• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2013:3), disebutkan perekam medis adalah seorang yang lulus pendidikan rekam medis dan informasi kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2013 :4), seorang pegawai rekam medis harus memiliki kualifikasi pendidikan sebagai berikut :

1. Standar kelulusan Diploma tiga sebagai Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

2. Standar kelulusan Diploma empat sebagai Sarjana Terapan Rekam Medis dan Informasi kesehatan

3. Standar kelulusan Sarjana sebagai Sarjana Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

4. Standar kelulusan Magister sebagai Magister Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Dalam melaksanakan pekerjaanya, perekam medis mempunyai kewajiban ; a. Menghormati hak pasien/klien

b. Menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Memberikan data dan informasi kesehatan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

d. Membantu program pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

e. Mematuhi standard profesi,standard pelayanan, dan standard prosedur operasional

Dalam menjalankan pekerjaannya, perekam medis mempunyai hak :

i. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan pekerjaan rekam medis dan informasi kesehatan sesuai standard profesi rekam medis

ii. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya

iii. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi iv. Menerima imbalan jasa profesi

v. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan.

Penelitian kualitatif dipilih karena temuannya diperoleh dari data-data yang dikumpulkan melalui pengamatan, dokumen, dan buku. Kemudian bila dilihat sifat dari masalah yang diteliti maka lebih cocok menggunakan metode kualitatif.

Penelitian kualitatif dapat dengan mudah membantu peneliti untuk menggali informasi yang lebih dalam mengenai permasalahan penelitian.

Menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2007:5) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H.

Sahudin Jl. Blangkejeren-Kutacane, Tanah Merah, Badar, Kabupaten Aceh Tenggara. Pemilihan tempat dan lokasi penelitian ini didasarkan karena ingin

mengetahui tentang pengelolaan rekam medis di RSUD H. Sahudin Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara

3.3 Karakteristik Informan

Menurut Moh.Nazir (2005:55) informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.

Informan pada penelitian ini berjumlah 3 orang di bagian pengelolaan rekam medis RSUD HSK. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui tentang rekam medis serta informan yang memahami tentang pengelolaan rekam medis di RSUD HSK. Peneliti mengambil informasi dengan cara wawancara dan observasi langsung dengan informan yang berhubungan dengan pengelolaan rekam medis. Dalam memilih informan, peneliti memilih informan yang dapat memberikan informasi serta data yang lengkap dan akurat.

Untuk memudahkan dalam analisis data, informan tersebut diberi kode yaitu Informan satu (I1), informan kedua (I2) dan informan ketiga (I3).

Tabel 3.1 Keterangan Informan

Kode Pendidikan Jabatan

I1 D3 Kepala Ruangan

Rekam Medis

I2 D3 Filling rekam medis

I3 Sarjana Teknik Registrasi rawat jalan

3.4 Data dan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara peneliti data narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya melalui proses wawancara. Sumber data primer pada penelitian ini, penulis peroleh dari informan yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Sahudin Kutacane.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiono: 2008 :402). Data sekunder ini merupakan

data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literature dan bacaan yang berkaitan dengan Rekam Medis.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut adalah :

1. Observasi

Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki.

Proses pengumpulan data observasi dalam penelitian ini termasuk pada observasi non partisipasi, dalam observasi ini peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan pengelolaan rekam medis tetapi peneliti mengamati bagaimana pengelolaan rekam medis di RSUD HSK. Peneliti mengamati secara langsung bagaimana petugas rekam medis melakukan pekerjaannya yaitu berhubungan dengan penyimpanan dokumen rekam medis. kemudian peneliti sempat berdialog dengan beberapa petugas rekam medis dan mengajukan beberapa pertanyaan seperti jumlah petugas rekam medis dan sistem penyimpanan rekam medis.

2. Wawancara

Sedangkan menurut Muhammmad Nazir, menyatakan bahwa wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara (interview guide) (Muhammad Nazir, 2003:193).

Wawancara terarah (directed) adalah menggunakan sejumlah pertanyaan terstruktur atau sudah tersusun dalam bentuk daftar pertanyaan tertulis. Dengan wawancara terstruktur setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya. Sedangkan wawancara tidak terarah (non directed) adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Berdasarkan pengertian di atas metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan baik terstruktur maupun tidak struktur yang dilakukan secara langsung pada berbagai respoden. Dalam teknik wawancara ini peneliti akan mewawancarai orang narasumber yaitu pegawai rekam medis di RSUD H.Sahudin Kutacane. Wawancara dilakukan secara informal sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi dan data yang lengkap serta akurat. Pedoman wawancara diambil berdasarkan dari Pedoman pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia dan dijadikan

sebagai acuan dalam mewawancarai narasumber sehingga tidak menyimpang dari topik penelitian

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Dokumentasi juga dapat berupa gambar atau foto yang berhubungan dengan penelitian, dengan dokumentasi dapat membantu peneliti menyesuaikan antara kesesuaian data dengan kenyataannya. Dokumen bisa beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap dan bahkan bisa berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau.

Dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan mengambil beberapa foto menggunakan kamera telepon genggam. Foto yang diambil berkaitan dengan data yang diperlukan seperti struktur organisasi, tempat penyimpanan dokumen rekam medis dan ruangan rekam medis itu sendiri.

3.6 Teknik Analisa Data 1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data dari hasil wawancara dengan informan. Data yang diperoleh dipilah-pilah terlebih dahulu, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting dan dibuat kategori-kategori yang menjelaskan mengenai pengelolaan rekam medis di RSUD H. Sahudin Kutacane.

2. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan hasil temuan dalam wawancara dengan informan yang memahami mengenai pengelolaan rekam medis di RSUD H. Sahudin Kutacane.

Dalam penyajian data harus dilakukan secara jelas dan singkt untuk memudahkan dalam memahami masalah tentang rekam medis. Penyajian data diwujudkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, foto atau gambar dan sejenisnya.

3. Verifikasi data

Setelah melakukan reduksi data dan penyajian data maka langkah selanjutnya adalah verifikasi data, yaitu mengecek kembali data-data dan informasi yang terkumpul untuk dilakukan pengecekan keabsahannya. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data-data dan informasi yang diperoleh di lapangan. Pada penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan wawancara dan dokumentasi.

3.7 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Selanjutnya adalah teknik dalam melakukan pengecekan dan memeriksa keabsahan data yang diperoleh, terutama pengecekan data yang terkumpul. Data yang terkumpul akan dicek ulang oleh peneliti pada subjek data yang terkumpul dan jika kurang sesuai peneliti mengadakan perbaikan untuk membangun derajat kepercayaan pada informasi yang telah diperoleh.

Menurut Moloeng (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin dalam Moloeng (2007:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini cara yang dilakukan untuk mencari validitasi suatu data yang terkumpul dengan cara triangulasi data, yaitu peneliti membandingkan sumber data dari informan dengan informan lainnya di RSUD H. Sahudin Kutacane. Teknik Triangulasi data menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, hasil wawancara dengan informan, dan hasil observasi yang dilakukan peneliti.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

Rumah Sakit Umum Daerah H. Sahudin Kutacane dibangun pada tahun 1978 dan difungsikan sejak 17 Oktober 1982. RSUD mempunyai Luas 28.562 M2. Adapun perihal nama Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane berdasarkan hasil Rapat Gabungan Komisi sepakat untuk memberi nama RSUD Kutacane menjadi “ RSUD H. Sahudin Kutacane” yang dituangkan dalam Keputusan DPRD Tk.II Aceh Tenggara No.172/269/DPRD/2005 tanggal 2 Mei 2005. Pada tahun 2005, berdasarkan SK Menkes RI No.109/menkes/SK/2005 tanggal 30 Januari 2005 Rumah Sakit Umum Kutacane ditingkatkan dari type D menjadi type C yang diresmikan pada tanggal 24 Juli 2005.

Berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Tenggara Tentang Struktur dan Tata Kerja Satuan Kerja Perangkat Kabupaten Aceh Tenggara Nomor 1 Tahun 2008 RSUD H. Sahudin Kutacane merupakan Rumah Sakit Daerah yang meyandang predikat kelas C yang dipimpin oleh Direktur Rumah Sakit yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalu Sekretaris Daerah. Dalam Peraturan Bupati Aceh Tenggara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah H. Sahudin Kutacane Kab. Aceh Tenggara, terdapat susunan Organisasi RSUD H. Sahudin Kutacane sebagai berikut :

1. Direktur;

2. Bagian Tata Usaha;

3. Bidang Pelayanan Medis;

4. Bidang Penunjang Medis;

5. Bidang Keperawatan;

6. Kelompok Jabatan Fungsional

RSUD H. Sahudin Kutacane mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan, pemulihan, peningkatan kesehatan yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat (emergency) dan Tindakan Medis.

4.2 Visi Dan Misi Visi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan. Visi Rumah Sakit Umum H. Sahudin Kutacane adalah “Terwujudnya Rumah Sakit Umum Daerah yang Maju, Bermartabat dan Menjadi Idaman Masyarakat”

Penjelasan dari Visi diatas, yaitu : 1. Rumah Sakit yang Maju

Rumah Sakit yang memiliki sarana dan prasarana yang canggih dan mampu melayani kesehatan masyarakat sesuai dengan standar yang ada.

2. Rumah Sakit yang Bermaratabat

Rumah Sakit yang mampu mengangkat derajat kesehatan masyarakat dan mengangkat derajat Kabupaten Aceh Tenggara dengan Pelayanan yang ada di Rumah Sakit.

3. Rumah Sakit Idaman Masyarakat

Rumah Sakit yang mampu menjadi pusat rujukan kesehatan tingkat lanjut bagi masyarakat Aceh Tenggara dan Masyarakat yang ada di Sekitar Kabupaten dengan pemenuhan kebutuhan pelayanan dan tanpa keluhan.

Misi

Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut diatas, maka ditetapkan Misi RSUD H. Sahudin Kutacane adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Kinerja Manajemen Rumah Sakit yang Efesien, Transparan dan Akuntabel dengan Lingkungan yang Kondusif dalam Pelayanan Kesehatan.

Keberhasilan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan selain tergantung dari sarana/ prasarana, serta sumber daya yang lain, juga sangatlah ditentukan atas manajemen pelayanan kesehatan itu sendiri. Berkembangnya dan makin mantapnya manajemen RS H. Sahuddin, menjadi salah satu prasyarat penting dalam perwujudan Visi yang telah ditetapkan.

Dengan adanya manajemen kesehatan yang baik, diharapkan fungsi fungsi administrasi kesehatan dapat terselenggara secara berdaya dan berhasil gunA dan efisien). Adanya dukungan sistem informasi serta ketentuan dan peraturan yang memadai juga perlu dikembangkan dan dimantapkan. Dengan mantapnya manajemen rumah sakit, good governance dapat diwujudkan, sehingga pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat bermutu dan terjangkau untuk mencapai kepuasan pelanggan.

Pencapaian kinerja dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, apabila dibandingkan dengan standar pelayanan rumah sakit secara nasional masih relatif rendah. Oleh karena itu, salah satu misi utama dari RS H.

Sahuddin, haruslah mampu untuk dapat meningkatkan kinerjanya dan dapat memberikan peningkatan mutu pelayanannya seiring dengan peningkatan demand masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit, serta sesuai dengan tuntutan jaman dan martabat bangsa.

3. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan, pelatihan dan penelitian Sumber daya manusia merupakan pilar utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misinya. Karenanya harus dipastikan sumber daya ini dikelola dengan sebaik mungkin agar mampu memberi kontribusi secara optimal. Maka diperlukanlah sebuah pengelolaan secara sistematis dan terencana agar tujuan yang diinginkan dimasa sekarang dan masa depan bisa tercapai yang sering disebut sebagai manajemen sumber daya manusia. Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah mengelola atau mengembangkan kompetensi personil agar mampu merealisasikan misi organisasi dalam rangka mewujudkan visi.

Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat yang ingin memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk pengobatan maupun untuk pemulihan kesehatannya. Sebagai pusat rujukan kesehatan utama, rumah sakit dituntut mampu memberikan pelayanan yang komprehensif bagi setiap pasiennya. Pelayanan kesehatan yang komprehensif adalah berbagai bentuk pelayanan yang diberikan kepada

klien oleh suatu tim multi disiplin sesuai kebutuhan pasien. SDM di rumah sakit menjadi hal penting yang mendukung berkembangnya rumah sakit dan menjadi tolak ukur penting dalam penilaian pengembangan mutu pelayanan di rumah sakit.

4. Meningkatkan mutu dan ketersediaan sarana dan prasarana

Mutu layanan senantiasa menjadi salah satu penilaian yang diberikan oleh pengguna layanan publik, tak terkecuali rumah sakit selalu dikaitkan dengan mutu layanan yang diberikan, sehingga ini menjadi salah satu misi yang diemban oleh RSUD H. Sahudin Kutacane yang senantiasa meningkatkan mutu layanan dan melakukan pengembangan sarana dan prasarana guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

4.3 Karakteristik Informan

Informan pada penelitian ini berjumlah 3 orang di bagian pengelolaan rekam medis pada RSUD HSK. Peneliti mengambil informasi dengan cara melalukan wawancara dan observasi langsung kepada informan yang berhubungan dengan pengelolaan rekam medis pada RSUD HSK. Untuk memudahkan analisis data, informan tersebut diberi kode yaitu informan I1, Informan kedua I2, Informan ketiga I3.

Tabel 4.1 Keterangan Informan

Sumber Kode Pendidikan Jabatan

Informan 1 I1 D3 Kepala Ruangan Rekam Medis

Informan II I2 D3 Filling rekam medis

Informan III I3 Sarjana Teknik Registerasi rawat jalan

4.4 Kategori

Berdasarkan hasil wawancara dan pedoman wawancara, penulis menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, penulis kemudian kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan dan menunjukan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti sehingga menghasilkan beberapa kategori. Penulis menurunkan tujuh kategori yang berkaitan. Adapun ketujuh kategori itu adalah, sebagai berikut :

1. Sistem Penamaan 2. Sistem Penomoran 3. Sistem Penyimpanan

4. Tata Cara Pengambilan Rekam Medis

5. Perencanaan terhadap Rekam Medis tidak aktif 6. Penyusutan Rekam Medis

7. Petugas Rekam Medis

4.4.1 Sistem Penamaan

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke-3 informan adalah penamaan. Penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada pasien serta membedakan antara pasien satu dengan yang lain . Sesuai dengan pernyataan dari ke-3 informan.

I1 : Kalau penamaannya, di map ini nanti ditulis nama, umur, alamat. Sistem penamaan ada di dalam SOP kita. Sistem penamaan di RSUD HSK dibuat untuk membedakan identitas pasien satu dengan yang lainnya.

I2 : Kalau sistem penamaan yang buat orang depan dek. Udah ada bagiannya masing masing. Kalau adek mau tau dari abang ya gapapa juga. Sistem penamaan itu dek dibuat nama lengkap pasien dengan ejaan yang benar.

Dan didepan map rekam medis nanti di tulis nama lengkap pasien, umur, serta alamat.

I3 : Sistem penamaan di RSUD HSK kalau nama pasien harus ditulis secara lengkap dan jelas serta ditulis dengan huruf balok. Bayi yang baru lahir belum mempunyai nama wajib mencantumkan nama ibu si bayi. Nama pasien tidak boleh disingkat

Dari jawaban di atas, maka dapat diketahui bahwa Sistem penamaan di RSUD HSK dibuat untuk membedakan antara pasien satu dengan yang lain serta untuk menghindari terjadinya penggandaan nomor rekam medis. Dalam pembuatan sistem penamaan ditulis dengan nama lengkap pasien serta ditulis dengan huruf balok dan nama pasien tidak boelh ditulis singkat.

Gambar 4.1

Contoh Sistem Penamaan Rekam Medis 4.4.2 Sistem Penomoran

Sistem penomoran rekam medis merupakan sistem yang diberlakukan sebagai upaya pemberian identitas serta mempermudah proses penyimpanan rekam medis. Sistem penomoran rekam medis dilakukan secara sistematis dan seragam pada semua rekam medis. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan berikut :

I1 : Kalau pemberian nomor di RSUD HSK dengan menggunakan Sistem Nomor langsung (Straight Numerical Filling System).

I2 : Sistem pemberian nomor di RSUD HSK dengan menggunakan Sistem Nomor langsung (Straight Numerical Filling System). Sistem ini untuk memudahkan kami disini dek dalam proses penyimpanan nanti.

I3 : Kalau sistem pemberian nomor disini dek dengan sistem nomor langsung ( straight numerical filling system). Jika nomor akhir sudah mencapaai 99 maka akan kembali ke nomor 01 tapi ke tengah. Kita otomatis di komputer dek.

Dari jawaban I1, I2, dan I3, maka dapat diketahui bahwa sistem pemberian nomor di RSUD HSK dengan menggunakan sistem nomor langsung ( Straight

Numerical Filing System). Nomor rekam medis terdiri dari 6 (enam) digit yang terbagi dalam 3 kelompok masing-masing kelompok mengandung 2 digit angka numeric.

Gambar 4.2

Contoh Sistem Penomoran Rekam Medis

4.4.3 Sistem Penyimpanan

Ketentuan dan Prosedur penyimpanan rekam medis diperlukan untuk memudahkan proses penyimpanan dan penemuan kembali rekam medis setiap saat diperlukan dengan cepat dan tepat. Berikut adalah jawaban informan tentang ketentuan prosedur penyimpanan rekam medis di RSUD H.Sahudin Kutacane.

I1 : Sistem penyimpanan disini kan dek dengan sistem desentralisasi karena rekam medis rawat jalan dan rawat inap itu dipisah. Untuk rawat inap itu ada di atas sedangkan untuk rawat jalan ya disini. Jika sistem penyimpanan menurut nomor dek kita pakai sistem angka akhir.

I2 : Kita pakai desentralisasi. Sistem penyimpanan menurut nomor kan ada tiga yaitu sistem angka awal, sistem angka tengah, serta sistem angka

akhir. Sedangkan kita disini pakai sistem angka akhir dan berpendoman dengan sistem angka akhir.

I3 : Kita desentralisasi dan pakai angka akhir kalau pakai penyimpanan sistem nomor.

Berdasarkan jawaban dari I1, I2, dan I3 , dapat diketahui bahwa sistem penyimpanan di RSUD HSK dengan menggunakan sistem penyimpanan desentralisasi. Selain itu sistem penyimpanan di RSUD HSK juga menggunakan sistem penyimpanan menurut nomor yang mana sistem yang digunakan adalah sistem angka akhir.

Gambar 4.3

Contoh rak penyimpanan di Ruangan Rekam Medis

4.4.4 Tata Cara Pengambilan Rekam Medis

Pengambilan rekam medis dari ruang penyimpanan rekam medis tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Pengambilan rekam medis harus menaati peraturan yang berlaku karena rekam medis merupakan dokumen penting yang bersifat tertutup dan rahasia. Pengambilan rekam medis keruangan rekam medis harus dilakukan oleh petugas. Berikut pernyataan dari informan RSUD HSK.

I1 : Pengambilan rekam medis dilakukan oleh petugas khusus dek. Rekam medis disini kan dek, kartu berobat untuk temu kembalinya. Setiap pasien lama atau baru kita pasti kartu berobat seperti ini. Kalau mau berobat tunjukkan kartu berobat tersebut lalu nanti petugas RM mencari rekam medisnya pasien tersebut. Setiap pasien yang datang baik yang baru maupun yang lama harus ke tempat pendaftaran dulu untuk melengkapi berkas berkasnya seperti fotocopy KK, fotocopy KTP, fotocopy BPJS dan cantumkan kartu berobat bagi yang sudah pernah berobat.

I2 : Pengambilan rekam medis di rak dilakukan petugas dek. Contohnya supaya jelas. Pertama, orang yang datang berobat harus ke bagian depan untuk daftar dan ambil nomor antrian seperti ini dan nanti dicantumkan dengan berkas yang lain. Dulu kita ada alat cetak indeks seperti ATM tapi karena rusak kita pakai manual. Setelah itu masuk ke loket 2 untuk pasien lama sedangkan untuk pasien baru masuknya ke bang hery sama kak elli.

Setelah berkas lengkap lalu petugas akan mengambil status rekam medis didalam ruangan. Saat mencarinya kita lihat angka akhir setelah itu lanjut

Setelah berkas lengkap lalu petugas akan mengambil status rekam medis didalam ruangan. Saat mencarinya kita lihat angka akhir setelah itu lanjut

Dokumen terkait