplikasi tipe keputusan

otoriter)

Variabel terikat (Y) 

Pengambilan Keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik Motivasi ekonomi, motivasi 

commit to user

observabilitas) dengan keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar.

D.Pembatasan Masalah

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerapkan pestisida organik yang diteliti pada penelitian ini adalah (pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan, pengalaman berusahatani, frekuensi penggunaan saluran komunikasi, kredibilitas penyuluh serta persepsi petani terhadap sifat inovasi seperti keuntungan relatif, kompatibilitas inovasi, kerumitan inovasi, tingkat pengujian inovasi, dan observabilitas

2. Jenis pestisida organik pada penelitian ini adalah pestisida nabati dan pestisida hewani.

3. Petani penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani di Desa Karangbangun Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar yang pernah mengikuti penyuluhan mengenai Pestisida organik.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adopsi pestisida organik antara lain adalah:

a. Pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan yang ditamatkan pada bangku pendidikan formal. Diukur dengan tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai petani di bangku sekolah.

b. Luas usahatani, yaitu luas lahan yang diusahakan petani baik milik sendiri, menyewa, maupun menyakap. Diukur dengan luas lahan responden yang dinyatakan dalam hektar (Ha)

c. Tingkat pendapatan, tingkat pendapatan yang diperoleh petani baik melalui kegiatan usahatani maupun non usahatani. Diukur dengan menghitung besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam 1 Tahun.

d. Pengalaman usaha tani, adalah lama petani melakukan usahatani hingga saat penelitian dilakukan. Diukur dengan banyaknya tahun atau lama petani melakukan usahataninya tersebut (Tahun).

commit to user

e. Frekuensi akses saluran komunikasi adalah frekuensi petani dalam mengakses saluran komunikasi untuk mendapatkan informasi mengenai pestisida organik. Diukur dengan frekuensi dalam memperoleh informasi mengenai pestisida organik baik melalui saluran interpersonal maupun saluran media massa.

f. Kredibilitas penyuluh

Yakni kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi atau berinteraksi, dengan masyarakat sasaran.

g. Sifat inovasi, yaitu sifat-sifat yang melekat pada inovasi yang secara langsung naupun tidak langsung keberadaannya dapat mendorong atau menghambat dalam adopsi pestisida organik yang meliputi:

1) Keuntungan relatif (relatif advantages), yaitu tingkat dimana pestisida organik dianggap sebagai inovasi yang memberikan keuntungan secara teknis maupun ekonomi bagi petani. Keuntungan relatif ini dapat diukur melalui keuntungan- keuntungan yang diperoleh dari pestisida organik melalui persepsi petani.

2) Kesesuaian (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian inovasi pestisida organik dengan kebutuhan petani, kondisi sosial-budaya, kondisi ekonomi dan kondisi lingkungan. Kesesuain dapat diukur melalui persepsi petani terhadap pestisida organik dengan kebutuhan petani, kondisi sosial-budaya, kondisi ekonomi dan kondisi lingkungan.

3) Kerumitan (complexity), yaitu tingkat dimana dinovasi pestisida organik dirasa sulit/tidaknya untuk diterapkan oleh petani. Kerumitan diukur melalui persepsi petani terhadap tingkat kerumitan pestisida organik dalam hal mendapatkan bahan baku, pembuatan, dan penggunaannya.

4) Dapat dicobakan (complexity), yaitu tingkat dapat dicobanya inovasi pestisida organik oleh petani. Diukur melalui persepsi petani terhadap dapat atau tidaknya inovasi pestisida organik dibuat.

commit to user

5) Dapat dilihat (observability), yaitu tingkat dapat dilihatnya inovasi pestisida organik oleh petani. Diukur melalui persepsi petani terhadap dapat atau tidaknya inovasi pestisida organik dilihat/diamati dalam pembuatan maupun pada saat diaplikasikan pada tanaman.

Kredibilitas penyuluh dan karakteristik inovasi diukur dengan pernyataan-pernyataan positif dan negatif dengan kriteria sebagai berikut:

Pernyataan Positif

Setuju (S) : skor 3

Tidak tahu/ragu-ragu (TT) : skor 2 Tidak setuju (TS) : skor 1 Pernyataan Negatif

Setuju (S) : skor 1

Tidak tahu/ragu-ragu (TT) : skor 2 Tidak setuju (TS) : skor 3

2. Pengambilan keputusan oleh petani dalam menerapkan pestisida organik merupakan sebuah keputusan petani untuk menerima atau menolak inovasi pestisida organik. Apabila petani menerapkan inovasi pestisida organik dilambangkan dengan angka 1, sebaliknya apabila petani tidak menerapkan inovasi pestisida organik maka dilambangkan dengan angka 0.

commit to user

Dokumen terkait