• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

E. Peta Konsep

1. Pengertian Peta Konsep

Peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk mereprentasi- kan suatu rangkaian konsep dan kaitan antara konsep-konsep tersebut. Peta tersebut mengungkapkan hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. (Novak &Gowin, 1984; Feldsine, 1987; Fowler, 1987; Moreira, 1987 dalam Suparno 2005:111)

Sedangkan menurut Paul Suparno (1998:99) dalam bukunya PENDIDIKAN SAINS YANG HUMANIS menyatakan bahwa peta konsep adalah suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu

rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta konsep menunjukkan hubungan-hubungan yang memiliki makna antara dua konsep atau lebih. Hierarki susunan peta konsep dapat mengidentifikasi adanya miskonsepsi dengan melihat hubungan antara dua konsep yang telah digambar si pembuat peta konsep apakah sudah benar atau belum. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi

yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep (Novak & Gowin, 1984 dalam Suparno, 1998: 99)

Peta konsep adalah gambaran grafis dimana titik-titik (kotak atau lingkaran) yang menunjukkan konsep-konsep dan garis-garis (lengkung atau lurus) yang menunjukkan hubungan antara konsep-konsep tersebut. Garis-garis antara konsep-konsep-konsep-konsep dapat satu jalan, dua jalan atau tidak berarah.

2. Ciri-ciri Peta Konsep

Menurut Ratna Wilis Dahar (1989 : 125) peta konsep memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, sehingga bidang studi lebih jelas dan mem- pelajarinya lebih bermakna

b. merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi

c. menunjukkan hubungan-hubungan yang jelas antara konsep yang satu dengan yang lain.

d. Memiliki bentuk hierarki tertentu, biasanya yang paling umum terletak di paling atas dan semakin ke bawah semakin khusus.

3. Cara Membuat Peta Konsep

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat peta konsep yakni sebagai berikut :

a. Memilih topik atau pokok bahasan yang akan dibuat peta konsep

b. Menentukan konsep-konsep yang relevan atau berhubungan dengan konsep pokok bahasan yang telah dipilih.

c. Meletakkan konsep-konsep sesuai dengan hubungannya mulai dari yang paling umum ke yang paling khusus

d. Menggambar garis-garis penghubung dan menyatakan hubungan pada garis penghubung tersebut

Dengan menerapkan langkah-langkah diatas, diharapkan dapat dihasilkan peta konsep yang benar-benar dapat membantu siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

4. Fungsi Peta Konsep dalam dunia pendidikan khususnya pada proses mengelola kegiatan belajar-mengajar IPA (Fisika). Menurut Kartika Budi (1990) Dalam kegiatan belajar mengajar Peta konsep dapat digunakan dalam banyak hal antara lain sebagai berikut :

• Dari peta konsep dapat diketahui keutuhan dari bangunan pengetahuan yang dimiliki. Dan juga dapat diketahui keluasan (banyaknya konsep yang dapat ditangkap dari apa yang telah dipelajari) dan kedalaman pemahaman (banyaknya hubungan antara konsep-konsep yang dapat dinyatakan).

• Untuk menghubungkan ide-ide yang kompleks

• Untuk membantu pengetahuan (buku pelajaran) dalam pengintegrasian secara eksplisit ilmu pengetahuan yang baru dan yang lama.

• Untuk menaksir pemahaman atau meramalkan ketidakpahaman. 5. Penerapan-penerapan Peta Konsep

a. Sebagai alat kreativitas : Menggambar suatu peta konsep dapat dibandingkan dengan mengambil bagian di suatu sesi pengungkapan pendapat. Ketika satu orang menurunkan gagasan secara tertulis, gagasan-gagasan tersebut menjadi lebih jelas dan pikiran dapat mengeluarkan gagasan-gagasan baru. Gagasan-gagasan yang baru terhubung dengan gagasan-gagasan yang sudah ada, akhirnya mereka dapat juga mencetuskan asosiasi-asosiasi baru mendorong ke arah gagasan-gagasan baru

b. Untuk hiperteks mendisain alat : Untuk menciptakan dokumen hiperteks dengan sambungan dengan dokumen yang lain. Surat menyurat yang struktural antara desain hiperteks dan peta konsep membuat pemetaan konsep suatu alat yang bisa duduk untuk merancang struktur yang konseptual dari hiperteks

c. Sebagai alat komunikasi : Peta konsep yang dihasilkan oleh seseorang menunjukkan suatu informasi struktur atau

gagasan-gagasan. Suatu peta konsep dihasilkan sekelompok orang menunjukkan gagasan untuk kelompok. Di dalam kasus apapun, pemetaan konsep dapat digunakan sebagai suatu komu- nikasi untuk orang-orang yang terbiasa dengan mendiskusikan konsep-konsep dan hubungan-hubungan antara konsep-konsep.

d. Sebagai alat pelajaran : Penyusun teori pelajaran menyatakan bahwa pengetahuan baru harus terintegrasi ke dalam struktur yang telah ada untuk diingat dan memiliki makna. Jonassen (1996) dalam (http//cmap.ihmc.us/Publications/Research-Papers/TheoryUnderlyingConceptMap.pdf) menyatakan bahwa yang ditunjukkan oleh para siswa sebagian dari pemikiran mereka yang terbaik, ketika mereka mencoba untuk menunjukkan sesuatu dengan nyata, dan berpikir adalah suatu syarat perlu untuk belajar.

e. Sebagai Alat penilaian : Peta konsep dapat juga digunakan sebagai alat penilaian. satu hasil sampingan yang penting dari peta konsep kemampuannya untuk mendeteksi atau menggambarkan "kesalahpahaman" yang mungkin dimiliki oleh peserta didik ketika penjelasan-penjelasan isi materi. Peta konsep yang digambar oleh para siswa/peserta didik menyatakan konsepsi-konsepsi mereka (atau kesalahpahaman-kesalahpahaman mereka) dan dapat

membantu instruktur mendiagnosa kesalahpahaman-kesalahpahaman bahwa instruksi yang telah dibuat tidak efektif (Ross dan Munby, 1991 dalam http//cmap.coginst. uwf.edu/info/.)

f. Peta konsep sebagai alat evaluasi : Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan pada tiga gagasan dalam teori kognitif Ausubel : (a) struktur kognitif itu diatur secara hierarkis, dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus; (b) konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Dalam ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak kaitan-kaitan proposional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif; (c) Penyesuaian Integratif. Prinsip ini menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat, bila siswa menyadari hubungan-hubungan baru (kaitan-kaitan konsep) antara kumpulakan (sets) konsep-konsep atau proposisi-proposisi yang berhubungan. Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan adanya

kaitan-kaitan silang (cross links) antara kumpulan konsep-konsep.(Ratna Wilis Dahar :1989)

Menurut Novak dan Gowin (1985) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 132) dalam menilai peta konsep yang telah dibuat oleh siswa ada empat kriteria penilaian yang harus diperhatikan yaitu : (1) kesahihan proposisi yaitu hubungan antara konsep-konsep yang ditunjukkan dengan garis-garis Penghubung dan keterangan kata hubung; (2) adanya hierarki yaitu peta konsep yang dibuat mulai dari konsep-konsep yang paling umum diletakkan pada bagian paling atas dan yang paling khusus diletakkan pada bagian yang paling bawah; (3) adanya kaitan silang, yaitu peta konsep menunjukkan adanya hubungan yang berarti antara satu bagian hierarki dari hierarki konnsep dengan bagian yang lain; (4) adanya contoh-contoh yaitu objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang dilukiskan dalam tingkatan konsep.

Berdasarkan uraian diatas, dengan peta konsep kita dapat mengetahui suatu kesalahpahaman, atau kemapuan seseorang untuk mengaitkan konsep yang satu dengan konsep yang lain, serta kita juga dapat mengetahui sejauh mana seseorang mampu mengetahui hubungan antar konsep tersebut. Sehingga seorang guru atau pelaksana pendidikan dapat mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan guru mengetahui

apakah pelajaran yang sudah diajarkan telah dipahami oleh siswa dengan baik, sehingga pelaksana pendidikan (Guru) dapat mengetahui sejauh mana kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai. Selain itu guru juga dapat menentukan langkah selanjutnya dalam menentukan metode pembelajaran, apakah metode yang telah diterapkan baik untuk diterapkan lagi atau tidak, atau guru harus menentukan metode lain untuk pembelajaran berikutnya. Dengan kata lain peta konsep dapat digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin meneliti peta konsep digunakan sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar siswa khususnya dalam belajar fisika. Materi yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah materi kelas XI pada pokok bahasan Hukum-hukum Newton Tentang Gravitasi.

F. Materi Hukum Newton Tentang Gravitasi

Dokumen terkait