• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petunjuk-petunjuk Alquran tentang adanya banyak bumi

Alquran telah menyatakan dengan ungkapan yang jelas bahwa ada banyak bumi, dalam perkataan-Nya:

“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaak (65):12)

Kita perhatikan dalam ayat ini bahwa kata samaawat tidak disertai kata tibaaqan (berlapis-lapis) sebagai sifat samaawat yang sering disebutkan dalam Alquran. Oleh karena itu kita harus memalingkan perhatian kita dari tujuh lapisan dalam bumi kita sebagaimana pandangan sebagian ahli tafsir terhadap ayat ini sebagai majaz dengan tanpa alasan yang meyakinkan. Ayat ini secara jelas menunjukkan adanya beberapa bumi sama dengan jumlah langit yang tujuh, hal ini dikuatkan dengan hadits-hadits Rasulullah s.a.w sebagai berikut:

- “Barang siapa berbuat aniaya satu jengkal tanah saja, maka akan dipikulkan kepadanya tujuh bumi”.

- “Langit yang tujuh dengan segala isinya dan bumi yang tujuh juga dengan segala isinya berada diatas Kursyi hanyalah seperti satu potongan rantai yang dilemparkan ke padang yang luas”.

- “Ya Allah, Tuhan tujuh langit dan apa yang ada dibawahnya dan Tuhan tujuh bumi dan apa yang ada diatasnya”.

Semua hadits ini menyatakan bahwa setiap bumi memiliki langitnya sendiri yang menaunginya, dan ada hubungan yang kuat diantara keduanya. Tidak ada langit tanpa bumi dan tidak ada bumi tanpa langit, sebagaimana dijelaskan dalam perkataan-Nya yang indah:

“Dan difirmankan:"Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,". (QS. Huud (11):44)

Oleh karena itu, bumi dan langit saling berkaitan. Apabila ada tujuh langit maka harus ada tujuh bumi. Angka tujuh dalam perkataan Arab mengandung makna sesungguhnya dan juga makna jumlah yang tidak terbatas untuk mengungkapkan sesuatu yang banyak secara majazi. Kedua makna tersebut bisa digunakan, mungkin saja disana ada enam bumi selain bumi kita dengan disertai enam langit selain langit kita jadi jumlahnya ada tujuh; atau ada bilyunan bumi yang disertai dengan bilyunan langit, yakni bilyunan bintang. Diatas bumi-bumi ini ada makhluk hidupnya dan perintah Ilahi turun di langit dan buminya, sebagimana perkataan Allah s.w.t:

“Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaak (65):12)

Perintah disini mengandung makna hukum alam yang bergerak antara langit dan bumi dan dengan kecepatan cahaya seperti dalam Surat As-Sajadah ayat:5, demikian juga perintah agama yang dibawa oleh malaikat-malaikat yang bergerak dengan kecepatan tinggi (QS. Al-Ma’arij :4) kepada para nabi bumi ini untuk memberikan petunjuk kepada penduduknya, makhluk-makhluk yang berakal. Yang mendukung

pemikiran Saya ini adalah sebuah hadits dalam Mustadrak Al-Hakim diriwayatkan dari Abu Duha dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah s.a.w bersabda:

“Allah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi yang semisal (maksudnya Allah menciptakan tujuh bumi) dalam setiap bumi ada nabi seperti nabimu, ada Adam, Nuh, Ibrahim dan Isa seperti dibumimu ini”.

Ibnu Katsir menukil hadits ini untuk menafsirkan Surat Ath-Thalak ayat:12, ini adalah hadits yang meyakinkan, ilmiah dan masuk akal, sedangkan sebagian orang menganggapnya dhaif, walaupun Hakim telah menyebutkan dalam kitabnya dan berkata bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim. Ibnu Abbas telah memprediksikan pengingkaran sebagian orang terhadap hadits ini, ketika berkata: “Jika Aku memberitahu kalian tentang uraian mendetail tafsir tujuh langit dan dari bumi yang semisal pasti kalian akan mengingkarinya dan pengingkaran kalian akan menyebabkan kekafiran kalian. Sesungguhnya di setiap bumi ada Ibrahim dan kehidupan yang sama dengan apa yang ada disini”.

Alquran membedakan antara kata planet dan bumi, bumi menurut bahasa Alquran adalah planet yang penuh dengan kehidupan dimana saja berada dialam ini, karena bumi menurut Alquran mempunyai keistimewaan berupa air mengalir yang penting bagi kehidupan, oleh karena itu air dinisbahkan kepada bumi, seperti dalam perkataan-Nya:

“Dan difirmankan:"Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," (QS. Huud (11):44)

dan firman-Nya yang lain:

“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” (QS. An-Naaziat (79):31)

kata-kata “ma aka” dan “ma aha” keduanya dinasabkan kepada bumi, hal ini menunjukkan bahwa setiap bumi memiliki air sebagai syarat bagi planet untuk dinamakan bumi. Alquran telah menegaskan bahwa jumlahnya ada tujuh, seperti dalam Surat Ath-Thalak ayat: 12, yakni jumlahnya banyak dalam sekala alam semesta dan semuanya mengandung air dan karenanya terdapat kehidupan yang beraneka ragam bentuknya, seperti dalam firman-Nya:

“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al-Anbiyaa’ (21):30)

Oleh karena itu diatas setiap bumi ada kehidupan yang berakal dan berjalan dengan dua kaki persis seperti kita. Kata ad-dabbah di pakai untuk semua binatang yang susunannya mengandung air, termasuk didalamnya manusia, seperti dalam perkataan Allah s.w.t:

“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang melata di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki: Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. An-Nuur (24):45)

Allah s.w.t memulyakan manusia dan melebihkannya diatas kebanyakan makhluk-makhluk-Nya yang berakal, seperti dalam firman-Nya:

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Israa (17):70)

Maka tidak ada alasan bagi manusia untuk menyombongkan diri, disana ada makhluk-makhluk berakal yang hidup di selain bumi ini yang lebih mulia dari kita menurut Allah.

Mereka walaupun berada dalam kemanusiaanya namun mempunyai sifat-sifat malaikat, sebagaimana Nabi s.a.w menggambarkan mereka dalam hadits berikut:

“Di ufuk barat sana terdapat bumi berwarna putih, cahayanya putih dan putih adalah cahayanya, perjalanan kesana sama dengan perjalanan matahari 40 hari, disana ada makhluk Allah Azza Wajalla tidak pernah mengingkari Allah sedikitpun. Orang-orang berkata: Wahai Rasulullah apakah disana ada syetan-syetan? Nabi menjawab: Mereka tidak mengenal apa itu syetan. Orang-orang bertanya lagi: Apakah mereka keturunan Adam? Nabi menjawab: mereka tidak tahu Adam itu siapa”.

Benar, bumi memang banyak dan kehidupan bertebaran di alam ini. Sains tidak mengingkari adanya bumi-bumi lain dan kehidupan berakal diatasnya, seperti yang telah kita ketahui pada pembahasan yang telah lalu. Diantara petunjuk yang lain adalah sebagai berikut:

1. Penemuan asam amino pada meteor yang sampai ke bumi 2. Penemuan partikel organik dan uap air di angkasa

diantara bintang-bintang dengan menganalisa kabut tipis dalam cahaya yang datang darinya.

3. Bergesernya orbit sebagian bintang, hal ini menunjukkan adanya planet-planet yang mengitarinya. Diantara planet-planet ini mungkin saja terdapat bumi seperti bumi kita.

4. Misteri piring terbang dan pendatang angkasa luar seperti dalam hayalan ilmiyah bisa jadi menjadi kenyataan. Allah Maha Berkuasa mempertemukan mereka dengan penduduk bumi, jika Dia berkehendak.

Mengapa sebagian orang mengingkari kenyataan ilmiah ini yang telah didukung oleh hadits nabi dan ditegaskan oleh Alquran dalam banyak ayatnya. Diantaranya dalam Surat Al-Fatihah:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al-Fatihah (1):1-2)

Ungkapan “‘alam” dengan bentuk plural menunjukkan bahwa kita tidak sendiri di alam ini akan tetapi disana ada dunia-dunia yang lain. Oleh karena itu kata al-‘alamian diulang-ulang puluhan kali. Para mufassir berkeyakinan bahwa kata ini menunjukkan alam manusia, jin dan malaikat, namun menurutku tidak perlu pengkhususan semacam ini selama bumi itu banyak dan diatasnya terdapat makhluk berakal dan cerdas dan tidak berakal selain jin dan malaikat dan diciptakan oleh Allah dari air (bukan dari cahaya atau api) dengan bentuk melata seperti penjelasan berikut:

Dokumen terkait