V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.5.5. Peubah-Peubah Karakteristik Habitat Ular Sendok
Habitat merupakan kawasan yang terdiri atas berbagai komponen, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan berfungsi sebagai tempat hidup, menyediakan makanan, air, pelindung serta berkembang biak satwaliar (Alikodra 1990, Bailey 1984). Pengamatan dan pengukuran peubah karakteristik habitat ular sendok ditekankan pada sarang ular sendok. Peubah-peubah yang diamati meliputi:
a. Suhu Permukaan Tanah pada Sarang
Ular termasuk satwa poikiloterm yaitu satwaliar yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya. Berdasarkan pengukuran suhu permukaan tanah pada mulut sarang antara 28⁰C sampai 50⁰C, dari empat selang kelas yang ada, frekuensi tertinggi keberadaan sarang ular sendok berada pada suhu 35⁰C sampai 40⁰C dengan rata-rata 34,4⁰C.
Gambar 9 Diagram sebaran data frekuensi suhu keberadaan sarang ular sendok.
Ular menyerap suhu pada saat siang hari dengan melakukan berjemur pada tempat terbuka dan kemudian masuk kembali ke sarang. Hasil wawancara dengan penangkap bahwa ular akan keluar untuk berjemur di sekitar sarang pada saat cuaca terang antara jam 10.00 sampai 14.00 WIB. Pemburu/penangkap memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan perburuan/ penangkapan ular. Waktu yang diperlukan oleh ular sendok untuk berjemur dalam upaya mempertahankan suhu tubuhnya hingga saat ini belum diketahui. Phelps (2007) melakukan pengamatan terhadap perilaku Naja nivea yang berjemur pada siang hari dengan cuaca terang dengan waktu antara 20 menit sampai 28 menit dan lebih panjang sampai 40 menit bila cuaca mendung. Hasil penelitian Shine (1987) menunjukkan bahwa ular Psuodechis porphyriacus mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran 28⁰C sampai 31⁰C selama berbagai musim New South Wales dengan berbagai karakteristik perilaku, khususnya berdasarkan aktifitas dan waktu.
Ular memilih sarang dan suhu yang sesuai karena beberapa sebab, antara lain untuk efisiensi pencernaan dan mencari makan, keberhasilan reproduksi dan kecepatan daya penggerak (Reinert 1993). Suhu secara umum berpengaruh terhadap perilaku, ukuran tubuh atau bagian-bagian tubuh satwaliar. Kulit ular sendok mempunyai warna yang berbeda antara bagian timur dan bagian barat Provinsi Jawa Timur. Pada bagian timur Provinsi Jawa Timur mempunyai warna yang lebih cerah (coklat kekuningan). Warna kulit
lebih gelap (hitam) pada ular sendok yang berada pada bagian tengah dan barat Jawa Timur.
Gambar 10 Ular sendok mempunyai kulit berwarna hitam (A) dan lebih terang/kuning kecoklatan (B)
b. Kelembaban Permukaan Tanah pada Sarang
Perbandingan kandungan uap air aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air menentukan kelembaban suatu tempat. Kandungan uap air ditentukan oleh ketersediaan air dan energi (radiasi matahari) dalam proses penguapan. Keadaan uap air aktual relatif konstan dan peningkatan suhu udara yang disebabkan oleh peningkatan radiasi matahari mengakibatkan peningkatan kemampuan udara untuk menampung uap air, sehingga mengakibatkan penurunan kelembaban udara atau kelembaban nisbi (Rushayati & Arief 1997).
Gambar 11 Diagram sebaran data frekuensi kelembaban keberadaan sarang ular sendok
Mulut sarang ular sendok mempunyai kelembaban udara antara 34-79% dengan rata-rata mencapai 58,1%. Kelembaban tertinggi dilakukan pengukuran pada jam 09.00 WIB dan terendah dilakukan pada jam 12.32 WIB yang keduanya berada di Kabupaten Nganjuk pada habitat sawah. Frekuensi kelembaban tertinggi terdapat antara 50-64%. Sarang dengan kelembaban rendah berada pada pematang sawah dan bukan merupakan tanggul saluran irigasi. Ular akan melakukan pergerakan/pindah lokasi sarang bila kondisi kelembaban habitat mikro (sarang) rendah atau terjadi kerusakan (Goode et al 1998). Hasil penelitian Husna (2006.) menunjukkan bahwa ular sendok ditemukan pada hutan dataran rendah di Taman Nasional Alas Purwo yang berada di bagian selatan Pulau Jawa yang mempunyai kelembaban mencapai 40-85%.
c. Ketinggian Tempat Ditemukan Sarang
Berdasarkan hasil pengukuran ketinggian tempat dengan menggunakan GPS pada lokasi ditemukan sarang ular sendok berada pada ketinggian antara 0-371 m dpl dengan rata-rata 141,2 m dpl. Ketinggian paling rendah (0-11 m dpl) ditemukan di Kabupaten Probolinggo, karena pengamatan dilakukan pada habitat sawah di pesisir utara Jawa. Sarang ular sendok di Kabupaten Bojonegoro dan Nganjuk berada pada ketinggian antara 43-80 m dpl,
sedangkan lokasi ditemukan sarang ular sendok di Kabupaten Malang berada antara 325-371 m dpl.
Frekuensi keberadaan sarang ular sendok paling tinggi berada pada ketinggian antara 0-100 m dpl, hal ini karena wilayah studi berada pada dataran rendah yang merupakan habitat ular sendok. Ular sendok mempunyai sebaran pada dataran rendah terutama pada lahan persawahan (Mumpuni 2002). Berdasarkan wawancara dengan penangkap bahwa ular banyak terdapat pada habitat sawah dan sangat sulit ditemukan pada ladang yang berada pada daerah pegunungan.
Gambar 12 Diagram sebaran data frekuensi ketinggian tempat keberadaan sarang ular sendok.
Pengamatan habitat hanya dilakukan pada ketinggian antara 0-100 m dpl dan ketinggian 300-400 m dpl, sedangkan untuk ketinggian antara 101-300 m dpl tidak dilakukan pengamatan. Kendala tidak dilakukan pengamatan pada ketinggian tersebut adalah sulitnya mencari penangkap/pemburu yang melakukan penangkapan/perburuan pada ketinggian tersebut.
d. Kadar Keasaman Tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat keasaman atau alkanitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah, semakin tinggi nilai ion H+ maka semakin masam tanah tersebut. Tanah bereaksi netral adalah tanah yang mempunyai kandungan H+ sama dengan OH- (Hardjowigeno 2003). Tingkat keasaman
tanah terbagi menjadi 6 kelas, yaitu: (1) sangat asam dengan nilai <4,5; (2) asam dengan nilai antara 4,5-5,5; (3) agak asam dengan nilai antara 5,6-6,5; (4) netral dengan nilai 6,6-7,5; (5) agak alkalis dengan nilai antara 7,6-8,5; dan (6) alkalis dengan nilai >8,5.
Berdasarkan pengukuran pH tanah pada sarang ular sendok menunjukkan bahwa semua sarang ular sendok termasuk netral (nilai 7). Hasil penelitian Orr (2006) menunjukkan bahwa 11 jenis amphibi dari 16 jenis amphibi yang menjadi satwa mangsa ular tidak mnyukai pada habitat yang mempunyai pH antara agak asam (5,6-6,5) hingga netral (6,6-7,5). Katak merupakan salahsatu mangsa ular sendok maka ada kecenderungan bahwa ular sendok akan berada pada kondisi habitat tersebut untuk mendapatkan mangsa. e. Jenis Tanah
Tanah merupakan kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horison yangterdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara yang merupakan media tumbuh bagi tumbuhan (Hardjowigeno 2003). Sarang ular sendok banyak ditemukan pada jenis tanah alluvial kelabu tua, yaitu tanah berasal dari endapan baru berlapis-lapis dengan jumlah bahan organik yang berubah-ubah secara tidak beratur dengan kedalaman. Komponen penyusun tanah ini adalah epipedon ochrik, sulfurik dan kandungan pasir kurang dari 60%.
Gambar 13 Diagram sebaran data frekuensi jenis tanah keberadaan sarang ular sendok
f. Kelembaban Tanah di Sarang
Pengukuran kelembaban dilakukan dengan menggunakan alat pH-Moisture meter yang mempunyai 3 skala ukuran yaitu: (1) kering (dry) dengan nilai antara 0-3; (2) lembab (moisture) dengan nilai antara 4-7; dan (3) basah (wet) dengan nilai antara 8-10. Sarang ular sendok berada pada rentang kelembaban tanah antara 1- 10 dengan rata-rata 4,7. Berdasarkan frekuensi kelembaban tanah tertinggi terdapat pada kelas lembab dan secara keseluruhan sarang ular sendok hanya 25 sarang (20,32%) yang berada pada tanah dengan kelembaban tinggi (basah).
Kelembaban tanah mempunyai peranan yang penting bagi ular dalam pemilihan habitat mikro. Ular Carphophis amoenus di Virginia melakukan perpindahan pada kondisi yang lebih lembab atau lubang/sarang yang lebih dalam (Orr 2006). Berdasarkan frekuensi ditemukan sarang ular dapat dilihat bahwa sebanyak 98 sarang (79,68%) ditemukan pada tanah dengan kelembaban rendah hingga sedang (1-7), sehingga dapat diasumsikan bahwa ular sendokmenyukai pada tanah dengan kelembaban rendah hingga sedang.
Gambar 14 Diagram sebaran data frekuensi kelembaban tanah keberadaan sarang ular sendok.
g. Jarak Sarang dari Pemukiman
Habitat ular sendok yang ditemukan umumnya berada pada sawah dan semak yang cenderung dekat dengan pemukiman penduduk. Saat ini kebutuhan lahan sebagai pemukiman dan industri telah merubah lahan sawah,
semak dan hutan menjadi pemukiman dan industri yang mendorong penngurangan habitat satwaliar, terutama ular. Berdasarkan pengukuran dengan menggunakan peta digital menunjukkan bahwa ular sendok berada antara 0-1.899,3 m dari pemukiman dengan rata-rata 424,3 m. Jumlah sarang ular sendok yang ditemukan sebanyak 123 sarang dan sarang ular sendok yang berada <500 m dari pemukiman sebanyak 86 sarang (69,92%), bahkan terdapat 2 sarang yang berada di pondasi warung makanan dan bengkel mobil. Faktor mangsa juga memberikan dorongan ular untuk berburu dan membuat sarang dekat dengan habitat satwa mangsanya. Satwa mangsa utama ular sendok adalah tikus (Hoesel 1959, Supriatna 1995) yang mempunyai perilaku berpindah/bergerak untuk mendekati sumberdaya makanan. Tikus memilih pada habitat yang dapat memberikan perlindungan rasa aman dari gangguan predator dan dekat dengan sumber air dan makanan. Sarang tersebut berfungsi sebagai tempat berlindung, memelihara anak dan menimbun makanan. Tikus akan melakukan perpindahan/bergerak mendekati pemukiman bila musim bera untuk mendapatkan makanan alternatif dan tempat berlindung sementara (Sudarmaji & Herawati 2008). Ular sendok berada di dekat pemukiman merupakan upaya mencari mangsa yang melakukan pergerakan/berpindah. Hasil penelitian Akani et al. (2005) di bagian selatan Nigeria mendapatkan sebanyak 6,4% ular Pseudohaje goldii berada dipinggiran kota. Herbert et al. (2012) menemukan ular sendok pada pekarangan rumah penduduk di Desa Jimbaran Kuta Selatan
Gambar 15 Diagram sebaran data frekuensi jarak keberadaan sarang ular sendok dari pemukiman
Berdasarkan hasil pembedahan terhadap ular sendok yang dilakukan oleh Boeadi et al. (1998) ditemukan bahwa satwa yang dimangsa ular sendok sebanyak 59% merupakan mamalia dan sisanya adalah hewan yang tidak dapat diidentifikasi lagi. Menurut Phelps (2007) berdasarkan satwa mangsa oleh ular Naja nivea termasuk ular generalis, hal ini ditemukan ular tersebut memangsa tikus (31%), ular (20% ), kadal (11%), burung (11%) dan satwa lain yang ada di habitatnya. Akani et al (2005) melakukan pengamatan terhadap ular Psedohaje goldii yang memangsa ikan, katak dan tikus, sehingga ular tersebut termasuk generalis dalam kebiasaan makanannya. h. Jarak Sarang dari Sumber Air
Habitat utama tikus adalah sawah dengan siklus tanam yang jelas dan membutuhkan sarana irigasi sebagai pemenuhan kebutuhan air bagi tanamannya. Tikus dan katak yang merupakan satwa mangsa ular sendok juga membutuhkan air dalam metabolisme tubuhnya. Hasil pengukuran dengan menggunakan peta digital terhadap keberadaan sarang ular sendok menunjukkan bahwa sebanyak 96 sarang berada <500 m dari sumber air. Sarang ular sendok yang berada di habitat sawah berada di pematang sawah yang juga merupakan tanggul irigasi.
Gambar 16 Diagram sebaran data frekuensi jarak keberadaan sarang ular sendok dari sumber air.
Faktor perburuan mangsa dan pemilihan habitat mikro mendorong ular sendok memilih sarang dekat dengan sumber air. Ular sendok memilih sarang pada pematang yang menjadi tanggul saluran irigasi dan berada di atas aliran
air maksimal (banjir), sehingga pada saat aliran air banyak tidak masuk dalam sarang. Akani et al. (2005) menemukan sebanyak 24,2% hidup pada habitat hutan rawa di bagian selatan Nigeria.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap peubah-peubah pada masing-masing habitat tersebut maka dapat dikatakan bahwa ular sendok tidak mempunyai karakteristik habitat yang khusus. Ular sendok dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan sekitarnya, hal ini sejalan dengan penelitian Phelps (2007) menyatakan bahwa ular Naja nivea mempunyai habitat yang generalis, yaitu bisa dapat hidup dari semak, bukit berpasir dan gurun yang ada di Cagar Alam DeHoop Afrika Selatan. Hasil penelitian Akani et al. (2005) menyatakan bahwa ular Pseudohaje goldii di bagian selatan Nigeria hidup pada berbagai habitat, yaitu hutan primer, hutan skunder, hutan bakau, hutan rawa, perkebunan, semak dan pinggir pemukiman (pinggir kota) yang berdekatan dengan sumber air.